Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Infeksi luka operasi sesar elektif adalah infeksi yang terjadi pada
daerah luka operasi yang superficial, yang hanya melibatkan kulit dan
jaringan subkutan pada tempat insisi, yang terjadi minimal > 72 jam
setelah dilakukan prosedur operasi sesar elektif. (Brunicardi FC, et all,
2007 dan Mulholland MW, et all, 2008).
Komplikasi yang dapat terjadi karena infeksi luka operasi sesar elektif
bagi pasien adalah sepsis, shock, dan dysfungsi multi organ. Komplikasi
ini menyebabkan outcome luka pasien menjadi jelek, lama hari perawatan
bertambah panjang sehingga biaya perawatan menjadi lebih tinggi
(Mulholland MW,2006).
Akibat bagi Rumah sakit dapat mengakibatkan tuntutan hukum kepada
rumah sakit dan meyebabkan nama rumah sakit menjadi jelek,
outcomenya juga jelek (Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N, 2004).
Dari data di atas dapat dilihat betapa besarnya dampak yang
ditimbulkan dari luka operasi sesar elektif. Oleh karena itu, saya ingin
melakukan penelitian mengenai infeksi luka operasi sesar elektif agar
dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang ikut berperan dalam terjadinya
infeksi luka operasi sesar elektif di RSUD Undata Palu. Karena selama ini
penelitian tentang infeksi luka operasi sesar elektif belum pernah
dilakukan di RSUD Undata Palu kita ketahui bahwa Infeksi luka operasi
sesar elektif sangat merugikan pasien dan rumah sakit itu sendiri.
Angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur
mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional suatu rumah sakit dapat
dicabut jika tingginya kejadian infeksi nosokomial. Dan hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan acuan untuk mengurangi kejadian SSI dan dapat
digunakan untuk kepentingan akreditasi RSUD Undata Palu.
2. Perumusan Masalah
a. Berapakah angka kejadian infeksi luka operasi sesar elektif yang terjadi
pada saat operasi dengan infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah
operasi pada kasus bedah sesar elektif di RSUD Undata tahun 2015 ?
d. Apakah ada hubungan antara lamanya menginap di ruang perawatan
bedah preoperasi dengan infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah
infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah sesar elektif di RSUD
4. Hipotesis
saat operasi dengan infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah
2015
b. Ada hubungan antara Lama operasi pada kasus bedah sesar elektif di
dengan infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah sesar elektif di
dengan infeksi luka pasca operasi pada kasus bedah sesar elektif di
5. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
6. Manfaat Penelitian
1) Sebagai sumber informasi dan bahan jika suatu saat bekerja atau
bertugas di suatu rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
2) Pengalaman penelitian yang sangat bermanfaat dan berharga
e. Kegunaan
Hasil penelitian ini akan menjadi masukan sebagai bahan untuk
promosi kesehatan khususnya untuk pencegahan luka operasi misalnya
dengan tidak membuka balutan sendiri.
b. Indikasi
Indikasi dilakukannya operasi sesar elektif adalah:
b. Plasenta previa
c . Kelainan panggul
Panggul merupakan jalan lahir yang harus dilalui oleh bayi selama
panggul.
c. Klasifikasi
Pada operasi sesar , ada beberapa variasi insisi pada abdomen yang
digunakan yaitu insisi vertical ( mid line ) dan insisi transversa (
Pfannenstiel, Maylard, Cherney, Joel-Cohen) hal ini tergantung pada
beberapa faktor termasuk dari keadaan klinis ibu dan juga keahlian dari
penderita (Mathai M, Hofmeyr GJ)
Kelebihan dari tehnik insisi ini adalah luka operasi menjadi cepat
sembuh dan resiko untuk terjadinya insisional hernia lebih kecil daripada
tehnik insisi vertikal, namun tehnik ini lebih rumit dari tehnik vertikal
sehingga diperlukan keahlian khusus dari operator terutama dalam
mengatasi resiko perdarahan yang lebih banyak daripada tehnik vertikal.
a. Definisi
Infeksi luka operasi sesar Elektif adalah infeksi yang terjadi pada
daerah luka, jaringan, atau organ tempat dilakukan prosedur operasi
invasif yang terjadi minimal > 72 jam setelah dilakukan prosedur operasi
dan melibatkan kulit dan jari ngan subkutan pada tempat insisi (Brunicardi
FC, et all, 2007 dan Mulholland MW, et all, 2008).
