Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I. PENDAHALUAN................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................9
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Studi........................................................................28
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10
2.1 Ketahanan Pangan................................................................................................10
2.2 Teori Permintaan...................................................................................................11
2.3 Utilitas..................................................................................................................12
2.4 Fungsi Permintaan................................................................................................13
2.5 Elastisitas permintaan...........................................................................................16
2.6 Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)....................................................16
2.7 Elastisitas Silang (Cross Elasticity of Demand)...................................................17
2.8 Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity of Demand)........................................18
2.9 Model Fungsi Permintaan AIDS..........................................................................19
2.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu.............................................................................22
2.11 Hipotesis Penelitian.............................................................................................27
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................................28
3.1 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................28
3.2 Sumber Data.........................................................................................................28
3.3 Model Analisis......................................................................................................29
3.4 Definisi Operasional.............................................................................................34
Daftar Pustaka.................................................................................................................39
1
BAB I
PENDAHALUAN
pangan yang cukup secara makro dan secara mikto merupakan persyaratan penting
dalam terwujudnya ketahanan pangan. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi salah
satu prioritas dalam pembangunan nasional serta identic dengan ketahanan nasional.
Alasan penting yang melandasi kesaratan semua komponen bangsa atas atas pentingnya
ketahanan pangan yaitu : (i) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap
penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak asasi manusia ; (ii) konsumsi pangan
dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas; (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan
Ditinjau dari potensi sumber daya wilayah, sumber daya alam Indonesia
memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin, dan mineral, yang
sayur dan buah, dan biji berminyak. Potensi sumber daya pangan tersebut belum
seluruhnya dimanfaatkan secara optimal sehingga pola konsumsi pangan rumah tangga
intervensi pemerintah dalam aspek ini sangat diperlukan. Kebijakan pemerintah terkait
2
dengan pangan masih terfokus pada komoditas beras. Hal ini berkaitan dengan konsisi
pola pangan masyarakat saat ini yang sangat didominasi besar menyebabkan komoditas
ini berubah menjadi satu-satunya sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data susenas (2010) konsumsi beras penduduk Indonesia tahaun 2009
mencapai urutan tertinggi dunia yaitu sebesar 102,2 kilogram/kapita.tahun atau hamper
dua kali lipat rata-rata konsumsi beras penduduk dunia yang hanya 60
seluruh beras yang beredar di pasar dunia, 80%-nya diserap oleh Indonesia
(Louhenapessy, 2010:114).
hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya kualitas konsumsi
pangan nasional, yang belum beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh
skor pola pangan harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian
sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padi-padian
Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak
hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga dianggap
memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi social. Sementara komoditi sumber
karbohidrat lainnya yang biasa konsumsi sebagian masyarakat di masa lampau, saat ini
semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi serta sebagai
ekses dari kebijkan pemerintah berupa program penyaluran besar bagi keluarga miskin
atau RASKIN.
3
Sebagaimana diamanatkan dalam peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang
setempat atau khas daerah. Hal ini diartikan bahwa pengurangan konsumsi bertas tidak
dapat digantikan dengan konsumsi gandum/ terigu yang hamper seluerunya diimpor.
Sementara konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan pilihan pengganti padi-
padian namun juga sebagai pangan berpati (starchy foods) yang banyak mengandung
serat dan dibutuhkan tubuh untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, talas,
karbohidrat hanya bersumber dari besar, sehingga memaksa pemerintah untuk selalu
melakukan pengawalan ketat terhadap komoditas ini. Bahkan pemerintah tidak segan
untuk melakukan import beras hanya demi menjaga stabilitas pasokan beras. Menurut
World Trade Organization impor pangan dalam jangka pendek bisa menjadi obat
kelaparan namun, dalam jangka panjang tak hanya menguras devisa, tetapi mengabaikan
kebutuhan dasr (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Disinilah peran pemerintah
dalam melakukan invervensi dalam penyediaan pangan bagi masyarakat miskin melalui
kebijakan pangan.
4
Mengingat semakin tingginya ancaman masalah pangan, maka sumber pangan
alternative, dalam hal ini sumber pangan potensial local tampaknya menjadi salah satu
solusi. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber karbohidrat selain besar, seperti
jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu yang semakin lama telah menjadi sumber pangan pokok
suatu langkah yang tepat, karena pangan local tersedia dalam jumlah yang cukup di
seluruh daerah dan mudah dikembangkan karena sesuai dengan agroklimat setempat.
Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010)
umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola
konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagain besar (22 provinsi
Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan, pada pasal 1 ayat 17,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik, jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau. Maka dibutuhkan suatu kebijakan pangan yang telah
disesuaikan dengan potensi yang kita miliki. Salah satu upaya perwujudannya adalah
diversifikasi konsumsi pangan dipandang sebagai salah satu alternative terbaik dalam
berpendapatan rendah justru memiliki komposisi yang lebih bervariasi, tidak hanya
justru didominasi oleh beras yang botabene adalah jenis bahan pangan dengan subsidi
Hasil perhitungan BPS menyebutkan jumlah penduduk Provinsi Aceh pada tahun
2015 berpenduduk 2.001.953 jiwa. Letak geografis, luas wilayah dan pembangunan
yang belum merata menyebabkan penyebaran penduduk Aceh memadati pantai utara-
timur. Kawasan ini meliputi Kota Sabang hingga Kabupaten Aceh Tamiang. Dua
kabupaten dengan populasi terbesar berada di kawasan ini yaitu Kab. Aceh Utara
583.892 jiwa dan Kab. Bireuen 435.300 jiwa. Penyebaran penduduk di kawasan
perkotaan dan pedesaan masih menunjukkan kegiatan utama penduduk sebagai mata
merata. Dimana jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Aceh Utara yaitu
sebanyak 572.961 jiwa, sedangkan yang terendah di kota sabang dengan jumlah
penduduk 32.739 jiwa. (BPS ; Statistik daerah provinsi aceh 2015; 8; 2016).
6
Tabel 1.1 Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan di Provinsi Aceh tahun 2015
Kota Desa Kota + Desa
4.291.923 2.687.058 3.159.102
Sumber : BPS Provinsi Aceh 2015
rumah tangga tersebut dilihat dari sudut pandang ekonomi. Menurut golongan
pengeluaran sebulan di Provinsi Aceh, pada tahun 2015 Pengeluaran Rumah tanga di
kota sebesar 4.291.923, Pengeluaran Rumah tanga di Desa sebesar 2.687.058 dan
Tabel 1.2 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang,
Provinsi Aceh tahun 2011-2015.
No Kelompok Barang 2011 2012 2013 2014 2015
Provinsi Aceh yang paling banyak digunakan untuk membeli makanan dan minuman
jadi sebesar Rp 83.433,00, dan rata-rata pengeluaran paling sedikit digunakan untuk
makanan dan minuman jadi sebesar Rp 100.564,00 , dan rata-rata pengeluaran paling
Penulisan tesis ini dasarkan pada penelitian sebelumnya yang sudah diteliti oleh
saudari Fitria Pusposari dengan judul Analisis Pola Konsumi Pangan Masyarakat di
Provinsi Maluku. Penulis berniat meneliti kembali dengan judul yang sama tetapi
objek/lokasi diganti dari Provinsi maluku menjadi Provinsi Aceh, karena menurut
penulis memiliki perbedaaan budaya, sosial, adat, dan keaadaan ekonomi masyarakat.
Begitu juga dengan pangan lokalnya. Masyarakat Provinsi Maluku masih menjadikan
sagu sebagai bahan makanan pokok. Hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat
Provinsi Aceh yang lebih cenderung mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok.
Masyarakat aceh belum bisa menggantikan beras sehingga terdegar istilah belum makan
jika belum belum makan nasi. Selain dari itu, tahun penulisan juga berbeda, dimana
saudari Fitria Pusposari menggunakan sumber tahun 2010, sedangankan penulis sendiri
Provinsi Aceh?
2. Bagaimana perubahan pola konsumsi masyaratkat khususnya pangan bila tejadi
8
3. Bagaimana respon perubahan pola konsumsi pangan rumah tangga miskin akibat
Aceh?
di Provinsi Aceh.
2. Untuk mengetahui perubahan pola permintaan pangan bila terjadi perubahan
Provinsi Aceh.
