Вы находитесь на странице: 1из 37

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun
sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru,
termasuk masyarakat.Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan
juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita
ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan.Hal ini dapat dikarenakan beberapa
faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai
kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat
kesehatan kurang diperhitungkan. Pemerintah dapat melakukan banyak strategi
untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA.Upaya yang
dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan
seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan.
Pola penyebaran ISPA yang utama adalah melalui droplet yang keluar dai
hidung atau mulut penderita saat batuk dan bersin. Penularan juga dapat terjadi
melalui kontak termasuk kontaminasi tangan oleh secret saluran pernapasan,
hidung dan mulut, serta melalui udara dengan jarak dekat saat dilakukan tindakan
yang berhubungan dengan saluran napas.Beberapa ISPA dapat menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi
sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan masyarakat.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat.Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik.Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
2

ditemukan pada balita.Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,


semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004).
Di daerah Dusun Lengkong Desa Wonosari masyarakat menyatakan
bahwa masalah yang terdapat di wilayah tersebut yakni ISPA yang meliputi panas,
pilek dan batuk yang sering terjadi pada balita. Warga masyarakat juga
menyampaikan bahwa di musim panen seperti saat ini biasanya yang paling sering
terjadi adalah penyakit tersebut yang sebagian besar dialami oleh balita. Juga dari
faktor lingkungan di wilayah wonosari yang mempermudah penyakit ISPA
berkembang. Di wilayah Desa Wonosari terdapat Posyandu Balita, hanya saja
kegiatan yang dilakukan masih belum optimal. Kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan ISPA juga belum dilakukan pada Posyandu balita di wilayah
tersebut.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyusun program manajemen pelayanan kesehatan pada masalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Wilayah RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari.

b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian analisis situasi masalah ISPA di wilayah RW 22
Dusun Lengkong Desa Wonosari dengan pendekatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan;
2. Merumuskan masalah ISPA di wilayah RW 22 Dusun Lengkong Desa
Wonosari dengan pendekatan fish bone;
3. Menyusun prioritas program kegiatan penanganan ISPA;
4. Menyusun perencanaan program penanganan ISPA;
5. Menyusun pilot project ISPA;
6. Menyusun evaluasi indikator keberhasilan program penanganan ISPA.
1.3 Manfaat
a. Bagi Penyusun
3

Memberikan informasi sekaligus pemahaman yang lebih terhadap


penyusun program sehingga nantinya dapat menerapkan dalam praktik
lapangan tentang konsep manajemen pelayanan kesehatan masalah Infeksi
Saluranan Pernapasan Akut (ISPA).

b. Bagi Masyarakat
Dapat mengurangi kejadian maupun dampak masalah Infeksi Saluranan
Pernapasan Akut (ISPA) yang terjadi di masyarakat khususnya wilayah
RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari.
4

BAB 2. PENGKAJIAN

2.1 Gambaran umum dan perilaku penduduk


2.1.1 Keadaan Penduduk
Kecamatan Puger Kabupaten Jember terletak di provinsi JawaTimur.
Untuk desa Wonosari di Kecamatan Puger sendiri, memiliki jumlah penduduk
sekitar 8426 jiwa pada tahun 2008. Sedangkan untuk tahun 2007 memiliki jumlah
penduduk sekitar 8323 jiwa (Profil desa Kabupaten Jember, 2008). Dusun
Lengkong sendiri termasuk kedalam wilayah desa Wonosari Kecamatan Puger.
Sampai saat ini belum diketahui berapa data pasti jumlah penduduk di dusun
Lengkong sendiri. Namun tercatat dalam buku Profil Desa Wonosari Kabupaten
Jember bahwa jumlah penduduk sesuai dengan penjelasan diatas berjumlah 8426
jiwa.
2.1.2 Keadaan Ekonomi
Penduduk Sukowono sebagian besar masih bekerja sebagai petani,
perekonomian warganya masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Jember
terkenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia.
Tembakau Jember adalah tembakau yang digunakan sebagai lapisan
luar/kulit cerutu. Di pasaran dunia tembakau Jember sangat dikenal di Brehmen,
Jerman dan Belanda.
Di dusun Lengkong sendiri, warganya mengatakan bahwa saat ini musim
tanam tembakau. Rata-rata warganya pun mengaku bahwa mereka sedang
menanam tembakau untuk menunjang sector perekonomian keluarga. Penghasilan
penduduk desa Wonosari rata-rata termasuk dalam kategori ekonomi cukup atau
mampu dengan sebagian warganya yang bekerja sebagai petani, warga Lengkong
masih mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
5

2.1.3 Kedaan Pendidikan


Data pendidikan berdasarkan profil desa Wonosari, sebagai berikut :
No Uraian Jumlah
.
1. Penduduk usia 10 tahun keatas yang buta huruf 280 orang
2. Penduduk tidak tamat SD/sederajat 125 orang
3. Penduduk tamat SD/sederajat 6518 orang
4. Penduduk tamat SLTP/sederajat 921 orang
5. Penduduk tamat SLTA/sederajat 612 orang
6. Penduduk tamat D-1 -
7. Penduduk tamat D-2 13 orang
8. Penduduk tamat D-3 -
9. Penduduk tamat S-1 22 orang
10. Penduduk tamat S-2 4 orang
11. Penduduk tamat S-3 -
Jumlah Penduduk 8495 orang

2.1.4 Keadaan kesehatan lingkungan


Dari sekian dusun yang ada di desa Wonosari, hamper seluruhnya tidak
memiliki gangguan dalam kesehatan lingkungannya. Ketersedian air bersih
masih ada karena hampir di setiap rumah memiliki sumr air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan sarana dan prasarana operasional
Posyandu yang memadai dan ditambah terdapatnya Ponkesdes dibalai desa
yang melayani pemenuhan kesehatan warganya.