Gambar 1. Klasifikasi SSI
(CDC,2006)
b. etiologi
c. Epidemiologi
d. Penularan
Penularan surgical site infection terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Penularan Endogen
Sumber infeksi penularan endogen berasal dari tubuh pasien sendiri.
Penularan dengan cara endogen terbagi menjadi dua, yaitu (Boon NA, et
all, 2007):
b. Penularan eksogen
d. Patomekanisme
Infeksi luka operasi sesar elektif terjadi karena kontaminasi dari
mikroorganisme pada daerah luka operasi, yang terjadi minimal > 72 jam
setelah operasi.
Kontaminasi mikroorgansime pada tempat operasi adalah pembuka jalan
terjadinya infeksi luka operasi sesar , resiko dari ssi dapat di konsepkan
menurut hubungan :
f. Gambaran klinik
SIYMPTON DAN SIGN
1. Inspeksi: Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang di atas
facia, warna kemerahan (rubor) dan bengkak (tumor) pada daerah insisi
luka operasi.
2. Palpasi: hangat/panas (kalor) dan nyeri (dolor) pada daerah insisi luka
operasi.
f. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis SSI sebagai berikut.
Pohan, 2009):
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi: pus keluar dari luka operasi atau drain yang terpasang, warna
insisi luka operasi (Welsh, 2008, Cuschieri et al, 2003, Bearman, 2006,
1999).
b) Palpasi: hangat/panas (kalor) dan nyeri (dolor) pada daerah insisi luka
al, 1999).
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
b) Pemeriksaan mikrobiologi
1) Biakan bakteri/jamur yang diambil dari cairan yang keluar dari luka
akan berwarna ungu dan bakteri gram negatif berwarna pink (Madjid,
2011).
g. Managemen
dalam 48 jam pertama setelah operasi, maka hal ini belum tentu karena
infeksi pada luka operasi. Demamnya bisa karena penyakit sistemik atau
bakteri, luka harus dibuka dan mulai pengobatan dengan antibiotik tetapi
jika tidak ditemukan bakteri harus di cari penyebab lainnya. Jika bukan
karena penyakit sistemik berarti bukan infeksi pada luka operasi dan
harus dilakukan observasi lebih lanjut. Jika, pasien demam > 4 hari
setelah operasi dan pemeriksaan pada luka normal harus dicari sumber
penyebab lainnya, tetapi jika ditemukan eritema atau indurasi pada luka
tubuh: < 380C, leukosit < 12.000 dan eritema < 5 cm harus dilakukan
jika hasil pemeriksaan temperatur tubuh > 38 0C, leukosit > 12.000,,
eritema > 5 cm dari insisi dengan indurasi atau sedikit nekrosis, harus
1. Kerusakan jaringan
2010).
4. Sepsis
Sepsis terjadi karena mikroba yang menginvasi luka operasi
5. Syok
Syok terjadi karena sepsis yang disebabkan oleh toksin mikroba yang
Infeksi luka operasi dapat menyebabkan disfungsi multi organ. Hal ini
dapat terjadi jika toksin mikroba menyebabkan syok septik. Pada syok
sehingga akan terbentuk jaringan parut yang menonjol dan luas dari
Prognosis akan baik, jika diterapi dengan cepat dan tepat. Tetapi jika
terapinya lambat, maka prognosis akan buruk karena dapat terjadi sepsis,
a) . Faktor demografi
1. Usia
2. Tempat tinggal
Hubungan antara tempat tinggal dengan terjadinya infeksi luka
operasi sesar masih belum jelas, namun beberapa penelitian
menghubungkan tempat tinggal dengan status sosioekonomi,
dimana semakin rendah status sosioekonomi massyarakat maka
resiko terjadinya infeksi luka operasi sesar semakin tinggi
c) Faktor Pasien
a. Kondisi medis
b. Pengetahuan Pasien
a. Persiapan pasien
1. Posisi pasien
Atur pasien pada posis yang tepat untuk sesuai prosedur tindakan
sehingga memungkinkan:
a. Pandangan yang optimum pada lapangan bedah
b. Mudah bagi pemberi anastesia
c. Mudah bagi paramedis yang melakukan monitor tanda vital
dan pemberian infus
d. Aman untuk mencegah terjadinya suatu perlukaan dan
menjaga sirkulasi
Catatan : pada saat ibu tersebut belum melahirkan upayakan meja