1.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi setiap saaat
dan merupakan unsur yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, pada
pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam UU
ini, ketahanan pangan ditunjukkan kepada kebutuhan rumah tangga, karena asumsi
Sejalan dengan pengertian food security (ketahanan pangan) yang tertera dalam
Rome Declaration and World Food Summit Plan of Action, yaitu food security exists
when all people, at all times, have access to sufficient, safe and nutritious food to meet
their dietary needs for an active and healthy life. Hal ini semakin menegaskan bahwa
ha katas pangan merupakan bagian terpenting dari hak azasi manusia yang harus
dipenuhi. Implikasinya bahwa penyediaan, distribusi dan konsumsi pangan harus dapat
memenuhi kebutuhan penduduk di seluruh wilayah setiap saat. Keamanan dan mutu gizi
yang memadai harus terjamin, sesauai dengan pola makan dan keinginan masyarakat
agar hidup sehat, aktif dan produktifAkan tetapi, pada kenyataannya, sering terjadi
dengan kerawan pangan yang merupakan situasi pangan tersedia tetapi tidak mampu
diakses rumah tangga karena keterbatasan sumber daya ekonomi yang dimiliki
10
(pendapatan, kesempatan kerja, sumberdaya ekonomi lainnya). Kerawanan pangan ini
adalah salah satu bentuk kemiskinan. Menurut Ellis (1998) salah satu dimensi
kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Oleh karena itu, jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh harga barang
11
tersebut. Semakin tingggi harga barang maka permintaan barang tersebut akan menurun,
Selain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait pun ikut
berpengaruh terhadap permintaan konsumen. Hal ini yang disebut dengan hubungan
subtitusi dan komplementer. Pada hubungan subtitusi, bila terjadi kenaikan harga pada
salah satu barang akan memicu kenaikan jumlah permintaan barang lain. Sedangkan
pada hubungan komplementer, bila kenaikan salah satu barang justru akan memici
2.4 Utilitas
dengan menggunakan teori utilitas (utility function) dan pendekatan orninal dengan
menggunakan teori kurva indiferen. Menurut teori ordinal, utilitas tidak dapat dihitung,
12
hanya dapat dibagikan dengan memberikan rangking pada tingkat kepuasan yang
diterima konsumen menurut konsep preferensi. Teori ordinal dijelaskan melalui kurve
macam komoditas yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang
konsumen.
1. Adanya trade off, yaitu harus adanya sejumlah komoditas yang dikurangi
agar dapat mebambahkan komoditas yang lain dalam kombinasi yang dipilih.
2. Semakin jauh kurva indifens dari titik ordinal, semakin tinggi tingkat
kepuasan.
3. Kurva indiferen menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping),
4. Kurva indiferen tidak saling berpotongan. Hal ini penting untuk memenuhi
Kuantitas Y
Y*
0
E
BL
Kuantitas X
13
Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara
sendiri adalah jumlah barang/jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga selama periode waktu tertentu. Umumnya, variable yang diperhitungkan
dalam fungsi permintaan adalah variable yang pengaruhnya besar dan langsung, yaitu
harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan konsumen.
Fungsi permintaan ada dua, yaitu (1) fungsi permintaan yang diderivasi dari
kepuasan dengan kendala berupa pendapatan, dan (2) fungsi permintaan yang diderivasi
dari fungsi pengeluaran (fungsi permintaan hicksian) yang diperoleh dari minimisasi
pengeluaran dengan kendala berupa tingkat kepuasan. Dalam penelitian ini digunakan
gungsi permintaan Marshallian terdiri dari harga dan pendapatan yang dapat diobservasi,
sedangkan pada fungsi permintaan Hicksian terdapat kepuasan yang tidak dapat
diobservasi.
Dimana:
XM = Jumlah Barang X yang diminta/fungsi permintaan Marshallian
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
I = Pendapatan
Fungsi permintaan Hicksian : XH = f(Px, Py, U)................................................... (2.2)
14
Dimana
XH = Jumlah Barang X yang diminta/fungsi permintaan Hicksian
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
U = Utilitas
Murda (2009) menyebutkan bahwa dalam fungsi permintaan terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :homogeneity, adding up (angregasi Engel
1. Homogeneity
menyatakan bahwa pendapatan dan harga-harga berubah dalam porsi yang
sama, maka jumlah permintaan terhadap suatu komoditas tidak akan berubah
(tetap).
2. Adding-up
(agregasi Engel dan agregasi Cournot). Agregasi engel menggambarkan
seluruh komoditas yang dikonsumsi sama dengan satu. Hal ini berarti seluruh
komoditas.