2.1.5 Keadaan Perilaku Masyarakat


a. Dari kehidupan warga masyarakatnya dari waktu ke waktu relatif
teratur dan terjaga adatnya.
b. Besarnya penduduk usia produktif disertai etos kerja masyarakat yang
tinggi.
c. Terpeliharanya budaya dan adat istiadat di desa dalam keseharian dan
praktek penyelesaian permasalahan.
d. Cukup tingginya partisipasi dalam pembangunan desa.
e. Masih hidupnya tradisi gotong royong dan kerja bakti masyarakat
yang merupakan salah satu bentuk partisipasi warga.
6

2.2 Situasi Derajat Kesehatan


2.2.1 Mortalitas
Berdasarkan Departemen kesehatan RI angka kematian
ISPA di dunia terjadi lebih dua juta dari sembilan juta
kematian balita yang meninggal setiap tahun, hal ini sama
dengan empat balita meninggal setiap menitnya. Dari lima
kematian balita, satu diantaranya disebabkan karena
pneumonia. Angka kematian ISPA di Indonesia mencapai 23,8%
pada bayi, dan 15,5% balita. ISPA merupakan pembunuh
utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih
banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS,
Malaria dan Campak.
Di Jember menurut RISKESDAS, 2007 angka kematian
neonatal (728 hari) akibat ISPA mencapai urutan ke tiga
dengan prosentase sebesar 17% setelah sepsis dan
kelainan kongenital, kemudian angka kematian pada bayi
sebesar 24% mencapai urutan ke dua setelah diare, dan
angka kematian yang terajadi pada balita (14 tahun)
akibat ISPA sebesar 15,5% mencapai urutan ke dua setelah
diare.
Angka kematian yang terjadi di Desa Wonosari
terutama Dusun Lengkong akibat penyakit ISPA selama ini
belum terjadi, namun perlu di perhatikan pula mengenai
angka kesakitan yang terjadi di Desa Wonosari cukup
tinggi.
2.2.2 Morbiditas

Berdasarkan Departemen kesehatan RI angka kesakitan


ISPA di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional
ISPA sebesar 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional),
7

angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi sebesar


2.2 %, dan balita sebesar 3%.
Menurut Menteri kesehatan penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Yang bisa
ditandai dengan batuk, pilek, dan demam. Pada Balita di
Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun terjadi hal seperti
itu, hal ini berarti seorang balita rata-rata mendapat
serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Secara umum terjadinya penyakit ISPA diIndonesia
merupakan penyebab utama kunjungan pasien di sarana
kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di
Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian
rawat jalan dan rawat inap dirumah sakit.
Penduduk di wilayah kerja pukesmas kasian sebesar
58.962 jiwa, yang terdiri dari 29.019 penduduk laki-laki,
dan 29.944 terdiri dari penduduk perempuan. Berdasarkan
data puskesemas pada tahun 2012, dari daftar 15 besar
penyakit yang ada diwilayah tersebut ISPA menduduki
peringkat pertama dengan prosentase sebesar 3,81%
dengan jumlah 2244 angka kesakitan, kemudian diikuti
dengan imunisasi sebesar 2,49% dengan jumlah 1469
penduduk, pemeriksaan kehamilan sebesar 2,46 % dengan
jumlah 1451 penduduk, nyeri kepala sebesar 2,21%
dengan jumlah 1303 angka kesakitan, dan batuk sebesar
2,18% dengan jumlah 1284 angka kesakitan.
Berdasarkan daftar buku kunjungan PONKESDES
mulai dari bulan Oktober 2012Mei 2013 Di Desa Wonosari
khususnya Dusun Lengkong, warga yang mengeluhkan
batuk pilek menduduki urutan ke dua setelah hipertensi,
8

kemudian disusul dengan pemeriksaan Ibu hamil, asam


urat, dan gatal-gatal.
Menurut kader yang berada di di RW 22 dusun
Lengkong dari sekitar 58 jumlah peserta posyandu bayi
dan balita, kebanyakan orang tua mengeluh anaknya
sering batuk-batuk, dan pilek.
2.2.3 Dampak kesehatan akibat penyakit

Tingginya angka kesakitan yang terjadi pada balita atau anak-anak


di Dusun Lengkong memberikan dampak langsung yang dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang terjadi akibat penyakit
ISPA. Dampak kesehatan yang terjadi akibat terserang penyakit ini yaitu
demam, sasak nafas, susah tidur, berkurangnya konsentrasi anak, sehingga
dapat menurunkan prestasi anak dalam belajar.
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat ISPA juga bisa
menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, sehingga hal tersebut sangat
memprihatinkan bila tidak ditangani sedini mungkin, AKB akan
meningkat sehingga status kesehatan masyarakat juga menurun
2.2.4 Data Wilayah
1. Peta Wilayah
9

2. Luas wilayah
Desa wonosari terletak di kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa
Timur dengan batas wilayah sebagai berikut.
a. Berdasarkan kecamatan
Utara : Balung
Selatan: Puger
Barat : Puger
Timur : Wuluhan

b. Berdasarkan desa
Utara : Balung Kulon
Selatan: Puger Wetan
Barat : Kasiyan Timur
Timur : Tamansari

Berdasarkan profil desa Kabupaten Jember (2008), luas wilayah Desa


Wonosari secara keseluruhan, yaitu 638,34 Ha, yang terbagi atas:
a. Pemukiman seluas 205,84 Ha
b. Pertanian sawah seluas 415 Ha
c. Ladang/tegalan seluas 6,5 Ha
d. Pembangunan (untuk bangunan) seluas 7 Ha
e. Rekreasi dan olahraga selua 0,25 Ha
f. Perikanan darat/air tawar seluas 2,5 Ha
g. Pemakaman seluas 1,25 Ha
10

3. Jumlah dusun, RW, dan RT


Wilayah Wonosari terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Penitik,
dan Dusun Lengkong. Sedangkan desa Wonosari memiliki 28 RW yang terbagi
atas:
a. Dusun Krajan terdapat 10 RW
b. Dusun Penitik terdapat 11 RW
c. Dusun Lengkong terdapat 7 RW
2.3 Situasi Upaya Kesehatan
Situasi upaya kesehatan merupakan suatu gemberan dari pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan ksehatan rujukan, pelayanan jaminan kesehatan
masyarakat di dusun lengkong, desa wonosari, kecamatan puger yang akan di kaji.
1. Pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan yang ada di Desa Wonosari, kecamatan Puger
yaitu ada 2 buah puskesmas, yaitu di Kasiyan dan puger. Ada 3 buah
pusyandu, yang terdiri 2 posyandu lansia dan 1 posyandu balita. Posyandu
tersebut berada di dusun penitik 2 buah, dan 1 buah di dusun lengkong.
2. Pelayanan kesehatan rujukan
Salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan pada penyakit ISPA
di Jember adalah RSUD balung dan RSUD Dr. Soebandi. Rumah sakit Dr.
Soebandi tersebut ditetapakn menjadi rumah sakit rujukan kelas B non
pendidikan yang ditetapkan sesuai keputusan Mentri Kesehatan Nomor:
1162/Menkes/SK/IX/1992. Sedangkan RSUD balung masih berada di
bawah RSUD Dr. Soebandi.
Sebagai rumah sakit rujukan RSUD balung dan RSUD Dr.
Soebandi letaknya agak jauh yang menyebabkan masyarakat Desa
Wonosari kesulitan dalam hal pelayanan kesehatan yang membuat
masyarakat sulit dalam melakukan pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan jaminan kesehatan masyarakat
Program jaminan kesehatan masyarakat 2013 di desa Wonosari
sudah mengerti dalam penggunaannya, sehingga bisa memperoleh
11

