Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
makalah yang berjudul Asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervix dapat
membangun. Demi tercapainya tujuan belajar kita. Semoga makalah ini dapat
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... . iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 04
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 06
1.3. Tujuan ................................................................................... 06
1.4. Manfaat .................................................................................. 07
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ca.Cervix ... 08
2.2 Etiologi Ca.Cervix 09
2.3. Patofisiologi Ca.Cervix .. 11
2.4. Tanda dan Gejala Ca.Cervix .. 12
2.5. Pemeriksaan Penunjang Ca.Cervix 13
2.6. Kriteria Diagnosa Ca.Cervix .. 16
2.7. Penatalaksanaan Ca.Cervix 17
2.8. Komplikasi . 28
2.9. Pencegahan 28
2.10.Prognosis .. 30
BAB III. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian . 32
3.2 Analisa Data .. 34
3.3 Diagnosa Keperawatan .. 36
3.4 Rencana Tindakan ... 37
3.5 Implementasi ..... 42
3.6 Evaluasi .. 42
DAFTAR PUSTAKA.. 43
BAB I
PENDAHULUAN
mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang pernah
atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker ini menyerang
wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 -
55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita
seorang wanita penderita kanker serviks. Namun, adanya kanker serviks memberi
pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. Kanker serviks
tidak diobati lebih lanjut, pada kira-kira dua pertiga usia kehamilan penderita
2005)
Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain kekakuan serviks
(khususnya Kala I). Bila tumor yang terbentuk lunak dan hanya terbatas pada
sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan dapat menjadi lengkap dan
bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering terjadi infeksi.
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim
menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa
seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual multi partner, infeksi HPV
(Human Papilloma Virus), dan genetik (namun, persentasenya sangat kecil). Ada
juga beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu : usia,
melahirkan lebih dari 3x, personal hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus
keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan,
(pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih
kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan bisa
rahim, sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang.
Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim.
pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat
sudah berada dalam stadium lanjut. (Syaifullaoh Nur. 2012) Padahal, dengan
ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat
disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk
mencegah kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap
smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan
(kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan angka
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa
bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan juga bermanfaat bagi pembaca secara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya,
terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer),
Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim.
Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu
meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit yang telah
sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan
vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat
tentang kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human
serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi,
rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada
usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang
timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi
10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di
samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya
tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok
mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas
dalam tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada
serviks.
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin
juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
6. Multiparitas
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang
mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin,
2.4 Patofisiologi
junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari
kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum,
sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi
Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-
sarcoma.
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap
smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan
kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan
b. Kolposkopi
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah
dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan
d. Serviksografi
ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram)
dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika
tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya
dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor
masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%.
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi
e. Gineskopi
84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan
pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut:
value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil
untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat
CEA abnormal adalah > 5 L/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah >
5g/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan
mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat
yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
sel-sel tubuh.
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
Inkonklusif
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi
Displasia
biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
2.8 Penatalaksanaan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
STADIU
M PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi
(sumber : Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1)
kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi pada pasien dengan
tumor insitu beragam bergantung pada usia, kebutuhan fertilitas, dan kondisi
medis lainnya. Hal penting yang harus diketahui juga adalah penyebaran
kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat
sebagai biopsi luas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keberhasilan eksisi LEEP
mencapai 90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain yang dapat
mencapai 80-90% bila lesi tidak luas (<2,5 cm), tetapi akan turun sampai 50%
apabila lesi luas (> 2,5 cm). Evaporasi laser pada HGSIL memberikan
kerbehasilan sampai 94% untuk lesi tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL
yang disertai NIS III memberikan indikasi yang kuat untuk dilakukan
histerektomi. Pada 795 kasus HGSIL yang dilakukan konisasi didapatkan adanya
Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan setelah biopsi
cone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi, atau histerektomi. Bila biopsi
cone positif menunjukkan CIN III atau kanker invasif sebaiknya dilakukan biopsi
cone ulangan karena kemungkinan stadium penyakitnya lebih tinggi yaitu IB.
