Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1. PENDAHULUAN
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian analisis situasi masalah ISPA di wilayah RW 22
Dusun Lengkong Desa Wonosari dengan pendekatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan;
2. Merumuskan masalah ISPA di wilayah RW 22 Dusun Lengkong Desa
Wonosari dengan pendekatan fish bone;
3. Menyusun prioritas program kegiatan penanganan ISPA;
4. Menyusun perencanaan program penanganan ISPA;
5. Menyusun pilot project ISPA;
6. Menyusun evaluasi indikator keberhasilan program penanganan ISPA.
1.3 Manfaat
a. Bagi Penyusun
3
b. Bagi Masyarakat
Dapat mengurangi kejadian maupun dampak masalah Infeksi Saluranan
Pernapasan Akut (ISPA) yang terjadi di masyarakat khususnya wilayah
RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari.
4
BAB 2. PENGKAJIAN
2. Luas wilayah
Desa wonosari terletak di kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa
Timur dengan batas wilayah sebagai berikut.
a. Berdasarkan kecamatan
Utara : Balung
Selatan: Puger
Barat : Puger
Timur : Wuluhan
b. Berdasarkan desa
Utara : Balung Kulon
Selatan: Puger Wetan
Barat : Kasiyan Timur
Timur : Tamansari
pelayanan kesehatan secara gratis. Jika sakit dan harus menjalani rawat
inap di rumah sakit, mereka diberi kesempatan memperoleh biaya yang
disediakan dari APBD, menggunakan surat keterangan miskin. Untuk
memperoleh surat keterangan miskin setiap pasien harus mendapat
rekomendasi dari kepala desa/lurah dan camat.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi
masyarakat khususnya pasien ISPA, terutama pada anak-anak perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki
kualitas pelayanan yang baik dan optimal. Orientasi pembangunan
kesehatan yang semula sangat menekankan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya kesehatan terintegrasi
menuju kawasan sehat dengan peran-aktif masyarakat. Pendekatan baru ini
menekankan pentingnya upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan juga paliatif.
Adanya peningkatan kasus ISPA yang terjadi di dusun lengkong
menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat desa dalam pengendalian
teknis dan lingkungan terhadap ISPA direncanakan sesuai dengan
keberadaan tanda-tanda epidemiologis dan klinis pada pasien ISPA yang
dapat menimbulkan kekawatrian keluarga. penggunaan APD yang benar
APD dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya
tetapi tidak boleh meningkatkan risiko bagi orang lain atau lingkungan. Bila
APD terbatas, dan penggunaan kembali tak dapat dihindari, APD dapat
dipakai ulang setelah dilakukan dekontaminasi. ventilasi ruangan untuk
infeksi pernafasan dengan ventilasi yang baik dengan pembuangan efektif
udara yang terkontaminasi untuk mengurangi risiko infeksi
95,7 juta jiwa; Kamboja 14,7 juta jiwa; Laos 6,3 juta jiwa, Malaysia 28,9
juta jiwa, Singapura 5,2 juta jiwa; Vietnam 87,9 juta jiwa ; Myanmar 54,0
juta jiwa; Thailand 69,5 juta jiwa; Bangladesh 150,7 juta jiwa; Bhutan
0,7 juta jiwa; India 1241,3 juta jiwa; Korea Utara 24,5 juta jiwa;
Maladewa 0,3 juta jiwa; Nepal 30,5 juta jiwa; Sri Langka 20,9 juta jiwa;
dan Timor Leste 1,2 juta jiwa.
b. Laju pertumbuhan penduduk
Di ASEAN, laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Brunei
Darussalam dengan laju 2,5% dan terendah Thailand dengan laju 1%. Di
SEARO, tertinggi adalah Timor Leste dan terendah adalah Korea Utara
dan Sri Lanka. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4. Jika
dilihat dari kawasan ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke 3
terendah untuk laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan jika dilihat dari
kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke 6 dengan laju
pertumbuhan penduduk dari 11 negara (Depkes, 2008).
c. Penduduk menurut kelompok umur
Di ASEAN, Laos merupakan negara terbesar untuk kelompok
umur non produktif yaitu 48% dan Singapura terendah dengan 28%. Di
SEARO, Timor Leste merupakan negara terbesar untuk kelompok umur
non produktif yaitu 48% dan Korea Utara terendah dengan 26%. Angka
Beban Tanggungan di Indonesia adalah 54%.