pelayanan kesehatan secara gratis. Jika sakit dan harus menjalani rawat
inap di rumah sakit, mereka diberi kesempatan memperoleh biaya yang
disediakan dari APBD, menggunakan surat keterangan miskin. Untuk
memperoleh surat keterangan miskin setiap pasien harus mendapat
rekomendasi dari kepala desa/lurah dan camat.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi
masyarakat khususnya pasien ISPA, terutama pada anak-anak perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki
kualitas pelayanan yang baik dan optimal. Orientasi pembangunan
kesehatan yang semula sangat menekankan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya kesehatan terintegrasi
menuju kawasan sehat dengan peran-aktif masyarakat. Pendekatan baru ini
menekankan pentingnya upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan juga paliatif.
Adanya peningkatan kasus ISPA yang terjadi di dusun lengkong
menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat desa dalam pengendalian
teknis dan lingkungan terhadap ISPA direncanakan sesuai dengan
keberadaan tanda-tanda epidemiologis dan klinis pada pasien ISPA yang
dapat menimbulkan kekawatrian keluarga. penggunaan APD yang benar
APD dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya
tetapi tidak boleh meningkatkan risiko bagi orang lain atau lingkungan. Bila
APD terbatas, dan penggunaan kembali tak dapat dihindari, APD dapat
dipakai ulang setelah dilakukan dekontaminasi. ventilasi ruangan untuk
infeksi pernafasan dengan ventilasi yang baik dengan pembuangan efektif
udara yang terkontaminasi untuk mengurangi risiko infeksi

2.4 Situasi sumber daya kesehatan


2.4.1 Sarana kesehatan
Untuk melayani kesehatan masyarakat di dusun Lengkong desa
Wonosari kecamatan Puger, Jember telah difasilitasi oleh Puskesmas
12

Kasiyan yang beroperasi pada wilayah Kasiyan dan Wonosari. Persebaran


fasilitas kesehatan tersebut berdasarkan data tahun 2008 telah mencukupi
untuk skala pelayanan desa Kasiyan dan Wonosari. Selain itu, daerah
tersebut memiliki RSU Balung, Jember yang merupakan rumah sakit yang
merupakan tempat rujukan dari rumah puskesmas-puskesmas dikecamatan
Puger dan sekitarnya. Masyarakat Puger menggunakan fasilitas kesehatan
berupa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terdekat seperti
Puskesmas Puger dan Kasiyan.
Ketersediaan sarana dan prasarana di bidang kesehatan tahun 2008
antara lain Rumah Sakit Umum 1 buah, Puskesmas 2 buah, dan didukung
oleh keberadaan ponkesdes 1 buah yang berada pada balai desa Desa
Wonosari, Posyandu 3 buah yang terletak pada masing-masing dusun.
2.4.2 Tenaga kesehatan
Tercatat data di BKD Jember jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di
desa Wonosari kecamatan Puger, Jember, tenaga medis di desa Wonosari
Kabupaten Jember sebanyak 1.703 orang, di antaranya bidan sebanyak 1
orang, perawat sebanyak 2 orang, dan dokter umum sebanyak 1 orang.
Kabupaten Jember juga belum memiliki PNS sebanyak 22 orang.. Di
dusun Lengkong desa Wonosari kecamatan Puger, Jember tidak sedikit ibu
melahirkan memilih memanfaatkan jasa dukun beranak. Pasalnya,
keberadaan dukun beranak ini lebih mudah dijangkau oleh warga terdekat.
Berdasarkan data yang dicatat Dinas Kesehatan Jember, di Kabupaten
Jember terdapat 1.100 dukun beranak. Sedangkan jumlah bidan hanya 2
orang.
2.4.3 Pembiayaan kesehatan
Masyarakat dusun Lengkong desa Wonosari kecamatan Puger,
Kabupaten Jember banyak yang menggunakan jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan saat mengunjungi pelayanan kesehatan. Dikarenakan
garis kemiskinan yang masih tinggi di daerah dusun Lengkong desa
Wonosari kecamatan Puger Jember, biasanya saat pergi ke pelayanan
kesehatan, banyak warga yang menggunakan surat keterangan miskin
untuk mengakses pelayanan kesehatan.
13

2.5 Perbandingan Indonesia dengan Negara anggota ASEAN dan SEARO

ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) merupakan sebuah


organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia
Tenggara yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggota serta
memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota ASEAN ada 10 negara
yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Sinagpura, Thailand, dan Vietnam. Berdasarkan pengelompokan
negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara SEARO (South East
Asia Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya yaitu Bangladesh, Bhutan,
Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan
Timor Leste.
2.5.1 Kependudukan
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara
negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 239,9 juta jiwa
dan Brunei Darussalam terendah sekitar 0,4 juta jiwa. Di kawasan
SEARO, Indonesia menempati peringkat kedua setelah India dengan
penduduk 1.149,3 juta jiwa. Kepadatan penduduk terbesar di ASEAN
yaitu Singapura dengan 7.013 penduduk per km2 dan terendah Laos
dengan 25 jiwa per km2. Di SEARO, negara paling padat yaitu Maladewa
dengan kepadatan 1.040 jiwa per km2 dan terendah Bhutan dengan 14
jiwa per km2. Di Indonesia sendiri yaitu 126 jiwa per km 2, nomor lima di
ASEAN dan kedelapan di SEARO.
Perbandingan beberapa data kependudukan negara Indonesia
dengan negara anggota ASEAN dan SEARO yaitu jumlah penduduk
(juta jiwa) pertengahan tahun 2012 adalah 238,2 juta jiwa (hasil sensus
penduduk tahun 2010 yaitu 237,6 juta jiwa). Indonesia menduduki
peringkat ke dua dari jumlah 18 anggota ASEAN dan ASERO yang
meliputi Brunei Darussalam sebanyak 0,4 juta jiwa; Filipina sebanyak
14