maupun vaginal. Apabila ada VAIN maka vagina yang berasosiasi harus ikut
mengarahkan terapi pada hanya biopsi cone diikuti dengan Paps smear dengan
interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12 bulan bila hasilnya negatif. Stadium serviks IA2
berasosiasi dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan 10% sehingga
Pada stadium ini bila kepentingan fertilitas masih dipertimbangkan atau tidak
ditemukan bukti invasi ke kelenjar limfe maka dapat dilakukan biopsi cone yang
dianjurkan. Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA
(< 4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila diterapi dengan
operasi atau radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85% sampai 90%
pada pasien dengan massa yang kecil. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik
operasi menunjukkan angka harapan hidup 5 tahunan yang sama dan tingkat
kekambuhan yang sama-sama kecil untuk terapi karsinoma serviks stadium dini.
stadium IB dan IIA (dengan massa < 4cm) adalah modified radical hysterectomy
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan hasil operasi dan bila
didapatkan penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta atau sekitar pelvis maka
dilakukan radiasi pelvis dan paraaorta. Radiasi langsung dilakukan apabila besar
massa mencapai lebih dari 4 cm tanpa harus menunggu hasil patologi anatomi
kelenjar limfe.
bersamaan dengan radioterapi setelah operasi yang memiliki invasi pada kelenjar
klinis. Penelitian dengan berbagai dosis dan jadwal pemberian sisplatin yang
karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko juga meningkat apabila didapat
ukuran massa yang lebih dari 4 cm walaupun tanpa invasi pada kelenjar-kelenjar
limfe,infiltrasi pada kapiler pembuluh darah, invasi di lebih dari 1/3 stroma
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik dan harus dievaluasi
dengan cermat untuk memilih terapi optimal. Angka harapan hidup dan kontrol
terhadap rekurensi lokal lebih baik apabila didapatkan infiltrasi satu parametrium
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat
Operasi
demi lapis.
Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks dan
kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa ataupun
Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA)
biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak,
Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi.
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
histerektomi
histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya juga
lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus
tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama. Perlu
diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan : Pemeriksaan
perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air
besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa
Kemoterapi
obat yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh
pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis.
hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker
menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama
terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah : Cisplatin.,
untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak
dapat dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul
Lemas
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti mual
Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan
sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan.
olahraga.
Sariawan
Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum tulang
yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah
merah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit).
Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan
sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah
trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada
kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb
(Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah
Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV
diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu
tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan atau bermetastasis ke
kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus,
ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi
hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Selama
tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari
dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi
lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup,
tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak
hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit
dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan
seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan
2.9 Komplikasi
Pendarahan
Kematian janin
Infertil
Obstruksi ureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
Pembentukan fistula
Anemia
Infeksi sistemik
Trombositopenia
2.10 Pencegahan
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks
terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina
merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat
dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%.
Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn
dari New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya
adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah
bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap
smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN
Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker)
dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.
Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan
kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah
memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru
kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan
pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan
ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai
salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di
antaranya :
1. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual
(vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang
dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal
lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV
onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5
tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah
usia 19 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Paps smear negatif disertai
DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas
30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi
HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara
infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun
infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi
nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten.
Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi
peningkatan risiko kanker serviks.
3. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
2.11 Prognosa
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami
oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung
kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi
Asupan nutrisi pada Ibu dengan kanker serviks harus banyak. Kaji jenis makanan
yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu . Kanker serviks pada
Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya terjadi gangguan pada pada panca indra
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu
etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti ganti pasangan
seksual.
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3=
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
hubungannya.
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah
Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian
bawah
Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur
darah
2. Data obyektif
Nafas : 16 - 24 x / menit
Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan )
Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
Terjadi hematuria
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 jam diharapkan keseimbangan volume
cairan adekuat
Kriteria Hasil :
mmHg)
setelah ditekan)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi masukan dan haluaran. Memberikan pedoman untuk
oksigen.
