Вы находитесь на странице: 1из 88

Gambar sampul depan:

Turbin Mikrohidro
Ilustrasi Peta Potensi Angin
Pengujian Lampu LED

Setiap makalah dalam majalah ilmiah ini telah ditelaah dan disunting oleh minimum satu
redaktur, dua mitra bestari dan dua penyunting/editor.
Vol. 14 No.1 Juni 2015 ISSN 1978 - 2365

KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN

Susunan Redaksi

Pembina : Ir. Kasbani, M.Sc.

Pemimpin Redaksi : S.D. Natalina, S.H., M.M. (Manajemen Sumber Daya Manusia)

Redaksi : M. Indra Al Irsyad, S.T., M.S.E., M.A. (Ekonomi Industri)


: Dian Galuh Cendrawati, S.T., M.Sc. (Teknik Mesin)
: I Made Agus DS, S.T., M.Eng. (Teknologi Lingkungan)
: Arfie Ikhsan Firmansyah, S.T., M.T. (Teknik Mesin)
: Bono Pranoto, S.T., M.T. (Teknik Kimia)
: Nanda Avianto Wicaksono, S.T., M.T. (Teknik Elektro)
: Ferry I. Sadikin, M.E. (Ekonomi Energi)
: M. Iqbal Aman Mulyadi, S.T., M.S.E., M.A. (Ilmu Ekonomi)
: Khalif Ahadi, S.T., M.T. (Instrumentasi Teknologi)
: Medhina Magdalena, M.Si. (Bioteknologi Umum)
: Harun Al Rasyid, S.T. (Teknik Elektro)

Desain Grafis : Tweeda Augusta Fitarto, S.T.


: Maria Rosalind Munthe, S.Kom.
: Andriyanto, S.T.

Sekretariat : Ir. Dwi Martono


: Kuspriyadi, S.E.
: Otto Anne NDS, S.H., M.H.
: Imam Nirwan, S.Kom.
: Wijo
Mitra Bestari

Dr. Deendarlianto, S.T., M. Eng (Teknik Mesin)


Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D (Teknik Lingkungan Hidup)
Fauzun, S.T., M.T., Ph.D (Teknik Mesin dan Konversi Energi)
Dr. Ir. Ferry Yusivar, M. Eng (Energi Terbarukan, Kelistrikan)
Dr.-Ing. Eko Adhi Setiawan, S.T., M.T.(Teknik Elektro)
Fahmi Amhar, Dipl.-Ing., Dr.-techn. (Sistem Informasi Spasial)
Dr. Ir. Surya Darma, MBA. (Geothermal, Minyak, Gas, dan Konservasi Energi)
Eka Firmansyah, S.T., M.Eng. (Konversi Energi, Elektronika, Instrumentasi & Kendali)
PENGANTAR REDAKSI

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat dan ijinNya, maja-
lah Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ini pada akhirnya dapat terbit sebagai
volume pertama dari edisi 14 tahun 2015. Sebagai sarana publikasi dan diseminasi hasil
penelitian dan pengembangan P3TKEBTKE, majalah ini merupakan media komunikasi
bagi para peneliti di bidang ketenagalistrikan, energi terbarukan, dan konservasi energi
dalam mempublikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan serta sebagai jembatan
dengan masyarakat sehingga hasil-hasil penelitian tersebut tidak terbatas pada studi dan
proyek percontohan saja, namun dapat dan mudah diimplementasikan.

Pada edisi ini, kami menyajikan lima buah artikel ilmiah hasil penelitian dan
pengembangan para peneliti P3TKEBTKE, yaitu Analisis Aliran Fluida Alat Pengering
Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku Boiler PLT Biomassa, analisis ini
dimaksudkan untuk mendapatkan alat pengering produk pertanian yang optimal, Kajian
Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast untuk Pencahayaan Umum bertujuan untuk
mendapatkan tingkat efikasi lampu LED untuk pencahayaan umum yang beredar di
Indonesia melaui metode pengujian tingkat efikasi lampu LED pada saat awal dinya-
lakan, dan setelah nyala 1000 jam. Artikel lainya yaitu Potensi Energi Angin di Kabupa-
ten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, Perhitungan Nilai Faktor Emisi CO2 dari
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Sistem Terisolasi serta Analisis Kegagalan
Mechanical Seal pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC.
Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mem-
bantu kelancaran penerbitan majalah Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan volume
pertama dari edisi 14 tahun 2015, dan berharap artikel-artikel tersebut dapat membuka
wawasan dan menambah pengetahuan serta informasi bagi semua pembaca.

Jakarta, Juni 2015

Dewan Redaksi
Vol. 14 No.1 Juni 2015 ISSN 1978 - 2365

KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN

DAFTAR ISI

KAJIAN TINGKAT EFIKASI LAMPU LED SWABALAST UNTUK


PENCAHAYAAN UMUM 1 14
Oleh : Sudirman Palaloi, Subhan Nafis, Sarimin Emo

POTENSI ENERGI ANGIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,


PROVINSI SUMATERA UTARA 15 28
Oleh : Dian Galuh Cendrawati, Hari Soekarno, Syaiful Nasution

PERHITUNGAN NILAI FAKTOR EMISI CO2 DARI PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SISTEM TERISOLASI 29 36
Oleh : Adolf Leopold, I Made Agus Dharma Susila, Medhina Magdalena

ANALISIS KEGAGALAN MECHANICAL SEAL PADA PENGUJIAN


KEBOCORAN TURBIN ORC 37 54
Oleh : Guntur Tri Setiadanu, Yohanes Gunawan, Didi Sukaryadi

ANALISIS ALIRAN FLUIDA ALAT PENGERING PRODUK PERTANIAN


MEMANFAATKAN PANAS BUANG TUNGKU BOILER PLT-BIOMASSA 55 70
Oleh : Subhan Nafis, Dedi Suntoro, Arfie Ikhsan Firmansyah

Isi Jurnal dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya


Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ini terbit berkala 2 kali setahun
(Juni, Desember)
Diterbitkan pertama kali pada tahun 2002 dengan nama Publikasi P3TEK
Alamat Redaksi/ Penerbit:
BIDANG AFILIASI DAN INFORMASI, SUB BIDANG INFORMASI
PUSLITBANG TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN
KONSERVASI ENERGI
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230
Telepon (62-21) 7203530, Faksimili : (62-21) 7203525
Email : majalah.p3tkebtke@gmail.com, redaksi@puslitbangkebtke.esdm.go.id
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 14

KAJIAN TINGKAT EFIKASI LAMPU LED SWABALAST UNTUK PEN-


CAHAYAAN UMUM

THE STUDY OF THE EFFICACY LEVEL OF SWABALAST LED LIGHT


FOR GENERAL LIGHTING

Sudirman Palaloi*), Subhan Nafis, Sarimin Emo**


*)
Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT
Gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan
palaloi@yahoo.com
**)
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. Cileduk Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230
sarimin_e15@yahoo.co.id

Abstrak

Saat ini lampu LED menjadi salah satu pilihan sebagai sumber pencahayaan. Penggunaan LED
sebagai sumber pencahayaan umum berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Lampu LED
semakin populer dan sudah banyak ditemukan dipasaran. Hal ini disebabkan karena lampu LED lebih
efisien dan memberikan kualitas yang lebih tinggi daripada lampu penerangan lainnya. Studi ini ber-
tujuan untuk mendapatkan tingkat efikasi lampu LED untuk pencahayaan umum yang beredar di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengujian tingkat efikasi lampu LED
pada saat awal dinyalakan, dan setelah nyala 1000 jam. Hasil pengukuran menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang erat antara daya lampu dengan nilai flux. Ditemukan pula bahwa tingkat efikasi yang
dihasilkan oleh lampu LED dapat dipertahankan rata-rata 98,7% dari nilai awalnya setelah mengalami
aging selama 1000 jam. Pengukuran menunjukkan bahwa tingkat efikasi lampu awal pengujian berada
pada rentang 56,3 119,5 [Lm/W] dengan rata-rata 86,9 [Lm/W]. Sedangkan efikasi setelah lampu di
aging 1000 jam berada pada rentang 54,9 115,4 [Lm/W] dengan rata-rata 86,1 [Lm/W] yang sesuai
dengan klaim LED secara umum

Kata kunci : efikasi, lampu LED, pencahayaan umum

Abstract
Currently LED light has become a choice of source of light. The use of LED light as a general source
of light is growing rapidly in recent years. LED light has become increasingly popular and could easi-
ly be found in the market. It is because LED light is more efficient and provides higher quality than
other lighting. The aim of the study is to determine the level of efficacy in LED light for general light-
ing available in Indonesia. The use of the method is by doing a test on the efficacy rate of the LED
lights when it was first turned on and after 1000 hours flame. The result of the measurement suggests
that there is a close correlation between the power of the light and the value of the flux. It was also
found that the level of efficacy produced by LED light can be maintained in the average of 98.7% of its

Diterima : 21 Juli 2014, direvisi : 7 Januari 2015, disetujui terbit : 28 Mei 2015 1
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

initial value after 1000 hours aging. Measurements showed that the level of efficacy of the light in the
initial testing was in the range of 56.3 to 119.5 [Lm / W] with the average of 86.9 [Lm / W]. While the
efficacy after 1000 hours was in the range of 54.9 to 115.4 [Lm / W] with the average of 86.1 [Lm / W]
which suitable with the claim of LED in general.

Keywords: efficacy, LED lamps, general lighting

PENDAHULAN untuk menampilkan ritel, dan pencahayaan di


Latar Belakang luar ruangan untuk jalan-jalan dan tempat
parkir. Produk lampu LED memiliki potensi
Light emitting diode (LED) adalah
yang cukup besar untuk mengurangi konsumsi
perangkat semikonduktor yang mengubah
listrik dan emisi gas rumah kaca [2].
listrik menjadi cahaya. Lampu LED juga
Saat ini kinerja teknologi LED mengala-
disebut "lampu solid state" karena cahaya yang
mi perkembangan yang terus-menerus. LED
dipancarkan berasal dari bahan semi konduktor
telah menjadi salah satu sumber pencahayaan
yang padat, bukan dari tabung hampa udara
pilihan untuk aplikasi penerangan umum.
atau gas, seperti yang terdapat pada lampu pijar
Penggunaan LED dalam aplikasi penerangan
ataupun lampu neon. Teknologi LED mulai
umum sudah muncul dan berkembang pesat
diperkenalkan dan diaplikasikan sejak tahun
dalam beberapa tahun terakhir.
1960-an. LED memancarkan cahaya dalam
Secara umum beberapa kelebihan lampu
rentang yang sangat sempit dan panjang
LED adalah LED lebih hemat penggunaan
gelombang, LED juga sangat ideal untuk
energinya. LED dapat memancarkan warna
menghasilkan cahaya yang berwarna [1,2].
cahaya tanpa menggunakan filter warna seperti
Sekarang ini lampu LED unggul dan
lampu tradisional. Ini tentu lebih efisien dan
efisien untuk penggunaan lampu berwarna
dapat menurunkan biaya awal. LED dapat
merah, hijau, dan biru dalam perangkat
dirancang untuk fokus cahayanya. Warna yang
termasuk jam digital, jam tangan, televisi,
dipancarkan oleh LED tidak berubah walau
dashboard, dan lampu lalu lintas. Pada tahun
melewati media tertentu, seperti pada lampu
1993 Perusahaan Jepang Nichia Corp.
pijar. LED juga tahan terhadap getaran dan
menemukan cara untuk menciptakan cahaya
goncangan. dan salah satu keunggulan lampu
putih dari dioda tunggal. Penemuan ini
LED adalah memiliki rentang hidup yang
merupakan awal untuk mengembangkan
sangat panjang. LED menyala sangat cepat
teknologi berbasis LED yang dapat
dan tidak mengandung merkuri, seperti lampu
menghasilkan cahaya putih yang cocok untuk
neon [10]. Efisiensi lampu umumnya termasuk
penerangan umum. Jumlah produk pencaha-
LED dapat dilihat dari tingkat efikasinya.
yaan solid state ini berkembang pesat, terma-
Efikasi () [lumen/watt atau lm / W]:
suk lampu "downlight", lampu portabel, lampu

2
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

Efisiensi sumber cahaya untuk menghasilkan Penelitian lain membandingkan tiga


cahaya terhadap daya listrik yang digunakan jenis lampu LED, lampu pijar dan CFL dari
[7]. Efikasi juga didefinisikan total flux berbagai macam aspek seperti diperlihatkan
cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya pada Table 3.
dibagi dengan watt lampu dinyatakan dalam
Tabel 3. Perbandingan fluks cahaya efikasi
lumen per watt (lm / W) [2]. beberapa jenis lampu [11]

Beberapa penelitian yang telah Efisiensi dan LED Lampu CFL


dibuplikasikan membandingkan efikasi biaya energi pijar

berbagai jenis lampu untuk pencahayaan umur lampu 50000 jam 1200 8000 jam
jam
umum seperti diperlihatkan pada Tabel
Watt 5 - 11 50 13 - 15
berikut.
kWh tahunan 329 3285 767
Tabel 1. Perbandingan efikasi beberapa jenis Biaya operasi
$32.85 $328.59 $76.65
lampu [2] tahunan
Merkuri tidak tidak tidak
Perbandingan luminasi dan efikasi berbagai kadang-
Siklus On/Off tidak efek ya
kadang
Sumber cahaya Tipikal rentang Sesitif pada tidak kadang- ya
efikasi [lm/W] humidity kadang
Lampu pijar 10 - 18
Lampu Halogen 15 - 20 Bila dilihat beberapa keunggulan di atas
Lampu Swabalast 35 - 60
terlihat bahwa memang lampu LED jauh lebih
Lampu neon 50 - 100
unggul dibanding dengan lampu lainnya,
Lampu metal halide 50 - 90
terutama dalam hal rendahnya konsumsi energi
jenis lampu juga dipulikasikan oleh Philips dan umurnya. Hal ini menjadikan lampu LED
seperti terlihat pada Table 2 berikut. begitu cepat berkembang dan banyak diminati.
Populeritas penggunaan lampu LED sebagai
Tabel 2. Perbandingan fluks cahaya efikasi
pencahayaan umum berkembang pesat.
beberapa jenis lampu[1,5]
Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia
(Aperlindo) menargetkan pasar lampu Light
Sumber cahaya Fluks Luminous Efikasi Emitting Diode (LED) hingga akhir tahun
(lm) (lm/W)
Lampu pijar/halogen 60 - 48400 5 - 27
sekitar 15 juta unit,
Low pressure Sodium 1800 - 32500 100 - 203
Tujuan
High pressure Sodium 1300 - 90000 50 - 130
Lampu neon 200 - 8000 60 - 105 Untuk mengetahui tingkat efikasi lampu
Lampu Swabalas (CFL) 200 - 12000 50 - 85 LED untuk pencahayaan umum yang ada
Lampu metal halide 53000 - 220000 75 - 140
dipasaran pada saat awal dinyalakan dan
Ceramic metal halide 1500 - 23000 68 - 95
LED 10 - 170 Up to 50 setelah lampu dinyalakan selama 1000 jam.

3
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

METODOLOGI dikehendaki. Metode ini cocok digunakan


Tempat dan Waktu Pengujian untuk penelitian seperti pemilihan sampel pada
pengujian lampu LED ini, ini karena
Pengujian lampu LED swabalat ini
keterbatasan biaya untuk membeli lebih sampel
dilakukan di Laboratorium Peralatan listrik
yang banyak, dan juga mempertimbangkan
Rumah Tangga B2TE - BPPT. Waktu
beberapa kapasitas daya lampu LED yang ada
pengujian dilakukan tahun 2013.
dipasaran. Pengambilan sampel lampu LED
Sampel dan Alat Pengujian dilakukan secara acak, dengan cara membeli
Sampel adalah bagian dari jumlah dan pada beberapa toko dan supermarket. Sampel
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. uji yang dipilih diharapkan dapat mewakili
Sampel dilakukan jika populasi besar dan tidak jenis dan watt yang beredar dipasaran. Jumlah
mungkin memperlajari semua yang ada pada lampu secara keseluruhan adalah 64 unit yang
populasi. Teknik sampling, adalah teknik terdiri dari 12 merek, dengan daya dari 2 watt
pengambilan sampel. Untuk menentukan s.d 13 watt.
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, Pengujian unjuk kerja kelistrikan lampu
terdapat macam-macam teknik sampling yaitu LED mengacu kepada SNI IEC 62612:2013
probability sampling dan non probability Lampu swabalast LED untuk pelayanan pen-
sampling. Non probability sampling, adalah cahayaan umum Persyaratan Kinerja [13].
teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi LED sebagai lampu pencahayaan umum

setiap unsur atau anggota populasi untuk Akhir ini menjadi perbicangan dan
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini banyak diselidiki orang tentang kelebihan dan
meliputi, sampling sistematis, kuota, kekurangan lampu LED untuk mencahayaan
insidental, dan purposive. Pada penelitian ini umum. Para peneliti, akademisi, produsen
metode samping yang digunakan adalah sedang mengkaji untuk menciptakan solusi
metode sampling insidental dan sampling pencahayaan umum dari LED. Ada sejumlah
purposive. Sampling insidential adalah teknik alasan penting mengapa pencahayaan LED
menentukan sampel berdasarkan kebetulan, lebih baik daripada teknologi pencahayaan
yaitu lampu LED apa saja yang secara lainnya yaitu masa pakainya yang lama, hemat
kebetulan atau insidental didapatkan dijual di energi dan bentunya unik. Penggunaan energi
pasaran (toko dan supermarket) dengan membuat penghematan biaya yang signifikan,
mengetahui terlebih dahulu kapasitas dan daya terutama dalam aplikasi komersial yang
yang diperjualbelikan dipasaran yaitu 2W s.d menggunakan lampu dalam jumlah besar.
13W. Sampling purposive, adalah teknik Pencahayaan LED juga lebih aman bagi
menentukan sampel dengan pertimbangan lingkungan karena bebas merkuri dan tidak
tertentu sesuai dengan tujuan yang menghasilkan sinar Ifra Red atau Ultra Violet,

4
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

yang dapat berbahaya bagi manusia. Dengan Nampak bahwa semakin tinggi wattnya, maka
kata lain, lampu LED adalah sumber luminasi yang dihasilkan juga semakin tinggi.
pencahayaan terhijau dan paling ramah Umur lampu bervariasi mulai dari 15.000 jam
lingkungan. hingga 50.000 jam. Efikasi berada pada rentang
65 100 lumen/watt. CCT semua berada di
Teknologi LED mulai dikenal baik oleh
atas 4400oK. Spesifikasi data sampel uji secara
masyarakat umum, bukan hanya oleh lighting
detail disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
designer, arsitek, atau desainer interior. Tetapi
masyarakat umum sudah banyak yang Tabel 4. Spesifikasi sampel uji lampu LED
memafaatkan sebagai pencahayaan di ruma-
rumah mereka. Sudah waktunya pula, LED
digunakan sebagai pencahayaan umum
mengganti lampu neon dan CFL dirumah
rumah. Terlebih jika dikaitkan dengan usaha
menghemat konsumsi listrik dan desakan untuk
mulai menggunakan teknologi hijau. Untuk
kedepannya, dapat dipastikan lampu LED akan
menggantikan LHE. Namun demikian salah
satu kekurangan lampu LED ini adalah Color
Rendering Index (CRI), masih rendah bila
dibandingkan dengan lampu halogen dan
lampu penerangan lainnya. CRI lampu LED
umumnya berada di bawah 80%.

Gambar 1. Lampu LED swabalast untuk


pencahayaan umum

Berdasarkan spesifikasi, lampu LED


yang ada dipasaran berkapasitas dari 2 watt
sampai dengan 13 watt. Tegangan kerja berva-
riasi, mulai dari 100 V sampai dengan 265V.

5
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

Kecuali jika ditetapkan untuk keperluan


spesifik oleh pabrikan atau penjual yang
bertanggung jawab, maka lampu harus
dioperasikan di udara bebas pada base-up
vertikal untuk semua pengujian. Instrumen
listrik dan photometrik yang digunakan harus
dipilih yang mempunyai jaminan ketelitian
dengan persyaratan uji.

a. Penyalaan dan persiapan

Pengujian penyalaan dan persiapan harus


dilakukan sebelum uji penyalaan kecuali untuk
lampu yang dinyatakan oleh pabrikan sebagai
Peralatan uji yang digunakan adalah inte-
lampu jenis VPC (Vapour ressure Control -
grator sphare, rack aging, regulator DC power
Kendali Tekanan Uap). Tegangan uji untuk uji
supply, AC voltage stabilizer, lux meter, lampu
penyalaan harus sama dengan 92% dari
standar, regulator AC power supply, Hygrome-
tegangan pengenal atau, dalam julat tegangan
ter, thermometer dan Power quality analyzer.
92% dari nilai minimum dari julat tersebut.
Semua peralatan yang digunakan telah
terkalibrasi dengan baik. b. Tegangan uji

Metode pengujian Tegangan uji adalah harus tegangan


pengenal dengan toleransi 2%. Dalam hal
Metode mengujian mengacu Standar Uji
julat tegangan, pengukuran harus dilakukan
berdasarkan SNI IEC 62612-:2013. Semua
pada nilai rata-rata. Untuk beberapa lampu
pengujian dilakukan dalam ruang tanpa gerakan
LED swabalast diperlukan nilai yang lebih
udara (draught-proof) pada suhu ruangan (25
rendah untuk pengukuran photometrik dan
1) C dan kelembaban nisbi maksimum 65%.
listrik.
Tegangan uji harus stabil dalam 0,5%, selama
periode stabilisasi, dan toleransi ini dikurangi c. Daya lampu
menjadi 0,2% pada saat pengukuran. Untuk Daya awal yang dipakai oleh lampu LED
pengujian umur lampu toleransinya adalah 2%. tidak boleh tidak boleh melampuai 15% di atas
Kandungan harmonisa total tegangan suplai daya pengenal.
tidak melebihi 3%. Kandungan harmonisa
d. Kuat cahaya
didefinisikan sebagai penjumlahan r.m.s
komponen harmonisa individu dengan Kuat cahaya lampu LED yang diukur
menggunakan dasar 100%. Semua pengujian tidak boleh kurang dari 90% nilai kuat cahaya
harus dilakukan pada frekuensi pengenal. pengenal. Pengukuran cahaya lampu dalam
bola integrator.