bedah atau bantal dipasangkan agar ibu agak miring kekiri untuk
mencegah supine hypotensive syndrome
2. Cuci tangan
a. Lepaskan semua perhiasan
b. Angkat tangan lebih tinggi dari siku , basahi tangan merata
dan pakai klorheksidin , hibiskum , atau sabun
c. Mulai dari ujung jari dengan gerakan sirkular kenakan
seluruh busanya dan cuci antara semua jari , sela sela
jari , dan telapak tangan kemudian dari ujung ujung jari
yang satu selesaikan sampai siku lalu pindah ketangan yang
lain
d. Basuh tangan satu persatu secara terpisah , mulai ujung jari
dan pertahankan tangan diatas siku secara terus menerus
e. Cuci tangan selama 3 5 menit
f. Pergunakan handuk kering steril setiap tangan, usap dari
ujung jari ke siku
g. Pastikan setelah cuci tangan tidak kena kontak dengan
objek yang tidak steril /DTT. Jika kontak ulang cuci tangan
dari awal
3. Kateterisasi
a. Kateter foley dipasang sebelum operasi ( kateter 16 18 ),
bilaslah muara uretra dan juga ujung kateter dengan betadin
sebelum insersi. kembungkan balon kateter sebanyak 10 -30
ml
b. Sambungkan kateter dengan kantung urin. perhatikan urin
harus keluar gantung kantung urin disamping tempat tidur
4. Rencana pembedahan
a. Insisi abdomen harus direncanakan. insisi pfanenstiel atau
inisisi mediana dipertimbangkan untung ruginya menurut
keadaan pasien saat itu. insisi uterus ialah transperitonealis
dan plasenta previa yang berimplantasi di depan dapat
dipertimbangkan inisisi vertikal rendah.
b. Pembedah harus merencanakan tehnik melahirkan bayi
c. Persiapan resusitasi bayi terutama bila ada gawat janin dan
mekonium dalam cairan ketuban.
7. Antibiotika
Berikan antibiotika profilaksis sebelum melakukan tindakan . jika
seorang ibu akan menjalani bedah seksio sesaria, berikan antibiotik
profilaksis perioperatif. bila terdapat infeksi pemberian antibiotik
secara terapeutik .
8. Melakukan insisi
a. Buatlah insisi hanya sepanjang yang dibutuhkan dalam
prosedur .
b. Lakukan secara tepat dalam satu kali gerakan
9. Manipulasi jaringan
a. Pegang jaringan secara hati hati
b. Jika memakai klem hanya satu kali klik saja , sehingga tidak
menimbulkan rasa tidak enak dan kerusakan jaringan yang
dapat menimbulkan resiko infeksi.
10. Homeostatis
a. Lakukan homeostatis selama tindakan
b. Karena komplikasi persalinan menimbulkan anemia
usahakan sedikit mungkin kehilangan darah.
12. Drainase
a. Selalu memakai drain jika :
a) Perdarahan masih ada setelah histerektomi
b) Ada gangguan pembekuan darah
c) Jika ada infeksi atau diperkirakan akan terjadi.
b. Sebaiknya memakai sistem tertutup
c. Lepas drain jika infeksi telah selesai atau pus atau cairan
campur darah sudah 48 jam.
13. Jahitan
a. Pilih jenis dan ukuran benang yang sesuai untuk jaringan .
ukuran ditulis dengan 0 .
a) Benang yang lebih kecil mempunyai ukuran 0 yang
lebih banyak ( sebagai contoh 000 ( 3 0 ) lebih kecil
dibanding 00 ( 2 0 ) ; benang berlabel 1 lebih
besar diameternya dibanding 0 ;
b) Benang yang terlalu kecil akan lemah dan mudah
putus , benang yang terlalu besar akan memutuskan
jaringan .
b. Lihat bagian yang sesuai untuk jenis dan ukuran benang
yang direkomendasikan untuk sesuai prosedur.
f) Saat operasi
1) Melakukan operasi dengan teknis operasi yang baik
2) Kecermatan dalam bekerja, dimulai saat sebelum tindakan
pembedahan (preoperatif), saat pembedahan berlangsung
(perioperatif), dan setelah pembedahan berakhir (postoperatif)
3) Pembatasan jumlah personel yang ada dalam ruang perawatan
bedah
g) Postoperasi
1) Semua alat yang telah digunakan didekontaminasi pada larutan
klorin0,5%, dicuci sesuai prosedur, dan disterilkan dengan
menggunakan oven (panas kering) atau autoclane (panas
basah).