Agregasi Cournot menyatakan bahwa jika terjadi perubahan harga pada salah
lainnya tetap, maka akan berdampak pada relokasi anggaran belanja sehingga
disebaban oleh perubahan suatu persen variable yang lain. Elastisitas permintaan
menunjukkan sensitivitas atau respon perubahan jumlah barang yang dibeli akibat
perubahan faktor yang mempengaruhi (cateris paribus). Mengingat tiga faktor penting
yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan, maka ada
kenaikan 1 persen pada harga barang tersebut. Elastisitas harga dapat dinyatakan sebagai
berikut:
%D Q
Ep=( ) ..................................................................................... (2.3)
%D P
Dimana
D Q : Persentase perubahan pada jumlah barang (Q)
Nilai elastisitas harga sendiri menunjukkan sifat dari pola permintaan terhadap
16
1. Nilai elastisitas kuantitas yang diminta atas barang. Kurva terhadap barang
kuantitas barang yang diminta akibat adanya perubahan harga lebih kecil
kuantitas barang yang diminta akibat adanya perubahan harga lebih besar
17
2.8 Elastisitas Silang (Cross Elasticity of Demand)
akibat setiap kenaikan sebesar satu persen pada harga barang lain. Elastisitas silang
DQi
Ep=
( )
Qi
Pj
Pj
= ( PjQi QiPj )= ........................................................ (2.4)
Dimana
Qi : Jumlah permintaan terhadap barang i
Qi : Perubahan jumlah permintaan terhadap barang i
Pj : Harga barang j
Pj : Perubahan harga terhadap J
1. Nilai elastisitas silang kurang dari nol (Eij < 0) atau bernilai negative
akibat setiap satu persen kenaikan pada pendapatan. Elastisitas pendapatan dapat
p= ( Q/Q
I/I )= ( I Q
QI )
= ............................................................. (2.5)
Dimana
Q : Jumlah permintaan barang
Q : Perubahan jumlah permintaan barang
I : pemdatam konsumen
I : Perubahan pendapatan konsumen
Nilai elastisitas pendapatan ini digunakan untuk menunjukkan jenis barang
sebagai berikut:
1. Nilai elastis pendapatan kurang dari nol (Ei<0), maka barang tersebut termasuk
inferior.
2. Nilai elastisitas pendapatan lebih dari sama dengan nol dan kurang dari sama
dengan satu (0 Ei1), maka barang tersebut termasuk barang normal pokok
(necessities).
3. Nilai elastisitas pendapatan lebih dari satu (Ei>0), maka barang tersebut termasuk
oleh Deaton dan Muellbauer pada tahun 1980. Model AIDS merupakan pengembangan
dari kurva engel dan persamaan Marshall yang diturunkan dari teori maksimisasi
kepuasan. Model AIDS merupakan model fungsi permintaaan Marshallian dalam bentuk
proporsi pengeluaran.
Model persamaan lain yang dapat digunakan dalam analisa permintaan selain
menggunakan model AIDS, antara lain Linear Expenditure System (LES) dan model
translog. Namun kelemahan dari LES adalah tidak dapat digunakan untuk mengestimasi
19
permintaan barang yang bersifat inferior. Sedangkan model translog membutuhkan data
lain Adding Up, Homogeneity, dan Symmetry.beberapa kelebihan dari model ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat digunakan untuk mengestimasi system persamaan yang terdiri atas
komoditas secara berasama-sama sehingga hubungan silang dua arah atau lebih
fenomema actual yang terjadi bahwa pemilihan suatu komoditas dilakukan oleh
penduga yang baik, karena selalu tidak langsung dapat menguasai masalah
penyimpangan asumsi dasar dalam Ordinary Least Square (OLS) seperti masalah
Heteroskedastisitas.
4. Secara umum konsisten dengan teori permintaan karena adanya restriksi yang
kuantitas barang yang diminta. Bentuk umum model AIDS adalah sebagai berikut:
20
Wi= i+ j ji log P j + i log( y / P ) ...................................................... (2.6)
adalah total pengeluaran, dan P adalah indeks harga yang didefenisikan sebagai:
Penggunaan indeks harga seperti pada persamaan (2.7) membuat model AIDS berbentuk
non-linear dan sulit untuk diestimasi. Oleh sebab itu dalam penelitian-penelitian empiris,
yang sering digunakan adalah aproksimasi linear dari indeks harga tersebut, yaitu
Indeks harga pada persamaan (2.8) diatas dikenal sebagai indeks harga stone. Dengan
menggunakan indeks harga stone maka persamaan (2.6) menjadi linear dalam harga dan
pengeluaran. Fungsi tersebut dikenal sebagai aproksimasi linear atau pendekatan bentuk
linier dari AIDS yang disebut LA/AIDS (Linear Approximation/ Almost Ideal Demand
System) sehingga persamaan AIDS menjadi linier dan mudah untuk diestimasi.
