Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pengertian :
Tata cara serah terima pasien yang akan dilakukan tindakan hemodialisa antara perawat ruangan
rawat inap dan perawat hemodialisa
Tujuan :
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan tindakan hemodialisa oleh perawat ruangan
dan perawat ruang hemodialisa agar pelaksanaan hemodialisa bisa berhasil dengan baik dan
mengutamakan keselamatan pasien.
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan hemodialisa
Kebijakan :
Perawat ruangan dan perawat hemodialisa bertanggung jawab atas persiapan pasien
hemodialisa
Prosedur :
2. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan area punksi vena khususnya femoral sesuai
prosedur yang berlaku harus dilakukan pembersihan dari rambut.
3. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan dan mencek kelengkapan catatan medik
pasien, pemeriksaan Lab dan penunjang lainnya termasuk surat persetujuan tindakan
hemodialisa untuk dibawa bersama pasien ke ruang hemodialisa
5. Setengah jam sebelum jadwal hemodialisa atau setelah ada panggilan perawat
hemodialisa pasien dibawa ke ruang hemodialisa dengan memakai tempat tidur yang
dipakai di ruangan atau kursi roda sesuai kondisi pasien
7. Perawat ruangan rawat inap menyerahkan pasien dan petugas ruang hemodialisa
mencatat dalam buku register ruang hemodialisa
11. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan perawat rawat inap ruangan.
2
12. Serah terima dilakukan di ruang hemodialisa , perawat hemodialisa menyerahkan pasien
beserta semua kelengkapannya dan perawat HD memberitahukan tindakan keperawatan
yang dilanjutkan dilanjutkan di ruang rawat inap atau jadwal HD selanjutnya apabila HD
memang dilanjutkan
A. Persiapan fisik
1. Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan hemodialisa yang Dilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik oleh dokter ruangan
dan atau dokter konsulan penanggung jawab HD menunjukkan kondisi dalam batas
toleransi untuk dilakukan tindakan HD.
3. Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter konsulan
ginjal dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat dilakukan hemodialisa
5. Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih
B. Persiapan mental
1. Pasien harus memahami maksud dan tujuan hemodialisa serta resiko yang harus dihadapi
dalam menjalani hemodialisa ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.
2. Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi tindakan
hemodialisa yang akan dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya
masing-masing.
PENJADWALAN HEMODIALISA
1 dari 1
3
Disahkan Oleh
Tanggal terbit
Plt. Direktur RSUD Kotabaru
PROSEDUR TETAP
Dr Liza Andriani Ginting
No 57
Kotabaru
Disahkan Oleh
Tanggal terbit
Plt. Direktur RSUD Kotabaru
PROSEDUR TETAP
1 dari 1
5
Disahkan Oleh
Tanggal terbit
Plt. Direktur RSUD Kotabaru
PROSEDUR TETAP
- Unit Hemodialisa
UNIT TERKAIT - Emergency.
- Ruang perawatan.
Disahkan Oleh
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap Plt. Direktur RSUD Kotabaru
PENGERTIAN :
Mendampingi visite Dokter di ruang rawat inap adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan Perawat untuk
mempersiapkan, membantu dan mendampingi pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter di ruang rawat
inap
TUJUAN :
1. Menyiapkan Pasien dan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan
2. Memperlancar proses pemeriksaan Pasien
KEBIJAKAN :
Perawat harus siap mendampingi Dokter setiap kali pemeriksaan dilakukan
PROSEDUR TETAP :
1. Perawat memberitahu Pasien bahwa Dokter akan melakukan pemeriksaan
2. Perawat mempersilahkan Pasien untuk duduk kursi periksa atau berbaring di tempat tidur periksa
3. Perawat membantu Dokter untuk mengatur posisi Pasien yang diperlukan untuk pemeriksaan
4. Perawat menyiapkan dan memberikan alat/dokumen yang diperlukan oleh Dokter selama pemeriksaan
5. Perawat mempersilahkan Pasien untuk duduk di kursi konsultasi setelah pemeriksaan selesai
6. Perawat membantu/mempersilahkan Pasien untuk kembali ke kamar Perawatan
7. Perawat membereskan alat/dokumen pemeriksaan yang sudah selesai dipakai
8. Perawat menerima status dan resep Pasien dari Dokter konsulan
9. Perawat menuliskan resep obat Dokter konsulan ke dalam lembar permintaan obat Pasien
10. Perawat menuliskan instruksi dan hasil pemeriksaan Dokter konsulan ke dalam buku laporan
UNIT TERKAIT :
1. SMF
2. Instalasi Rawat Inap dan Gawat Darurat
7
RSUD
No 57
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Kotabaru
Disahkan Oleh
Prosedur
Tetap
Dr Liza Andriani Ginting
Prosedur
Setiap bulan :
Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan
Endotoxin.
Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri,
endotoxin, elektrolit.
Pembersihan tanki produk dengan ( larutan
bayclin 1 : 100 ) .
Setiap 6 bulan :
Pemeriksaan air RO : sesuai parameter
standard AAMI.
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
URAIAN UMUM Menyiapkan mesin dan peralatan yang akan digunakan saat
dialysis sehingga pasien akan menerima tindakan dialysis
yang aman dan efektif sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
Prosedur
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
URAIAN Adalah tindakan awal yang dilakukan mulai dari persiapan sampai
UMUM saat proses hemodialisis mulai berlangsung
Prosedur
A. Prosedur
1. Pengkajian
Cek kembali program medic seperti surat
permintaan untuk tindakan HD
Pastikan surat persetujuan tindakan sudah ada
Kaji Hasil pemeriksaan lab yang ada seperti
kreatinin,ureum, DPL, Elektrolit, Anti Hbs-Ag,HCV,
HIV, AGD, MP3,PTT
Kaji Kondisi pasien secara umum kesadaran dan
keluhan
Kaji TTV, status cairan, ( BB, Auskultasi paru,
edema , turgor, membrane mukosa, intake output)
Nilai Akses Vaskuler yang akan digunakan
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman bd prosedur
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit:
lebih/kurang
Kecemasan berhubungan dengan tindakan yang akan
dilaksanakan
3. Perencanaan
Persiapan Alat
Mesin HD sudah siap pakai dalam posisi
dialyzer prime
Sirkuit darah sudah dipriming dan sudah
ditempatkan pada mesin HD
Alat penunjang lain seperti suction dan
oksigen
Peralatan sesuai akses vaskuler yang
tersedia :
o AV fistula/abocath
o Infuse set
o Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
o Heparin inj
o Xylocain (anestesi local)
o NaCl 0,90 %
o Kain kasa/ Gaas steril
o Duk steril
o Sarung tangan steril
o Bak kecil steril
o Mangkuk kecil steril
o Klem
o Plester / hepafik
o Desinfektan (alcohol + bethadine
o Karet plastic
o Gelas ukur
Persiapan Pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
14
4. Pelaksanaan
a. Insersi / punksi fistula / cimino
Membawa peralatan kedekat pasien
Letakan pengalas karet/plastic pada daerah
yang akan dilakukan insersi
Pakai masker dan maskort/apron, cuci
tangan,pakai sarung tangan
Desinfeksi daerah fistula/cimino dengan
bethadine sol dimulai dari titik tempat
insersi/punksi kearah luar dengan radius 3-5
cm biarkan selama 3 menit lalu bersihkan
dengan alcohol.
Letakan duk steril secara melebar sebagai
pengalas dan penutup
Lakukan insersi/punksi outlet (pilih vena
yang besar untukmemasukan darah kembali
ke tubuh pasien )usahakan lengan yang sama
dengan cimino, fiksasi dan tutup engan kain
kasa ( Bila ada permintaan darah ambil untuk
lab ) lalu bolus dengan heparin yang telah
diaplus dengan NaCl 0,9 % 5 cc
Lakukan insersi/punksi inlet ( minimal 3 cm
dari anastomosis) fiksasi dan tutup dengan
kasa, bila inlet dan outlet satu aliran minimal
berjarak 5 cm, bagi pasien yang tidak tahan
sakit dapat anastesi sebelun di insersi, seperti
topical,spray, krim, salep.
b. Insersi vena femoralis
Bawa pralatan kedekat pasien
Letakan pengalas karet/plastic pada daerah
outlet atur posisi femoral yang akan di punksi
jika perlu femoral diganjal dengan
bantalkecil, tentukan area yang akan di
insersi
Pakai maskort, masker, cuci tangan kemudian
pakai sarung tangan
Disinfeksi daerah vena( outlet) dan lipatan
femoral (inlet) caranya sama insersi fistula
/cimino
Letakan duk steril sebagai pengalas dan
penutup pada daerah inlet dan oulet
Lakukan insersi outlet dan fiksasi tutup
dengan kasa, berikan heparin dosis awal yang
telah diaplus dengan NaCl 5 cc
Berikan anestesi lokal pada insersi femoral
Lakukan punksi femoral secara percutanneus
sambil di aspirasi( usahakan dapat vena )
fiksasi dan tutupdengan kassa
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
B. Prosedur
5. Pasien
Observasi TTV ( TD, Nadi, RR,Suhu) setiap
18
6. Mesin
Sambungan AV fistula denga blood line dan
sambungan blood line denga dialiser
Sambungan tekanan arteri dan vena dengan
mesin
Jenis Konsentrasi yang digunakan
Selama HD berlangsung semua klem terbuka,
kecuali klem infuse harus tertutup
Buble trap terisi bagian jangan sampai
kosong.