6
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

e. Menentukan nilai lumen kemudian lampu tersebut dinyalakan selama


1000 jam (pemeliharaan lumen). Bila lampu
Kuat cahaya awal harus diukur setelah
telah menyala 1000 jam, maka dilakukan pen-
stabilitas termal dari lampu LED, yang
gujian efikasi untuk kedua kalinya. Secara se-
waktunya adalah 15 menit.
derhana diagram pengujian diperlihatkan sep-
f. Pemeliharaan lumen
erti berikut ini.
Setelah 1000 jam operasi, termasuk
Seleksi lampu Uji Efikasi 1
periode penyalaan, pemeliharaan lumen (lumen
maintenance) harus tidak kurang dari nilai yang
diumumkan oleh pabrikan atau penjual
Pemeriksaan visual Pemeliharaan lumen
(vendor) yang bertanggung jawab.

g. Suhu ruangan

Suhu ruangan harus dalam dijaga dalam Pemberian name tag Uji Efikasi 2
rentangan 15C sampai 40C. Aliran udara
Gambar 2. Prosedur pengujian lampu LED
(draught) yang berlebihan harus dihindarkan
swabalast
dan lampu agar tidak mengalami goncangan
dan getaran yang ekstrim.
HASIL DAN PEMBAHASAN
h. Waktu Stabilitas
Berikut ini akan menyajikan hasil dan
Pengukuran tidak boleh dilakukan pembahasan unjuk kerja lampu LED swabalast
sebelum waktu stabilitas terlewati. Pen- untuk pencahayaan umum.
goperasian yang stabil dicapai bila suhu lampu
Konsumsi daya [Watt]
LED tidak lagi meningkat 5 K per jam.
Konsumsi daya lampu LED berkisar
i. Skema Prosedur Pengujian
antara 2,5 W 12,5 W. Besar konsumsi daya
Seleksi lampu diawali dengan tergatung dari pada daya masing-masing lam-
melakukan inventarisasi terhadap lampu LED pu. Analisis konsumsi daya lampu berdasarkan
yang beredar di pasaran, dengan spesifikasi dilakukan dengan membandingkan
memperhatikan watt, merek, CCT, dan jenis konsumsi daya listrik lampu saat awal dinya-
serta keterwakilannya. Lampu yang telah lakan dan setelah dinyalahkan 2000 jam. Hal
dibeli diperiksa secara visual dan diberi name ini dilakukan untuk melihat apakah lampu
tag agar mudah diinetifikasi. Setiap lampu ter- setelah dinyalahkan mengalami perubahan kon-
sebut diuji untuk mendapatkan tingkat efikasi sumsi dayanya. Hasil pengujian konsumsi
awal dalam bola integrator dengan pesyaratan daya sebelum dinyalakan, dan setelah
pengujian yang telah ditetapkan. Setelah selesai dinyalakan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut
pengujian efikasi awal untuk semua lampu, ini.

7
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

14 semu 28,4 VA dan daya reaktif 28 VAr.


13 Daya name plate (W)
12
11
Daya hasil pengukuran awal (W)
Tingginya daya semu dan daya reaktif ini
10 Daya hasil pengukuran setelah nyala 1000 jam [W]
9
disebabkan karena faktor daya yang sangat
Daya [W]

8
7
6
5
rendah yaitu 0,09. Namun demikian ditemukan
4
3
2
juga lampu LED yang mempunyai faktor daya
1
0 cukup baik, barada di atas 0,5. Hasil
2W-E-01-Merek 01
3W-E-02-Merek 02
3,5W-E-01-Merek 04
4W-E-02-Merek 01
5W-E-01-Merek 02
5W-E-04-Merek 06
5W-E-07-Merek 08
5W-E-10-Merek 09
6W-E-01-Merek 01
6W-E-04-Merek 11
7W-E-01-Merek 02
7W-E-04-Merek 12
7W-E-07-Merek 06
7W-E-10-Merek 10
8W-E-01-Merek 07
9W-E-02-Merek 11
9W-E-05-Merek 10
9W-E-08-Merek 09
10W-E-03-Merek 08
10W-E-06-Merek 07
10W-E-09-Merek 04
13W-E-01-Merek 06
pengukuran daya aktif, daya reaktif, daya semu
serta faktor daya masing-masing lampu dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Konsumsi daya sebelum dan 40 P Watt Q Var S VA PF 1.2

pemeliharaan lumen 1000 jam 35


1.0
30

Daya (W.Var,VA)
0.8
25

Faktor daya
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa 20 0.6
15
0.4
untuk daya yang dikonsumsi sebelum dan 10
0.2
5

setelah nyala 1000 jam hampir sama. Namun 0 0.0


2W-E-01-Merek 01
3W-E-01-Merek 02
3W-E-03-Merek 03
3,5W-E-01-Merek 04
4W-E-01-Merek 01
4W-E-03-Merek 05
5W-E-01-Merek 02
5W-E-03-Merek 06
5W-E-05-Merek 07
5W-E-07-Merek 08
5W-E-09-Merek 09
5W-E-11-Merek 10
6W-E-01-Merek 01
6W-E-03-Merek 11
6W-E-05-Merek 03
7W-E-01-Merek 02
7W-E-03-Merek 12
7W-E-05-Merek 08
7W-E-07-Merek 06
7W-E-09-Merek 10
7W-E-11-Merek 04
8W-E-01-Merek 07
9W-E-01-Merek 11
9W-E-03-Merek 05
9W-E-05-Merek 10
9W-E-07-Merek 09
10W-E-01-Merek 01
10W-E-03-Merek 08
10W-E-05-Merek 07
10W-E-07-Merek 06
10W-E-09-Merek 04
13W-E-01-Merek 06
ada beberapa lampu daya yang dikonsumsi
lebih lebih besar diatas 15% dibanding dengan
spesifikasinya, yaitu ada 4 unit lampu atau
Gambar 4. Hasil pengukuran daya dan faktor
6,25%. Namun dari 64 unit lampu tersebut ada daya
60 unit atau 93,75% yang dapat memenuhi
Analisis fluks cahaya
kriteria, yaitu daya yang dikonsumsi tidak
Intensitas cahaya adalah sering juga
melampaui 15% di atas daya pengenalnya.
disebut fluks cahaya yang merupakan jumlah
Analasis daya dan faktor daya total cahaya yang dipancarkan oleh sumber

Sebagaimana kita ketahui bahwa lampu cahaya, tanpa memperhatikan arah. Satuan in-

LED disamping membutuhkan daya aktif (W) tensitas cahaya adalah lumen [2,5]. Sedangkan

juga daya reaktif (Var). Berdasarkan hasil menurut WLO Fritz dan MTE Kahn, Fluks

pengukuran komsumsi daya reaktif dan faktor bercahaya () adalah energi cahaya / gelom-

daya sangat variatif. Hasil pengukuran faktor bang terpancar (diterima) oleh sumber

daya lampu LED bervariasi mulai dari 0,090 (permukaan) [6]. Jadi intensitas cahaya adalah

sampai dengan 0,97 dengan rata-rata 0,53. jumlah atau total keluaran cahaya yang

Apabila faktor daya rendah, maka konsumsi dipancarkan oleh sumber cahaya ke segala arah

daya reaktif dan daya semu akan menjadi yang diterima oleh suatu permukaan.

tinggi. Hal ini tentunya merugikan PLN sebagai Untuk melihat seberapa besar jumlah
penyedia daya listrik. Contoh lampu Merek 1 yang dipancarkan oleh lampu LED, maka telah
dengan daya 2 W, menyerap daya aktif dari dilakukan pengukuran untuk semua sampel uji.
sistem hanya 2,5W, tetapi membutuhkan daya Pengukuran intensitas cahaya sampel uji

8
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

dilakukan dalam bola integrator selama sekitar setelah penyalaan 1000 jam terhadap daya
15 menit setiap lampu. Hasil pengukuran inten- lampu diperlihatkan dalam bentuk grafik pada
sitas cahaya lampu pada saat awal dinyalakan Gambar 6 berikut.
setelah dinyalakan selama 1000 jam dibading- 1400
Fluks Spesifikasi [Lm]

kan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah 1200 Fluks awal nyala 0 jam [Lm]
Fluks setelah nyala 1000jam [Lm}
1000 Linear (Fluks setelah nyala 1000jam [Lm})

lampu setelah dinyalakan mengalami peru- Linear (Fluks awal nyala 0 jam [Lm])

Fluks Cahaya [Lm]


800 Linear (Fluks setelah nyala 1000jam [Lm})

bahan lumen yang dihasilkan kurang dari 90%. 600

400

Hasil pengukuran lumen diperlihatkan pada 200

Gambar 5 berikut.
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Daya [W]

1300
Fluks spek [Lm]
Gambar 6. Hubungan Fluks cahaya terhadap
1200
1100 Fluks awal [Lm] daya
Fluks Cahaya [Lumen]

1000
900 Fluks setelah nyala 1000jam [Lm]
800
700
600
Dari gambar di atas lebih jelas terlihat
500
400
300
bahwa variasi fluks cahaya lampu terhadap
200
100
0 daya cukup besar, terutama lampu 9 dan 10
2W-E-01-Merek 01
3W-E-02-Merek 02
3,5W-E-01-Merek 04
4W-E-02-Merek 01
5W-E-01-Merek 02
5W-E-04-Merek 06
5W-E-07-Merek 08
5W-E-10-Merek 09
6W-E-01-Merek 01
6W-E-04-Merek 11
7W-E-01-Merek 02
7W-E-04-Merek 12
7W-E-07-Merek 06
7W-E-10-Merek 10
8W-E-01-Merek 07
9W-E-02-Merek 11
9W-E-05-Merek 10
9W-E-08-Merek 09
10W-E-03-Merek 08
10W-E-06-Merek 07
10W-E-09-Merek 04
13W-E-01-Merek 06

watt. Misalnya lampu 9 watt, dapat


menghasilkan fluks cahaya dari 400 900 lm.
Demikian halnya untuk lampu 10 watt,
Gambar 5. Fluks cahaya Lampu LED menghasilkan variasi dari 500 1000 lm. Ini
menunjukkan bahwa lampu-lampu LED yang
Sesuai dengan standar bahwa fluks
berada dipasaran sangat bervariasi dalam hal
cahaya yang dihasilkan oleh lampu, tidak boleh
jumlah fluks cahaya yang dihasilkan, walaupun
kurang dari 90% dari apa yang dipesifikasikan
dayanya sama. Salah satu faktor
oleh pabrikan. Berdasarkan hasil pengukuran
mempengaruhi adalah karena mereknya yang
fluks cahaya awal didapatkan bahwa ada 8 unit
berbeda. Ditemukan pula adanya jumlah fluks
lampu diantara 64 unit sampel uji yang
yang dihasilkan, walaupun daya sama dan
mempunyai fluks cahaya awal kurang dari 90%
berasal dari merek yang sama.
terhadap fluks cahaya yang dispesifikasikan.
Hasil pengukuran menunjukkan pula bahwa Analisis efikasi

terjadi penurunan rata-rata fluks cahaya lampu Efikasi merupakan indikator tingat
sekitar 1,2% setelah penyalaan 1000 jam ter- efisiensi pada lampu. Pada Energy Efficiency of
hadap cahaya awal pengujian. Jadi tidak White LEDs Pacific Northwest National
ditemukan adanya signifikansi penurunan fluks Laboratory. Energy Efficiency and Renewable
cahaya setelah penyalaan 1000 jam. Fluks ca- energy, US Department of Energy [2]
haya yang dihasilkan oleh lampu sangat berva- mempublikasikan bahwa efikasi LED berada
riasi tergantung dari daya lampu. Hubungan pada nilai 60 92 Lm/W, dan lampu CFL ber-
fluks cahaya berdasarkan spesifikasi, awal dan nilai 32-60 Lm/W. Narendra B Soni [3]

9
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

menyatakan bahwa lampu nilai Efikasi CFL pula efikasinya. Pada lampu LED tidak
berada pada rentang 50 -80 Lm/W, dan untuk demikian. Hubungan daya lampu dengan ting-
lampu LED 20 60 Lm/W. Dalam jurnal yang kat efikasi berdasarkan spesifikasi, dan
ditebitkan oleh Philips [1] memberikan data pengujian awal maupun pengujian setelah nya-
umum bahwa untuk CFL mempunyai efikasi la 1000 jam tidak ditemukan adanya kecender-
50-85 Lw/W, dan lampu LED paling rendah ungan adanya perbedaan tingkat efikasi antara
50 Lw/W. Palaloi di dalam Pemetaan Efikasi lampu yang wattnya rendah dengan yang watt-
Lampu Swabalast untuk Mendukung nya besar. Hubungan efikasi lampu
Penerapan SNI 04-6958-2003 Pada Lampu berdasarkan spesifikasi, hasil pengujian awal
Hemat Energi [15] mengetengahkan hasil dan pengujian setelah nyala 1000 jam terhadap
pengujian efikasi lampu CFL berada pada watt lampu secara jelas diperlihatkan dalam
rentang 35,05 83,21 Lm/W dan rata-rata bentuk scatter, seperti tampak pada Gambar 8
62,92 Lm/W. berikut ini.

Untuk melihat sejauh mana tingkat 140

120
efikasi lampu LED yang ada dipasaran ber-
100
Efikasi [Lm/W]

dasarkan spesifikasi, hasil pengujian awal, dan 80

hasil pengujian setelah nyala 1000 jam, untuk 60

40 Efikasi spek [Lm/W]


setiap lampu dari yang paling rendah wattnya 20
Efikasi Awal 0 jam [Lm/W]
Efikasi setelah nyala 1000 jam [Lm/W]
Linear (Efikasi Awal 0 jam [Lm/W] )
hingga terbesar, dapat pada gambar berikut ini. 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Daya [W]
20 Spesifikasi daya [W] 150
19 140
Spesifikasi Efikasi [Lm/W]
Gambar 8. Hubungan efikasi terhadap daya
Pengukuran Konsumsi Daya [W]

18
17 Efikasi awal [Lm/W] 130
16 120
15 Efikasi setelah nyala 1000j [Lm/W]
Efikasi [Lumen/Watt]

110
14
13 100
12 90
11
10
9
8
80
70
60
Berdasarkan gambar di atas terlihat bah-
7 50
6
5
4
3
40
30 wa tidak nampak pengaruh daya terhadap ting-
20
2
1 10
0 0
kat efikasi pada lampu LED. Nilai efikasi
2W-E-01-Merek 01
3W-E-02-Merek 02
3,5W-E-01-Merek 04
4W-E-02-Merek 01
5W-E-01-Merek 02
5W-E-04-Merek 06
5W-E-07-Merek 08
5W-E-10-Merek 09
6W-E-01-Merek 01
6W-E-04-Merek 11
7W-E-01-Merek 02
7W-E-04-Merek 12
7W-E-07-Merek 06
7W-E-10-Merek 10
8W-E-01-Merek 07
9W-E-02-Merek 11
9W-E-05-Merek 10
9W-E-08-Merek 09
10W-E-03-Merek 08
10W-E-06-Merek 07
10W-E-09-Merek 04
13W-E-01-Merek 06

lampu untuk yang berdaya kecil dan yang


berdaya tidak berbeda secara signifikan.

Gambar 7. Efikasi lampu berdasarkan Walaupun nampak bahwa efikasi lam-


spesifikasi, hasil pengujian awal dan pengujian pu pada daya yang sama sangat variatif, na-
setelah menyala 1000 jam
mun kebanyak lampu yang diuji memiliki kon-

Berdasarkan grafik di atas terlihat sistensi efikasi yang relatif sama saat diuji

bahwa tingkat efikasi lampu tidak berpengaruh awal dan diuji setelah 1000 jam. Dari sejumlah

terhadap daya lampu. Hai ini berbeda dengan 64 sampel ada sebanyak 27 unit (42%)

lampu CFL, dimana pada lampu CFL semakin mempunyai efikasi setelah penyalaan 1000

tinggi kapasitas lampunya maka semakin baik jam lebih tinggi dari pada saat awal
dinyalakan. Ada 3 unit (4%) efikasinya tidak

10
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

berubah. Ada 29 unit (45%) lebih rendah dari


uji awal namun masih memenuhi persyaratan
di atas 90% dan 4 unit (6%), tidak memenuhi
persyaratan, karena nilai efikasinya lebih ren-
dah dari 90%. Hasil pengujian tingkat efikasi
ampu berdasarkan spesifikasi, pengukuran
awal dan pengukuran setelah 1000 jam
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat efikasi lampu berdasarkan
spesifikasi, pengukuran awal dan pengukuran
setelah 1000 jam

Seperti diperlihatkan di atas terlihat bah-


wa sebanyak 33 (51,5%) unit lampu dari 64
sampel yang diuji mengalami penurunan
efikasi dari nilai awal setelah dinyalakan 1000
jam. Sedangkan sisanya sebanyak 31 unit
(48,4%) justru efikasinya mengalami
peningkatan. Namun demikian terjadi
penurunan tingkat efikasi rata-rata dari 69,9
[lm/W] menjadi 85,5 [lm/W] atau sekitar 1,4
[lm/W]. Berdasarkan tabel di atas terlihat bah-
wa efikasi lampu berdasarkan spesifikasi be-
rada pada rentang 50 100 [Lm/W] dengan

11
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

rata-rata 84 [Lm/W]. Nilai efikasi hasil pen- punya kekurangan, yang mungkin jarang
gukuran awal berada pada rentang 56 119,5 diceritakan.
[Lm/W] dengan rata-rata 86,9 [Lm/W].
Untuk urusan color rendering ternyata LED
Sedangkan efikasi hasil pengukuran setelah
tidak sebaik lampu halogen. Acuan color
lampu dinyalakan 1000 jam berada pada
rendering terbaik tentu adalah sinar matahari,
rentang 56 119,5 [Lm/W] dengan rata-rata
dengan indeks 100 Ra, indeks yang sama juga
85,5 [ Lm/W ]. Efikasi rata - rata hasil
dimiliki lampu halogen. Sedangkan indeks
pengukuran awal dan hasil pengukuran setelah
color rendering LED rata-rata masih di bawah
nyala 1000 jam tidak jauh berbeda. Ini
80 Ra. Artinya, cahaya dari lampu LED belum
menujukkan bahwa unjuk kerja masing-masing
bisa memantulkan warna sesuai warna asli
lampu dalam hal mempertahankan efikasinya
benda yang disinarinya. Spektrum warna pada
cukup baik. Secara singkat variasi efikasi lam-
LED masih terputus-putus (discrete), akibatnya
pu diperlihatkan pada Tabel 6 berikut ini.
cahaya yang dihasilkan tidak natural. Padahal
Tabel 6. Summary hasil pengukuran efikasi mata manusia sudah terbiasa dengan spektrum
lampu LED warna dari cahaya matahari yang continous,
seperti juga spektrum warna pada halogen [5].