Model AIDS semula digunakan dalam estimasi elastisitas harga dan pendapatan. Akan
tetapi terdapat kelemahan dalam model ini yang tidak menjelaskan prilaku konsumen
sesuai kondisi yang sesungguhnya. Oleh karena itu model ini diperluas dengan
menambahkan faktor-faktor lain seperti faktor social ekonomi, demografi, geografi dan
sebagainuya. Dengan mengikuti Heeien dan Pompelli dalam Nurkhyani (2009). Pada
penelitian ini model AIDS yang digunakan diperluas dengan penambahan faktor social
demografi.
22
3 Faharuddin 2013 Data : Model : QUAIDS 1. Semua kelompok pangan
et.al. Susenas tahun 2013 memiliki elastisitas
Variabel: 2. pendapatan yang positif dan
Komoditas: Harga, Pengeluaran elastistas harga yang negatif
Beras, Padi-padian rumah tangga 3. Beras memiliki elastisitas
non beras, Umbi- Variabel sosial pengeluaran dan elastisitas
umbian, Ikan, demografi: harga yang rendah
Daging, Telur, Susu, Klasifikasi daerah, 4. Kenaikan pendapatan dan
Sayuran, Kacang- Jumlah anggota kenaikan harga tidak
kacangan, Buah- rumah tangga, banyak memengaruhi
buahan, Minyak dan pendidikan kepala konsumsi beras
lemak, Bahan rumah tangga,
minuman, bumbu- Lapangan pekerjaan
bumbuan, pangan RT, dan Pendapatan
lainnya RT
23
5 Kim 2011 Data : Model : AIDS 1. Tingkat kesejahteraan
Budiwinarto data primer Variabel : Harga dan rumah tangga nelayan
Pendapatan masih belum membaik
Komoditas 2. Proporsi konsumsi
1. Komoditi daging, Variabel sosial
pangan yang dominan
2. Komoditi ikan demografi:
laut, 3. Komoditi jumlah anggota
adalah komoditas ikan
ayam broiler dan keluarga, pendapatan laut
ayam kampung, 4. nominal
Komoditi telur, per minggu,
seperti telur ayam pengeluaran untuk
ras, ayam kampung, konsumsi pangan per
dan itik, 5. Komoditi minggu, konsumsi
makanan lainnya rumah tangga
24
8 Resti 2008 Data : Susesan 2005 Model : Model 1. Kenaikan harga pangan
Mauludyani ekonometrika pokok akan menurunkan
et.al. Komoditas : regresi Log-Ganda konsumsi
Beras, Jagung, Ubi 2. Konsumsi pangan rumah
kayu, Ubi jalar, Model Varibael :
tangga berpendapatan
Terigu dan harga dan pendapatan
turunannya, Mi
rendah masih belum
instan dan Mi basah sesuai dengan AKE.
3. Penurunan konsumsi
beras masih belum
tercapai sehingga
program diversifikasi
pangan pokok selain
beras perlu terus
ditingkatkan.
4. Untuk meningkatkan
konsumsi pangan lokal,
seperti jagung, ubi kayu,
dan ubi jalar, perlu
dilakukan peningkatan
pengembangan agro
industri berbasis pangan
lokal dan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE)
9 Ryafal Akbar 2014 Padi-padian, 2. Ubi- Food recall 1. Tingkat keanekaragaman
et.al. ubian, 3. pangan Pola Pangan Harapan
hewani, 4. pangan Variabel : (PPH) di Kota Pontianak
minyak dan lemak, 5. PPH, TKE dan TKP adalah sebesar 83,5 belum
pangan buah mencapai ideal yaitu
biji/berminyak, 6. sebesar 100
pangan kacang- 2. Tingkat kecukupan energi
kacangan, 7. pangan dan dan tingkat kecukupan
gula, 8. pangan sayur protein di Kota Pontianak
dan buah, 9. pangan secara umum sudah baik
lain-lain yaitu sebesar 1.874
kkal/kap/hari atau dan 52
gram/kap/hari
3. Wilayah perikanan tingkat
kecukupan energi dan
protein sudah baik 2013
kkal/kap/hari dan 52
gram/kap/hari sedangkan
pada wilayah pertanian
tingkat kecukupan energi
sudah baik 1773
kkal/kap/hari tetapi belum
memenuhi standar
25
Pola konsumsi rumah tangga dianalisis dengan mengunakan analisis desktiptif berupa
tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jumlah pola konsumsi anggota rumah tanga
dan lokasi/wilayah tempat tinggal dengan menggunakan model AIDS seperti gambar
berikut.
