Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ninda Kartikadewi; Dr Yetty Herdiyati, drg, Sp. KGA (K); Meirina Gartika, drg, Sp. KGA
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Jl. Sekeloa Selatan I, Bandung, Jawa Barat, Indonesia 40132
ABSTRAK
Obat kumur daun sirih dan klorheksidin dapat membantu menurunkan plak di
permukaan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas obat kumur
daun sirih dan klorheksidin terhadap penurunan nilai indeks plak anak-anak.
Metode penelitian berupa eksperimental semu yang dilakukan pada 30 anak-anak
berusia antara 11 sampai 14 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Wisma Putra,
Bandung. 30 naracoba dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing berjumlah 15 orang.
Kelompok perlakuan 1 berkumur dengan obat kumur daun sirih dan kelompok perlakuan dua
berkumur dengan klorheksidin. Berkumur dilakukan dua kali sehari selama lima hari. Nilai
indeks plak dicatat setiap hari.
Hasil penelitian menunjukkan nilai uji t tidak berpasangan antara kelompok obat
kumur daun sirih dan klorheksidin adalah p < 0,05 sebesar 0,038. Uji t berpasangan untuk
kelompok daun sirih dan klorheksidin keduanya adalah p < 0,05 sebesar 0,00.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan efektivitas obat kumur daun
sirih dan klorheksidin yang signifikan terhadap penurunan indeks plak anak-anak.
Klorheksidin lebih efektiv daripada obat kumur daun sirih dalam menurunkan indeks plak
anak-anak.
Kata kunci : obat kumur daun sirih, klorheksidin, indeks plak, anak-anak.
ABSTRACT
Betel leaves and chlorhexidine mouthwash could help reducing plaque on the tooth
surface. This study aimed to determine the differences in the effectiveness of betel leaves and
chlorhexidine mouthwash aganints plaque index decreased in children.
Quasi-experimental research method was performed on 30 children aged between 11
and 14 years in PSAA Wisma Putra, Bandung. 30 children were divided into two group, 15
people in each group. Treatment 1 group rinsed with betel leaves mouthwash and treatment 2
group rinsed with chlorhexidine. Rinsing was done twice a day for 5 days. Plaque index
scores were recorded daily.
The independent t test value between betel leaves and chlorhexidine mouthwash
groups results p < 0,05 by 0.038. The dependent t test value for both betel leaves and
chlorhexidine groups results p < 0,05 by 0,00.
This study concludes that there is significant difference in the effectiveness of betel
leaves and chlorhexidine mouthwash againts plaque index decreased in children.
Chlorhexidine is more effective than betel leaves mouthwash in decreasing plaque index in
children.
PENDAHULUAN
Perawatan kesehatan gigi dan mulut yang efektif sangat penting dilakukan oleh setiap
individu, termasuk anak-anak. Hal ini dapat dimulai dengan menumbuhkan kebiasaan untuk
memelihara kebersihan gigi dan mulut sedini mungkin. Kebiasaan yang sudah dilakukan
sejak kecil diharapkan dapat terus dilakukan hingga dewasa.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sudah muncul pada diri
anak-anak usia 11 sampai 14 tahun. Mereka sudah memiliki kemampuan yang cukup baik
untuk melakukan berbagai perawatan gigi dan mulut, seperti menyikat gigi dan flossing,
secara mandiri tanpa bantuan orang tua. Namun, arahan dan pengawasan dari orang tua tetap
harus diberikan (Mc Donald et al., 2004).
Anak-anak usia 11 sampai 14 tahun sedang mengalami masa pubertas. Pubertas
adalah proses kematangan seksual yang kompleks sampai akhirnya seorang individu mampu
bereproduksi (Mascarenhas et al., 2003). Peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa
memberi dampak yang cukup signifikan terhadap fisik, psikologis dan emosional. Mereka
sedang mencari jati diri, memiliki rasa ingin memberontak yang tinggi, rasa menghargai diri
sendiri menurun, dan merasa tidak ingin diatur atau dikekang. Hal ini berpengaruh pada
motivasi mereka untuk merawat kesehatan gigi dan mulut yang cenderung menurun pada
rentang usia tersebut (Mc Donald et al., 2004).