3) Pengarahan
Fungsi pengendalian terkait upaya penanggulangan penyakit ISPA
di kabupaten jember sebagian sudah di laksanakan dengan tersedianya
sumberdaya pembantu dan kegiatan yang dibentuk guna mendukungnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya: 1) Tenaga monitoring dan evaluasi
untuk pelaksanaan program pembinaan kesehatan masyarakat; 2) Terdapat
alokasi anggaran untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
pembinaan kesehatan masyarakat. Monev yang telah di lakukan hanya
pada anggaran yang di berikan sehingga pencapaian untuk tingkat
kesehatan tidak tercapai secara maksimal, seharusnya monev di lakukan
juga untuk kegitan-kegiatan yang tidak di anggarkan agar tingkat
kesehatan yang ingin di capai dapat tercapai secara maksimal dan
kompleks; 3) Adanya pelaksanaan monitor dan evaluasi pelaksanaan
program pembinaan kesehatan masyarakat yang di lakukan tiap satu bulan
sekali, tetapi Kurangnya keterlibatan masyarakat atau keluarga sebagai
sasaran dalam pelaksanaan kegiatan dapat mempengaruhi serta
mengurangi tingkat keberhasilan dari kegiatan.; 4) Pelaksanaan stratifikasi
di puskesmas daerah jember tiap satu bulan sekali; 5) Terdapat laporan
evaluasi mengenai pencatatan, pelaksanaan, penanggulangan penyakit
ISPA dan konseling tiap satu bulan sekali.
20
4) Pengawasan
Fungsi pengarahan yang terkait upaya pengelolaan program kesehatan
masyarakat kabupaten Jember sebagian sudah di laksanakan, hal ini
terbukti dengan adanya program pemberantasan penyakit dan kesehatan
lingkungan. Kegiatan tersebut di laksanakan dengan bekerja sama antara
dinas kesehatan jember dengan pusat pelayan kesehatan yang ada di
Jember. Kegiatan tersebut membahas tentang masalah ISPA. Program yang
telah di bentuk oleh dinas kesehatan telah di laksanakan namun belum
optimal di buktikan dengan adanya kejadian ISPA di beberapa daerah di
kabupaten jember, berdasarkan hal tersebut salah satu penyebab dari
kurang optimanya program yang di bentuk dinas kesehatan yaitu
kurangnya kesadaran masyarakat di Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kebupaten Jember dalam membantu pelaksanaan
kegiatan tersebut. Minimnya dukungan masyarakat terhadap
pemberantasan ISPA di karenakan pengetahuan yang minim terhadap
penyakit ISPA. Pada saat di laksanakannya kegiatan ketidakhadiran
supervisi sangat mempengaruhi jalannya kegiatan yang dimana superfisi
dapat memantau tiap-tiap komponen kegiatan yang akan di laksanakan.
Belum terdapat upaya spesifik untuk memonitoring penderita ISPA di
Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember
sehingga berpengaruh juga pada keterlibatan masyarakat dalam upaya
21
pendeteksian dan rujukan kasus ISPA yang masih rendah baik itu ditinjau
dari kesadaran masyarakat maupun biaya yang dimiliki.
22
BAB 4. PERENCANAAN
4.1 Perencanaan
Tabel 4.1 Rencana Program Manajemen Pelayanan Kesehatan Penyakit Global
No Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Aktivitas Evaluasi
Indikator Evaluator
1. Koordinasi TUM: 1. Pembentukan 1.1 Membentuk 2.1.1 Terlaksanakannya Mahasiswa
antar instasi Pembentukan kemitraan pelatihan kader pelatihan kader Masyarakat
dan antar unit kemitraan melalui ISPA terkait 2.1.2 Terdapat Kader
yang TOMA/TOGA pemberdayaan program P2-ISPA pembagian kerja
bertanggung dan kader ISPA TOMA/TOGA 1.2 Membentuk sistem dan tanggung
jawab dalam terkait program dan kader pelaporan dan jawab pada
penanganan P2-ISPA di RW ISPA rujukan kasus TOMA/TOGA dan
ISPA masih 22 Dusun 1.3 Melakukan kader ISPA
belum Lengkong, Desa monitoring dan 2.1.3 Terdapatnya
optimal, Wonosari evaluasi peran kader kerjasama antara
khususnya berjalan efektif dalam pelaksanaan TOGA/TOMA dan
dalam setelah dilakukan P2-ISPA pada ibu- kader ISPA dan
pelaksanaan pembinaan ibu kemandirian kader
surveilans dan selama 1 minggu untuk melakukan
penanggulang pelaksanaan P2-
an ISPA TUK: ISPA
berhubungan Tersedianya
dengan layanan
kurang kesehatan ISPA
optimalnya di komunitas
25
BAB 5. IMPLEMENTASI
5.1 Pilot Project
1. Judul Program:
Pembentukan dan pemberdayakan kader ISPA dalam mewujudkan keluarga
peduli ISPA
2. Deskripsi komunitas:
Masyarakat di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember sebagian besar bermata pencaharian bertani dengan
tingkat pendidikan SD. Menurut Kader Posyandu ketika melakukan posyandu
banyak yang mengeluh mengalami betuk pilek dan deman yang hal tersebut