Harga Komoditas
Pola konsumsi
Rumah Tangga Harga Komoditas
lain
Fungsi Permintaan
Analis Deskriptif Pendapatan
(AIDS)
Jenis Kelamin
Jumlah Anggota
Rumah Tangga
Desa + Kota
26
2.11 Hipotesis Penelitian
Aceh.
2. Terdapat perbedaan pola konsumsi antara rumah tangga yang tinggal di daerah
Provinsi Aceh.
4. Status perkawinan rumah tangga mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga di
Provinsi Aceh.
5. Jumlah anggota rumah tangga mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga di
Provinsi Aceh.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Data pada penelitian ini menggunakan modul pengeluaran konsumsi dan data kor
rumah tangga hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel tahun 2015
yang dilakukan oleh BPS untuk Provinsi Aceh. Dalam analisa pola permintaan,
yaitu (1) kelompok komoditas beras, (2) kelompok komoditas singkong, (3)
kelompok komoditas sagu, (4) kelompok komoditas pangan lokal lain, (5)
kelompok komoditas terigu, (6) kelompok komoditas lainnya, dan (7) kelompok
anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lokasi tempat tinggal,
Respon terhadap perubahan harga dan pendapatan dicerminkan oleh nilai elastisitas harga
sendiri dan elastisitas harga silang dari komiditi pada kelompok pangan, serta elastistas
pendapatan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, yaitu data modul konsumsi dan data kor
28
dalam Survei Sosial Nasional (Susenas) Panel tahun 2015 untuk Provinsi Aceh yang
merupakan data cross section dengan sampling unit rumah tangga. Data yang dianalisis
dalam penelitian ini meliputi data konsumsi rumah tangga untuk berbagai jenis komoditi
makananan yang terdiri dari pembelian maupun dari produksi sendiri, pemberian dan
sebagainya.
Disamping data modul konsumsi, digunakan pula data kor yang menggambarkan
kondisi social demografi rumah tangga yang mencakup keterangan umum anggota rumah
tangga (ART). Data kor ini digunakan untuk memperoleh data social ekonomi yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap permintaan pangan, seperti jumlah anggota rumah tangga,
pendidikan kepala rumah tangga, sumber penghasilan utama rumah tangga, tipe wilayah
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Rumah Tangga Tahun 2015 di Provinsi Aceh
N
Tahun Kota Desa Kota + Desa
o
1 2015 3.284 7.881 11.165
Sumber : Susenas 2015 (BPS)
Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi model yang digunakan
oleh Chenny (2015) sebagai pengembangan model Almost Ideal Demand System (AIDS)
yang diperkenalkan oleh Deaton dan Meullbauer (1980). Dalam penelitian ini dimana
melibatkan beberapa karekteristik sosial demografi yaitu jenis kelamin, status perkawinan
dan anggota rumah tangga. Bentuk fungsi permintaaan model AIDS adalah sebagai berikut:
29
x
p
.................................................................................3.1
untuk semua i , j
w i= i+ j y ij log P j + i log
1
log P= o + i i log Pi + i jYij + log Pi P j ...........................................................3.2
2
Terdapat tiga kendala yang dimasukkan ke dalam model, yaitu aditivitas (adding-up),
homogenitas, dan simetris. Ketiga kendala tersebut menjamin agar asumsi maksimum
y ij =0 .................................................................................................................3.4
y ij = y ji ..................................................................................................................3.5
Karena persamaan (3.2) berbentuk non-linear dan sulit diestimasi, maka digunakan
aproksimasi linear indeks harga tersebut yang disebut indeks stone, yaitu
Dengan menggunakan indeks Stone maka persamaan (3.1) menjadi linier dan mudah untuk
1
w i=i + j Y ij log P j+ i log ( x p )+ i+ i 1 Se x KRT + i 2 MS KRT + i 3 JML ART .........3.8
Dimana:
wi = share pengeluaran komoditi I terhadapat total pengeluaran komidi j
30
i=j = 1,2,37 (komoditas pangan)
log P j = harga komoditas j
log (x 1 p ) = log total pengeluaran yang
i = error term
i = Konstanta
Y ij , i = Koefisien regresi
i1 Se x KRT = Jenis Kelamin
i2 MS KRT = Status Perkawinan
i3 JML ART = Jumlah Anggota Rumah Tangga
pembatasan lainnya. Model yang tepat digunakan dalam persamaan dengan restriksi antara
lain adalah model Interative Seemingly Unrelated Regression (SUR). Maka SUR terdiri