Beruntung sekarang sudah ada


produsen yang menyatakan bahwa produk LED
mereka sudah memiliki konsistensi yang baik,
namun jumlahnya masih sedikit jika
Analisis kelebihan dan kekurang LED
dibandingkan dengan yang belum. Dengan
sebagai pencahayaan umum
mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah
LED memiliki banyak kelebihan sebagai produk, dalam hal ini LED, tentunya akan
pencahayaan umum, tak heran kalau LED jadi mempermudah kita untuk menggunakannya
primadona. Semua orang membicarakan sesuai dengan kualitasnya. Dengan demikian
kelebihan-kelebihannya. Salah satu kelebihan kualitas cahaya yang dihasilkan pun lebih
yang paling menonjol adalah tingkat efikasinya memuaskan
yang jauh melebihi lampu pencahayaan umum
KESIMPULAN
lainnya. Ini berarti sangat efisiensi untuk
Daya lampu LED untuk pelayanan pen-
mengurangi penggunaan energi listrik.
cahayaan umum yang ada dipasaran kebanyak
Kelebihan lainnya adalah life time (umur
berada pada kisaran 2 12 Watt Fluks cahaya
lampu) tahan lama, melebihi dari lampu-lampu
yang dihasilkan oleh lampu LED berada pada
lainnya.
kisaran 200 lumen hinggal 1200 lumen.
Tapi sama halnya dengan produk
Besarnya lumen yang dihasilkan tergantung
apapun, selain punya kelebihan, LED pun
dari dayanya. Fluks yang dihasilkan setiap lam-

12
Kajian Tingkat Efikasi Lampu Led Swabalast Untuk Pencahayaan Umum

pu berbeda-beda, walaupun dayanya sama. connect/tools_literature/assets/


Namun demikian pengujian menunjukan bah- downloads/basics_of_light.pdf [diakses 1
April 2014].
wa fluks cahaya yang dinyatakan oleh
[2] Robert Lingard, Juni 2012 Energy
pabrikan hampir sama dengan hasil pengujian
Efficiency of White LEDs Pacific
awal dan hasil pengujian setelah nyala 1000 Northwest National Laboratory. Energy
jam. Efficiency and Renewable energy, US
Department of Energy.
Hasil pengukuran menyatakan bahwa terdapat
[3] Eartheasy. Energy Efficiency Lighting.
korelasi yang erat antara daya lampu dengan http://eartheasy.com/
nilai flux. Tingkat efikasi lampu awal live_energyeff_lighting.ht [diakses 25
pengujian berada pada rentang 56,3 119,5 Maret 2014].

[Lm/W] dengan rata-rata 86,9 [Lm/W]. Se- [4] Narendra B Soni 2008. The tnrasition to
LED Illumination : A case study on
dangkan efikasi setelah lampu dinyalakan
Energy Conservation. Journal of
1000 jam berada pada rentang 54,9 115,4 Theoretical and Applied Information
[Lm/W] dengan rata-rata 86,1 [Lm/W]. Ini Technology pp. 1083-1087.
berarti bahwa tingkat efikasi yang dihasilkan [5] Kelly Gordon, Juni 2008 Comparing
oleh lampu LED dapat dipertahankan rata-rata White Light LEDs to Conventional Light
Sources Pacific Northwest National
98,7% dari nilai awalnya setelah mengalami Laboratory. Energy Efficiency and
aging selama 1000 jam. Lampu LED memiliki Renewable energy, US Department of
tingkat efikasi dari lampu penerangan umum Energy.

lainnya. Umur pakai lampu ini juga lebih lama. [6] WLO Fritz, MTE Kahn, 2006 Energy
efficient lighting and energy
Walaupun efisiensi dan hemat energi, namun
management. Journal of Energy in
tentu ada kekurangannya yaitu rendering Southern Africa Vol 17 No 4 November
indeknya lebih rendah dibanding lampu 2006. Pp 33- 38.
lainnya. [7] Energy efficient lighting, 2012. Technical
Report. Office of Environment and
UCAPAN TERIMA KASIH Heritage. Department of Premier and
Cabinet Australia. www.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucap-
savepower.nsw.gov.au. (diakses 20 Maret
kan banyak terima kepada Bapak Louis, 2014).
Zulramadhanie, Diding Fahrudin, Sarwo Tu- [8] Robert Lingard, October 2010 Guide to
rino, Rendi Januardi, Heru Eka dan teman- Energy Efficient Lightings Energy
teman yang membantu kesuksesan penelitian Efficiency and Renewable energy, US
Department of Energy.
ini.
[9] Lighting the way to energy efficiency : A
DAFTAR PUSTAKA Guide to Energy Efficient Lighting
Solutions. www.sylvania.co.
[1] B
" asics of Light and Lihgting Philips
Dapat diakses di http:// [10] TCR, June 2012. Lighting the Clean
www.lighting.philips.com/pwc_li/cn_zh/ Revoluiion : The Rise of LEDs what is

13
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 17 - 30

means for Cities.


www.TheCleanRevolution.or.
[11] Comparison Chart LED Lights vs.
Incandescent Lights vs. CFLs. Http://
www/designrecycleinc.com/led%
20comp%chart.htm. [accessed 2 April
2014].
[12] Hatem Elaydi*, Zaki Al Qaraa Energy
Efficient Lighting System in Gaza Strip
Buildings American Journal of Electrical
and Electronic Engineering, 2014, Vol. 2,
No. 2, 57-61.
[13] BSN SNI IEC 62612:2013 Lampu
swabalast LED untuk pelayanan
pencahayaan umum Persyaratan
Kinerja.
[14] BSN SNI 03-6958-2003.Label tingkat
hemat energi pemanfaat tenaga listrik
untuk keperluan Rumah Tangga dan
sejenisnya
[15] Palaloi, S., 2009. Pemetaan Efikasi
Lampu Swabalas untuk Mendukung
Penerapan SNI 04-6958-2003 Pada
Lampu Hemat Energi. Jurnal
Standadisasi, BSN. Vol.11 No. 3,
Jakarta.
[16] Palaloi, S., 2013. Komparasi Penerapan
Label Tingkat Hemat Energi Unutuk
Lampu Swabalas Pada 6 Negara Asia
( Cina, Indonesia, Thailand, Vietnam,
Pakistan dan Bangladesh). Jurnal Ilmiah
Teknologi Energi. Vol.1 No. 16, B2TE-
BPPT, Jakarta.

14
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 15 - 28

POTENSI ENERGI ANGIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,


PROVINSI SUMATERA UTARA

THE WIND ENERGY POTENCY IN SERDANG BEDAGAI,


NORTH SUMATERA

Dian G. Cendrawati, Hari Soekarno, Syaiful Nasution


Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
galuh.cendrawati@gmail.com

Abstrak

Pemanfaatan energi terbarukan setempat mendapat tempat tersendiri di dalam cetak biru
pemerintah daerah. Jika hal tersebut diimplementasikan maka harus didukung oleh ketersediaan
data beserta analisa kelayakannya. Namun di sisi lain keterbatasan sumber daya manusia
seringkali menghambat pemenuhan akan kebutuhan ini. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah
memberikan analisa mengenai potensi energi angin di daerah Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra
Utara. Penentuan titik lokasi pengukuran kecepatan dan arah angin dilakukan di Desa Sentang,
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai pada koordinat 030 33.902 N dan 0990
07.775 E. Pengukuran dilakukan selama 12 bulan dengan waktu sampling rata-rata setiap 10
menit-an, pada ketinggian alat ukur 20m, 30m dan 50m. Data kemudian di ekstrak dengan
menggunakan perangkat lunak NOMAD Desktop sebagai analisa statistikal dan kemudian
dilakukan simulasi modeling dengan menggunakan perangkat lunak WAsP sebagai ekstrapolasi
horisontal sejauh radius 10 km untuk mengetahui potensi energi angin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa potensi energi angin yang dipunyai oleh Kabupaten Serdang Bedagai adalah
26 - 38 watt/m2.

Kata kunci: potensi energi angin, serdang bedagai, kecepatan rata-rata angin

Abstract

The usage of renewable energy resources has declared in the blue print of its local government
policy. It must be supported by reliable data and the feasibility study of them, but the human re-
sources competency reach the limitation for the demand growing. This research gives analysis for
the wind energy potency in Serdang Bedagai, North Sumatera. The met mast had been located in
the Sentang village, Teluk Mengkudu, by coordinat 030 33.902 N and 0990 07.775 E. The
measurement has been done for 12 months with 10 minutes mean sampling time at 20m, 30m, and
50m height. By using NOMAD Desktop software, the datas will be shown in the statistical
graphs. The modelling has been proceed by WAsP software and give us horizontal extrapoplation
in the 10 km radius from the met mast for the wind energy potency. It shows that Serdang Bedagai
has power density in the range of 26 - 38 watt/m2.
Keywords: wind energy potency, serdang bedagai, mean wind speed

Diterima : 10 Juni 2014, direvisi : 16 Februari 2015, disetujui terbit : 28 Mei 2015 15
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

PENDAHULUAN masyarakat terhadap energi yang masih rendah


dan masih kurangnya peranan pemerintah.
Kebutuhan energi di Indonesia
Pada dasarnya, angin terjadi karena
khususnya dan di dunia pada umumnya terus
perbedaan suhu antara udara panas dan udara
meningkat. Pola peningkatan tersebut di-
dingin. Di daerah khatulistiwa, udara menjadi
pengaruhi oleh pertambahan penduduk,
panas dan mengembang menjadi ringan, naik
pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi
ke atas dan bergerak ke arah yang lebih dingin.
energi masyarakat yang belum memper-
Sebaliknya, di daerah kutub yang dingin, udara
timbangkan penghematan pemakaian energi.
menjadi dingin dan turun ke bawah.
Di sisi lain, ketersediaan energi fosil yang se-
Akibatnya, terjadi perputaran udara oleh per-
lama ini menjadi sumber energi utama semakin
pindahan udara dari kutub utara ke garis katu-
menipis.[1]
listiwa menyusuri permukaan bumi dan, se-
Energi angin merupakan salah satu
baliknya, terjadi perpindahan udara dari khatu-
energi terbarukan yang berkembang pesat di
listiwa kembali ke kutub utara, melalui lapisan
dunia. Pemanfaatan energi angin yang telah
udara yang lebih tinggi. [3]
dijumpai antara lain: untuk pemompaan air
Walaupun pemanfaatan energi angin
dalam sistem irigasi, pembangkit listrik,
dapat dilakukan dimana saja, daerah-daerah
pengering, aerasi tambak ikan/udang dan lain-
yang memiliki potensi angin yang tinggi tetap
lain. Pemanfaatan energi angin dapat dilakukan
perlu diidentifikasi agar pemanfaatan energi
diberbagai wilayah, baik di area landai maupun
angin lebih kompetitif dibandingkan dengan
dataran tinggi, bahkan dapat diterapkan di laut.
[6]
[3] energi alternatif lainnya. Data akurat
Berdasarkan data Global Wind Energy
mengenai potensi energi angin di lokasi target
Council (GWEC), kapasitas terpasang
merupakan salah satu faktor penting untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Angin di dunia
dapat memanfaatkan sumber energi angin
tahun 2010 sebesar 194,4 GW, jauh meningkat
secara ekonomis dan efisien, mengingat angin
dibandingkan tahun 1996 yang baru sebesar
adalah gejala alam yang berfluktuasi. Data
6,1 GW.[5] Sementara itu, pemanfaatan energi
penting yang dibutuhkan meliputi kecepatan
angin di Indonesia belum mendapat perhatian.
dan arah angin pada lokasi target selama
Berdasarkan data Ditjen EBTKE tahun
jangka waktu minimal 1 tahun serta data me-
2012, total kapasitas terpasang dalam sistem
[6] tereologi daerah sekitar. Tujuan dari kegiatan
konversi angin baru sebesar 2,731 MW. Hal
penelitian ini adalah memberikan analisa
ini karena beberapa kendala; seperti: karena
mengenai potensi energi angin di daerah
sering dianggap belum kompetitif dibanding-
Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara ber-
kan energi fosil, belum tersedianya data
dasarkan hasil pengukuran kecepatan angina
potensi sumber daya yang lengkap, masih
pada ketinggian 20m, 30m dan 50m selama 12
terbatasnya kajian/studi yang dilakukan, akses
bulan.

16
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

Kondisi Umum Kabupaten Serdang Bedagai PLTU dan Gas yang terpasang di Pembangkit
Listrik Sicanang Medan dan melalui jalur
Peta kabupaten Serdang Bedagai di-
interkoneksi ekstra tegangan tinggi Sumatera
tunjukkan pada Gambar 1. Serdang Bedagai
Utara untuk pelayanan Kabupaten Serdang
terletak pada ketinggian hingga 500 meter dari
Bedagai. Pelanggan listrik yang terdapat di
permukaan laut, dengan iklim tropis dimana
Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari rumah
kondisi iklimnya hampir sama dengan
tangga, industri, perkantoran, badan sosial/
Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten
tempat ibadah, dan usaha lainnya. Jumlah
induk. Pengamatan Stasiun Sampali menunjuk-
pelangan listrik di Kabupaten Serdang Bedagai
kan rata-rata kelembapan udara per bulan seki-
sebanyak 93.202, pelanggan terbesar adalah
tar 84%, curah hujan berkisar antara 30 sampai
rumah tangga dengan jumlah 87.974 rumah
dengan 340 mm perbulan dengan periodik
tangga, bila di lihat jumlah rumah tangga yang
tertinggi pada bulan Agustus - September,
terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar
hari hujan per bulan berkisar 8-26 hari dengan
150.543 rumah tangga maka belum seluruhnya
periode hari hujan yang besar pada bulan Agu-
terlayani baru sekitar 71%.[4]
tus-September. Rata-rata kecepatan angin
berkisar 1,9 m/dt dengan tingkat penguapan
DASAR TEORI
sekitar 3,47 mm/hari. Temperatur udara per-
bulan minimum 23,70C dan maksimum 32,20C Rapat daya angin (Wind Power
Density = WPD) merupakan indikasi awal dari
Kemampuan sektor industri pengolahan,
potensi energi angin di suatu daerah dibanding-
pertanian, perdanganan, hotel dan restoran
kan dengan kecepatan angin. Nilai WPD sangat
sebagai sektor unggulan Kabupaten Serdang
dipengaruhi oleh distribusi kecepatan angin,
Bedagai menjadi penyumbang terbesar Produk
densitas udara dan kecepatan angin. WPD
Domestik Regional Bruto (PDRB). Seiring
didefinisikan sebagai energi angin tersedia
dengan meningkatnya kesejahteraan
dibagi dengan luas sapuan blade turbin. [3]
masyarakat, kualitas hidup masyarakat juga
mengalami peningkatan yang tergambar dalam
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) pada tahun 2011 sebesar 73,25
meningkat menjadi 73,64 di tahun 2012.
Dimana n adalah kuantitas data terekam dalam
Kebutuhan listrik di Kabupaten Serdang
jarak waktu tertentu, adalah densitas udara
Bedagai bersumber dari PLN, Listrik Diesel
dan v adalah kecepatan angin rata-rata.
dan listrik yang dikelola oleh swasta. Kapasitas
Apabila ketinggian alat ukur
listrik terpasang tahun 2010 sebesar 79.169 kW
(anemometer) kecepatan rata-rata angin tidak
dan kapasitas terpakai sebesar 32.831 kW.
sama dengan ketinggian desain turbin maka
Sumber tenaga pembangkit bersumber dari

17
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

Gambar 1. Peta Kabupaten Serdang Bedaga[4]

18
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

diperlukan perhitungan ekstrapolasi kecepatan ukur dimulai dengan survei sesaat. Titik
rata-rata angin disesuaikan dengan ketinggian pengukuran ditentukan berdasarkan informasi
yang diinginkan. Rumus yang digunakan untuk masyarakat sekitar tentang kualitas angin yang
ekstrapolasi data angin yang tersedia sesuai besar dan diskusi dengan Pemkab untuk
dengan ketinggan turbin adalah selanjutnya dilaksanakan pengukuran sesaat.
Hasil diskusi memberikan rekomendasi lokasi
pengukuran sesaat angin, yaitu :Desa Bagan
Kuala, Kec. Tanjung Beringin; Desa Sentang,
Kec. Teluk Mengkudu ; dan Desa Pantai
Dimana vh adalah kecepatan rata-rata pada Cermin, Kec. Pantai Cemin.
ketinggian turbin, vref adalah kecepatan angin
Gambar 2. Lokasi pengukuran kecepatan angin
rata-rata pada ketinggian alat ukur anemome-
di Kabupaten Serdang Bedagai (kurang lebih
ter. Hh adalah tinggi turbin dan Href adalah
140 km timur laut danau Toba)
tinggi alat ukur anemometer
Dengan mempertimbangkan kondisi
Untuk potensi daya energi angin dapat
topologi, kemudahan akses, dan pengawasan,
di hitung dengan rumus
Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu
3
P = .r.A.v .Ef

Dimana P adalah daya (W), r adalah kerapatan


udara (1.2 kg/m3), A adalah luas sapuan baling
-baling (m2), v adalah kecepatan angin (m/s)
dan Ef adalah efisiensi total sistem konversi
energi angin (maksimum 45%).[2]

METODOLOGI

Penelitian dilakukan dengan melalui tahapan


pengumpulan data sekunder untuk angin, Kabupaten Serdang Bedagai pada koordinat

terrain dan lingkungan, pengumpulan data (030 33.902 N; 0990 07.775 E) dipilih sebagai

primer profil kecepatan angin diperoleh dari lokasi menara ukur kecepatan angin (met

menara ukur kecepatan angin setinggi 50 m mast). Selanjutnya dilakukan pengukuran data

dimana anemometer terpasang pada ketinggian kecepatan dan arah angin selama 12 bulan

20 meter, 30 meter dan 50 meter, dan vane (Nopember 2012-Oktober 2013) dengan waktu

pada ketinggian 20 meter dan melakukan ana- sampling rata-rata setiap 10 menit-an. Data

lisis data dari profil angin hasil pengukuran.[2] terekam selanjutnya akan diolah dengan
menggunakan software Nomad Desktop
Pelaksanaan kegiatan lapangan dalam
sehingga akan menghasilkan data statistik.
rangka mencari lokasi pemasangan menara

19
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

Gambar 3. Kurva distribusi kecepatan angin pada ketinggian 20m, 30m dan 50m
di Desa Sentang (gambar sesuai urutan dari atas ke bawah)

20
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

Profil statistik dari kecepatan dan arah angin m kecepatan 34 m/s sebanyak 2933,7 jam
selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk atau 32,4% dari periode pengukuran.
grafik sesuai kebutuhan. Analisa dengan
Pola wind rose (gambar 4)
mensimulasikan data dalam bentuk modeling
memperlihatkan arah angin dan
untuk ektraspolasi horisontal dari titik lokasi
probabilitasnya. Arah angin dominan datang
menara ukur dapat dilakukan sejauh radius 10
dari Barat Daya (SW, 13.6%), sedangkan
km dengan menggunakan software WAsP.
frekueensi angin terkecil datang dari arah
Dengan memasukkan parameter data angin
Timur Tenggara (ESE: 1,4%). Arah dominan
(data hasil pengukuran kontinu selama 12
ini sangat diperlukan saat micrositting atau
bulan berurutan), peta vektor (topologi) dan
penempatan arah turbin sehingga bilah rotor
peta roughness (penentuan jenis roughness)
turbin akan optimal dalam menangkap angin.
maka akan didapat peta sebaran kecepatan
Gambar 5 memperlihatkan kecepatan
angin pada ketinggian tertentu, distribusi arah
angin harian dalam periode waktu interval 24
angin rata-rata pada ketinggan tertentu dan
jam. Kecepatan ratarata harian tertinggi
rapat daya angin (wind power density).
terjadi antara pukul 13.00 sampai pukul 18.00
PEMBAHASAN DAN ANALISA WIB pada ketinggian alat ukur 20 m.
Sedangkan pada ketinggian alat ukur 30 m
Dari hasil pengukuran yang
kecepatan rata-rata harian tertinggi terjadi pada
dilaksanakan mulai 6 Nopember 2012 hingga
pukul 12.00 hingga 18.00 dan untuk alat ukur
15 Nopember 2013, diperoleh data yang
pada ketinggian 50 m memberikan data bahwa
digambarkan dalam bentuk kurva distribusi
kecepatan rata-rata harian tertinggi terjadi pada
seperti terlihat Gambar 3. Total waktu
pukul 12.00 hingga 19.00 dan kecepatan di jam
pengukuran adalah 9045 jam. Kurva distribusi
lain hampir merata. Ini memperlihatkan pola
kecepatan angin rata-rata di Desa Sentang
bahwa semakin tinggi alat ukur berada maka
memperlihatkan kecepatan angin tercatat yang
hampir bisa dikatakan kecepatan angin akan
mulai dari 0 m/s sampai 12 m/s. Kecepatan
cenderung konstan sesuai angin rata-ratanya,
angin angin diatas 10 m/s hingga maksimum
dikarenakan semakin berkurangnya faktor
12 m/s hanya terjadi selama 0,83 jam atau
turbulensi udara.
0,1%. Kecepatan angin yang paling banyak
frekuensi terjadinya adalah kecepatan rata-rata Berdasarkan grafik seperti yang terlihat
sebesar 3-4m/s. Untuk di ketinggian alat ukur pada Gambar 6 bahwa kecepatan rata-rata
20 m kecepatan 3-4 m/s sebanyak 1532,67 jam angin harian untuk kurun waktu 6 Nopember
atau 16,9% periode pengukuran, untuk di 2012 hingga 15 Nopember 2013 adalah
ketinggian alat ukur 30 m kecepatan 3 4m/s kecepatan rata-rata angin harian 2,57 m/s; 3,15
sebanyak 2963 jam atau 32,7% dari periode m/s dan 3,25 m/s pada ketinggian pada
pengukuran dan untuk ketinggian alat ukur 50 ketinggian 20m, 30m dan 50 m di atas

21
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

Gambar 4. Wind rose arah angin Desa Sentang

Gambar 5. Kecepatan angin harian di Desa Sentang dalam periode waktu interval 24 jam
(gambar sesuai urutan dari atas ke bawah)

22
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

Gambar 6. Kecepatan rata-rata angin harian pada ketinggian 20m, 30m dan 50m (gambar sesuai
urutan dari atas ke bawah)

23
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

Gambar 7. Hasil simulasi kecepatan angin pada ketinggian 20m, 30 m dan 50m
(gambar sesuai urutan dari atas ke bawah)

24
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

Gambar 8. Contoh hasil simulasi modeling untuk rapat daya ngin pada ketinggian 20 m

25
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 31 - 44

Gambar 9. Grafik Daya Turbin Angin DS-700


(telah berkorespondensi dengan manufaktur produsennya)

permukaan tanah. Hal tersebut menunjukkan Berdasarkan simulasi modeling yang


bahwa kecepatan rata-rata angin di daerah dilakukan diperoleh nilai kecepatan rata-rata
Serdang Bedagai relatif kecil (kurang dari angin untuk masing-masing ketinggian 20m,
3,5m/s). Tidak terlihat adanya turbulensi yang 30m dan 50m adalah sebesar 2,57 m/s; 3,15 m/
signifikan dalam kurun waktu pengukuran. s dan 3,25 m/s dan rapat daya untuk masing-
Data hilang (tidak terekam) terjadi selama 7 masing ketinggian 20m, 30m dan 50m adalah
hari di bulan Juni 2013 akan tetapi pengaruh sebesar 26 watt/m2 , 35 watt/m2 dan 38 watt/
secara keseluruhan terhadap hasil pengolahan m2.
data dikarenakan prosentasenya tidak lebih Dengan kecepatan rata-rata angin
dari 1% dari kuantitas data yang diperoleh. kurang dari 4 m/s maka wilayah kabupaten
Serdang Bedagai mempunyai probabilitas
Ekstrapolasi kecepatan angin dalam
keberhasilan 30% untuk pengembangan
radius 10 km dari menara ukur dapat
pembangkit listrik energi angin.
disimulasikan dengan menggunakan software
Sebagai contoh apabila digunakan
modelling sehingga diperoleh sebaran
turbin angin mikro 700 W yang mempunyai
kecepatan rata-rata angin seperti terlihat pada
grafik power curve seperti terlihat pada
gambar 7. Ekstrapolasi dilakukan untuk setiap
Gambar 7. [7]
data hasil pengukuran pada ketinggian 20 m,
30 m, dan 50 m.