95,7 juta jiwa; Kamboja 14,7 juta jiwa; Laos 6,3 juta jiwa, Malaysia 28,9
juta jiwa, Singapura 5,2 juta jiwa; Vietnam 87,9 juta jiwa ; Myanmar 54,0
juta jiwa; Thailand 69,5 juta jiwa; Bangladesh 150,7 juta jiwa; Bhutan
0,7 juta jiwa; India 1241,3 juta jiwa; Korea Utara 24,5 juta jiwa;
Maladewa 0,3 juta jiwa; Nepal 30,5 juta jiwa; Sri Langka 20,9 juta jiwa;
dan Timor Leste 1,2 juta jiwa.
b. Laju pertumbuhan penduduk
Di ASEAN, laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Brunei
Darussalam dengan laju 2,5% dan terendah Thailand dengan laju 1%. Di
SEARO, tertinggi adalah Timor Leste dan terendah adalah Korea Utara
dan Sri Lanka. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4. Jika
dilihat dari kawasan ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke 3
terendah untuk laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan jika dilihat dari
kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke 6 dengan laju
pertumbuhan penduduk dari 11 negara (Depkes, 2008).
c. Penduduk menurut kelompok umur
Di ASEAN, Laos merupakan negara terbesar untuk kelompok
umur non produktif yaitu 48% dan Singapura terendah dengan 28%. Di
SEARO, Timor Leste merupakan negara terbesar untuk kelompok umur
non produktif yaitu 48% dan Korea Utara terendah dengan 26%. Angka
Beban Tanggungan di Indonesia adalah 54%.

d. Indeks Pembangunan Manusia


Indonesia masuk dalam kategori sedang yaitu IPM 0,500-0,799.
e. Total Fertility Rate
Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan
wanita 2,6 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia rata-rata
memiliki 2-3 anak selama masa suburnya.
f. Angka Kelahiran Kasar/AKK
AKK tahun 2007 di ASEAN yaitu Laos tertinggi dengan AKK 34
per 1000 penduduk, terendah Singapura 11 per 1000 penduduk.
15

Indonesia 21 per 1000 penduduk. AKK tahun 2007 di SEARO yaitu


Timor Leste tertinggi dengan AKK 42 per 1000 penduduk, terendah
Thailand 13 per 1000 penduduk.
Untuk angka kelahiran kasar di Indonesia terdapat 21 kelahiran per
1000 penduduk pada tahun 2007. Pada kawasan ASEAN Indonesia
menempati peringkat ke 4 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO
menempati peringkat ke 6 tertinggi untuk angka kelahiran kasar.
g. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di ASEAN adalah
Brunei Darussalam diikuti Sinagpura, terendah adalah Laos dan
Kamboja. Di SEARO, tertinggi adalah Thailand. Indonesia berada pada
peringkat kelima tertinggi di SEARO.

2.5.2 Derajat kesehatan

a. Angka Kematian Bayi/AKB


Pada tahun 2007 angka kematian bayi di lima negara ASEAN yaitu
Singapura, Brunei Darussalam, Malysia, Vietnam, dan Thailand termasuk
negara dengan angka kematian bayi rendah. 2 negara yaitu Filipina dan
Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 3 negara lainnya
masukdalam kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi
tinggi. Tidak ada negara yang masuk ke dalam kelompok anggka
kematian bayi sangat tinggi (.100 per 1000 kelahiran hidup). Berdasarkan
klasifikasi yang sama maka 2 negara di SEARO, yaitu Sri Lngka dan
Thailand masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi
rendah, 5 kategori sedang dan sisanya, yaitu 4 termasuk kategori tingi.
Berdasarkan angka kematian bayi di negara-negara ASEAN dan SEARO
antara 2,4 dan 88 . Indonesia memiilki angka kematian bayi 34 per 1000
kelahiran hidup dan berada di peringkat 10 di antara 18 negara tersebut.
Indonesia masuk dalam kelompok sedang yaitu AKB 20-49.
b. Angka Kematian Maternal
16

Indonesia berada pada peringkat ke-12 (dari 18 negara ASEAN dan


SEARO) untuk angka ini yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Kasar
Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi di ASEAN dan ke-2
terendah di SEARO untuk angka kematian kasar ini.
d. Usia Harapan Hidup
Di ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-6 dengan UHH 70 tahun
dan peringkat ke-5 di SEARO.
2.5.3 Upaya kesehatan

ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut, salah satu penyebab


ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernafasan, maka penyakit ISPA berhubungan dengan
sanitasi dilingkungan sekitarnya. Di antara negara-negara di kawasan
ASEAN dan SEARO terdapat perbedaan persentasi yang besar antara
negara dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat tertinggi
dan yang terendah berkisar 29% dari 100% negara dengan cakupan 29%
adalah Kamboja dan negara dengan cakupan 100% adalah singapura.
Persentasi penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat relatif rendah,
masih terdapat 10 negara di kawasan ini dengan penduduk yang
menggunakan sarana sanitasi sehat dibawah 80%.

2.6 Analisis Situasi


1) Perencanaan
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam mengoptimalkan
pelayanan kesehatan penyakit ISPA, merancang suatu program yaitu P2KL
yang telah dirancang di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
Program P2KL memiliki beberapa program antara lain: pemberantasan
penyakit menular dengan kegiatan, antara lain: (1) pelaksanaan
perencanaan program pemberantasan penyakit menular salah satu
diantaranya adalah ISPA; (2) penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
17

petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan yang terkait dengan


program pemberantasan penyakit menular salah satu diantaranya adalah
ISPA; (3) pelaksanaan penilaian cepat Kesehatan (rapid health
assessment) dan melakukan tindakan darurat di bidang Pemberantasan
Penyakit Menular (ISPA); (4) pelaksanaan pembinaan dan pengendalian
program pemberantasan Penyakit Menular (ISPA); (5) pelaksanaan
pemantauan serta pengamatan terus menerus terkait upaya program
pemberantasan penyakit menular (ISPA); (6) pelaksanaan sistem
kewaspadaan dini dan penanggulangannya untuk mengendalikan kasus
penyakit, penyebaran penyakit menular langsung salah satunya adalah
penyakit ISPA; (7) pelaksanaan pengendalian faktor resiko yang
berpotensi menimbulkan penyakit menular (ISPA); (8) pelaksanaan
advokasi terkait program pemberantasan penyakit menular (ISPA); (9)
pelaksanaan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan pihak
swasta terkait program pemberantasan penyakit menular (ISPA); dan (10)
pelaksanaan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (ISPA).