dari satu kumpulan atau kelompok variabel-variabel endogen yang memiliki hubungan erat
satu sama lain, sehingga SUR diartikan sebagai regresi yang seolah-olah tidak berkaitan
satu sama lain disebabkan oleh kedekatan secara teoritis antar persamaan tersebut
(Kahar,2010). Hasil regresi persamaan (3.7) akan digunakan untuk menghitung nilai
Masalah selectivity bias terjadi karena ada rumah tangga sampel yang tiak mengonsumsi
salah satu komoditas tertentu yang diteliti. Apabila dalam estimasi tidak menyertakan
rumah tangga yang tidak mengkonsumsi tersebut, dugaan estimasi yang dihasilkan akan
menjadi bias. Model untuk mengatasi masalah tersebut adalah model two step estimation
dari heckman, yaitu menambahkan variable bebas (inverse Mills Ration) pada model
utama. Nilai IMR diperoleh dengan melakukan regresi logistic untuk mengestimasi peluang
31
1 e zi
Model logistic yang digunakan : P_konsi= = ..................................3.9
1+ ezi 1+e zi
Dimana :
Dimana:
Zi :Peluang konsumsi, 0=tidak mengkonsumsi, dan l=mengkonsumsi
I=j :1,2,3..8 (
log Pj : harga komoditas j (dimana j=1,2,38)
log (x/p*) : log total pengeluaran dengan indeks stone
i : error term.
Dari hasil regresi logistic di atas kemudian didapat nilai Inverse Mill Ratio (IMR) yang
merupakan variable harga estimasi mewakili variabel yang memiliki masalah zero
consumtion atau selection bias. Variabel IMR kemudian dimasukan ke dalam persamaan
3.7 khusus pada permintaan komoditas yang memiliki masalah zero consumtion sehingga
x
/p*) i 1 IMR + i ...............................................3.11
w i=i 0 + j Y ij logP j + i log
Jika variable IMR signifikan, maka dapat diartikan bahwa variabel yang memiliki
32
33
3.3.3 Perhitungan Elastisitas
Perhitungan elastis mencoba menjawab seluruh hipotesis dalam penelitian ini. Dari
hasil model permintaan AIDS selanjutnya akan digunakan untuk menghitung elastisitas
harga (elastisitas harga dan elastisitas silang) dan elastisitas pendapatan (income elasticity).
i
Pendapatan i=1+ ...................................................................................3.12
wi
yu
Harga (Marshallian) u =1+ i ...........................................................3.13
Wi
Harga (Hicksian) ii=1+
yi
wi
+Wi ..........................................................................3.14
y ij w
Silang (Marshallian) ij = i ( j ) ............................................................3.15
wi wi
y ij
Silang (Hicksian) ij = +W i ........................................................................3.16
wi
var ( i)
Var ( i )=
w2
Var ( y j)
Var ( u ) =
w2
34
Var ( y ij )
Var ( ij )= +Vari
w2
Vur( y ij )
Var ( ii )=
w2
Var ( y j)
Var ( u ) = ...............................................................................................3.17
w2
1. Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinngal bersama serta makan dari
satu dapur. Rumah tangga umumnya terdiri dari ibu, bapak, anak, orang tua/mertua,
family, pembantu dan lainnya. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan
sensus, tetapi makanya dari satu dapur, asal kedua bangunan tersebut masih dalam
satu satuan lingkungan setempat (SLS) yang sama, dianggap satu rumah tangga.
2. Anggota rumah tangga adalah semua yang tercakup dalam suatu rumah tangga.
Orang yang telah tinggal dalam rumah tangga selama 6 bulan atau lebih, atau yang
telah tinggal selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Sebaliknya anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan
anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
35
4. Pengelaran perkapita adalah total pengeluaran rumah tangga miskin perbulan dibagi
tangga perbulan dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga dalam rumah tangga
36
Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul. 2009. Tantangan Baru Ekonomi Pangan. Economic Review Bulan Juni
No. 216.
Ariani Mewa dan Saliem Handewi P. Analisis Diversifikasi Konsumsi Energi Menurut Pola
Pangan Harapan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Agro
Ekonomi Vol 18, No 2 (1999).
http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=453832
Badan Ketahan Pangan. 2011. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Badan Ketahan
Pangan, Kementerian Pertanian, Jakarta.