26
Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara

Pada kecepatan 3-4 m/s dengan dikembangkan pemanfaatannya sebagai


frekuensi 30% untuk jenis turbin angin ini PLT Angin.
hanya akan menghasilkan daya kurang dari
100 W, belum termasuk rugi-rugi (losses) dan DAFTAR PUSTAKA
efisiensi turbin angin 20%. Sehingga kurang [1]. BPPT, Perencanaan Efisiensi dan Elas-
tepat (tidak feasible) untuk dibangun tisitas Energi 2012, ISBN 978979
pembangit listrik tenaga angin. 3733579, Edisi Pertama, Nopember
2012, Penerbit BPPT.
KESIMPULAN DAN SARAN
[2]. J.F. Manwell, J.G. McGowan and A.L.
Kecepatan rata-rata angin (nilai tengah Rogers, 2002, Wind Energy Explained:
distribusi kecepatan) di Desa Sentang Theory, Design & Application, John
Kecamatan Teluk Mengkudu sebesar Wiley & Sons Ltd.

dengan kecepatan angin ratarata 2,57 [3]. Bin W et all, 2011, Power Conversion
m/s; 3,15 m/s dan 3,25 m/s pada keting- and Control of Wind Energy Systems,
Wiley-IEEE Press; 1 edition.
gian 20 m, 30 m dan 50 m; analisa Wind
Rose memperlihatkan bahwa arah angin [4]. Tim Penyusun, 2012, Serdang Bedagai
Dalam Angka 2011, Badan Pusat
dominan berasal dari barat daya (SW
Statistik Serdang Bedagai, Sumatera
14,6%). Utara.

Bulan Mei dan Juni adalah bulan-bulan [5]. World Wind Energy Association, http://
www.wwindea.org/technology/ch02/
terendah kecepatan angin sedangkan di
en/2_4_1.htm. Di akses pada 21 Mei
bulan lain kecepatan angin cenderung 2014.
stabil sesuai kecepatan rata-rata.
[6]. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Kementrian ESDM, 2013, Statistik
Perhitungan dari simulasi untuk power
Ketenagalistrikan 2013, Penerbit Ditjen
density adalah sebesar 26 watt/m2 , 35 Ketenagalistrikan.
watt/m2 dan 38 watt/m2 untuk ketinggian
[7]. http://www.hi-vawt.com.tw/en/
20m , 30m dan 50 m. ds700w.htm diakses pada 21 Mei 2014.

Penggunaan mesin turbin angin


kapasitas 700 W akan menghasilkan
daya sebesar kurang dari 100 W.

Potensi energi angin di wilayah


Kecamatan Teluk Mengkudu,
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara tidak disarankan untuk

27
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 29 - 36

PERHITUNGAN NILAI FAKTOR EMISI CO2 DARI PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SISTEM TERISOLASI

THE CALCULATION OF CO2 EMISSION VALUE FACTOR


OF THE MICRO HYDRO POWER PLANT ISOLATED SYSTEM

Adolf Leopold SM Sihombing(1), I Made Agus Dharma Susila, dan Medhina Magdalena
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
(1)
leopoldsihombing@yahoo.com

Abstrak
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) melalui tahapan-tahapan seperti kon-
struksi sipil, mekanikal-elektrikal dan pembangunan jaringan listrik. Setiap tahapan membutuhkan
material dan energi yang berpotensi menghasilkan emisi CO2 baik secara langsung maupun tidak lang-
sung. Studi kali ini bertujuan untuk menghitung emisi CO2 per satuan produksi listrik dari siklus hidup
pembangunan PLTMH sistem terisolasi dengan menggunakan perangkat penakaran daur hidup atau
Life Cycle Assessment (LCA) sesuai ISO 14040 dan 14044. LCA merupakan perangkat yang
digunakan untuk melakukan evaluasi dampak lingkungan dari suatu sistem atau produk berdasarkan
keseluruhan siklus hidupnya. Unit fungsional yang digunakan adalah gram-CO2/kWh. Studi kasus
mengambil lokasi di PLTMH Tangsi Jaya dan PLTMH Maninili. Nilai perhitungan faktor emisi Pem-
bangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) off-grid berdasarkan kondisi rill memiliki rentang antara
10,79 95,9 g-CO2/kWh. Kontruksi sipil merupakan kontributor emisi CO2 terbesar pada PLTMH off-
grid yaitu sebesar 53-74%, dimana semen dan baja menjadi komponen penyumbang emisi utama pada
tahapan kontruksi sipil.

Kata kunci : faktor emisi CO2, pembangkit listrik mikrohidro, sistem terisolasi

Abstract
The construction of microhydro power plant (MHP) through stages such as civil construction, me-
chanical-electrical and electrical network construction. Each stage requires materials and energy that
could potentially releases CO2 emissions, either directly or indirectly. This particular study is aimed to
calculate the CO2 emissions per unit of electricity production from the life cycle of PLTMH isolated
system by using Life Cycle Assessment (LCA) according to ISO 14040 and 14044. LCA is a tool for
evaluating the environmental impacts of a system or product throughout its entire life span. Functional
unit used is gram-CO2/kWh.. The case study took place in Tangsi Jaya MHP and Maninili MHP. The
emission factor from off-grid system of micro hydro power plant (MHP) based on real condition has a
range between 10.79 to 95.9 g-CO2/kWh. Civil construction is the largest contributor of CO2 emissions
in PLTMH off-grid which is equal to 53-74% where cement and steel are the major emitter compo-
nents in civil construction stage.

Keywords: CO2 emission factor, microhydro power plant, isolated system

Diterima : 30 Januari 2015, direvisi : 30 April 2015, disetujui terbit : 28 Mei 2015 29
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 45 - 52

PENDAHULUAN MWh. Studi lainnya dilakukan oleh Andrew


Pascale dkk.5 di negara Thailand untuk pembangkit
Peningkatkan rasio elektrifikasi pada lokasi listrik tenaga air kapasitas 3 kW. Nilai faktor emisi
yang sulit dijangkau jaringan listrik PLN dapat pada studi tersebut sebesar 52,7 g-CO2/kWh.
dilakukan dengan mengembangkan sumber energi Kontributor terbesar dalam studi ini adalah
berdasarkan potensi lokal. Salah satu jenis pembuatan jaringan distribusi dan transmisi listrik
teknologi energi terbarukan yang telah yaitu sekitar 27% dari total emisi5.
dikembangkan secara masif adalah pembangkit
Studi kali ini bertujuan untuk menghitung
listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Secara
emisi CO2 per satuan produksi listrik dari siklus
geografis, potensi sumber daya air untuk PLTMH
hidup pembangunan pembangkit listrik tenaga
tersedia hampir merata di seluruh wilayah
mikrohidro (PLTMH) yang belum terhubung
Indonesia. Peluang pengembangan terlihat dari
dengan jaringan listrik PLN (off-grid).
pemanfaatan yang baru mencapai 228 MW dari
total potensi sebesar 450 MW1. Selain itu,
METODOLOGI
Indonesia juga memiliki kemampuan melakukan
manufaktur komponen PLTMH seperti turbin dan Metodologi yang digunakan pada studi
mampu menyediakan material kontruksi dalam
ini adalah penakaran daur hidup atau Life
negeri seperti baja dan semen. Beberapa komponen
Cycle Assessment (LCA) sebagaimana yang
lainnya masih bergantung pada suplai dari luar
didefinisikan dalam ISO 14040 dan 14044.
seperti generator. Proses pembangunan PLTMH
Langkah pertama dalam LCA adalah
terdiri dari beberapa tahapan mulai dari kontruksi
sipil, mekanikal-elektrikal hingga pembangunan menetapkan tujuan dan lingkup kegiatan yang

jaringan listrik. Setiap tahapan ini sedianya akan dianalisis. Pada penelitian ini lingkup
menggunakan material dan energi yang kegiatan akan dibatasi mulai dari tahapan
memungkinkan untuk menghasilkan emisi. konstruksi sipil, mekanikal elektrikal dan
Beberapa riset telah dilakukan di berbagai negara jaringan tegangan rendah seperti pada Gambar
guna menghitung dampak lingkungan dari 1. Langkah selanjutnya adalah melakukan
2
pembangunan PLTMH. Varun dkk , melakukan
inventaris data dan analisis perhitungan emisi
analisa guna menghitung penggunaan energi dan
CO2 yang dihasilkan [6,7].
emisi CO2 dari PLTMH di India berdasarkan
metode input-output ekonomi (IOE). Rentang nilai Transportasi peralatan yang digunakan
emisi yang diperoleh sebesar 55-74 g-CO2/kWh. selama tahapan kegiatan akan dimasukkan
Studi yang dilakukan di China oleh Qinfen Zhang
dalam perhitungan dengan pertimbangan jarak
dkk.3, menunjukkan rentang emisi gas rumah kaca
tempuh berdasarkan lokasi pabrik atau
dari pembangkit listrik tenaga air adalah 6-44
distributor menuju lokasi pembangkitan
gCO2/kWh. William Steinhurst dkk.4 dalam
PLTMH. Unit fungsional yang digunakan
bukunya berjudul Hydropower Greenhouse Gas
Emissions meperlihatkan bahwa rentang emisi dari
adalah 1 kWh listrik yang dihasilkan dari

pembangkit listrik tenaga air jenis run of river atau pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Emisi
non-tropical reservoir adalah 0,5-152 kg-CO2/ gas rumah kaca dihitung berdasarkan jumlah

30
Perhitungan Nilai Faktor Emisi CO2 Dari Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro Sistem Terisolasi

CO2 per kWh produksi listrik dalam durasi 20 bagai berikut: perawatan rutin selama 7 hari/
tahun berdasarkan ketentuan dari IPCC. tahun, perbaikan (insidentil) selama 7 hari/
Analisa dampak lingkungan dalam studi ini tahun dan perbaikan akibat bencana alam sela-
hanya difokuskan pada besar emisi Gas Rumah ma 16 hari/tahun.
Kaca dalam satuan gram-CO2 / kWh pada dua
Rumus perhitungan produksi listrik
lokasi yaitu PLTMH Tangsi Jaya di Jawa Barat
mengikuti persamaan sebagai berikut :
dan PLTMH Maninili di Sulawesi Tengah.

Produksi listrik yang akan digunakan


P = kapasitas pembangkit (kW)
dalam analisis adalah data produksi listrik
berdasarkan perhitungan teoritis dan t = waktu produksi dalam periode waktu (jam)

perhitungan berdasarkan pengamatan dan


pengukuran pada kontrol panel. Produksi listrik HASIL DAN PEMBAHASAN
teoritis adalah perhitungan yang PLTMH Tangsi Jaya terletak di Dusun
menggambarkan jumlah listrik yang dapat Tangsi Jaya, Kecamatan Gunung Halu,
dihasilkan dari kondisi ideal suatu pembangkit Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat.
berdasarkan potensi sumber air yang ada PLTMH Tangsi Jaya memanfaatkan aliran
dengan waktu operasi selama 24 jam dalam Sungai Ciputri dengan debit 0,459 m3/detik.
satu hari. Produksi listrik berdasarkan Tinggi jatuhan air (gross head) PLTMH Tangsi
pengamatan dan pengukuran pada kontrol Jaya adalah 8 meter dengan perkiraan listrik
panel adalah perhitungan yang yang dihasilkan sebesar 18 kW. Kapasitas ini
menggambarkan jumlah listrik yang mampu guna memenuhi kebutuhan listrik 71
dihasilkan oleh pembangkit berdasarkan pelanggan. Berdasarkan spesifikasi teknis
kondisi nyata di lapangan. Waktu operasi pada diatas, kemudian ditentukan jumlah kebutuhan
perhitungan ini telah mempertimbangkan material dan energi pada setiap tahapan
jumlah hari dalam setahun untuk melakukan pekerjaan termasuk kebutuhan bahan bakar
perbaikan dan perawatan, dengan catatan se-

Gambar 1. Lingkup Analisis

31
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 45 - 52

yang dipergunakan dalam transportasi menampilkan jumlah produksi listrik dari tiap
pengangkutan barang terlihat pada Tabel 1. pembangkit.

Tabel 1. Inventori Kebutuhan Material dan Terdapat perbedaan jumlah produksi listrik
Energi PLTMH Tangsi Jaya berdasarkan hitungan teoritis dan pengamatan
serta perhitungan pada kontrol panel. PLTMH
Tangsi Jaya beroperasi selama 22-24 jam/hari.
Ini menunjukkan bahwa kecilnya angka
produksi listrik pada lokasi tersebut lebih
dikarenakan permintaan daya yang tidak pada
kapasitas optimalnya. PLTMH Tangsi Jaya
dari kapasitas 20 kW hanya termanfaatkan
sebanyak 15 kW. PLTMH Maninili memiliki
persentase terkecil dalam memaksimalkan
daya yang dapat dihasilkan oleh pembangkit.
Kapasitas perencanaan PLTMH Maninili
sebesar 40 kW, akan tetapi hanya mampu
dimanfaatkan sebesar 19 kW.
Tabel 2. Inventori Kebutuhan Material dan
Energi PLTMH Maninili
PLTMH Maninili terletak di desa
Maninili, Kecamatan Tinombo, Kabupaten
Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah.
PLTMH Maninili berkapasitas 40 kW dengan
tinggi jatuh air (gross head) 15 meter dengan
desain debit 0,425 m3/detik. PLTMH Maninili
merupakan pembangkit off-grid yang
terhubung dengan Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan
Rendah (JTR). Hasil inventarisasi kebutuhan
material dan energi pada setiap tahapan
pekerjaan diperlihatkan pada Tabel 2.

Data produksi listrik dari masing-masing


pembangkit akan diekstrapolasi guna
mendapatkan data produksi listrik selama
kurun waktu 20 tahun. Tabel 3 berikut ini akan

32
Perhitungan Nilai Faktor Emisi CO2 Dari Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro Sistem Terisolasi

Kecilnya jumlah produksi listrik PLTMH penghasil emisi pada tahapan pembangunan
Maninili selain disebabkan banyaknya warga jaringan listrik.
yang beralih ke listrik PLN sehingga Jaringan listrik pada PLTMH Maninili
mengurangi permintaan daya, juga dikarenakan memberikan kontribusi emisi yang hampir
operasional PLTMH hanya selama 5 jam/hari sama besar dengan tahapan konstruksi sipil.
dan diperuntukkan pada saat malam hari. Hal ini disebabkan jarak antara PLTMH
Maninili dengan pusat beban yang jauh,
Tabel 3. Produksi Listrik PLTMH Periode 20
Tahun sehingga membutuhkan material yang lebih
besar.

Tabel 4 berikut ini akan


memperlihatkan nilai emisi yang dihasilkan
dari setiap unsur/tahapan dalam pembangunan
PLTMH Terisolasi. Total emisi CO2 yang
Gambar 2. Persentase Kontribusi Emisi CO2
dihasilkan oleh masing-masing pembangkit
adalah sebagai berikut : PLTMH Tangsi Jaya Total nilai emisi CO2 tersebut kemudian dibagi
sebesar 26.331,19 kg-CO2 dan PLTMH dengan total produksi listrik guna memperoleh
Maninili sebesar 45.597,88 kg-CO2. Terlihat nilai faktor emisi dalam satuan gram-CO2/kWh,
dalam Gambar 2 bahwa dari total emisi yang yang angkanya spesifik untuk lokasi tempat
dihasilkan dalam suatu siklus hidup PLTMH, dilakukannya studi. Nilai tersebut tidak dapat
tahapan konstruksi sipil memberikan kontribusi digeneralisir ke semua PLTMH Terisolasi yang
sebesar 53% - 74%, tahapan mekanikal- ada di Indonesia. Besar nilai faktor emisi
elektrikal sebesar (ME) 1,4% - 2,9%, tahapan disajikan dalam Tabel 5. Apabila menggunakan
jaringan listrik (JTR) sebesar 21,8% - 42,8%, nilai produksi listrik berdasarkan perhitungan
dan transportasi sebesar 1,7% - 2,1%. Material teoritis, maka PLTMH Tangsi Jaya memiliki
yang berperan dalam menyumbang emisi CO2 nilai faktor emisi sebesar 8,19 g-CO2/kWh dan
pada tahapan konstruksi sipil antara lain : PLTMH Maninili sebesar 7,09 g-CO2/kWh.
semen (60%-64%) dan besi baja (9%-22%). Nilai faktor emisi ini menjadi besar jika nilai
Penggunaan tiang listrik dan kabel untuk produksi listrik menggunakan perhitungan
tranmisi/distribusi merupakan sumber berdasarkan pengamatan pada kontrol panel,

Tabel 4. Besar Emisi CO2 dari PLTMH Terisolasi

33
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 45 - 52

yaitu PLTMH Tangsi Jaya sebesar 10,79 g- Andrew Pascale dkk.5 untuk PLTMH di
CO2/kWh dan PLTMH Maninili sebesar 95,9 g Thailand (52,7 g-CO2/kWh). Studi kasus yang
-CO2/kWh. dilakukan pada PLTMH Karmi dan Jakhna2 di
Fluktuasi nilai faktor emisi pada kedua India memperlihatkan bahwa tahapan
lokasi sangat dipengaruhi oleh produksi listrik pekerjaan sipil memberikan kontribusi emisi
yang dihasilkan. Berdasarkan data pada Tabel CO2 sebesar 60-67%, elektrikal-mekanikal
3, terlihat bahwa rasio antara produksi listrik sebesar 25-31% dan jaringan listrik sebesar 7%
teoritis dan produksi listrik rill untuk PLTMH dari total emisi yang dihasilkan. Pola
Tangsi Jaya (75,84%) jauh lebih besar bila kontribusi yang berbeda diperlihatkan pada
dibandingkan dengan PLTMH Maninili studi kasus yang dilakukan di Huai Kra Thing
(7,39%). Ini berarti PLTMH Tangsi Jaya India dimana tahapan pekerjaan sipil
beroperasi lebih efisien dibandingkan PLTMH memberikan kontribusi sebesar 25,61%,
Maninili. Ketidakefisienan PLTMH Maninili elektrikal-mekanikal sebesar 22,21% dan
disebabkan beberapa hal seperti kurangnya jaringan listrik sebesar 52,7%.
permintaan kebutuhan listrik dari PLTMH
William dkk.4 juga menjelaskan bahwa
dikarenakan sebagian besar masyarakat telah
pembangkit listrik tenaga mikrohidro
beralih menggunakan listrik PLN serta
(PLTMH) menghasilkan emisi yang lebih kecil
terbatasnya sumber daya air. Sebagai catatan di
bila dibandingkan dengan pembangkit listrik
Maninili terdapat tiga bulan dalam setahun
tenaga fosil seperti pembangkit listrik tenaga
dimana suplai air untuk pembangkit berada
gas alam (400-500 g-CO2/kWh) dan PLTU
dibawah debit minimum, sehingga mengurangi
batubara (900-1200 g-CO2/kWh)
jam operasi pembangkit yang berdampak pada
Beberapa faktor yang mempengaruhi
produksi listrik yang dihasilkan.
besar nilai emisi pada tahapan kontruksi sipil
Tabel 5. Nilai Faktor Emisi di PLTMH antara lain kondisi topografi, kapasitas
Terisolasi (off-grid) pembangkit dan desain kontruksi. Sedangkan
besar emisi pada tahapan jaringan listrik
dipengaruhi oleh radius antara pembangkit dan
pusat beban. Faktor emisi CO2 akan menurun
apabila kapasitas produksi listrik meningkat.
Hal ini pulalah yang menjelaskan besarnya
nilai faktor emisi CO2 di PLTMH Maninili.
Nilai faktor emisi pada kedua lokasi di
Indonesia tersebut memberikan hasil yang KESIMPULAN
lebih rendah bila dibandingkan dengan
2
penelitian yang dilakukan Varun dkk. untuk Nilai perhitungan faktor emisi

