Вы находитесь на странице: 1из 4

Tumor hati dapat bersifat jinak atau ganas.

Tumor ganas hati, yang lebih banyak didapati


daripada tumor jinak sendiri dibagi menjadi tumor primer dan sekunder; yang berasal dari sel
hepatosit (karsinoma hepatoseluler) atau sel epitel bilier (kolangiokarsinoma), sedangkan yang
sekunder disebabkan oleh metastasis tumor ganas organ lain. Tumor ganas hati primer
hepatoblastoma yang berasal dari sel embrional dapat diderita oleh anak.

Etiologi

Ada hubungan kausal yang erat antara sirosis hati dan infeksi virus hepatitis B dan C dengan
terjadinya karsinoma hepatoseluler. Hepatitis kronik dan sirosis merupakan faktor onkogenik
bagi sel hati sehingga dapat berubah menjadi ganas. Hepatitis B dan C, terutama pada stadium
sirosis, merupakan penyebab utamanya di seluruh belahan dunia. Hepatitis B dijumpai terutama
di Asia dan Afrika, sedangkan hepatitis C lebih banyak di jumpai di Jepang, Amerika, dan
Eropa. Diperkirakan saat ini dijumpai 360 juta penderita hepatitis B kronik dan 170 juta
penderita hepatitis C kronik di seluruh dunia.

Sirosis hati yang bukan disebabkan oleh virus hepatitis B atau hepatitis C juga merupakan
penyebab karsinoma hepatoseluler. Kira-kira 4% sirosis berubah menjadi karsinoma
hepatoseluler. Pada 60-90% penderita karsinoma hepatoseluler didapatkan tanda sirosis hati.

Penyebab lainnya antara lain alcohol, bahan kimia, hormone steroid, penyakit metabolik
(hemokromatosis), dan alfatoksin (jamur)

Gambaran Klinis

Gambaran umum karsinoma hepatoseluler beragam, dapat tidak bergejala hingga adanya gejala
yang berat berupa nyeri hebat dengan atau tanpa hepatomegali, gejala gagal faal hati, perdarahan
varises, asites hemoragik, perdarahan intrapritoneal mendadak tanpa trauma, akut abdomen
mendadak, syok hipovolemik, dan metastasis jauh di tempat lain dengan atau tanpa gejala klinis.
Gejala dan tanda klinis yang dijumpai dapat dilihat pada Tabel berikut.
Gejala dan Tanda Klinis Karsinoma Hepatoseluler Menurut Flickinger

Gejala Insiden %
Nyeri abdomen 91
Masa abdomen 43
Penurunan berat badan 35
Lemah 31
Penurunan nafsu makan dan rasa penuh 27
Muntah 8
Ikterus 7
Tanda
Hepatomegali 89
Splenomegali 65
Asites 52
Ikterus 41
Febris 38
Bising hati (hepatic bruit) 28

Umumnya, tampak benjolan di perut bagian atas, disertai dengan nyeri terus-menerus yang
menembus ke belakang atau ke daerah bahu. Nyeri meningkat bila penderita bernapas dalam
karena rangsangan peritoneum pada permukaan benjolan. Berat badan cepat menurun. Kadang
terdapat asites atau perdarahan saluran cerna bagian atas karena varises esophagus. Keadaan ini
biasanya menunjukkan karsinoma hepatoseluler stadium lanjut. Oleh karena karsinoma
hepatoseluler kebanyakan berhubungan dengan sirosis, sering dijumpai pula tanda sirosis, spider
nervi, splenomegali, eritema Palmaris, dan ginekomastia. Pada keadaan lebih lanjut, dapat timbul
ikterus yang menunjukkan perjalanan penyakit yang progresif.

Pada pemeriksaan fisik umumnya, didapati pembesaran hati yang berbenjol, keras, kadang terasa
nyeri bila ditekan. Palpasi menunjukkan adanya gesekan permukaan periteoneum viserale yang
kasar akibat rangsang akibat infiltrasi tumor ke permukaan hati dengan dinding perut. Gesekan
ini dapat didengarkan juga melalui stetoskop. Pada auskultasi di atas benjolan kadang ditemukan
suara bising aliran darah karena hipervaskularisasi tumor. Gejala ini menunjukkan fase lanjut
karsinoma hepatoselular.
Stadium dan klasifikasi