Program yang kedua adalah program Kesehatan Lingkungan dengan


kegiatan, antara lain: (1) pelaksanaan perencanaan program penyehatan
lingkungan meliputi penyehatan makanan minuman, tempat-tempat
umum/industri, air, perumahan dan limbah; (2) penyusunan pedoman dan
petunjuk teknis pelayanan yang terkait dengan program penyehatan
lingkungan; (3) pelaksanaan penilaian cepat kesehatan (Rapid Health
Assessment) dan melakukan tindakan darurat pada faktor resiko di bidang
Penyehatan Lingkungan yang berpotensi menimbulkan kejadian ISPA; (4)
pelaksanaan pembinaan program penyehatan lingkungan; (5) pelaksanan
pemantauan pengendalian dan evaluasi program penyehatan lingkungan;
(6) pelaksanaan koordinasi dan advokasi dengan lintas program, lintas
sektor, organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan pihak swasta terkait program penyehatan lingkungan; dan
18

(7) pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan program penyehatan makanan


minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan
limbah.
Dalam penanganan ISPA di Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kabupaten Jember ini, belum ada perencanaan screening
bayi dan balita yang berisiko terserang ISPA sementara dalam pembiayaan
khusus, belum ada anggaran khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan ISPA pada balita di Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian program pendidikan kesehatan oleh dinas
kesehatan kabupaten jember dilakukan melalui dinas kesehatan jember
diturunkan pada Rumah Sakit Daerah kabupaten. Setelah diturunkan
melalui Rumah Sakit Daerah kabupaten maka dilanjutkan pada
puskesmas dibawah dinas kesehatan untuk disosialisasikan pada posyandu
hingga pustu (puskesmas pembantu). Kegiatan tersebut ditujukan untuk
membina masyarakat dalam upaya menekan kejadian kasus ISPA di
Kabupaten Jember.
Dalam kesehatan lingkungan di Kabupaten Jember Dinas
Kesehatan melakukan kerjasama dengan ahli lingkungan di daerah
Kabupaten Jember untuk meningkatkan kesehatan di lingkungan
kabupaten jember. Dalam kegiatan ini ada koordinasi bagi perawat
puskesmas yang sebelumnya diberikan tugas oleh dinas kesehatan
kabupaten jember dengan ahli lingkungan kabupaten jember. Kegiatan ini
belum dapat berjalan dengan optimal sehingga warga setempat biasanya
mengupayakan sendiri dalam melakukan membersihkan lingkungannya,
namun warga belum mampu melakukan pencegahan ISPA.
Belum ada unit khusus di Puskesmas Kasiyan yang menangani
secara khusus ISPA di daerah dengan angka insidensi tertinggi serta belum
ada pelibatan kader posyandu dalam upaya rujukan bayi dan balita ISPA
ke puskesmas.
19

Pada program pemberantasan ISPA di Kabupaten Jember Dinkes


dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar seperti
memberdayakan keluarga dalam memberantas penyakit ISPA. Kegiatan ini
belum dapat terselenggara secara efektif karena kurangnya peran serta
masyarakat dalam menjalin kerjasama dengan lintas sektor dan lintas
program pada pelaksanaan program P2KL, belum terbentuknya pembagian
tugas yang jelas dalam struktur P2KL, puskesmas lebih berfokus pada
upaya rehabilitatif daripada preventif dibuktikan dengan tidak adanya
upaya puskesmas untuk melakukan program pemberantasan penyakit
menular, serta alur komunikasi tidak berjalan secara efektif

3) Pengarahan
Fungsi pengendalian terkait upaya penanggulangan penyakit ISPA
di kabupaten jember sebagian sudah di laksanakan dengan tersedianya
sumberdaya pembantu dan kegiatan yang dibentuk guna mendukungnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya: 1) Tenaga monitoring dan evaluasi
untuk pelaksanaan program pembinaan kesehatan masyarakat; 2) Terdapat
alokasi anggaran untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
pembinaan kesehatan masyarakat. Monev yang telah di lakukan hanya
pada anggaran yang di berikan sehingga pencapaian untuk tingkat
kesehatan tidak tercapai secara maksimal, seharusnya monev di lakukan
juga untuk kegitan-kegiatan yang tidak di anggarkan agar tingkat
kesehatan yang ingin di capai dapat tercapai secara maksimal dan
kompleks; 3) Adanya pelaksanaan monitor dan evaluasi pelaksanaan
program pembinaan kesehatan masyarakat yang di lakukan tiap satu bulan
sekali, tetapi Kurangnya keterlibatan masyarakat atau keluarga sebagai
sasaran dalam pelaksanaan kegiatan dapat mempengaruhi serta
mengurangi tingkat keberhasilan dari kegiatan.; 4) Pelaksanaan stratifikasi
di puskesmas daerah jember tiap satu bulan sekali; 5) Terdapat laporan
evaluasi mengenai pencatatan, pelaksanaan, penanggulangan penyakit
ISPA dan konseling tiap satu bulan sekali.
20

Dalam pengarahan penanganan ISPA di Dusun Lengkong Desa Wonosari


Kecamatan Puger Kabupaten Jember, belum ada pedoman pelaksanaan
penanganan awal ISPA bagi masyarakat. Selain itu belum ada format
untuk deteksi dini untuk para orang tua akan kejadian ISPA pada bayi dan
balita.
Akan tetapi Puskesmas Kasiyan tidak melakukan kegiatan teresebut secara
rutin sehingga adanya kasus ISPA yang tidak terdata dan tidak dilakukan
pengobatan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
ISPA dan cara pertoongan pertamanya.