PLTMH di India (55-74 g-CO2/kWh) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

34
Perhitungan Nilai Faktor Emisi CO2 Dari Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro Sistem Terisolasi

(PLTMH) off-grid berdasarkan kondisi riil [4]. William Steinhurst, Patrick Knight and
memiliki rentang antara 10,79 95,9 g-CO2/ Melissa Schultz., Hydropower
Greenhouse Gas Emissions, Synapse,
kWh. Nilai ini akan berbeda dengan
2012, Halaman. 2. Sumber : www.synapse
perhitungan teoritis, dikarenakan kondisi -energy.co.
operasional pembangkit seperti kapasitas daya
[5]. Andrew Pascale, Tania Urmee, Andrew
yang termanfaatkan dari pembangkit serta lama Moore,. Life Cycle Assessmentof a
waktu (jam) operasi pembangkit. Kontruksi Community Hydroelectric Power System
sipil merupakan kontributor emisi CO2 terbesar in Rural Thailand. Renewable Energy
Volume 36. No.11, Hal 2799-2808, No-
pada PLTMH off-grid yaitu sebesar 53-74%,
vember 2011.
dimana semen dan baja menjadi komponen
[6]. International Organization for
penyumbang emisi utama pada tahapan Standardization Organization (ISO). 2006.
kontruksi sipil. Environmental management-Life cycle
assessment-Principles and framework.
Pengembangan PLTMH harus ISO.
memperhatikan dua faktor yaitu permintaan
[7]. International Organization for
listrik (demand) dan sumber daya air
Standardization Organization (ISO). 2006.
(resources), dikarenakan faktor inilah yang
Environmental management-Life cycle
menentukan kerja optimal PLTMH dalam
assessment-Requirements and guidelines.
memproduksi listrik.
ISO.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Statistik Energi Terbarukan. Kementerian


ESDM. Sumber : http://www.esdm.go.id/
publikasi/statistik/cat_view/58-
publikasi/240-statistik/355-statistik-energi
-baru-terbarukan.htm. Tanggal download
4 Juli 2014.
[2]. Varun, Bhat, Ravi Prakash., Life Cycle
Analysis of Run-of River Small Hydro
PowerPlants in India, The Open
Renewable Energy Journal, 2008, Volume
1, Hal 11-16.
[3]. Qinfen Zhang, Bryan Karney, Heater
MacLean, Jingchun Feng., Life-Cycle
Inventory of Energy Use and Greenhouse
Gas Emissions for Two Hydropower
Projects in China. Journal of
Infrastructure Systems. Volume 13 No.4,
Hal. 271-279,Desember 2007.

35
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 37 - 54

ANALISIS KEGAGALAN MECHANICAL SEAL PADA PENGUJIAN


KEBOCORAN TURBIN ORC

THE ANALYSIS OF THE MECHANICAL SEAL FAILURE AT ORC


TURBINE LEAKAGE TEST

Guntur Tri Setiadanu(1), Yohanes Gunawan, Didi Sukaryadi


Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
(1)
guntur_tri_s@yahoo.com

Abstrak
Mechanical seal adalah peralatan yang berfungsi untuk mencegah kebocoran pada turbin organic
rankine cycle (ORC) yang bekerja dengan menggesekan permukaan o-ring tungsten karbida (WC) dan
grafit (C). Terjadi kegagalan pada pengujian kebocoran mechanical seal untuk turbin ORC akibat
patahnya ring tungsten karbida. Studi ini melakukan analisis kerusakan ring tungsten kabida yang
patah. Hasil yang didapatkan adalah terjadi fenomena panas berlebih ketika gesekan operasi ring tung-
sten karbida yang tidak mampu didinginkan oleh sistem pendingin menggunakan oli SAE 40 pada saat
pengujian. Dari pengujian pada ring tungsten karbida didapatkan bahwa terjadi retak akibat panas
yang tinggi pada permukaan gesek ring tungsten pada lokasi dibawah garis tengah permukaan gesek.
Retak tersebut diinisiasi oleh kombinasi pelemahan ikatan pada batas butir tungsten karbida, bending
momen akibat laju ekspansi termal yang berbeda karena pendinginan yang tidak merata dan getaran
pada permukaan gesek. Dengan naiknya temperatur, getaran dan tekanan kerja retak tersebut terpropa-
gasi sehingga ring tungsten menjadi patah.

Kata kunci : PLTP, turbin ORC, mechanical seal, ring tungsten karbida, analisis kerusakan

Abstract

Mechanical seal is an equipment that prevents leakage in an ORC (organic rankine cycle) turbine by
utilize surface friction between tungsten carbide (WC) and graphite (C) o-rings. Failure has occurred
in the testing of mechanical leakage for ORC turbine caused by tungsten carbide ring fracture. This
study conducts a damage analysis of the fractured tungsten carbide ring. The result shows that there
is an overheat phenomenon caused by the fraction of o-ring tungsten carbides which unable to cool off
using SAE 40 cooling system. From the ring tungsten carbides test, it is known that a heat cracks has
occurred below the center line of the tungsten ring friction surface. The crack is initiated by the com-
bination of the bond weakening at the grain boundaries of tungsten carbides, the bending moments
from the different rate of thermal expansion cause by unproper cooling system and vibration at

Diterima : 28 Maret 2014, Direvisi : 17 April 2015, Disetujui terbit : 28 Mei 2015 37
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

friction surface. The increase of the temperature, vibration and work pressure have caused the crack
to be propagated so the tungsten ring became broken.

Keywords : Geothermal power plants, ORC turbine, mechanical seal, tungsten carbide ring,
failure analysis

PENDAHULUAN (<150C) dari ke 312 lokasi yang tersebar

Selain mempunyai sifat yang tidak terba- lebih besar dari pada potensi sumber daya

rukan, fakta juga menunjukkan bahwa energi panas bumi entalpi tinggi (>150C), dikare-

fosil, merupakan sumber energi yang saat ini nakan reservoir panas bumi dengan sistim en-

masih banyak digunakan karena mempunyai talphi rendah tersebar luas dan dijumpai di

karakteristik pembakaran yang sangat baik, kedalaman dangkal.

terutama laju reaksi dan nilai kalor yang ting- Sistem ORC dapat mengkonversi energi
gi. Hal ini membuat energi fosil mempunyai dari klasifikasi panas bumi sistem entalpi ren-
komoditi yang tinggi. Di sisi lain, dengan dah atau temperatur <150C menjadi energi
meningkatnya harga energi fosil maka akan listrik. Sistem ORC merupakan sistem dengan
memberikan kesempatan para pengguna energi prinsip termodinamika tertutup yang
untuk mencari alternatif sumber energi lain menggunakan fluida kerja kedua untuk mem-
yang renewable. Mengingat kondisi rasio el- bangkitkan energi listrik.
ektrifikasi yang belum merata dan berlim-
Pada sistem organic rankine cycle
pahnya potensi energi terbarukan (surya,
(ORC), konversi energi panas menjadi sumber
biomassa, panas bumi) yang masih belum di-
listrik, dapat memanfaatkan sisa energi yang
manfaatkan secara optimal, pemerintah
berasal dari panas buang turbin, gas buang me-
mengeluarkan kebijakan Peraturan
sin-mesin industri, brine panas bumi, matahari
Pemerintah No. 79/2014 tentang Kebijakan
dan ocean thermal energy conversion (OTEC).
Energi Nasional (KEN) untuk meningkatkan
Prinsip dari sistem ORC adalah seperti prinsip
pemanfaatan renewable energy . Ketersediaan
pada siklus rankine konvensional atau prinsip
energi renewable di Indonesia untuk panas
termodinamika tertutup dengan pemakaian
bumi, menurut data dari Pusat Sumber Daya
fluida kedua, dimana fluida ini mempunyai
Geologi, KESDM, dari status November 2013
massa jenis dan massa didih yang lebih rendah
terdapat potensi 312 lokasi yang tersebar di
dari air. Skema dari pembangkit listrik sistem
seluruh Indonesia dan potensi energi sekitar
ORC bisa dilihat pada gambar 1.
28.786 MWe dan 1196 Mwe terpasang [1].
Sistem panas bumi entalpi rendah oleh Haenel, Beberapa fluida kerja yang biasa dipakai

Rybach & Stegna (1988) dikategorikan untuk dalam sistem ORC adalah Isobutane, n-

sistem dengan temperatur dibawah 150C [2]. pentane, R-134a, R-245fa, n-Hexane, Toluena

Potensi sumber panas bumi entalphi rendah [3].

38
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

Gambar 1. Skema sistem Pembangkit listrik sistem ORC skala 50 kW memanfaatkan brine PLTP
[4]

Pusat Penelitian dan Pengembangan gerak dan mempunyai titik didih lebih rendah
Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru dari air. Pemilihan fluida kerja tentunya dis-
Terbarukan dan Konservasi Energi esuaikan dengan karakteristiknya yang
(P3TKEBTKE) Kementerian ESDM mengem- berkaitan dengan tekanan dan temperature
bangkan pembangkit listrik sistem ORC operasional. Pada sistem ORC cycles, fluida
dengan memanfaatkan air panas buangan kerja mengalami perubahan 2 (dua) wujud atau
(brine) dari PLTP dieng yang masih mempu- fase yaitu cair dan gas dalam siklus tertutup.
o
nyai temperatur mencapai 170 C, dan diharap- Dengan adanya fase gas di sub-sistem evapo-
kan mampu menghasilkan listrik sebesar 50 rator dan turbin, maka kemungkinan adanya
kW [4]. kebocoran bisa terjadi. Daya yang bisa
dihasilkan oleh turbin berbanding lurus dengan
Prinsip utama dari sistem ORC adalah
volume gas yang mengalir dan perbedaan
bagaimana bisa memanaskan fluida kerja un-
tekanan & temperatur evaporator - kondenser
tuk menggerakkan turbin pada suatu siklus
[3]. Penyaluran energi turbin ke generator me-
tertutup. Salah satu permasalahan utama pada
lalui porosnya memungkinkan adanya ke-
turbin ORC ini adalah kebocoran fluida kerja
bocoran karena fase fluida kerja yang melewa-
pada seal antara turbin dan generator. Dalam
ti turbin berwujud gas dan bertekanan relatif
mengkonversi energi, sistem ORC membutuh-
tinggi sekitar 7-15 bar tergantung dari jenis
kan fluida kerja yang berfungsi sebagai peng-

39
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

fluida kerja yang digunakan. Dengan ter- menyusup ke celah-celah antara poros dan ru-
jadinya kebocoran maka lambat-laun volume mah turbin. Untuk mencegah terjadinya ke-
fluida kerja yang diisikan didalam sistem ORC bocoran maka harus ditempat alat penghalang
tersebut akan mengalami penyusutan. Berku- kebocoran (seal) dilokasi tersebut. Ada be-
rangnya volume media-kerja tentunya berapa tipe seal yang bisa digunakan untuk
mengakibatkan penurunan tekanan dan laju mencegah kebocoran dari poros turbin yang
gas fluida kerja yang dihasilkan oleh evapora- berputar, yaitu dengan menggunakan seal jenis
tor sehingga berdampak pada penurunan unjuk labirin atau mechanical seal. Pada prototipe
-kerja sistem ORC. Disamping itu kebocoran turbin ORC yang dikembangkan P3TKEBTKE
gas fluida kerja bisa menimbulkan kebakaran digunakan mechanical seal karena mempunyai
karena fluida kerja yang digunakan adalah kemampuan untuk menahan kebocoran yang
jenis hidrokarbon yang mudah terbakar. bagus pada benda-benda berputar seperti pada
pompa dan turbin, serta panjang poros dari
Pada sistem ORC di atas daerah yang
turbin ke generator tidak terlalu panjang,
rawan terjadi kebocoran adalah poros keluar
dibandingkan dengan seal sistem labirin yang
turbin ke gear box dan generator, gambar 2,
membutuhkan poros yang jauh lebih panjang.
dimana fluida kerja dengan tekanan tinggi bisa

Gambar 2. Turbin ORC untuk PLTP dengan kapasitas 50 kW

40
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

Mechanical seal adalah suatu peralatan Beberapa jenis mechanical seal yang
pencegah kebocoran yang memanfaatkan dua ada dipasaran tidak ada yang bisa memenuhi
permukaan ring yang saling menekan sehingga kriteria ini, sehingga dilakukan proses
bisa mencegah terjadinya kebocoran. Mechan- perancangan dan fabrikasi sendiri dari me-
ical seal merupakan kombinasi menyatu antara chanical seal yang digunakan dengan parame-
ring/sealface yang melekat pada shaft yang ter input adalah: diameter poros turbin (d): 80
berputar dan sealface yang diam pada dinding mm, tekanan operasional (P): 2 -5 bar, temper-
casing/housing turbin yang ditekan oleh sistem atur operasional (T): 45 -80C dan media yang
pegas. Karena prinsip mechanical seal yang diproteksi: hidro-karbon (n-pentana). Gas hi-
bergesekan antar ring maka dalam operasinya drokarbon mempunyai molekul yang kecil dan
selalu menghasilkan panas, seperti terlihat pa- indek viskositas yang sangat kecil, sehingga
da gambar 3. dalam desain digunakan proteksi bertingkat
yaitu menggunakan mechanical seal sistem
Untuk menjaga keselamatan operasional
double seperti pada gambar 4. Sistem double
dari pembangkit yang dikembangkan, maka
juga berguna untuk memberikan ruang alir
disyaratkan mechanical seal yang digunakan
bagi fluida pendingan yang digunakan untuk
harus bisa beroperasi dengan temperatur
menjaga temperatur dari mechanical seal,
dibawah 80C.
dengan menggunakan sistem double ini maka

Gambar 3. Gesekan antar ring menghalangi fluida didalam untuk bocor keluar (sumber diedit :
http://bin95.com/Training_Software/Mechanical-Seal-Selection.htm)

41
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

dimungkinkan untuk memberikan lubang ali- Untuk menggaransi mechanical seal yang
ran fluida pendingin menjadi lebih besar se- sudah dirakit dengan rumah turbin maka perlu
hingga panas yang dibuang juga menjadi lebih dilakukan tes kebocoran / leakage test. Terjadi
besar. Fluida pendinginan yang digunakan kegagalan fungsi seal mekanik pada pengujian
adalah SAE 40 yang juga digunakan sebagai tersebut, dimana terjadi kebocoran dan nai-
pelumas dari gearbox. knya temperatur dari seal mekanik.

Permukaan gesek / sealface yang Tipe kerusakan dari seal mekanik bisa
digunakan adalah ring berbahan tungsten kar- diidentifikasi dari tiga penyebab utama dari
bida dan ring berbahan grafit, yang didapatkan kerusakan, yaitu temperatur, tekanan, ke-
di pasaran. Salah satu kriteria utama dari per- cepatan dan kombinasi dari ketiganya [6]. Ke-
mukaan seal adalah kerataan / flatness, untuk rusakan bisa terjadi pada tempat-tempat terten-
itu pada semua ring yang dibeli dilakukan uji tu yaitu: antara permukaan seal, antara second-
flatness untuk menggaransi kerataan dari ring ary seal dengan primary ring, dan antara sec-
yang digunakan, pengujian kerataan ondary seal dengan mating ring [5].
menggunakan metode optical flat yang terbuat
Paper ini bertujuan untuk memberikan
dari quartz [5].
analisis kegagalan dari mechanical seal pada
pengujian kebocoran tersebut dan memberikan

Gambar 4. Mechanical seal sistem double untuk Turbin ORC skala 50 kW

42
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

gambaran yang mendalam mengenai kerja me- 6000 rpm, kemudian dicatat penurunan
chanical seal dalam turbin ORC. Dari hasil tekanan yang terukur pada manometer serta
analisis tersebut maka bisa dilakukan re-desain suhu permukaan mechanical seal dan suhu
dari mechanical seal yang ada sehingga bisa pelumas yang keluar dari mechanical seal.
memenuhi kebutuhan kerja dari turbin ORC. Gambar 5 menunjukkan skema peralatan pen-
gujian kebocoran mechanical seal pada turbin
METODOLOGI
ORC yang sudah dimanufaktur. Pengujian ini
Metodologi pengujian kebocoran mechani- dilakukan di PT. Dewata Puritama Energi
cal seal pada turbin ORC Bandung.
Pengujian kebocoran pada mechanical Metodologi analisis kegagalan
seal dilakukan dengan mengkompresi turbin
Dilakukan pembongkaran dari sistem
sampai tekanan kerja mechanical seal yaitu
mechanical seal, dan dilakukan pengamatan
sama dengan tekanan kerja fluida keluar turbin
visual. Dari hasil pengamatan visual maka
pada 2 bar dengan udara secara bertahap,
ditemukan bahwa ring tungsten dari mechani-
kemudian dilakukan pemutaran poros turbin
cal seal mengalami kerusakan/patah dan retak.
pada putaran kerja maksimal dari poros pada
Untuk itu dilakukan pengamatan pada per-

Gambar 5. a) Peralatan pengujian, b) Skema pengujian kebocoran mechanical seal untuk turbin
ORC

43
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

mukaan ring disekitar daerah patah/retak. Un-


tuk mengetahui komposisi kimia dari ring ter-
sebut maka dilakukan uji EDAX. Fraktrografi
permukaan patahan dan pengamatan retak dil-
akukan dengan mesin FE-SEM FEI INSPECT
F50 EDAX EDS analyzer yang terdapat pada
laboratorium Departemen Teknik Metalurgi
dan Material, Universitas Indonesia. Untuk
mengetahui kekuatan mekanik dari sampel
maka dilakukan uji kekerasan sebagai peng-
Gambar 6. Hasil pengujian kebocoran mechan-
ganti uji tarik, hal ini dilakukan karena sample
ical seal untuk turbin ORC.
tarik tidak mungkin dilakukan akibat kecilnya
Kenaikan temperatur oli pendingin ini
spesimen dan kerasnya bahan spesimen. Uji
menunjukkan bahwa proses pendinginan pada
kekerasan dilakukan dengan menggunakan
mechanical seal tidak berjalan dengan baik,
mesin Buehler micro hardness tester MMT-1,
artinya setiap kali oli pendingin tersikulasi
dengan indentor Vickers dengan beban 300 gf
maka oli membawa panas yang berlebih dari
berdasarkan standar ASTM E484.
mechanical seal dan tidak bisa dibuang ke
HASIL DAN PEMBAHASAN lingkungan, dan tidak bisa lagi mendinginkan
Pengujian kebocoran mechanical seal pada mechanical seal.
turbin ORC Sumber panas yang terjadi dari gesekan
Hasil pengujian kebocoran mechanical antara ring tungsten karbida dengan grafit akan
seal disajikan dalam grafik hubungan waktu menghasilkan panas mencapai 300-500oC
dan temperatur dari laju kenaikan temperatur tanpa pelumasan dipermukaan gesek. Se-
oli pendingin, seperti terlihat pada gambar 6. dangkan oli SAE 40 merupakan oli pelumas
Didapatkan temperatur dari oli pendingin / oli (bukan pendingin) yang kapasitas pend-
gearbox mengalami kenaikan dengan laju inginanannya terbatas. Berdasarkan standar
0,24oC/menit sampai akhirnya terjadi ke- SAE J-300, SAE 40 merupakan oli pelumas
bocoran pada suhu 55oC, sedangkan untuk monograde dengan spesifikasi kinematic vis-
temperatur casing dari mechanical seal men- kositas maksimal 12,5 cSt pada 100oC [7]. Ka-
galami kenaikan sebesar 0,22oC/menit sampai rena keterbatasan alat, maka pada penelitian
terjadi kebocoran pada suhu 50oC pada menit ini tidak dilakukan pengujian viskositas pada
ke 135. Laju vibrasi tercatat pada awal running oli yang dipakai dalam mengetahui efektivitas
sampai pertengahan mencapai 0,1 mm, kemampuan oli, akan tetapi melihat aktual ke-
meningkat mencapai 0,12 mm dan patah pada naikan temperatur oli yang digunakan.
0,15 mm.