Kegagalan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut bisa menimbulkan berbagai
gangguan dan penyakit di dalam rongga mulut. Salah satu gangguan yang sering timbul
adalah penumpukan plak. Plak adalah lapisan lunak berupa biofilm yang secara alami
melekat pada permukaan gigi dan terbentuk karena ada interaksi secara fisik maupun
fisiologis antara bakteri dan permukaan gigi (Newman et al., 2002). Plak dapat ditemukan
pada permukaan gigi orang dewasa dan anak-anak.
Plak yang tidak terkontrol dapat mengganggu keseimbangan lingkungan di dalam
mulut. Jika dibiarkan dan tidak ditangani, plak bisa menyebabkan gingivitis, yaitu
peradangan pada jaringan gusi. Hal ini ditandai dengan adanya inflamasi eksudat, edema,
kerusakan serat kolagen gusi, ulserasi dan proliferasi epitel yang melekat langsung pada gigi.
Pola makan yang buruk dan perubahan hormonal pada masa pubertas menambah resiko
gingivitis (Mc Donald et al., 2004).
Plak dapat hilang melalui tindakan mekanis, seperti menyikat gigi dan menggunakan
dental floss. Teknik menyikat gigi yang baik dan benar dibutuhkan untuk dapat
menghilangkan plak secara optimal, tetapi kebanyakan orang belum mampu melakukan
teknik menyikat gigi yang baik dan benar. Media tambahan dibutuhkan untuk mengurangi
akumulasi plak, salah satunya adalah obat kumur. Obat kumur dapat membantu mengurangi
plak yang tidak dapat dibersihkan dengan menyikat gigi (Malhotra et al., 2011). Bahan kimia
pada obat kumur terbukti dapat mengurangi jumlah bakteri pada plak (Murray et al., 2003).
Klorheksidin adalah agen antiseptik golongan bis-biguanide yang telah dikenal luas
sebagai salah satu bahan kontrol plak yang cukup efektif. Klorheksidin memiliki aktifitas
antimikroba yang luas (McDonald et al., 2004). Klorheksidin bersifat kation, sehingga
mampu berikatan dengan membran sel bakteri yang bermuatan negatif. Klorheksidin akan
diserap setelah berikatan, kemudian mengganggu permeabilitas membran sel, mengendapkan
komponen intraseluler dan bakteri akan hancur (Sharma et al., 2004). Klorheksidin dengan
konsentrasi 0,12% dapat bekerja cukup efektif sebagai kontrol plak (Lindhe et al., 2003).
Saat ini masyarakat mulai mengenal obat kumur berbahan dasar herbal. Obat herbal
adalah obat berbahan dasar tanaman yang ekstraknya memiliki manfaat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit dan menjaga kesehatan (Malhotra et al., 2011). Daun sirih
(Piper betle Linn) adalah salah satu tanaman yang sering dijadikan bahan utama pada obat
kumur herbal. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri dari
fenol dan senyawa turunannya (Agoes, 2010). Fenol membentuk ikatan dengan protein yang
terdapat di membran sel bakteri. Ikatan tersebut menyebabkan struktur protein menjadi rusak.
Akibat dari kerusakan tersebut adalah ketidakstabilan pada dinding sel dan membran
sitoplasma bakteri. Bakteri menjadi terganggu pada fungsi permeabilitas selektif, fungsi
pengangkutan aktif, dan pengendalian susunan protein. Hal ini menyebabkan terjadinya
kebocoran, sehingga makromolekul dan ion keluar dari sel. Sel bakteri akan kehilangan
bentuknya dan mengalami lisis (Rinawati, 2011).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan efektivitas obat kumur daun
sirih dan klorheksidin terhadap penurunan nilai indeks plak anak-anak.