Jangan ada udara sepanjang sirkulasi darah dan
dialiser
Observasi Qb cocokan dengan efektifitas blood
flow
Observasi tekanan vena dan arteri ( apakah ada
hambatan )
Observasi TMP
Observasi UFR
Observasi time
Observasi temperature mesin
Standar konsentrat
Pemakaian bikarbonat
Dokementasikan dalam lembar observasi
19
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
Prosedur
C. Mengakhiri HD
7. Persiapan Alat
o Piala ginjal
o Sarung tangan tidak steril
o Kain kassa
o Konektor steril
o Verban gulung
o Betadine sol
o Nebacitin powder
20
o Wadah specimen
o Obat obatan jika ada
o Gunting
o Plester
o Bantal pasir
o Elastic verban
o Tensimeter
o Termometer
o Stetoskop
o Kom berisi Na Cl dan spuit 10 cc
( pada double lumen )
o Heparin injn spuit 3 cc d ( pada double
lumen )
o Sarung tangan steril ( pada double
lumen )
o Ember
o Tempat sampah medis
8. Pelaksanaan
5 menit sebelum dialysis diakhiri, turunkan Qb
menjadi 100 ml/mnt, UFR di kembalikan
Beritahukan pada pasien bahwa HD akan
berakhir, pengunjung/ penunggu pasien
dipersilakan keluar.
Mencuci tangan
Memakai apron, masker
Mengukur TTV
Mengkaji keluhan pasien
Matikan pompa darah, klem kanula inlet
sebelum mencabutnya,selanjutnya lepas kanula
dari selang inletdan sambungkan dengan infuse
NaCl 0,9 % dengan menggunakan konektor
Jalankan pompa 100 ml/mnt dengan
memberikan sedikit tekanan pada AVBL
Bila darah sudah masuk semua pompa darah
dimatikan dan klem ujung kanula outlet
Mencabut kanula outlet,selanjutnya beka
tusukan ditekan dengan menggunakan kain
kasa beberapa menit
Untuk akses vaskuler denga femoral setelah
perdarahan berhenti, luka ditutup dengan band
aid atau kasa yang diberi betadin ditekan
dengan bantal pasir 15 menit setelah itu di beri
plester.hepafix
Pada akses vaskuler double lumen kateter si
spol denga NaCl masing masing 30 cc dan
setelah dispoel diberi heparin 15000 unit,
selanjutnya kateter ditutup dengan kain kasa
dan dibalut dengan verban kemudian diplester
Bila perdarahan sudah berbenti,luka ditutup
dengan kasa yang diberi betadin, lokasi
penusukan dibalut dengan verban secukupnya
Semua perlengkapan HD dari mesin HD
dilepas dan dimasukan dalam ember
21
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
Prosedur
9. Persiapan Alat
o Dializer
o Selang untuk menyambung
o Tutup dialyzer
o Sarung tangan
o Masker
o Apron Gunting
o Klem
o Gelas Ukur
o Label nama
o Latutan formaln 2 8 %
o H2 O2 4 %
o Pompa formalin
o Air RO
o Spuit 50 cc
23
o Tempat sampah
o Kain lap
10. Pelaksanaan
a. Pembilasan sederhana
Darah dalam kompartemen darah dialyzer di
dorong dengan NaCl
Dializer di isi NaCl dibiarkan selama 5 menit
Tempat dialyzer dengan Bi Kebawah
Air RO disambungkan ke kompartemen darah
bilas beberapa menit dengan tekanan 1,7 atm
dengan kcepatan 3-4 l/mnt
Bilas kompartemen dialisat dengan air Ro
dengan kecepatan dan tekanan yang sama
Setelah bersih kedua kompartemen diisi
formalin 2-8 %, tutup dialyzer dengan rapat
dan kencang
b. Pembilasan kompleks
Darah didorong dengan NaCl
Dializer diisi dengan NaCl
Tempatkan dialyzer dengan Bi ke bawah
Cairan dialisat disambung dengan
kompartemen darah, bilas selama 5 menit
dengan kecepatan 500 ml/mnt sambil udara
dikeluarkan
Air Ro dusambungkan dengan kompartemen
dialisat bilas selama 5 menit kecepatan 500
ml/menit, tekanan 5 psi dengan mengklem
slang air, dialisat kembali dialirkan ke
kompartemen darah
Setelah itu kedua slang dialisat di klem,
kemudian lepaskan klem slang dialisat
sehingga tekanan dikompartemen dialisat
meningkat sampai 25 PSI, stop aliran ke
kompartemen darah dengan cara mengklem
Setelah 5 menit tekanan kompartemen darah
dilepas dilepas bilas kompartemen darah
dengan dialisat
Setelah itu kompartemen darah dibilas dengan
cairan dialisat dan kompartemen dialsat dengan
RO
Kedua kompartemen diisidengan formali 2 8
%
Tutup dializer dengan rapat dan kencang
Cuci tangan
Dokumentasi
c. Pembersihan
Proses ini dilakukan apabila dalam dialiser
masih terdapat bekuan darah.