44
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

Ketika mechanical seal bekerja, maka menahan fluida kerja tetap didalamnya akan
ring tungsten karbida bergesekan dengan ring tetapi juga tidak menghasilkan panas yang ber-
grafit dengan adanya penekanan dari 12 pegas, lebihan membutuhkan penelitian yang lebih
akibat dari proses ini maka seperti telah kita mendalam.
ketahui maka akan terjadi gaya gesek, ketika
Dari hasil tersebut maka didapatkan bah-
mulai bekerja maka gaya gesek yang terjadi
wa laju pendinginan yang terjadi tidak
adalah statis dengan persamaan :
mencukupi untuk mendinginkan ring tungsten
Fs = us x P (1) karbida yang bergesekan.

dimana us adalah koefisien gesek statis dan P Untuk mengkonfirmasi apakah benar ring
adalah gaya pegas yang bekerja dengan arah mechanical sela tersebut rusak karena panas
normal dari permukaan gesek. Ketika sudah akibat gesekan, maka diperlukan analisis keru-
terjadi sliding maka gaya yang terjadi adalah sakan ring mechanical seal sebagaimana di-
gaya gesek kinetic yang mengikuti persamaan: jelaskan pada bab dibawah ini

Fk = uk x P (2)
Analisis Kerusakan Mechanical seal
dimana uk adalah koefisien gesek kinetic (<us),
Pengamatan dari bagian-bagian mechani-
gaya yang bekerja melawan gaya gesek kinetic
cal seal didapatkan bahwa terjadi kebocoran
selama siliding akan muncul berbentuk panas
akibat patahnya ring tungsten yang terjadi
yang dihasilkan dari gesekan tersebut [8].
searah dengan arah radial dari pusat poros.
Dari persamaan diatas didapatkan bahwa Pada permukaan patah dari ring tungsten ter-
panas yang dihasilkan oleh gesekan sangat lihat secara visual, patahan yang mengkilap
tergantung dari koefisien gesek dari material dan kasar, jika dilihat pada perbesaran
dan beban penekanan dari pegas, pada perco- FESEM permukaan patah, gambar 7, terlihat
baan ini memang cukup sulit untuk melakukan jelas bahwa patahan yang terjadi adalah patah
adjustment dari pegas sehingga didapatkan getas intergranular sepanjang batas butir.
daya penekanan yang sama diseluruh area per- Mode ini sangat bersesuaian dengan referensi
mukaan gesek. Jika dilihat dari panas yang patahan untuk cemented carbide WC94-Co
dihasilkan maka penekanan pegas yang dil- yang juga menunjukkan fenomena yang sama,
akukan terlalu tinggi, jika dilihat dari getaran meskipun pada referensi tersebut terdapat dim-
yang dihasilkan maka jelas terjadi ketid- ple yang menandakan adanya patah ulet akibat
akseimbangan antara penekanan pegas satu adanya unsur Co [9].
dan lainnya sehingga membuat putaran dari
poros menjadi tidak seimbang. Untuk menen-
tukan berapa penekanan yang dibutuhkan dan
metodenya sehingga didapatkan gesekan yang

45
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

Gambar 7. Permukaan patah dari o-ring tung-


sten karbida yang menunjukan patah getas
sepanjang batas butir
Secara visual permukaan gesek ring tung-
sten karbida sebagian besar area mengalami
perubahan warna pada area tertentu, sesuai
dengan alur putaran gesekan dengan grafit, Gambar 8. Pengamatan visual dari permukaan
terlihat berwarna kehitam-hitaman. Perubahan ring tungsten, a) lokasi patahan dari ring tung-
warna ini terjadi akibat panas yang tinggi yang sten, b) retak-retak kecil pada hampir sekelil-
terjadi dari gesekan dengan ring tungsten kar- ing permukaan gesek
bida dan ring grafit, karbon pada grafit tererosi Mode retakan dari permukaan gesek ring
akibat panas dan gesekan kemudian menempel pada mechanical seal ini mirip dengan mode
pada ring tungsten. Pada permukaan gesek dari retakan seal akibat heat crack yang dipublikasi
ring tungsten juga terdapat retak-retak kecil oleh pabrikan dari mechanical seal, seperti
arah radial (searah dengan patahan yang ter- terlihat pada gambar 9, meskipun ukuran dan
jadi) dihampir sekeliling dari permukaan dimensinya lebih kecil.
gesek, dan satu patahan memanjang arah radial
dari poros memotong ring tersebut, seperti ter-
lihat pada gambar 8.

Gambar 9. Mode retakan akibat panas pada


permukaan gesek [10]

46
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

Banyak penyebab dari mode retakan ter- Tabel 1. Komposisi bahan ring tungsten kar-
sebut seperti perbedaan temperatur yang tinggi bida
dari permukaan gesek, pendinginan yang tidak
Unsur W C O
mencukupi, atau tekanan dan kecepatan yang
sangat tinggi. Heat crack biasanya diikuti oleh (wt%) ( w t % ) ( w t % )

perubahan warna (bluing) pada permukaan Permukaan


82 12 6
gesek [10], hal ini jelas terlihat secara visual Gesek

pada ring tungsten karbida yang patah. Permukaan patah 74 18 8

Dari hasil pengujian SEM-EDAX dari Pada perbesaran di area b pada gambar 8,
permukaan patah dan gesek maka bisa kita didapatkan bahwa terjadi retak kecil-kecil di-
dapatkan komposisi dari bahan ring dan gam- permukaan gesek di beberapa lokasi, seperti
bar perbesaran dari retak yang ada. Komposisi pada gambar 10a dan 10b, dengan panjang
dari ring tersebut secara umum adalah tungsten yang berbeda-beda. Pada gambar 10c terlihat
karbida, sesuai dengan spesifikasi dari pabri- jelas bahwa pergerakan retak mengikuti dari
kan o-ring sebagaimana terlihat pada tabel 1. butir-butir kristal dari tungsten karbida. Se-

Gambar 10. Retak pada ukuran mikron yang mengelompok pada beberapa area, a) ke-
lompok retakan mikro, b) retak pada perbesaran 500x, c) retak pada perbesaran 5000x,
d) dan e) awal retak dan propagasi retak yang hanya bisa dilihat oleh SEM 5000x.

47
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

dangkan awal mula retak terjadi di area perten- Pada permukaan atas dari ring, mendapat-
gahan agak kebawah (lebih mendekat ke arah kan pendinginan dari pelumas yaitu 24oC
poros) seperti pada gambar 10d dan 10e. (bersirkulasi), sedangkan pada area bawah
(poros), pendinginan didapatkan dari udara
Secara teori seharusnya dari hasil gesekan
bertekanan yang digunakan sebagai fluida pen-
antara primary face dan secondary face yang
gujian.
mengalami erosi/penipisan adalah yang sec-
ondary face, yaitu ring grafit yang merupakan Akibat dari panas inilah maka ikatan anta-
bahan yang memang harus diganti secara ra butir kristal tungsten karbida mengalami
berkala dalam pengoperasiannya [5]. Tetapi deformasi dan pelemahanan ikatan. Seperti
pada pengujian ini yang ring grafit mengalami yang telah kita ketahui bahwa semua metal
erosi dan ring tungsten juga mengalami retak- akan mengembang ketika dipanaskan dan akan
retak dan akhirnya patah sehingga mengakibat- menyusut ketika didinginkan, telah banyak
kan kebocoran dari turbin. data yang dipublikasi untuk menunjukkan
seberapa cepat pengembangan logam ketika
Retak-retak ini terjadi menyebar pada
temperatur dinaikkan. Gambar 12 menunjuk-
sekeliling permukaan gesek antara sealface
kan grafik karasteristik thermal expansion
ring, hal ini menunjukkan bahwa semua area
beberapa material termasuk tungsten karbida.
permukaan gesek mengalami kasus yang sama.
Dengan adanya pendinginan yang dil-
Kalau dilihat dari posisi retaknya, terlihat
akukan oleh oli pada hanya satu sisi per-
bahwa terjadi dibawah area tengah dari ring,
mukaan, maka membuat laju ekspansi akibat
gambar 11, yaitu area yang lebih dekat dari
panas dari permukaan ring tungsten karbida
poros.
menjadi tidak sama, sehingga akan terjadi te-

Gambar 11. Lokasi area retak-retak pada permukaan gesek ring tungsten kabida dan skema aliran
pendinginannya

48
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

gangan geser akibat panas pada area batas Penurunan kekuatan pada area permukaan
butir di permukaan gesek. gesek yang mengalami pemanasan juga dikon-
firmasi dengan dilakukannya uji kekerasan
permukaan pada beberapa lokasi, seperti ter-
lihat pada tabel 2 dibawah ini. Dimana pada
area bagian luar yang terdinginkan oleh oli
kekerasannya masih tetap tinggi mencapai
1612 Vickers, sedangkan pada permukaan
gesek mengalami penurunan kekerasan 1473
Vickers.

Tabel 2. Kekerasan pada ring tungsten karbida

Lokasi pengujian Kekerasan


rata-rata
Gambar 12. Thermal expansion beberapa ma- Permukaan Gesek 1473
terial sebagai fungsi waktu [11]
Permukaan luar
Jika kita ambil satu bagian permukaan 1612
(terdinginkan oli)
gesek dan kita lihat pengaruh panas dari Permukaan dalam
1662
gesekan serta pendinginan yang dilakukan ter- (terdinginkan udara)
hadap tegangan yang akan terjadi maka akan
Dari hasil data pengujian kebocoran, di-
terlihat adanya bending momen yang bekerja
mana terjadi vibrasi sebesar 0,15 mm, menjadi
pada permukaan gesek, seperti terlihat pada
penyebab kedua dari retaknya ring tungsten
gambar 13. Hal ini juga menjelaskan kenapa
karbida. Kombinasi antara bending momen
area retaknya tidak berada di pinggir tetapi
dan vibrasi membuat ikatan pada batas butir
berada dibawah garis tengah.
permukaan gesek dari ring tungsten mengala-
mi pelemahan dan deformasi sehingga
menginisiasi retak, dimana kemudian retak
tersebut menjalar baik memanjang searah ra-
dial dari ring maupun ke bagian dalam dari
ring. Seiring dengan naiknya temperatur dan
getaran, sesuai dengan sifat dari tungsten kar-
bida yang keras dan getas [12], maka retak
Gambar 13. Aplikasi dari tegangan geser yang tersebut menjalar dengan cepat dan me-
menyebabkan bending akibat perbedaan laju matahkan ring tungsten. Dengan adanya pata-
ekspansi karena adanya pendinginan yang ber-
han tersebut maka seal tidak bisa lagi menjaga
beda

49
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

kebocoran dari fluida dan terjadi kebocoran Agar mechanical seal bisa secara aman
mengalir disela-sela patahan. digunakan dalam turbin ORC ada beberapa
perbaikan desain yang perlu dilakukan. Per-
Evaluasi Penggunaan Mechanical seal untuk
tama, desain putaran turbin yang terlalu tinggi
Turbin ORC
(6000 rpm) perlu diturunkan minimal sampai
Kerja utama dari mechanical seal adalah
3000 rpm untuk mengurangi kecepatan
untuk menjaga kebocoran dari turbin ORC,
gesekan yang terjadi, meskipun hal ini akan
dimana kerja itu dilakukan oleh gesekan o-ring
mengurangi daya dari turbin yang digunakan.
tungsten karbida dan o-ring grafit. Dalam pen-
Kedua memperbaiki desain mechanical seal,
gujian kebocoran dari mechanical seal
sehingga oli pendingin bisa mendinginkan ring
menggunakan udara masih terjadi kegagalan
mechanical seal dengan efektif, hal ini bisa
akibat patahnya ring tungsten kabida. Ada be-
dilakukan dengan membuat lubang input oli
berapa faktor yang menyebabkan patahnya ring
yang lebih besar dan mengganti cairan pend-
tungsten tersebut, pertama ring bekerja secara
ingin dengan spesifikasi oli pendingin yang
dry running (tanpa pelumas dipermukaan
mempunyai kapasitas pendinginan lebih besar.
gesek), akibatnya terjadi panas berlebih akibat
Pilihan yang lain adalah mengganti sistem me-
gesekan yang tidak terdinginkan oleh sistem
chanical seal dry running mode ini dengan sis-
pendingin. Panas tersebut dihasilkan oleh ting-
tem non contact seal yang menggaransi tidak
ginya putaran poros yang mencapai 6000 rpm
terjadi panas berlebih [5]. Ketiga dengan men-
dan gaya tekan pegas yang terlalu tinggi. Aki-
gubah desain dari ring tungsten karbida yaitu
bat panas membuat ring terjadi momen bending
dengan membuat sistem alur (grooving) dan
dan terjadi pelemahan ikatan antar butir tung-
texture pada ring tungsten karbida sehingga
sten karbida pada permukaan gesek. Faktor
luas pendinginan menjadi lebih besar, beberapa
kedua adalah gaya penekanan pegas yang tidak
penelitian menunjukkan bahwa pembuatan alur
seimbang sehingga membuat putaran poros
dan texture pada permukaan ring dapat
menjadi bergetar, yang akibatnya permukaan
menurunkan suhu dengan efektif [13-14] dan
gesek kedua ring menjadi bergetar dan terjadi
bahkan bisa menurunkan koefisien gesek kinet-
impak kecil yang berulang. Kombinasi antara
ik dari permukaan kontak ring [15], dimana
momen bending, impak akibat getaran dan
jika merujuk dari persamaan 2 maka dengan
pelemahan ikatan pada butir tungsten karbida
penurunan koefisien gesek kinetik ini akan
menginisiasi terjadinya retak di area bawah
secara langsung terhadap panas yang
garis tengah permukaan gesek. Retak tersebut
dihasilkan dari gesekan. Beberapa pabrikan
terpropagasi dengan cepat dengan naiknya tem-
ring juga sudah mengeluarkan produk yang
peratur dan tekanan dari fluida kerja dan me-
mampu untuk menahan sistem fluida hidrokar-
nyebabkan ring menjadi patah.
bon berviskositas rendah seperti refrigerant
bertekanan dengan cara menambahkan antimo-

50
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

ny pada permukaan ring sehingga terjadi fe- tungsten di satu bagian. Awal kerusakan ter-
nomena self-polishing characteristic yang jadi akibat adanya panas yang tinggi pada per-
menciptakan lapisan hidrokarbon yang sangat mukaan gesek membuat pelemahan ikatan dari
tipis pada pemukaan kontak dari 2 ring me- butir-butir ring tungsten karbida dan laju ex-
chanical seal [16]. pansi thermal yang berbeda akibat pendingi-
nan yang tidak merata membuat bending mo-
Perbaikan keempat pada mechanical
men pada permukaan gesek, dikombinasi
seal adalah dengan mengubah desain sistem
dengan adanya getaran pada permukaan gesek
pegas pada mechanical seal menjadi lebih mu-
sehingga menginisiasi terjadinya retak pada
dah dalam pemasangan dan adjustmentnya,
batas butir. Seiring dengan naiknya temperatur
misalkan pegas dirakit paling akhir dengan
dan tekanan maka retak tersebut terpropagasi
dibuat lubang adjustment pada tiap pegas.
dan menyebabkan ring tungsten menjadi patah.
Dalam kondisi aktual turbin bekerja
dengan menggunakan n-pentane dengan suhu UCAPAN TERIMA KASIH
sekitar 98oC, sehingga pendinginan ring me- Penulis mengucapkan terima kasih pada
chanical seal bagian dalam dari fluida kerja Bapak Mashuri dan Deni dari PT. Dewata
akan jauh lebih kecil atau pendinginan utama Puritama Energi yang sudah membantu
hanya dari oli pendingin. Untuk itu perbaikan melakukan pengujian kebocoran dan meng-
sistem pendinginan mechanical seal ini mutlak gambar desain mechanical seal.
diperlukan, mengingat n-pentane adalah hy-
DAFTAR PUSTAKA
drocarbon yang mudah terbakar jika terjadi
kontak dengan udara luar dan temperatur ting- 1. Pusat Sumber Daya Geologi, Kementeri-

gi. an ESDM. 2014. Executive Summary


Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber
KESIMPULAN DAN SARAN
Daya Energi Tahun 2014. [online]. Avail-
Telah terjadi kegagalan pada pengujian able at : http://psdg.bgl.esdm.go.id/
kebocoran mechanical seal untuk turbin ORC, Neraca/neracaenergi2014.pd [Accesed at
dimana sistem pendingin tidak mampu mend- 19 December 2014].
inginkan panas berlebih yang dihasilkan dari
2. Haenel, R., Rybach, L. & Stegna, L.
gesekan o-ring tungsten karbida dan o-ring
(1988): Fundamentals of geothermics. R.
grafit. Panas berlebih ini terjadi akibat gesekan
Haenel, L. Rybach and L. Stegna (eds.),
terjadi secara dry running (tanpa pelumas),
Handbook of Terrestrial Heat-Flow Den-
putaran poros yang terlalu tinggi dan
sity Determination, 9-57, Dordreht.
penekanan pegas yang terlalu besar. Dari ana-
lisis kerusakan mechanical seal diketahui bah- 3. DiPippo, R., 2008. Geothermal power
wa kebocoran terjadi akibat patahnya ring plants: Principles, applications, case

51
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 53 - 70

studies and environmental impact; 2nd 10. EST Mechanical seal, 2014. Trouble-
edition. Butterworth-Heinemann, New shooting of Mechanical seal. Easterny
York, NY, USA. Sealing Technology Co.,Ltd., China.
[online] (Update 29 November 2014)
4. Tim Litbang Teknologi Pembangkit
Available at: http://www.easterny.com/
Listrik Panas Bumi. 2013. Laporan Akhir
services.ht [accessed at 15 November
Kegiatan Pengembangan Teknologi Panas
2014].
Bumi Sistem ORC. TA. 2013. Puslitbang
Ketenagalistrikan, Energi baru terbarukan 11. A.M. Osmanda, A.J. Battenbough, A.M.
dan Konservasi Energi, Jakarta. Staines. 2012. Effects of Dissimilar Mate-
rials on Joint Properties. Nicrobraznews
5. Pugh, M, 2000. EPRI Technical Report,
April 2012 by Wall Colmonoy Ltd., Madi-
Mechanical seal Maintenance and Appli-
son Heights, Pontardawe, UK. [online]
cation Guide. EPRI, Palo Alto, CA: 2000.
web: www.wallcolmonoy.co.
1000987.
12. General Carbide. 2008. The Designers
6. Skewish, WH. 2012. Mechanical seal
Guide to Tungsten Carbide. General Car-
Failure Mode. Support Systems Technol-
bide Corp, Greensburg. [online]
ogy Corp. FMEA Info Center.,
www.generalcarbide.com. [accessed at 29
www.mechrel.com, [online accessed at 19
November 2014].
November 2014].
13. Nian Xiao, M.M.Khonsari. 2012.Thermal
7. SAE Handbook J-300. 2009. Engine Oil
performance of mechanical seals with tex-
Viscosity Clasification Surface Vehicles
tured side-wall. Tribology International 45
Standard. SAE International. Revised
(2012,) pp.17.
2009-01.
14. Tao Wang, Weifeng Huang, Xiangfeng
8. Michael F.Ashby dan David R.H.Jones.
Liu, Yongjian Li,Yuming Wang. 2014.
2002. Engineering Materials 1 : An Intro-
Experimental study of two-phase mechani-
duction to their Properties and Applica-
cal face Seals with laser surface texturing.
tions. 2nd Ed. Butterworth-Heinemann An
Tribology International 72 (2014) pp.90
imprint of Elsevier Science Linacre
97.
House, Jordan Hill, Oxford.
15. X.Q.Yu, S.He, R.L.Cai. 2002. Frictional
9. ASM Handbook Vol.12. 1992. Fractog-
characteristics of mechanical seals with a
raphy Atlas of fractrograph. ASM Inter-
laser-textured seal face. Journal of Materi-
national Handbook Comitte.
als Processing Technology 129 (2002)
pp.463-466.

52
Analisis Kegagalan Mechanical Seal Pada Pengujian Kebocoran Turbin ORC

16. Metallized Carbon Corp. 2013. Mechani-


cal seal primary rings seal low-viscosity
liquids. Sealing Technology Magazine,
October 2013. Editor: Simon Atkinson.
Editorial Office: Elsevier Ltd, Langford
Lane Kidlington, Oxford, UK.

53
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 55 - 70

ANALISIS ALIRAN FLUIDA ALAT PENGERING PRODUK PERTANIAN


MEMANFAATKAN PANAS BUANG TUNGKU BOILER PLT-BIOMASSA

THE ANALYSIS OF THE FLUID DYNAMICS IN AGRICULTURAL


PRODUCT DRYER USING THE EXHAUST OF BIOMASS POWERPLANT
BOILER FURNACE

Subhan Nafis, Dedi Suntoro, dan Arfie Ikhsan Firmansyah


Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Telp (021)7203530, Cipulir Kebayoran Lama Jak-Sel
subhan_nafis@yahoo.co.id

Abstrak
Pengeringan adalah salah satu metode pengawetan produk makanan dengan mengurangi kadar air di
dalam sebuah peralatan yang dikenal sebagai alat pengering. Aliran fluida pada alat pengering dimodi-
fikasi sedemikian rupa agar lebih optimal pada saat proses pengeringan. Analisis distribusi aliran dan
temperatur fluida dilakukan untuk mendapatkan alat pengering produk pertanian yang optimal. Pada
analisis ini digunakan pendekatan Computational Fluids Dynamics (CFD) untuk menganalisa alat
pengering produk pertanian yang memanfaatkan gas buang dari furnace boiler pembangkit listrik
tenaga biomassa berkapasitas 10 kW milik P3TKEBTKE. Pengujian dilakukan menggunakan ke-
cepatan alir gas buang 2,2 m/s dan 3,7 m/s dengan beberapa susunan tray pengering. Hasil analisis
menunjukan alat pengering belum memiliki distribusi fluidaoptimal, perlu dilakukan modifikasi
saluran keluar dan penambahan plat sehingga meningkatkan perbedaan suhu tiap tray yang hanya
mencapai 2,5%

Kata Kunci : CFD, pengering, produk pertanian, gas buang

Abstract
Drying is one of the methods for preserving food products by reducing the amount of water inside the
equipment which is known as dryer. The fluid dynamics in the dryer is modified in such a way to
optimize the drying process. The analysis of the distribution of fluid dynamics and temperature is
conducted to obtain the best agricultural product dryer. In this analysis, the Computational Fluids
Dynamics (CFD) approach is applied to analyze the agricultural products dryer using the exhaust gas
from the furnace boiler in biomass power plant with the capacity of 10 kW owned by P3TKEBTKE.
The testing is done by using the 2.2 m/s and 3.7 m/s exhaust gas flow velocity with some tray dryer
formations. The result of the analysis shows that the dryer has not possessed the best fluid distribution,
an exit line modification and plat addition is needed in order to increase the temperature difference of
each tray which only reached 2.5 %.