4) Pengawasan
Fungsi pengarahan yang terkait upaya pengelolaan program kesehatan
masyarakat kabupaten Jember sebagian sudah di laksanakan, hal ini
terbukti dengan adanya program pemberantasan penyakit dan kesehatan
lingkungan. Kegiatan tersebut di laksanakan dengan bekerja sama antara
dinas kesehatan jember dengan pusat pelayan kesehatan yang ada di
Jember. Kegiatan tersebut membahas tentang masalah ISPA. Program yang
telah di bentuk oleh dinas kesehatan telah di laksanakan namun belum
optimal di buktikan dengan adanya kejadian ISPA di beberapa daerah di
kabupaten jember, berdasarkan hal tersebut salah satu penyebab dari
kurang optimanya program yang di bentuk dinas kesehatan yaitu
kurangnya kesadaran masyarakat di Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kebupaten Jember dalam membantu pelaksanaan
kegiatan tersebut. Minimnya dukungan masyarakat terhadap
pemberantasan ISPA di karenakan pengetahuan yang minim terhadap
penyakit ISPA. Pada saat di laksanakannya kegiatan ketidakhadiran
supervisi sangat mempengaruhi jalannya kegiatan yang dimana superfisi
dapat memantau tiap-tiap komponen kegiatan yang akan di laksanakan.
Belum terdapat upaya spesifik untuk memonitoring penderita ISPA di
Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember
sehingga berpengaruh juga pada keterlibatan masyarakat dalam upaya
21

pendeteksian dan rujukan kasus ISPA yang masih rendah baik itu ditinjau
dari kesadaran masyarakat maupun biaya yang dimiliki.
22

BAB 3. MASALAH PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


organizing
3.1 Analisis Masalah Fish Bone
planning
Masalah Manajemen: Belum optimalnya Kurangnya pelibatan
1. Sistem pelaporan belum terintegrasi Belum optimalnya TOGA dan TOMA dalam
dan belum ada mekanisme tukar program P2-ISPA pelayanan
pelaksanaan program
menukar (sinkronisasi) antara data POSYANDU dan Belum ada pelibatan kader
Puskesmas dan data RS di
Belum adanya kejelasan MTBS wilayah posyandu dalam upaya
Kab/Kota.
rujukan bayi dan balita ISPA
koordinasi program ke puskesmas
2. Koordinasi antar instansi dan antar
unit yang bertanggung jawab dalam Kurangnya pelibatan
penanganan P2ISPA masih belum Keterbatasan dana untuk kemitraan untuk
optimal, khususnya dalam pelaksanaan program penanggulangan ISPA
pelaksanaan surveilans dan
penanggulangan ISPA
3. Koordinasi antara pusat dan daerah Belum adanya kejelasan Kurang optimalnya
Kurangnya motivasi program pemberdayaan
belum dilandasi suatu kebijakan pembagian wewenang
operasional yang jelas tentang masyarakat untuk dalam pelaksanaan masyarakat
kewenangan dan tanggung jawab program
masing-masing melakukan P2-ISPA Kurang optimalnya
4. Sistem pengelolaan program program pemberdayaan
Keterlambatan
penanganan penyakit menular masih SDM bidang kesehatan
didominasi pusat
pelaporan kasus
ISPA
5. Tingginya beban puskesmas sebagai
Belum optimal kegiatan
unit operasional utama di lapangan Kurangnya koordinasi
dalam implementasi kebijakan supervisi program P2-
ISPA antar RT-RW setempat
penanggulangan wabah penyakit
menular controlling actuating
23

3.2 Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan


1. Koordinasi antar instasi dan antar unit yang bertanggung jawab dalam
penanganan ISPA masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan
surveilans dan penanggulangan ISPA berhubungan dengan kurang
optimalnya program pemberdayaan SDM bidang kesehatan yang ditandai
dengan: kurangnya tenaga sukarela (kader) dalam penanganan ISPA,
kegiatan posyandu dalam menangani ISPA tidak efektif, peran TOGA dan
TOMA kurang optimal.
2. Tingginya beban puskesmas sebagai unit operasional utama di lapangan dalam
implementasi kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular berhubungan
dengan kurangnya pelibatan kemitraan untuk penanggulangan ISPA.

3.3 Prioritas masalah

Tabel 3.3. Penentuan Peringkat Masalah


N Masal Besarnya Tingkat Kemudahan P E A R L
o ah Masalah Kegawata Penanggulang
n Masalah an Masalah
0-10 0-10 0,5-1,5 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1
1 1 8 8 1 1 1 1 1 1
2 2 8 6 1 1 1 1 1 1
24

BAB 4. PERENCANAAN
4.1 Perencanaan
Tabel 4.1 Rencana Program Manajemen Pelayanan Kesehatan Penyakit Global
No Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Aktivitas Evaluasi
Indikator Evaluator
1. Koordinasi TUM: 1. Pembentukan 1.1 Membentuk 2.1.1 Terlaksanakannya Mahasiswa
antar instasi Pembentukan kemitraan pelatihan kader pelatihan kader Masyarakat
dan antar unit kemitraan melalui ISPA terkait 2.1.2 Terdapat Kader
yang TOMA/TOGA pemberdayaan program P2-ISPA pembagian kerja
bertanggung dan kader ISPA TOMA/TOGA 1.2 Membentuk sistem dan tanggung
jawab dalam terkait program dan kader pelaporan dan jawab pada
penanganan P2-ISPA di RW ISPA rujukan kasus TOMA/TOGA dan
ISPA masih 22 Dusun 1.3 Melakukan kader ISPA
belum Lengkong, Desa monitoring dan 2.1.3 Terdapatnya
optimal, Wonosari evaluasi peran kader kerjasama antara
khususnya berjalan efektif dalam pelaksanaan TOGA/TOMA dan
dalam setelah dilakukan P2-ISPA pada ibu- kader ISPA dan
pelaksanaan pembinaan ibu kemandirian kader
surveilans dan selama 1 minggu untuk melakukan
penanggulang pelaksanaan P2-
an ISPA TUK: ISPA
berhubungan Tersedianya
dengan layanan
kurang kesehatan ISPA
optimalnya di komunitas
25

program yang terhimpun


pemberdayaa dalam program
n SDM P2-ISPA dan
bidang difasilitasi oleh
kesehatan kader posyandu
yang ditandai
dengan:
kurangnya
tenaga
sukarela
(kader) dalam
penanganan
ISPA,
kegiatan
posyandu
dalam
menangani
ISPA tidak
efektif, peran
TOGA dan
TOMA
kurang otimal
26