2 Catat kehilangan darah ibu Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
3 Hindari trauma dan pemberian Mengurangi potensial terjadinya
tekanan berlebihan pada daerah peningkatan pendarahan
yang mengalami pendarahan
4 Pantau status sirkulasi dan volume kemungkinan menyebabkan
darah hipovolemia atau hipoksia
5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, Menunjukkan keadekuatan volume
dan pengisian kapiler sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna untuk
pasien terhadap pendarahan, mengukur berat / lamanya episode
misalnya kelemahan, gelisah, pendarahan. Memburuknya gejala
ansietas, pucat, berkeringat / dapat menunjukkan berlanjutnya
penurunan kesadaran pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status
membran mukosa, dan perhatikan hidrasi / derajat kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan
IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) memperbaiki jumlah darah dalm
dan trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah
manifestasi anemia yang sering
terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk
Awasi pemeriksaan laboratorium, menentukan kebutuhan resusitasi
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah cairan dan mengawasi
keefektifan terapi
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada Pengenalan dini dan intervensi segera
semua sistem tubuh (misalnya : pernafasan, dapat mencegah perkembangan infeksi
pencernaan, genitourinaria) lebih lanjut
2 Pantau perubahan suhu pasien Peningkatan suhu pada ibu hamil
dengan kanker serviks dapat terjadi
karena proses penyakitnya, infeksi, dan
efek samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini proses
infeksi memungkinkan terapi yang tepat
untuk dimulai segera
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi Deteksi dini terhadap reaksi infeksi
seperti takikardi dan penurunan keaktifan gerakan yang bisa berdampak pada janin dan
janin menghambat pertumbuhan janin.
4 Pertahankan teknik perawatan aseptik. Hindari / Menurunkan risiko kontaminasi agen
batasi prosedur invasif infeksius
5 Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan
potensial sumber infeksi dan
menimalisir paparan pertumbuhan
sekunder patogen
6 Kolaborasi : Diferensial dan peningkatan WBC
Awasi hasil laboratorium untuk melihat adanya merupakan salah satu respon tubuh
diferensial atau peningkatan WBC untuk mengatasi infeksi yang timbul
oleh antigen
7 Kolaborasi : Mengidentifikasi organisme penyebab
Dapatkan kultur sesuai indikasi dan terapi yang tepat
8 Kolaborasi : Digunakan untuk menghambat
Berikan antibiotik sesuai indikasi perkembangan agen infeksi
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran Penurunan aliran urine tiba-tiba da
mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pa
urine tiba-tiba
traktus urinarius
2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria aki
metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut
haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine
3 Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya Penyebaran kanker pada traktus urinarius (sa
satunya di vesika urinaria) dapat menyebabk
hematuria
jaringan di vesika urinaria mengalami nekro
sehingga urine yang keluar berwarna merah kare
bercampur dengan darah
4 Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau Identifikasi tanda - tanda infeksi pada jaring
traktus urinarius
abnormal)
5 Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
akurat
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian Indikator keseimbangan cairan dan menunjukk
tingkat hidrasi
kapiler, dan membran mukosa
7 Kolaborasi : Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misaln
pemeriksaan retrograd dapat digunakan unt
Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai
mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada trak
indikasi urinarius sehingga dapat menjadi dasar unt
intervensi selanjutnya
8 Kolaborasi : Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dap
menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebag
Pantau nilai BUN dan kreatinin
akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pa
traktus urinarius hingga ke organ ginjal.
3.5 Implementasi
3.6 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan
2. Tidak ada tanda tanda infeksi
3. Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4. Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5. Nafsu makan meningkat
6. Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7. Perhatian keluarga meningkat
8. Turgor kulit normal
9. Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10. Berat badan stabil
11. Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12. Mual dan muntah berkurang / hilang
13. Ekspresi wajah klien tenang
14. Pengisian kapiler cepat
15. Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta : EGC
Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta :
FKUI