2) Perawatan luka yang baik
3) Ganti pembalut harus di ruangan khusus
4) Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril
5) Sebelum melakukan perawatan, perawat harus menggunakan
masker
6) Sebelum melakukan perawatan, perawat harus melaksanakan
prosedur cuci tangan
7) Sebelum melakukan perawatan, perawat harus menggunakan
sarung tangan
8) tutup drainase, jika menggunakan drainase
9) Setelah alat digunakan harus didekontaminasi pada larutan
klorin0,5%, dicuci sesuai prosedur, dan disterilkan dengan
menggunakan oven (panas kering) atau autoclane (panas
basah).
10)Berikan antibiotik profilaksis jika ada indikasi. Pada umunya,
antibiotik profilaksis dianjurkan hanya untuk tindakan dengan
kejadian infeksi yang resiko tinggi dan tindakan dengan
konsekuensi infeksinya sangat serius (Mulholland MW, 2006 dan
Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N, 2004). Tetapi harus
dipertimbangkan efek yang dapat ditimbulkan, seperti reaksi
alergi dan toksin. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah
munculnya bakteri resisten, interaksi obat, dan biaya (Mulholland
MW, 2006 dan Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N, 2004)
h) Standarisasi Kamar Operasi
Pelayanan, tenaga, sarana prasarana dan peralatan untuk
pelayanan kamar operasi terkait dengan pelayanan anestesiologi
dan reanimasi serta perawatan intesif sesuai klasifikasi rumah sakit.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman
untuk melakukan operasi. Kamar operasi harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
Keterangan :
1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter
dan hepa filter, Tekanan Positif)
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
Penjelasan
Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis(ruang administrasi dan
pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitordanruang utilitas
kotor. Zone ini mempunyai jumlah partikel debu per m 3> 3.520.000
partikel dengan diameter0,5 m (ISO 8 -ISO 14644-1 cleanroom
standardsTahun 1999).
A. Kerangka Teori
ILO sesar
elektif
Lama operasi
A. Definisi Operasional
Observasi
Infeksi + FR +-
FR
operasi Ganti pembalut pertamaInfeksi - FR +
FR -
Informedconsent
1) Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 sampai jumlah sampel
terpenuhi.
2) Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang bedah Rumah Sakit Umum
Undata Palu.
a) Kriteria inklusi
1. Semua wanita yang mengalami operasi sesar di RSUD Undata Palu
2. Setuju mengikuti penelitian tanpa paksaan
b) Kriteria eksklusi
1. Mempunyai penyakit infeksi dari organ lain
2. Menderita diabetes melitus
3. Mendapat pengobatan kortikosteroid
5. Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini sesuai dengan rumus
sebagai berikut: analitik komparatif kategorik tidak berpasangan
2
Keterangan :
Keterangan :
Z = 1,96
Z = 20% (0,84)
P1 = 20% =0,20
P2 = 0,1
qqQ1 = 1- P1 = 1 - 0,20 = 0,8
Q2 = 1 P2 = 1 0,1 = 0,9
OR= P1 + P2
2
2
=(1,96 + 0,84
( 0,20- 0,1)2
7. Alur Penelitian
Analisis data
Pada semua pasien yang akan di operasi sesar diberi penjelasan tentang
latar belakang, tujuan, cara meneliti, dan manfaat penelitian, hak dan
kewajiban subyek penelitian, terutama hak untuk menolak ikut tanpa
konsekuensi. Setelah penderita mengerti segala sesuatu tentang
penelitian ini, dimintakan persetujuan untuk ikut dengan memberikan
lembar persetujuan menjadi responden.
3) Subyek penelitian
Setelah pasien bersedia, maka pasien dimasukkan sebagai subyek
penelititan. Masukan umur dan penyakit2 gangguan kekebalan tubuh dgn
status gizi normal
6) Analisa data
7) Penulisan hasil
8) Seminar hasil
Menyajikan hasil dalam seminar atau ujian skripsi
Infeksi + Infeksi -
FR + A B
FR - C D
Total A+C B+D
4. Davis FA. Lab notes guide to lab & diagnostic tests. Philadhepia; 2005.
7. Dunn DL. Surgical site infection in: essential practice of surgery: basic
science and clinical evidence. Norton JA, Bollinger RR, editors.
Springer-verlag. New york. 2003. P: 69-70..