4.2 POA (Plan of Action)


Tabel 4.2. Plan of Action (PoA)
No Rencana Kegiatan Tujuan Kegiatan Sumberdaya
Penanggung Jawab Waktu Alokasi Dana Tempat
Pelaksanaan Pelaksanaan
1. Pembentukan kemitraan 1. Terselenggaranya Mahasiswa Minggu ke Swadana RW 22 Dusun
melalui pemberdayaan program P2-ISPA di Masyarakat III PBL (hari masyarakat Lengkong,
TOGA/TOMA dan kader wilayah RW 22 Dusun Pihak swasta ke 3,4 dan 5) Mahasiswa Desa
ISPA Lengkong Puskesmas Wonosari,
2. Peningkatan partisipasi Puger, Jember
masyarakat untuk
menjalankan program
akibat adanya motivasi
dari TOMA/TOGA dan
kader ISPA
27

BAB 5. IMPLEMENTASI
5.1 Pilot Project
1. Judul Program:
Pembentukan dan pemberdayakan kader ISPA dalam mewujudkan keluarga
peduli ISPA
2. Deskripsi komunitas:
Masyarakat di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember sebagian besar bermata pencaharian bertani dengan
tingkat pendidikan SD. Menurut Kader Posyandu ketika melakukan posyandu
banyak yang mengeluh mengalami betuk pilek dan deman yang hal tersebut
merupakan tanda dan gejala ISPA terutama pada balita. Keluarga terutama Ibu
rumah tangga di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember memiliki pengetahuan yang rendah terkait dengan
penyakit ISPA dan kegawatannya. Sehingga masyarakat di RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember banyak yang
mengalami penyakit ISPA. Selain itu masyarakat di RW 22 Dusun Lengkong
Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember belum memiliki
kesadaran dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit ISPA agar tidak terjadi penularan penyakit ISPA di RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember. untuk itu
kami membentuk keluarga peduli ISPA agar didalam anggota keluarga dapat
melindungi anggota keluarganya sendiri agar tidak mengalami penyakit ISPA
dan dapat melakukan pertolongan pertama serta melakukan rujukan ketika
ada anggota keluarga yang mengalami kegawatan ISPA.
3. Diagnosis Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas
Koordinasi antar instasi dan antar unit yang bertanggung jawab dalam
penanganan ISPA masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan
surveilans dan penanggulangan ISPA berhubungan dengan kurang optimalnya
program pemberdayaan SDM bidang kesehatan yang ditandai dengan:
kurangnya tenaga sukarela (kader) dalam penanganan ISPA, kegiatan
28

posyandu dalam menangani ISPA tidak efektif, peran TOGA dan TOMA
kurang optimal.
4. Deskripsi populasi target:
Kader dan Ibu rumah tangga di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kabupaten Jember
5. Model program perencanaan:
Dinas
Kesehatan
Mahasiswa Puskesmas

Bidang P2KL
TOMA dan Dinkes
TOGA Jember
Masyarakat Peran aktif

Kader ISPA Kelompok


beresiko

Ibu rumah
tangga

Bagan 5.1 Metode Program Perencanaan


6. Deskripsi program:
Program kegiatan ini dilakukan dengan metode pemberian pemahaman
kepada masyarakat di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan
Puger Kabupaten Jember tentang pentingnya program penanggulangan
penyakit ISPA. Program ini bertujuan agar program kesehatan yang telah
direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dapat berjalan dengan
optimal dengan adanya dukungan penuh dari pihak-pihak yang secara aktif
dapat turun dalam pencapaian tujuan program.
Program ini bermula ketika kader diberikan pengetahuan dan kemampuan
terkait ISPA dan cara penanganan pertama pada anggota keluarga yang
terkena ISPA dalam hal ini adalah bagaimana menangani demam, batuk dan
pilek yang merupakan tanda dan gejala awal dari ISPA. Kader juga akan
29

diberikan pendidikan kesehatan terkait bagaimana tanda kegawat daruratan


ISPA sehingga kader dapat berkoordinasi dengan Toma dan Toga atau RW-RT
terkait untuk melakukan rujukan ke Puskesmas Kasiyan.
Setelah kader ISPA mengetahui dan mampu secara mandiri, maka kader ISPA
yang akan memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait ISPA
dan cara penanganan pertama pada ibu-ibu rumah tangga sehingga
diharapkan ibu-ibu mampu mendeteksi dini, memberikan perawatan pertama
pada keluaraga yang terkena ISPA, dan mampu melaporkan pada kader
terkait kegawatdaruratan ISPA dan akan dilakukan rujukan pada Puskesmas
Kasiyan untuk mendapat perawatan medis.
7. Tujuan program:
Penanggulangan penyakit ISPA yang direncanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dapat terkoordinasikan dengan baik di wilayah terpencil
khususnya di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember dengan adanya dukungan penuh dari masyarakat sebagai
pembantu pencapaian tujuan program dan dukungan penuh dari keluarga
yang langsung bersinggungan dengan kelompok risiko ISPA.
8. Kriteria evaluasi:
Berjalannya kegiatan pemberian informasi tentang pentingnya program
penanggulangan penyakit ISPA di RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari
Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan tingkat pemahaman terkait ISPA
dan mampu melakukan pertolongan pertama juga dapat melaporkan anggota
keluarga yang terkena ISPA untuk dilakukan rujukan dengan tingkat
kemandirian sebesar kader 90%, ibu rumah tangga 80 %. Sehingga
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi dan balita ISPA di RW 22
Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
9. Aktivitas intervensi program:
Pembentukan kader dan pengoorganisasian warga terkait ISPA dan
pemberdayaan keluarga terutama ibu rumah tangga dengan pemberian
pelatihan kader ISPA terkait ISPA, penanganan pertama pada demam, batuk
dan pilek, kegawatan ISPA dan rujukan kepada puskesmas.
30

10. Sumber-sumber dan keterbatasan:


Pengumpulan sumberdaya manusia sebagai perwakilan dari masyarakat suatu
daerah dan keterbatasan akses transportasi dan komunikasi daerah terpencil.
11. Rencana Dana
Rincian dana yang diperlukan adalah sebagai berikut
No Kebutuhan Volume Budget
1 Lembar balik 1 Rp 80.000
2 Spidol 1 pack Rp 30.000
3 Laeflet 30 Rp 30.000
4 Konsumsi 30 Rp 100.000
5 Termometer 5 Rp 35.000
Total Rp 275.000