Keywords :CFD, dryer, agricultural products, exhaust gas

Diterima : 28 Maret 2014, direvisi : 17 April 2015, disetujui terbit : 28 Mei 2015 55
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

PENDAHULUAN digunakan CFD untuk mensimulasikan sistem


Latar Belakang kontrol udara yang paling optimal.
Computational Fluid Dynamic (CFD) adalah
Pengeringan merupakan sebuah metode
salah satu metode simulasi untuk menganalisa
pengawetan pangan yang paling tua dengan
distribusi aliran fluida di dalam pengering.
tujuan menurunkan kadar air dalam bahan
Perpindahan panas dan massa yang merata
makanan sehingga aktivitas bakteri didalamnya
pada proses pengeringan produk pertanian,
menurun[1]. Pengeringan yang paling banyak
merupakan salah satu cara meningkatkan
digunakan adalah pengeringan secara
performa alat pengering. Peningkatan performa
konvensional menggunakan sinar matahari.
pada proses pengeringan makanan sangat
Cara ini sangat murah dan mudah, akan tetapi
dianjurkan dalam industri makanan. Dengan
sulit terkontrol, sangat tergantung pada cuaca,
Meningkatkan efisiensi energi pengeringan
memerlukan tempat yang luas dan waktu yang
sebesar 1% dapat meningkatkan keuntungan
lama serta kurang terjaga kebersihannya[2].
produksi sebesar 10% (Dattatreya dan
Pengeringan dengan alat pengering mekanis
Samuel, 2006). Stefanovi and Staki (2000) juga
membutuhkan waktu yang lebih singkat dari
melakukan penelitian dengan menggunakan
pengeringan konvensional. Pengering mekanis
simulasi komputer pada alat pengering
memerlukan sumber panas buatan yang berasal
makanan. Temple dan Van Boxtel (2001)
dari bahan bakar biomassa, bahan bakar
melakukan penelitian sistem kontrol pada alat
minyak dan gas, elemen pemanas tenaga listrik
pengering teh. Pada penelitian ini
maupun penggunaan limbah panas[3].
menggunakan perangkat lunak MATLAB
Penelitian yang dilakukan oleh Farel &Yuda.
untuk model simulasinya. Melalui model ini
(2011) menunjukkan panas buang boiler
diperoleh berbagai kondisi yang mempengaruhi
dengan bahan bakar kayu dapat menurunkan
waktu pengeringan. Hasil penelitian
kadar air pada jagung sesuai standar yang
menunjukkan bahwa sistem kontrol secara
diinginkan dalam waktu relatif singkat.
signifikan lebih baik daripada sistem manual
Sementara itu Rahmanto (2011) melakukan
yang digunakan sebelumnya. Smitabhindua et
penelitian mengenai alat pengeringan dengan
al (2007) meneliti alat pengering pisang tenaga
memanfaatkan gas buang dari panas kondensor
surya dengan model simulasi. Model
AC (Air Conditioning). Efisiensi alat
dikonfirmasi dengan membandingkan data
pengering ini diketahui berkisar 20,42
simulasi dan data hasil pengering.
23,32% terhadap panas kondensor AC.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Penelitian yang dilakukan oleh Bagheri
Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,
et al (2012), membuat alat pengering dengan
Terbarukan, dan Konservasi Energi
memanfaatkan sinar matahari. Untuk mencapai
(P3TKEBTKE) telah membangun pilot plan
hasil yang maksimum pada penelitian tersebut
alat pengering produk pertanian/perkebunan

56
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

Gambar 1. Diagram alir prosedur simulasi

57
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

dengan memanfaatkan gas buang boiler dari - Temperatur gas buang pada saluran
Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) biomassa. masuk sebelum alat pengering dan
Gas buang dari boiler PLT Biomassa saluran keluarnya.
dimanfaatkan untuk pengering produk - Pengukuran temperatur dan
pertanian. Proses pada pembakaran di boiler kelembaban di dalam ruang pengering.
tidak semua energi pembakaran terserap untuk - Pengukuran temperatur dan
merubah air menjadi uap, sebagian panas kelembaban udara sekitar.
tersebut terbuang ke lingkungan melalui gas - Pengukuran temperatur pada tray (rak)
buang. Gas buang tersebut umumnya masih ruang pengering.
memiliki temperatur yang masih bisa - Pengukuran kecepatan udara dan
dimanfaatkan untuk keperluan lain, misalnya kecepatan gas buang.
sebagai pemanas atau pengering[6]. 2. Tahap proses simulasi dengan
Hasil uji awal protipe pengering produk menggunakan software.
pertanian di P3TKEBTKE, menunjukkan Tahapan proses simulasi dapat dilihat
distribusi panas pada ruang pengering belum pada diagram alir berikut:
merata pada tiap tray/rak diindikasikan dengan
Tempat dan waktu penelitian
kurang maksimalnya pengeringan produk. Data
Pengujian alat pengering ini menggunakan
distribusi aliran fluida diperlukan sebagai dasar
panas buang dari boiler pipa air dengan
perbaikan atau modifikasi prototipe. Oleh
tekanan uap maksimum 8 bar yang berbahan
karena itu pada tulisan ini dilakukan analisa
bakar biomassa arang tempurung kelapa.
distribusi aliran fluida untuk mendapatkan alat
Pengukuran dilaksanakan di Laboratorium
pengering memanfaatkan gas buang PLT
Boiler P3TKEBTKE. Pengambilan data
biomassa yang sesuai, efektif, dan efisien.
dilakukan pada tanggal 27 Juni 5 Juli 2013.
Tujuan
Prosedur Pengujian
Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki
kinerja alat pengering produk pertanian yang Langkah-langkah pengukuran dan pengambilan
memanfaatkan panas buang furnace boiler PLT data dalam pengujian ini adalah:
-Biomassa 1) Air di separator tidak boleh kosong,
volume air di separator harus
METODOLOGI
menunjukkan bagian dari indikator.
Metodologi analisa mencakup pada Seperempat bagian sengaja dikosongkan
pelaksanaan pengambilan data lapangan dan untuk menampung uap yang akan
simulasi dengan tahapan, sebagai berikut : dihasilkan.
1. Tahap pengambilan data dengan 2) Pemasangan alat ukur pada titik-titik
melakukan pengukuran di laboratorium, instalasi seperti terlihat pada Gambar 2.
data yang diambil adalah data: Penempatan alat ukur yaitu:

58
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

- Termometer yang dipasang pada 4) Pengambilan data dilakukan setiap 15


saluran masuk dan saluran keluar alat menit, dimulai dari bahan bakar pertama
pengering. kali dimasukkan.
- Termohigrometer, dipasang didalam Prosedur Simulasi
ruang pengering.
Tahapan pelaksanaan simulasi adalah sebagai
- Infrared Termohigrometer, dipasang di
berikut:
sekitar laboratorium.
a. Pembuatan Geometri, kegiatan ini ditujukan
- Termokopel, dipasang pada tray (rak)
untuk mendapatkan ukuran dimensi dari
ruang pengering.
tiap-tiap komponen alat pengering yang
- Anemometer, dipasang pada saluran
ada.
masuk dan saluran keluar alat
pengering. b. Model Simulasi (matching), yaitu
3) Bahan bakar berupa arang tempurung melakukan perakitan dari komponen-
kelapa dimasukkan ke ruang bakar, komponen yang telah dibuat (matching)
dengan terlebih dahulu sebanyak 10 kg. seperti terlihat pada Gambar 3. Setelah
Pengisian bahan bakar dilakukan setiap selesai melakukan proses matching kita
30 menit. dapat melakukan proses run solver. Pada
tahap ini kita harus menentukan parameter-

Gambar 2. Skema laboratorium boiler di P3TKEBTKE

59
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

parameter yang akan dimasukkan dalam parameter yang dibutuhkan, maka langkah
proses run solver. selanjutnya adalah memasukkan nilai dari
parameter tersebut untuk melakukan proses
c. Input (Masukan), yaitu proses pemasukan
run solver.
data simulasi. Simulasi ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu menggunakan e. Pemilihan Perintah Pada Flow Simulation
variasi kecepatan alir udara fan (v) = 2,2 m/ Analysis Tree. Setelah muncul Flow
s, dan (v) = 3,7 m/s. Parameter-parameter Simulation analysis tree, selanjutnya adalah
yang dibutuhkan yaitu : memasukkan nilai-nilai yang diperlukan
dalam penganalisaan. Nilai-nilai yang
- Koefisien perpindahan panas (U) = 43,1
dimasukkan adalah sebagai berikut:
W/m2.K
- Kecepatan udara fan (v) 1. Computational Domain
- Volume aliran masuk gas buang (V) 2. Boundary Condition (kondisi batas)
- Temperatur masuk gas buang dan 3. Solid Material
temperatur ambient (T) 4. Goals ( Hasil akhir)
d. Pemilihan Perintah Flow Simulation. f. Run Solver, yaitu proses untuk
Setelah mendapatkan data dari parameter- mendapatkan hasil dari simulasi dengan

Gambar 3. Proses matching alat pengering(G) dari komponen A-F

60
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

menggunakan metode iterasi (penghitungan peratur yang paling tinggi, namun perbedaan
berulang) pada grid-grid model (meshing) temperatur terhadap tray 2 tidak terlalu besar,
yang secara otomatis berjalan sebelum sedangkan tray 3 dan tray 4 temperaturnya
proses iterasi berlangsung. lebih rendah dan terdapat selisih yang cukup
jauh dengan tray 1 dan tray 2. Perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
temperatur rata-rata tiap traynya sebesar
Analisa Distribusi Panas Pada Ruang 16,5%. Hal ini disebabkan karena aliran udara
Pengering dari fan tidak cukup cepat, sehingga udara

Berdasarkan pengukuran temperatur tray yang masuk ke ruang pengering masih me-

dan simulasi dengan menggunakan kecepatan miliki temperatur yang tinggi dan tidak terdis-

alir udara fan (v) = 2,2 m/s didapatkan hasil tribusi dengan baik ke setiap tray (temperatur

pengujian dan hasil simulasi sebagai berikut: aliran dapat dilihat nilainya berdasarkan indi-
kator warna). Karakteristik alirannya cende-

Gambar 4 di atas menunjukkan distribusi panas rung mengarah ke atas langsung menuju sa-

yang tidak merata pada tiap traynya. Data pen- luran keluar ruang pengering melintasi tray 1

gujian menunjukkan temperatur pada tray 1 dan tray 2, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

memiliki temperatur paling tinggi dan mem- Hal ini menyebabkan perpindahan panas dari

iliki selisih temperatur yang cukup besar udara buang boiler tidak berlangsung dengan

dibandingkan dengan tray 2, 3, dan 4. Pada baik pada tray 3 dan tray 4. Kondisi temperatur

data hasil simulasi, tray 1 juga memiliki tem- disekitar tray dapat kita amati pada Gambar 6.

Gambar 4. Grafik perbandingan data pengujian dan data simulasi dengan kecepatan alir udara
fan (v) 2,2 m/s.

61
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

Untuk pengujian yang menggunakan dibanding v = 2,2 m/s. Karakteristik udara


kecepatan alir udara fan (v) = 3,7 m/s, yang masuk ke ruang pengering seperti
didapatkan hasil pengujian dan hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 8, sebagian menuju
sebagai berikut: saluran keluar ruang pengering melintasi tray
1 dan 2, serta sebagian lagi menabrak dinding
Dengan kecepatan alir udara fan v= 3,7 m/s
belakang ruang pengering kemudian berbalik arah
distribusi panasnya juga masih belum merata,
(turbulen). Kondisi temperatur disekitar tray
kondisi ini masih seperti pada kecepatan aliran
dapat kita amati pada Gambar 9.
udara fan v= 2,2 m/s. Namun tiap traynya
memiliki selisih rata-rata temperatur lebih Perbedaan Data Pengujian dengan Simulasi
kecil yaitu sebesar 11,5 %. Pada v= 3,7 m/s Dari Gambar 4 dan Gambar 7 diketahui
aliran udara dari fan menjadi lebih cepat terdapat perbedaan antara data pengujian
sehingga temperatur udara yang masuk ruang dengan hasil simulasi, dimana temperatur hasil
pengering menjadi lebih rendah (nilainya simulasi lebih besar dibanding data pengujian.
dapat dilihat pada indikator warna) dan Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
distribusi panasnya menjadi lebih baik

Gambar 5. Distribusi kecepatan fluida di dalam ruang pengering dengan kecepatan alir
udara fan (v) 2,2 m/s.

62
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

Gambar 6. Distribusi temperatur fluida didalam ruang pengering dengan kecepatan alir udara
fan (v) 2,2 m/s.
1. Material mempengaruhinya adalah kemampuan
material pada dinding dalam mengisolasi kalor
Material yang digunakan dalam simulasi
[7]
nilai spesifikasinya (thermal conductivity,
specified heat, dll.) adalah nilai standar yang 2. Temperatur udara dan kelembaban sekitar
telah ditetapkan. Sedangkan spesifikasi
Dalam proses simulasi temperatur udara
material pada proses pembuatan desain yang
dan kelembaban sekitar adalah konstan,
ada, tidak diketahui apakah material murni
sedangkan pada proses pengambilan data di
atau campuran yang digunakan sehingga
laboratorium temperatur udara dan
mempengaruhi pada proses perpindahan
kelembaban sekitar berubah-ubah setiap
panasnya. Sedangkan efisiensi kerja dapur
waktunya. Kelembaban udara juga menjadi
oven pengering salah satu faktor yang

Gambar 7. Grafik perbandingan data pengujian dan data simulasi dengan v = 3,7 m/s.

63
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

salah satu faktor yang mempengaruhi pada pembakaran dari boiler yang mengendap pada
proses pengeringan[8] tube atau fin heat exchanger dan menghambat
dalam proses perpindahan panas. Akibatnya
kemampuan heat exchanger dalam
memindahkan panas akan menurun[11].

Simulasi Dengan Memodifikasi Konstruksi


Ruang Pengering.
Saat dilakukan proses pengeringan
menggunakan alat pengering yang ada saat ini,
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang
diinginkan karena distribusi panas tiap traynya
Gambar 8. Distribusi kecepatan fluida di da- tidak merata. Hal ini mengakibatkan produk
lam ruang pengering dengan kecepatan alir yang ditempatkan pada tray 1 dan 2 lebih
udara fan (v) = 3,7 m/s. cepat kering dibandingkan produk di tray 3
dan 4. Untuk meningkatkan kinerja dari alat
pengering ini diperlukan beberapa modifikasi
yang dapat dianalisa melalui hasil simulasi.
Berikut beberapa hasil simulasi yang telah
dilakukan :

Simulasi dengan penambahan plat

Berdasarkan analisa pada konstruksi yang


Gambar 9. Distribusi temperatur fluida di da- sudah ada, temperatur pada tray 1 dan 2 lebih
lam ruang pengering dengan kecepatan alir tinggi dibanding tray 3 dan 4. Kecepatan alir
udara fan (v) 3,7 m/s udara fan yang digunakan yaitu 3,7 m/s karena
distribusi panas yang dihasilkan lebih baik
3. Fouling factor (faktor pengotor)
dibanding menggunakan v = 2,2 m/s. Tujuan
Fouling dapat didefinisikan sebagai dari penambahan plat ini sendiri dimaksudkan
endapan yang tidak diinginkan pada agar udara yang masuk ke ruang pengering
permukaan perpindahan panas. Dalam proses menabrak plat ini dan kemudian terjadi
simulasi fouling factor (faktor pengotor) turbulen sehingga udara menyebar keseluruh
dianggap tidak ada. Sedangkan pada proses bagian ruang pengering. Gambar 10 di bawah
pengambilan data, komponen alat pengering ini menampilkan hasil proses simulasi dengan
terutama heat exchanger tidak lepas dari penambahan plat.
pengaruh faktor pengotor yang berasal dari Dari hasil simulasi diperoleh data sebagai
debu, karat dan partikel-partikel hasil berikut :

64
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

Temperatur tray 1 = 67,68 C sedikit lebih rendah dari tray 3. Karakteristik


Temperatur tray 2 = 77,93 C fluida cenderung mengarah ke bawah menuju

Temperatur tray 3 = 82,36 C saluran keluar yang bagian atasnya sekarang


tertutup plat, kondisi aliran ini dapat kita lihat
Temperatur tray 4 = 80,27 C
pada gambar 10, sedangkan distribusi
Perbedaan temperatur tiap tray pada hasil
temperatur dapat kita amati pada gambar 11.
simulasi memiliki selisih rata-rata sebesar
5,6%. Temperatur pada tray 1 nilainya menjadi
Simulasi dengan penambahan saluran
paling rendah (berbanding terbalik dengan
keluar dibagian bawah.
hasil simulasi menggunakan konstruksi yang
ada saat ini), hal ini disebabkan karena tray 1 Tujuan dari penambahan saluran keluar
tidak dilewati aliran udara yang sebelumnya ini dimaksudkan agar udara yang masuk ke
cenderung mengarah ke atas sekarang tertutup ruang pengering mengarah ke bagian atas dan
dengan adanya plat. Tray 2 temperaturnya bagian bawah sehingga temperatur pada tray
lebih tinggi dari tray 1 karena dilewati bagian atas (tray 1 dan 2) akan sama dengan
sebagian kecil aliran udara. Sementara udara temperatur tray bagian bawah (tray 3 dan 4).
dengan temperatur yang lebih tinggi mengalir Gambar 12 dan 13 menunjukkan tampilan
melewati tray 3 dan tray 4, akan tetapi pada hasil proses simulasi dan distribusi temperatur
tray 4 terjadi percampuran udara yang berbeda ruang pengering.
temperaturnya dan membuat temperatur tray 4

Gambar 10. Distribusi kecepatan fluida di dalam ruang pengering dengan kecepatan alir udara
fan (v)= 3,7 m/s dengan penambahan plat.

65
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

Gambar 11. Distribusi temperatur fluida di dalam ruang pengering dengan kecepatan alir udara
fan (v) 3,7 m/s dengan penambahan plat.

Dari hasil simulasi diperoleh data sebagai Simulasi dengan penambahan plat dengan
berikut : tidak menutupi saluran keluar bagian atas
dan penambahan saluran keluar dibagian
Temperatur tray 1= 83,18 C
bawah.
Temperatur tray 2 = 73,61 C
Temperatur tray 3 = 73,75 C Berdasarkan hasil analisa pada dua
simulasi sebelumnya, dimana pada simulasi
Temperatur tray 4 = 67,90 C
pertama temperatur tray 1 dan 2 lebih rendah
Dari hasil simulasi tiap traynya
dibanding tray 3 dan 4 karena saluran
memiliki selisih rata-rata sebesar 5,18 %.
keluarnya tertutup oleh plat. Sedangkan pada
Temperatur pada tray 1 nilainya paling tinggi
simulasi kedua temperatur tray 1 lebih tinggi
karena aliran udara dalam jumlah besar
dari tray 2 dan 3, sementara tray 4
mengarah ke atas menuju saluran keluar dan
temperaturnya paling rendah. Dengan
melintasi tray 1 , sedangkan pada tray 2 dan
mengkombinasikan dua hasil simulasi
tray 3 memiliki temperatur yang hampir sama
sebelumnya maka dilakukan simulasi dengan
dan lebih rendah dari tray 1 karena udara
penambahan plat (tetapi tidak menutupi
dalam jumlah yang lebih kecil mengalir
saluran keluar bagian atas) dan penambahan
diantara tray 2 dan tray 3. Walaupun tray 4
saluran keluar dibagian bawah. Di bawah ini
dilewati aliran udara dalam jumlah yang cukup
tampilan gambar hasil proses simulasi.
besar tetapi karena terjadi percampuran antara
Dari hasil simulasi diperoleh data sebagai
udara bertemperatur tinggi dengan udara
berikut :
bertemperatur rendah menyebabkan
temperatur tray 4 menjadi paling rendah. Temperatur tray 1= 81,30 C

66
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

Gambar 12. Distribusi kecepatan fluida di Gambar 13. Distribusi temperatur fluida di
dalam ruang pengering dengan kecepatan alir dalam ruang pengering dengan kecepatan
udara fan (v) = 3,7 m/s dan penambahan salu- alir udara fan (v) 3,7 m/s dan penambahan
ran keluar di bagian bawah. saluran keluar di bagian bawah.