Bustaman, S. dan Susanto, N.A., Prospek dan Strategi Pengembangan Sagu Untuk
Mendukung Ketahan Pangan Lokal di Provinsi Maluku. Jurnal Ekonomi
Pembangungan, Vol.XV (2). 2007.
Ellen Dewi Fransiska, dkk. Analisis Konsumsi Pangan Beras dan Pangan Non Beras (Studi
Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang). Journal on social economic of agriculture and agribusiness vol 2,
no 12 (2013)
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/8068/3460
37
Hasibuan Monalisa dkk. Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat di
Kecamatan Medan Tuntungan. Journal On Social Economic Of Agriculture
And Agribusiness Vol 3, no 10 (2014).
(http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=294161)
Kim Budiwinarto . Penerapan model almost ideal demand system ( aids ) pada pola
konsumsi pangan rumah tangga nelayan di kecamatan tambak kabupaten
banyumas. Mooting vol 6, no 1 (2011): smooting.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110559&val=4871
Louhenapessy, J.E. dkk. 2010. Sagu: Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Murda, Handani. 2009. :Dampak Kenaikan Harga Raskin Terhadap Kesejahteraan dan
Konsumsi Gizi Rumah Tangga Miskin di Indonesia. Tesis Pascasarjana
Ilmu Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok.
Nainggolan, K. 2004. Strategi dan Kebikakan Pangan Tradisional dalam Rangka Ketaganan
Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing
Pangan Tradisional. Balai Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian. Bogor.
Nurkhayani, Eni. 2009. Analisis Permintaan Pangan dan Gizi di Indonesia. Tesis
Pascasarjana Ilmu Ilmu Ekonomi. Univetsitas Indonesia, Depok.
Puposari, Fitria. 2012. Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Di Provinsi Maluku.
Tesis. Program Magigster Perencaaan dan Kebijakan Publik Fakultas
Ekononi Universitas Indonesia.
38
Rachmat, Muchjidin dan Erwidodo. Pendugaan Permintaan Pangan Utama di Indonesia:
Penerapan Model Almost Ideal Demand System (AIDS) Dengan Data
Susenas 1990. Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993).
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=453869
Resti Mauludyani, dkk. Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan Pokok Berdasarkan
Analisis Data Susenas 2005. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2008 3(2): 101
117.
Http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=5383&val=199&title=pola%20konsumsi%20dan%20permintaan
%20pangan%20pokok%20%20berdasarkan%20analisis%20data%20susenas
%202005
Ryafal Akbar , dkk. Analisis Konsumsi Pangan Kota Pontianak. Jurnal Social Economic of
Agriculture, Volume 3, Nomor 1, April 2014.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=265344&val=5163&title=analisis%20konsumsi%20pangan%20kota
%20pontianak
Sastrapradja. S.D & Widjaja, E.A. 2010. Keanekaragaman Hayati Pertanian Menjamin
Kedaulatan Pangan. LIPI Press. Jakarta
Sefrita, Chenny. 2015. Identifikasi Komoditas Penyumbang Inflasi dan Pengaruhnya
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Aceh. Desertasi. Program
Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Kuala.
Suci Apriani dan Yayuk F. Baliwati. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
pangan sumber karbohidrat di perdesaan dan perkotaan. Journal of nutrition
and food, 2011, 6(3): 200207.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=5310&val=199&title=faktorfaktor%20yang%20berpengaruh
%20terhadap%20konsumsi%20pangan%20sumber%20karbohidrat%20di
%20perdesaan%20dan%20perkotaan
Suyastiri Y.P, N.M. 2008. Diversifikasi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam
Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di kecamatan
Semin, Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 13, 51-60.
Todaro et al., 2006. Pembangunan Ekonomi : Edisi Sembilan, Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Yuliana, Rita. 2008. Evaluasi Perubahan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Sebagai
Dampak Kenaikan Harga BBM di Indonesia, Periode Pebruari 2005-Maret
2016. Tesis Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk EKonomi dan Bisnis.
Penerbit Ekonosia. Yokyakarta.
39
Widianis, Dwi. 2014. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Tesis. Sekolah Pasca Institut Pertanian Bogor.
World Bank. 2010. Food Price Wach.
http://siteresources.worldbank.org/INTPOVERTY/Resources/335642-
1210859591030/Food_Price_Watch_September2010.pdf
40