5.2 Tingkat Kegiatan Implementasi di Komunitas


Tabel 5.2 Tingkatan dalam implementasi program pelayanan kesehatan
No Level Target Intervensi
1 Downstream Individu a. Komunikasi, informasi, dan
edukasi
b. Penguatan dukungan pada
individu yang sudah
melakukan upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit
ISPA
2 Midstream Komunitas a. Terbentuknya kader dan Toma
dan Toga peduli ISPA
b. Terbentuknya keluarga
mandiri peduli ISPA
c. Monitoring dan evaluasi
secara berkala pada
lingkungan yang beresiko
penyebaran ISPA
3 Upstream Pemerintah Koordinasi dengan puskesmas,
Dinas Kesehatan terhadap
pelaksanaan program
31

BAB 6. EVALUASI
6.1 Evaluasi Formatif
a. Program dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember dalam
usaha lebih memahami pentingnya program-program penanggulangan
penyakit ISPA dari Dinas Kabupaten Jember.
32

b. Terlaksanakannya program pengenalan pentingnya penanggulangan


penyakit ISPA dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya mencegah
penyebaran ISPA RW 22 Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan
Puger Kabupaten Jember dalam satu minggu (12 Mei 2013-19 Mei 2013)
c. Kader masyarakat dalam hal ini keluarga sebagai fokus utama sebagai
sasaran utama menjadi perwakilan warga masyarakat RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember dalam
memberikan dukungan terhadap program Dinas Kesehatan yang berfokus
pada upaya penanggulangan ISPA.

6.2 Evaluasi Proses


a. Program pembentukan peran kader dan TOMA TOGA ISPA serta
pemeberdayaan melalaui kegiatan penyuluhan dan demonstrasi kepada
masyarakat berjalan efektif pada 13-17 Mei 2013
b. Keluarga dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga antusias dalam mengikuti
kegiatan yang penyuluhan yang dilakukan kader kesehatan pada Hari
Jumat, 19 Mei 2013
c. Kelompok berisiko (anak pra sekolah dan sekolah) dapat melakukan
pencegahan ISPA dengan penyuluhan, demonstrasi dan praktik langsung
pada Hari Sabtu, 20 Mei 2013

6.3 Evaluasi Sumatif


a. Penurunan morbiditas dan mortalitas ISPA pada bayi dan balita . Hal ini
dapat diketahui dari tingkat pengetahuan masyarakat tentang ISPA RW 22
Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember,
pola hidup masyarakat yang sehat, serta peran aktif masyarakat RW 22
Dusun Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember
dalam menanggulangi kejadian ISPA di daerah sekitar tempat tinggalnya.
b. Terbentuknya kemandirian keluarga RW 22 Dusun Lengkong Desa
Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember untuk mendeteksi dini
ISPA, melakukan pertolongan pertama pada anggota keluarga yang
33

terkena ISPA, dan mengetahui tanda kegawatan ISPA sehingga dapat


melakukan rujukan bersama kader dan Toma dan Toga ISPA.
c. Terbangunnya kesadaran masyarakat RW 22 Dusun Lengkong Desa
Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember dalam menggerakkan
kegiatan yang bertujuan untuk tercapainya program kesehatan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember.
34

BAB 7. PENUTUP

7.1 Simpulan
Manajemen keperawatan penyakit global merupakan proses pelayanan
keperawatan yang memberikan kerangka asuhan keperawatan pada pasien,
keluarga, dan masyarakat dimana hal tersebut adalah suatu tugas yang
dilaksanakan oleh perawat komunitas untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan terhadap sumber-sumber
yang ada baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawtan yang efektif baik kepada keluarga maupun masyarakat.
ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang
disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Salah satu penularan ISPA adalah
melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan. Factor yang berperan dalam penanggulangan ISPA adalah masih
buruknya manajemen program penanggulangan ISPA seperti masih lemahnya
deteksi dini kasus ISPA terutama pneumonia, lemahnya manajemen kasus
oleh petugas kesehatan , serta pengatuhuan yang kurang dari masyarakat akan
gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang
datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam kategori berat.
Pencegahan penyakit ISPA ada tiga tingkatan yaitu pencegahan primer yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus; pencegahan sekunder
meliputi diagnose dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tersier
meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.

7.2 Saran
Melihat dari kejadian ISPA pada balita yang masih tinggi pada RW 22 Dusun
Lengkong Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember maka
diharapkan para perawat komunitas, kader, TOGA dan TOMA harus lebih
professional dan berpengalaman dalam mengkaji tanda dan gejala ISPA pada
35

balita. Selain itu untuk mencegah terjadinya ISPA pada balita maka dapat
melakukan pencegahan berupa deteksi dini tanda dan gejala ISPA dan
kondisi tubuh yang meliputi status gizi, kekebalan tubuh, serta keadaan
lingkungan yang meliputi ventilasi dll.
Bagi para calon kader dan masyarakat diharapkan dapat memahami dan ikut
berperan dalam program yang turut berpengaruh dalam penanganan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan memberikan kritik kepada penyusun
yang bersifat membangun agar penyusun terus meningkatkan kualitas
program ini. Selain itu perawat diharapkan dapat terus meningkatkan
program-program manajemen pelayanan kesehatan lainnya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
36

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian kesehatan republik Indonesia. 2011. Profil kesehatan Indonesia


2010. [ Serial On line] http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile /dokumen /
13129 48 63 8_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf. [22
Februari 2013]
Kemenkes RI. 2012. Bank Data SDM Kesehatan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan.
http://bppsdmk.depkes.go.id/sdmk/laporan/rekap2.php?prov=35 [25
februari 2013]
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta
Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.
2007.World Health Organization. [22 Februari 2013]
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2010 . Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur. [Serial Online] http://dinkes.jatimprov. go.id/userfile/dokumen /
1312 948638_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf. [22
Februari 2013]
Selayang pandang 2011. 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. [ Serial On
line]http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/Selayang%20Pandang
%202011%20A6%20Update%2012%20Juni%202012.pdf. [22 Februari
2013]
Susanto, Tantut, M. Kep, Sp.Kep. Kom. 2013. Modul Praktikum dan Lapangan
Penyakit Global. Tidak Diterbitkan. Modul. Jember : Bagian Keperawatan
Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
37

Departemen kesehatan RI. Pneumonia, penyebab kematian Utama Balita.


http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-pneumonia-
penyebab-kematian-utama-balita.html
Febrian. 2012. Permasalahan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di
Kabupaten Jember
.http://febriansubhan.wordpress.com/2012/01/31/permasalahan-angka-
kematian-ibu-dan-bayi-di-kabupaten-jember/

Вам также может понравиться