Berbeda dengan tumor lainnya, prognosis karsinoma hepatoseluler bergantung pada dua variable,
yakni sirosis dan kanker, sehingga klasifikasi TNM bukan merupakan standar emas. Oleh karena
itu, hingga saat ini terdapat 10 klasifikasi karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia. Klasifikasi
Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) banyak dianut di banyak pusat kesehatan. Klasifikasi ini
didasarkan pada 4 faktor prognostic yang independen, yaitu stadium tumor, status hati (Child -
Pugh), status fisik penderita dan gejala yang berhubungan dengan kanker. Klasifikasi BCLC
membagi karsinoma hepatoseluler menjadi 4 golongan, yakni (1) stadium dini; tumor dapat
soliter (berukuran <5cm) atau terdiri atas 2-3 nodul (tidak melebihi 3 cm), (2) stadium
intermediate; tumor berukuran besar atau multi fokal, tidak ada gangguan faal hati, tidak ada
gejala yang berhubungan dengan kanker, serta tidak ada invasi vascular, (3) stadium lanjut;
terdapat gejala yang berhubungan dengan kanker atau invasi vascular atau penyebaran ekstra
hepatik, dan (4) stadium akhir; terdapat gangguan faal hati berat dan gejala yang berhubungan
dengan kanker yang berat disertai keadaan umum yang buruk.

Tata laksana dan Prognosis

Terapi dan prognosis bergantung pada klasifikasi BCLC. Pada stadium dini, bergantung pada
faal hati, dapat dilakukan terapi kuratif dengan reseksi, transplantasi hati atau ablasi perkutaneus.
Ketahanan hidup 5 tahun mencapai 50-70%. Pada stadium intermediate, dapat dilakukan kemo-
embolisasi. Ketahanan hidup 5 tahun mencapai 50%. Pada stadium lanjut tidak ada terapi yang
efektif. Median ketahanan hidup kurang dari 1 tahun. Pada stadium akhir terapi bersifat paliatif.

Reseksi Hati

Reseksi hati dikerjakan pada tumor tunggal, tanpa sirosis atau dengan sirosis yang terkompensasi
dengan kadar bilirubin normal dan tanpa hipertensi portal. Ketahanan hidup 5 tahun dapat
mencapai 70%. Reseksi lobus atau segmen dilakukan berdasarkan percabangan vena porta
menurut Couinaud. Menurut sistem ini, ada 8 segmen yang dapat direseksi. Hati mempunyai
daya regenerasi besaar sehingga walaupun separuh hati direseksi, regenerasi terjadi tanpa
mengurangi faal. Kriteria reseksi adalah tidak ada metastasis jauh, tumor terbatas pada satu lobus
atau satu segmen, dan pascalobektomi sisa jaringan hati masih dapat memenuhi kebutuhan
tubuh.
Perlu dilakukan pemantauan berkesinambungan untuk mengantisipasi timbulnya kekambuhan.
Menurut analisis multivariate terhadap tingkat serum aspartat transaminase, jumlah nodul yang
lebih dari satu dan adanya thrombus tumor merupakan faktor resiko kekambuhan yang nyata.

Transplantasi Hati

Transplantasi ditunjukkan pada penderita yang tidak memenuhi kriteria reseksi, pada tumor
tunggal yang berukuran kurang dari 5 cm atau tumor multiple (2 sampai 3 tumor) dengan ukuran
masing-masing tidak lebih dari 3 cm, tanpa invansi vascular dan penyebaran ekstrahepatik, serta
tanpa kontraindikasi untuk transplantasi. Sementara menunggu donor, dapat dilakukan terapi
perkutaneus.

Ablasi Perkutan

Ablasi radio frekuensi perkutan merupakan pilihan bila penderita bukan kandidat pembedahan.
Injeksi etanol perkutan ini dilakukan bila terdapat kontraindikasi tindakan ini; injeksi dilakukan
subkapsuler dekat kandung empedu atau jantung. Injeksi alcohol perkutan dilakukan bila tumor
berukuran kurang dari 3 cm. Hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan ablasi radio
frekuensi. Ablasi perkutan memberikan hasil baik bila tumor berukuran kurang dari 2 cm dengan
nekrosis mencapai 100% pada 90% kasus. Pada penyakit lanjut (besar atau multifocal) tanpa
invansi vena porta, dengan fungsi hati baik, dapat dilakukan kemoembolisasi transarterial.

Tatalaksana Non Bedah

Tata laksana karsinoma hepatoseluler nonbedah dapat berupa pemberian kemoterapi intraarteri,
embolisasi melalui arteri, radiasi, penyuntikan alkohol 97% intratumor, hipertermia dengan
kombinasi kemoterapi. Embolisasi dilakukan melalui arteri hepatica atau cabang arteri hepatika
yang menuju tumor dengan kombinasi pemberian sitostatik sisplatin, mitomisin, dan adriamisin.
Dengan cara paliatif ini tumor dapat mengalami nekrosis dan mengecil. Penyuntikan intratumor
dengan bahan nekrotan dilakukan dengan tuntunan ultrasonografi. Radiasi maupun kemoterapi
tunggal merupakan terapi nonkuratif yang hanya member hasil yang baik untuk waktu terbatas.

Вам также может понравиться