merupakan tanda dan gejala ISPA terutama pada balita. Keluarga terutama Ibu
rumah tangga di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember memiliki pengetahuan yang rendah terkait dengan
penyakit ISPA dan kegawatannya. Sehingga masyarakat di RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember banyak yang
mengalami penyakit ISPA. Selain itu masyarakat di RW 22 Dusun Lengkong
Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember belum memiliki
kesadaran dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit ISPA agar tidak terjadi penularan penyakit ISPA di RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember. untuk itu
kami membentuk keluarga peduli ISPA agar didalam anggota keluarga dapat
melindungi anggota keluarganya sendiri agar tidak mengalami penyakit ISPA
dan dapat melakukan pertolongan pertama serta melakukan rujukan ketika
ada anggota keluarga yang mengalami kegawatan ISPA.
3. Diagnosis Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas
Koordinasi antar instasi dan antar unit yang bertanggung jawab dalam
penanganan ISPA masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan
surveilans dan penanggulangan ISPA berhubungan dengan kurang optimalnya
program pemberdayaan SDM bidang kesehatan yang ditandai dengan:
kurangnya tenaga sukarela (kader) dalam penanganan ISPA, kegiatan
28
posyandu dalam menangani ISPA tidak efektif, peran TOGA dan TOMA
kurang optimal.
4. Deskripsi populasi target:
Kader dan Ibu rumah tangga di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kabupaten Jember
5. Model program perencanaan:
Dinas
Kesehatan
Mahasiswa Puskesmas
Bidang P2KL
TOMA dan Dinkes
TOGA Jember
Masyarakat Peran aktif
Ibu rumah
tangga
BAB 6. EVALUASI
6.1 Evaluasi Formatif
a. Program dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember dalam
usaha lebih memahami pentingnya program-program penanggulangan
penyakit ISPA dari Dinas Kabupaten Jember.
32
BAB 7. PENUTUP
7.1 Simpulan
Manajemen keperawatan penyakit global merupakan proses pelayanan
keperawatan yang memberikan kerangka asuhan keperawatan pada pasien,
keluarga, dan masyarakat dimana hal tersebut adalah suatu tugas yang
dilaksanakan oleh perawat komunitas untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan terhadap sumber-sumber
yang ada baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawtan yang efektif baik kepada keluarga maupun masyarakat.
ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang
disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Salah satu penularan ISPA adalah
melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan. Factor yang berperan dalam penanggulangan ISPA adalah masih
buruknya manajemen program penanggulangan ISPA seperti masih lemahnya
deteksi dini kasus ISPA terutama pneumonia, lemahnya manajemen kasus
oleh petugas kesehatan , serta pengatuhuan yang kurang dari masyarakat akan
gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang
datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam kategori berat.
Pencegahan penyakit ISPA ada tiga tingkatan yaitu pencegahan primer yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus; pencegahan sekunder
meliputi diagnose dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tersier
meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
7.2 Saran
Melihat dari kejadian ISPA pada balita yang masih tinggi pada RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember maka
diharapkan para perawat komunitas, kader, TOGA dan TOMA harus lebih
professional dan berpengalaman dalam mengkaji tanda dan gejala ISPA pada
35
balita. Selain itu untuk mencegah terjadinya ISPA pada balita maka dapat
melakukan pencegahan berupa deteksi dini tanda dan gejala ISPA dan
kondisi tubuh yang meliputi status gizi, kekebalan tubuh, serta keadaan
lingkungan yang meliputi ventilasi dll.
Bagi para calon kader dan masyarakat diharapkan dapat memahami dan ikut
berperan dalam program yang turut berpengaruh dalam penanganan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan memberikan kritik kepada penyusun
yang bersifat membangun agar penyusun terus meningkatkan kualitas
program ini. Selain itu perawat diharapkan dapat terus meningkatkan
program-program manajemen pelayanan kesehatan lainnya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
36
DAFTAR PUSTAKA