Gambar 14. Distribusi kecepatan fluida di Gambar 15. Distribusi temperatur fluida di
dalam ruang pengering dengan kecepatan alir dalam ruang pengering dengan kecepatan
udara fan (v) 3,7 m/s dan penambahan plat alir udara fan (v) 3,7 m/s dan penambahan
(tetapi tidak menutupi saluran keluar bagian plat (tetapi tidak menutupi saluran keluar
atas) serta penambahan saluran keluar dibagi- bagian atas) serta penambahan saluran
an bawah. keluar dibagian bawah.

Temperatur tray 2 = 78,89 C 1. Dengan menggunakan desain yang ada saat


Temperatur tray 3 = 80,79 C ini pada kecepatan alir udara fan (v) = 2,2

Temperatur tray 4 = 77,55 C dan 3,7 m/s selisih temperatur pada tiap
tray berturut-turut 16,5 % dan 11,5 %,
Dari hasil simulasi dapat dilihat udara yang
sehingga dapat dikatakan desain yang telah
masuk ke ruang pengering temperatur dan
ada belum memiliki distribusi panas yang
distribusi alirannya hampir merata, tiap
baik.
traynya memiliki selisih rata-rata sebesar 2,5
%. 2. Dengan modifikasi penambahan plat pada
kecepatan alir udara fan (v) = 3,7 m/s
KESIMPULAN DAN SARAN selisih temperatur pada tiap traynya adalah
Kesimpulan 5,6 %.
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa
3. Dengan modifikasi penambahan saluran
pada alat pengering maka dapat disimpulkan
keluar dibagian bawah pada kecepatan alir
sebagai berikut :

67
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : 1 - 16

udara fan (v) 3,7 m/s selisih temperatur [4]. Napitupulu, HF., Atmaja, YP., 2011.
pada tiap traynya adalah 5,18 %. Perancangan dan Pengujian Alat
Pengering Jagung dengan Tipe Cabinet
4. Hasil modifikasi terbaik didapat dengan Dryer untuk Kapasitas 9 Kg Per-Siklus.
melakukan modifikasi penambahan plat Jurnal Dinamis,Volume.II, No.8, ISSN
0216-7492.
(tetapi tidak menutupi saluran keluar
bagian atas) dan penambahan saluran keluar [5]. Rahmanto, DE., 2011. Rancang Bangun
Alat Pengering Dengan Memanfaatkan
dibagian bawah pada kecepatan alir udara
Panas Kondensor AC Ruangan (Kasus
fan (v) 3,7 m/s, dari modifikasi ini didapat Pengeringan Chips Kentang). Teknik
selisih temperatur pada tiap traynya adalah Mesin Pertanian dan Pangan. Institut
Pertanian Bogor.
2,5%. menghasilkan temperatur dan
distribusi aliran yang paling merata. [6]. Shahrulnizam, M., 2007. Analysis On
Losses And Boiler Efficiency To Find
Saran Optimum Cooling Water Flowrate.
Mechanical Engineering. University
1. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat
Malaysia Pahang.
bahwa dengan laju alir udara yang semakin
[7]. Aji, C.S., 2007, Pengaruh Variasi Bahan
besar, akan didapatkan selisih temperatur
Baku Dinding Dapur Oven Pengering
tiap tray yang semakin kecil, sehingga Kayu Berbahan Bakar Limbah Kayu
direkomendasikan menggunakan fan Produksi Terhadap Efisiensi Kerja Dapur.
dengan kapasitas alir udara yang lebih Fak. Teknik. Unes Semarang.

besar. [8]. Sumarsono., 2005, Perilaku Kadar Air


Daun Nilam Hasil Pengeringan Secara
2. Memastikan material yang digunakan dalam Rotari dengan Traydryer, Jurnal Ilmu-
pembuatan pengering memiliki spesifikasi Ilmu Pertanian Indonesia, Volume 7, No.
1, 2005, Hlm. 59-67.
sesuai persyaratan, sehingga distribusi
temperatur dalam ruang pengering akan [9]. B. Nikrooz et al., Simulation and control
of fan speed in a solar dryer for
lebih baik.
optimization of energy efficiency., Agric
Eng Int: CIGR Journal, 14 (1): Manuscript
DAFTAR PUSTAKA
No. 1633.
[1]. Singh, RP., Heldman., 2009. Introduction
to Food Engineering. Academic Press. [10].Kadam, D. M, D. V. K. Samuel. 2006.
USA. Convective flat-plate solar heat collector
for cauliflower drying. Biosystems
[2]. Simson, SP., Straus, MC., 2010. Post- Engineering, 93 (2): 189198.
harvest Technology of Horticultural
Crops. Oxford Book company. Jaipur. [11].Stefanovic, M. M., and M. B. Stakic.
India. 2000. Simulation of a computer-controlled
dehydrator. Computers and Electronics in
[3]. Smith, PG. 2010. Introduction to Food Agriculture, 29 (1-2): 161-178.
Process Engineering. Springer. New
York.

68
Analisis Aliran Fluida Alat Pengering Produk Pertanian Memanfaatkan Panas Buang Tungku
Boiler PLT-Biomassa

[12].Smitabhindua, R., S. Janjaib, and V.


Chankong. 2007. Optimization of a solar-
assisted drying system for drying
bananas. Renewable Energy, 33 (7): 1523
-1531.

[13].Lienhard, John H., 1930. A Heat Transfer


Text Book. 3rd ed.-Cambridge, MA:
Phlogiston Press, @2006).

69
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
FORMAT PENULISAN ARTIKEL UNTUK MAJALAH :
KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN

Judul KARYA ILMIAH


(uppercase, center, bold, times new roman, 13 pt, 1 spasi, bilingual)
Nama Lengkap Penulis
Nama Unit Kerja
Nama Lembaga
Alamat Lengkap Lihat layout hal.
E-mail berikutnya

Abstrak

Tuliskan tujuan dan kesimpulan artikel anda secara jelas dan singkat; minimal 150 dan maksimal 200 kata,
dalam 1 paragraf. Untuk bahasa Indonesia (justify, reguler, times new roman 10,5 pt), dan untuk bahasa
Inggris (justify, italic, times new roman 10,5 pt)

Abstract

Keywords : berisi 3-6 kata kunci (times new roman, 10,5pt)

PENDAHULUAN dan dianalisis dengan metode apa.


(uppercase, left, bold, times new roman 12 pt)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Artikel pada majalah ini disusun mengikuti
format yang telah ditentukan pada halaman ini dan (uppercase, left, bold, times new roman 12 pt)
contoh layout pada halaman berikutnya.
Pada bab ini penulis dapat membagi 2 sub bab
Latar Belakang (tinjauan pustaka) atau lebih.
(titlecase, left, bold, times new roman 11 pt) Laporan Penelitian
Uraian tentang substansi penelitian atau tin- Penulis harus menguraikan data/hasil
jauan yang akan dilakukan penulis dengan dasar pengamatannya. Hubungkan dan diskusikan dengan
publikasi mutakhir. Kutipan dari publikasi tersebut referensi/hasil penelitian lain. Jelaskan mengapa
(referensi/daftar acuan) dibuat dengan superscript1), hasil penelitian anda berbeda atau sama dengan
yang akan dijadikan nomer daftar acuan (times new referensi yang ada, kemudian ambil kesimpulannya.
roman 11pt).
Artikel Ulasan
Tujuan
Penulis menyampaikan teori, pandangan dan
(titlecase, left, bold, times new roman 11 pt)
hasil penelitian peneliti lain tentang sebuah
Menjelaskan dengan singkat tujuan substansi/isu yang menarik. Diskusikan perbedaan
penelitian atau tinjauan yang akan dilakukan. dan persamaan referensi yang anda sampaikan
tersebut. Ambil kesimpulan (yang akan lebih baik
jika penulis mampu mensinergikan referensi yang
METODOLOGI
ada menjadi sebuah pandangan baru).
(uppercase, left, bold, times new roman 12 pt)
Pada bab ini penulis dapat membagi 2 atau 3 KESIMPULAN DAN SARAN
subbab. (uppercase, left, bold, times new roman 12 pt)
Tempat dan Waktu Penelitian Penulis bisa membagi 2 subbab.
(titlecase, left, bold, times new roman 11 pt) Kesimpulan
Menjelaskan dimana dan kapan penelitian Merupakan kesimpulan pada pembahasan.
dilakukan.
Saran
Sampling dan Analisis Sample
Berisi tindak lanjut yang harus dilakukan atau
(titlecase, left, bold, times new roman 11 pt) hal penting yang berhubungan dengan substansi
Menjelaskan bagaimana mengambil sample penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH (opsional)
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu atau mendukung proses penulisan
naskah.

DAFTAR PUSTAKA
(uppercase, left, bold, times new roman 12 pt)
Minimal 10 referensi. Berisi referensi yang
diacu 80% terbitan 10 tahun terakhir. Penomoran
disesuaikan dengan urutan penggunaan referensi
dalam tulisan. Semua referensi dalam daftar pus-
taka harus digunakan dalam tulisan.
Contoh tata cara penulisan daftar pustaka dari
berbagai sumber :
[1]. Buku : Penulis, Inisial., Tahun. Judul buku.
Edisi. Kota:Penerbit. Contoh : Redman, P.,
2006. Good Essay Writing: A Social Sciences
Guide. 3rd ed. London: Open University in
assoc. with Sage.
[2]. Jurnal : Penulis, Inisial., Tahun. Judul artikel.
Nama Jurnal. Vol (no): hal. Contoh :
Perry, C., 2001. What Health Care Assistants
Know About Clean hands. Nursing Times. 97
(22):63-64.
[3]. Disertasi : Penulis, Inisial., Tahun. Judul diser-
tasi. Program. Nama Universitas. Contoh :
Richmond, J., 2005. Customer Expectations In
The World Of Electronic Banking : A Case
Study Of The Bank Of Britain. Ph.D. Disserta-
tion. Anglia Ruskin University.
[4]. Internet: Penulis, Inisial, Tahun, Judul, Hala-
man/Dokumen, [jenis media]. Contoh : Natio-
nal Electronic Library For Health. 2003. Can
Walking Make You Slimmer And Healthier?
(Hitting The Headlines Articles) [Online].
(Update 16 Jan 2005) Available at : http://ww/
nhs.uk.hth.walking [accessed 10 April 2005].
[5]. Laporan Tahunan : Penulis, Tahun, Judul, La-
poran, Kota : Penerbit. Contoh : Mark & Spen-
cer, 2004. The Way Forward, Anual Report
2003-2004, London : Mark & Spencer.
[6]. Artikel Surat Kabar : Penulis, Inisial., Tahun.
Judul Artikel. Nama Surat Kabar, Tgl Bulan.
Hal. Artikel. Contoh :
Slapper, G., 2005. Corporate Manslaughter:
New Issues For Lawyers. The Times, 3 Sep.
P.4-5.

Redaksi menerima artikel dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris


Vol. 14 No. 1 Juni 2015 KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN

ISSN 1978 - 2365

Subhan Nafis, Dedi Suntoro, dan Arfie Ikhsan Firman- rada pada rentang 56,3 119,5 [Lm/W] dengan rata-rata
syah 86,9 [Lm/W]. Sedangkan efikasi setelah lampu di aging
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi 1000 jam berada pada rentang 54,9 115,4 [Lm/W]
Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Kon- dengan rata-rata 86,1 [Lm/W] yang sesuai dengan klaim
servasi Energi LED secara umum
Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Telp (021)7203530, Cipulir
Kebayoran Lama Jak-Sel Kata kunci : efikasi, lampu LED, pencahayaan umum
subhan_nafis@yahoo.co.id
Pengeringan adalah salah satu metode pengawetan
produk makanan dengan mengurangi kadar air di dalam Dian G. Cendrawati, Hari Soekarno, Syaiful Nasution
sebuah peralatan yang dikenal sebagai alat pengering. Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terba-
Aliran fluida pada alat pengering dimodifikasi rukan dan Konservasi Energi
sedemikian rupa agar lebih optimal pada saat proses pen- Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama,
geringan. Analisis distribusi aliran dan temperatur fluida Jakarta Selatan
dilakukan untuk mendapatkan alat pengering produk galuh.cendrawati@gmail.com
pertanian yang optimal. Pada analisis ini digunakan pen-
dekatan Computational Fluids Dynamics (CFD) untuk Pemanfaatan energi terbarukan setempat mendapat tem-
menganalisa alat pengering produk pertanian yang me- pat tersendiri di dalam cetak biru pemerintah daerah. Jika
manfaatkan gas buang dari furnace boiler pembangkit hal tersebut diimplementasikan maka harus didukung
listrik tenaga biomassa berkapasitas 10 kW milik P3T-
oleh ketersediaan data beserta analisa kelayakannya.
KEBTKE. Pengujian dilakukan menggunakan kecepatan
alir gas buang 2,2 m/s dan 3,7 m/s dengan beberapa Namun di sisi lain keterbatasan sumber daya manusia
susunan tray pengering. Hasil analisis menunjukan alat seringkali menghambat pemenuhan akan kebutuhan ini.
pengering belum memiliki distribusi fluidaoptimal, perlu Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah memberikan
dilakukan modifikasi saluran keluar dan penambahan plat analisa mengenai potensi energi angin di daerah Serdang
sehingga meningkatkan perbedaan suhu tiap trayyang
Bedagai, Provinsi Sumatra Utara. Penentuan titik lokasi
hanya mencapai 2,5%
pengukuran kecepatan dan arah angin dilakukan di Desa
Kata kunci : CFD, pengering, produk pertanian, gas Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten
buang Serdang Bedagai pada koordinat 030 33.902 N dan 0990
07.775 E. Pengukuran dilakukan selama 12 bulan dengan
waktu sampling rata-rata setiap 10 menit-an, pada
Sudirman Palaloi*), Subhan Nafis, Sarimin Emo** ketinggian alat ukur 20m, 30m dan 50m. Data kemudian
*)
Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT di ekstrak dengan menggunakan perangkat lunak
Gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang
NOMAD Desktop sebagai analisa statistikal dan
Selatan
palaloi@yahoo.com kemudian dilakukan simulasi modeling dengan
**)
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, menggunakan perangkat lunak WAsP sebagai
Terbarukan dan Konservasi Energi ekstrapolasi horisontal sejauh radius 10 km untuk
Jl. Cileduk Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, mengetahui potensi energi angin. Hasil penelitian
Jakarta Selatan, 12230 menunjukkan bahwa potensi energi angin yang dipunyai
sarimin_e15@yahoo.co.id
oleh Kabupaten Serdang Bedagai adalah 26 - 38 watt/m2.
Saat ini lampu LED menjadi salah satu pilihan sebagai Kata kunci : potensi energi angin, serdang bedagai, ke-
sumber pencahayaan. Penggunaan LED sebagai sumber cepatan rata-rata angina
pencahayaan umum berkembang pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Lampu LED semakin populer dan sudah
banyak ditemukan dipasaran. Hal ini disebabkan karena Adolf Leopold SM Sihombing(1), I Made Agus Dharma
lampu LED lebih efisien dan memberikan kualitas yang Susila, dan Medhina Magdalena
lebih tinggi daripada lampu penerangan lainnya. Studi Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terba-
ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat efikasi lampu rukan dan Konservasi Energi
LED untuk pencahayaan umum yang beredar di Indone- Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama,
sia. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan Jakarta Selatan
pengujian tingkat efikasi lampu LED pada saat awal (1)
leopoldsihombing@yahoo.com
dinyalakan, dan setelah nyala 1000 jam. Hasil penguku-
ran menyatakan bahwa terdapat korelasi yang erat antara Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
daya lampu dengan nilai flux. Ditemukan pula bahwa (PLTMH) melalui tahapan-tahapan seperti konstruksi
tingkat efikasi yang dihasilkan oleh lampu LED dapat sipil, mekanikal-elektrikal dan pembangunan jaringan
dipertahankan rata-rata 98,7% dari nilai awalnya setelah listrik. Setiap tahapan membutuhkan material dan energi
mengalami aging selama 1000 jam. Pengukuran menun- yang berpotensi menghasilkan emisi CO2 baik secara
jukkan bahwa tingkat efikasi lampu awal pengujian be- langsung maupun tidak langsung. Studi kali ini bertujuan
untuk menghitung emisi CO2 per satuan produksi listrik
dari siklus hidup pembangunan PLTMH sistem terisolasi
dengan menggunakan perangkat penakaran daur hidup
atau Life Cycle Assessment (LCA) sesuai ISO 14040 dan
14044. LCA merupakan perangkat yang digunakan untuk
melakukan evaluasi dampak lingkungan dari suatu sistem
atau produk berdasarkan keseluruhan siklus hidupnya.
Unit fungsional yang digunakan adalah gram-CO2/kWh.
Studi kasus mengambil lokasi di PLTMH Tangsi Jaya
dan PLTMH Maninili. Nilai perhitungan faktor emisi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) off-
grid berdasarkan kondisi rill memiliki rentang antara
10,79 95,9 g-CO2/kWh. Kontruksi sipil merupakan
kontributor emisi CO2 terbesar pada PLTMH off-grid
yaitu sebesar 53-74%, dimana semen dan baja menjadi
komponen penyumbang emisi utama pada tahapan
kontruksi sipil.

Kata kunci : faktor emisi CO2, pembangkit listrik mikro-


hidro, sistem terisolasi

Guntur Tri Setiadanu(1), Yohanes Gunawan,


Didi Sukaryadi
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi
Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan
(1)
guntur_tri_s@yahoo.com

Mechanical seal adalah peralatan yang berfungsi untuk


mencegah kebocoran pada turbin organic rankine cycle
(ORC) yang bekerja dengan menggesekkan permukaan o-
ring tungsten karbida (WC) dan grafit (C). Terjadi kega-
galan pada pengujian kebocoran mechanical seal untuk
turbin ORC akibat patahnya ring tungsten karbida. Studi
ini melakukan analisis kerusakan ring tungsten kabida
yang patah. Hasil yang didapatkan adalah terjadi fenome-
na panas berlebih ketika gesekan operasi ring tungsten
karbida yang tidak mampu didinginkan oleh sistem pend-
ingin menggunakan oli SAE 40 pada saat pengujian.
Dari pengujian pada ring tungsten karbida didapatkan
bahwa terjadi retak akibat panas yang tinggi pada per-
mukaan gesek ring tungsten pada lokasi dibawah garis
tengah permukaan gesek. Retak tersebut diinisiasi oleh
kombinasi pelemahan ikatan pada batas butir tungsten
karbida, bending momen akibat laju expansi termal yang
berbeda karena pendinginan yang tidak merata dan geta-
ran pada permukaan gesek. Dengan naiknya temperatur,
getaran dan tekanan kerja retak tersebut terpropagasi
sehingga ring tungsten menjadi patah.

Kata kunci : PLTP, turbin ORC, mechanical seal, ring


tungsten karbida, analisis kerusakan
INDEKS KATA KUNCI

Efikasi : 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12

Lampu LED : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13

Pencahayaan Umum : 1, 3, 4, 5, 7, 12

Potensi Energi Angin : 15, 16, 27

Serdang Bedagai : 15, 17, 19, 26, 27

Kecepatan Rata-Rata Angin : 19, 23, 26, 42

Faktor Emisi CO2 : 34

Pembangkit Listrik Mikrohidro : 29, 30, 34

Sistem Terisolasi : 29

PLTP : 39, 40

Turbin ORC : 37, 39, 40, 42, 43, 44, 50, 51

Mechanical Seal : 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, 51

Ring Tungsten Karbida : 37, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 51

Analisis Kerusakan : 37, 45

CFD : 55, 56,

Pengering : 55, 56, 58, 59, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68

Produk Pertanian : 55, 56, 58

Gas Buang : 70
UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada mitra bestari sebagai reviewer yang
telah menelaah dan memberi masukan serta rekomendasi dalam rangka menjaga mutu publikasi
ini sesuai kaidah-kaidah karya tulis ilmiah. Adapun nama-nama mitra bestari sebagai berikut:

NO NAMA INSTANSI
1 Dr. Deendarlianto, S.T., M. Eng. Universitas Gajah Mada
2 Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D. Institut Teknologi Bandung
3 Fauzun, S.T., M.T.., Ph.D. Universitas Gajah Mada
4 Dr. Ir. Ferry Yusivar, M. Eng. Universitas Indonesia
5 Dr.-Ing. Eko Adhi Setiawan, S.T., M.T. Universitas Indonesia
6 Fahmi Amhar, Dipl.-Ing., Dr.-techn. Badan Informasi Geospasial
7 Dr. Ir. Surya Darma, MBA. Universitas Indonesia
8 Eka Firmansyah, S.T., M.Eng. Universitas Gajah Mada
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan dicetak oleh CV. Sukma Jaya Utama
Jl. Raya Pasar Minggu Km. 18 No.1, Pejaten Barat Jakarta Selatan,
Telp. (021) 3249 0325, 0813 800 44 290

Вам также может понравиться