2.12
2 Perlakuan
1.92
1
1.5 1.37
1.071.24 1.02
1 1.04
0.77 0.91
0.68 0.640.77
0.5
0
sebelum hari.ke1 hari.ke2 hari.ke3 hari.ke4 hari.ke5
Karakteristik sangat baik berarti tidak terdapat plak pada permukaan gigi, sedangkan
ke-14 naracoba tersebut tetap mengalami penurunan plak, tetapi tidak sampai plak tersebut
hilang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mc Donald dkk tahun 2004 bahwa penggunaan obat
kumur hanya bersifat tambahan untuk membantu mengurangi akumulasi plak yang tidak
terbersihkan melalui menyikat gigi atau flossing dan tidak sampai menghilangkannya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan efektivitas obat kumur daun sirih dan klorheksidin terhadap
penurunan indeks plak pada anak-anak. Klorheksidin lebih efektiv dalam menurunkan plak
dibandingkan obat kumur daun sirih.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika. Hlm 109-10.
Cowan MM. 2009. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Review:
12(4):564.
Haq, MF et al. 2010 Efficacy of Antipaque Mouthwashes: A Five-day Clinical Trial:
e110-e115. Available online at: www.agd.org. [Accessed 20 November 2012].
Kaplowitz GJ, Cortell M. 2006. Chlorhexidine: A Multi-Functional Antimicrobial Drug.
Academy of Theurapetics and Stomatologi. 1-13. Available online at:
http://www.ineedce.com/pdf_files/adts_chlorhexidine.pdf. [Accessed 20 January
2013].
Lindhe, J. 2003. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. Munksgaard: Blackwell
Publishin Company. Hlm 468-9.
Malhotra, R dkk. 2011. Comparison of The Effectiveness of a Commercially Available
Herbal Mouthrinse with Chlorhexidine Gluconate at The Clinical and Patient Level.
Okt-Des 2011. Vol 15: 349-51. Available online at: http://www.isponline.com.
[Accessed 3 December 2012].
Mascarenhas P, et al. 2003. Influence of Sex Hormones on The Periodontium. Journal of
Clinical Periodontology: 30: 671681. Available online at:
http://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/handle/2027.42/75598/j.1600-
051X.2003.00055.x.pdf;jsessionid=7D0BA76F07903FA433856AEBE563A35C?
sequence=1. [Accessed 15 February 2013].
Mathur s, Mathur T, Srivastava R, Khatri R. 2011. Chlorhexidine: The Gold Standard in
Chemical Plaque Control. National Journal of Physiology, Pharmacy and
Pharmacology. Vol. 1 (2): 45-50. Available online at:
http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=8252. [Accessed 15 March 2013].
Mc Donald RB, Avery DR, Dean JA. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent. Ed. Ke-
8. Saint. Louis: Mosby. Hlm 247-8, 253-4, 415, 478.
Melville TH dan Russel C. 1986. Microbiology for Dental Students. Edisi ke-3. London:
William Heinemann Medical Books Ltd. Hlm 321-322.
Murray JJ, Nunn JH, Steele JG, editor. 2003. The Prevention of Oral Disease. Ed. Ke-4. New
York: Oxford University Press. Hlm 130, 136, 138.
Newman MG, Takei HH, Carranza FA. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. Ed. Ke-9.
California: W.B Saunders Company.
Pelczar MJ, E.C.S Chan, Krieg NR. 1986. Microbiology. New York: McGraw- Hill Inc.
Hlm 491-493.
Rakhmanda, AP. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Jus Nanas (Ananas comosus L.Merr)
Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Streptococcus mutan. Artikel Ilmiah. Universitas
Diponegoro. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/24278/1/Adi_Putra.pdf. Diakses 28
Februari 2013.
Razak FA dan Rahim ZHA. 2003. The anti-adherence effect of Piper betle and Psidium
guajava extracts on the adhesion of early settlers in dental plaque to saliva-coated glass
surfaces. Journal of Oral Science. Vol 45, No. 4. Available online at:
http://jos.dent.nihon-u.ac.jp/journal/48/2/71.pdf. [Accessed 28 Januari 2013].
Rinawati ND. 2011. Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.) Terhadap
Bakteri Vibrio Alginolyticus. Artikel Ilmiah. Institut Teknologi Sepuluh November.
Tersedia di http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100011042077/13710. Diakses
28 Februari 2013.
Sharma U et al. 2004. A Clinical Assessment of The Effectivenenss of Mouthwashes
Comparison to Toothbrushing in Children. Journal of Indian Society Pedodontic.