Masukan H2O2 4% dengan spuit 25 cc
atau 50 cc kedalam kedua kompartemen
dializer
Biarkan selama 3 5 menit kemudian
bilas dengan air RO
Apabila belum bersih ulangi lagi
dengan memasukan H2O2 dan bilas
24
d. Sterilisasi
Setelah dialiszer dibersihkan segera di
sterilkan, pada tahap ini digunakan
formalin 2 8 %, formalin di isi di
kedua kompartemen tidak boleh ada
udara, kemudian ditutup dengan rapat
dan kencang
Beri label nama, kode, tangal reuse,
catat dibuku reuse
e. Cara mengukur priming volume dializer
Klem sisa blood line pada ujung inlet
dan outlet
Pegang dialiser dengan posisi vertical
diatas gelas ukur
Lepaskan sisa blood line dari dialiser,
air/formalin akan keluar dengan
gravitasi kedalam gelas ukur
Setelah formalin abis, dorong
kompartemen darah dengan udara
menggunakan spuit 50 cc
Hitung air yang ada di gelas ukur
Bila air kurang dari 80 % volume
priming dialiser baru, maka dialiser
tidak bisa digunakan lagi
f. Penyimpanan
Formalin dalam dialiser minimal berada
di dalam dialiser 24 jam agar betul
betul steril
Simpan dialiser dalam lemari tetutup
Tidak boleh kena sinar matahari
Letakan dialiser dengan posisi
kompartemen dialisat kearah atas.
Cuci Tangan
25
RSUD
No 57
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
Prosedur 3. Penatalaksanaan
.
26
RSUD
No 57
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Kotabaru
03 04 03
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
Prosedur 4. Penatalaksanaan
.
28
RSUD
No 57
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
Prosedur 5. Penatalaksanaan
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Tetap
Dr Liza Andriani Ginting
Prosedur
6. Prosedur
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
28. Spuit 1 cc
29. Klem 2 buah
30. Heparin : 2000 unit
31. Kapas Alkohol
32. Na cl 0,9 % 1 kolf
33. Ember pakai tutup
8. Prosedur
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
10. Prosedur
35
B. Cara Kerja
1. Buka kran air.
2. Hubungkan steker dari mesin ke stop kontak
3. Tekan Main Switch pada bagian belakang mesin
4. Tekan tombol ON/OFF pada panel mesin selama 5 detik untuk menyalakan
mesin.
5. Tekan dan tahan tombol Rinse/Drain selama 5 detik, time akan menunjuk angka
0:10, biarkan hingga rinse/drain selesai.
6. Setelah rinse selesai (tombol Rinse/Drain akan berkedip), tekan tombol
Rinse/Drain sekali untuk melakukan test fungsi.
7. Mesin akan melakukan Test Fungsi (Fch), biarkan hingga selesai.
8. Test fungsi selesai ditandai dengan menyalanya tombol Temp dan Cond.
9. a. Pindahkan suction tube Merah ke Acid dan suction tube Biru ke Bicarbonat,
jika menggunakan bicarbonat
b. Pindahkan suction tube Biru ke Acetat, jika hanya menggunakan Acetat (tube
suction Merah tetap pada tempatnya).
10. Mesin siap digunakan setelah Fluid Path menyala hijau (Temp dan Cond tercapai)
11. Lakukan Priming :
Pasang AVBL set dan dialiser pada mesin.
Sambung Dialiser Tube dengan Dialiser secara berlawanan Dialiser tube
Merah ke Biru dialiser dan sebaliknya.
Hubungkan infus set dengan NaCl 0,9% lalu sambungkan dengan infusion
tube pada AVBL set.
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan blood pump sampai dengan 100 ml/min hingga bagian
ekstrakorporeal terisi baik.
Setelah Vena Drip chamber terisi aktifkan detektor udara dengan menekan
tombol Air Detektor.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL dan hubungkan dengan
konektor untuk melakukan sirkulasi
Buka kedua klem AVBL, hidupkan blood pump, kecepatan akan sama dengan
sebelumnya ( 100 ml/min) tampak pada layar.
Masukkan heparin dosis awal 1500 U (atau sesuai kebutuhan).
Periksa kembali dialiser, bila ada gelembung udara keluarkan dengan cara
menjepit intermitet dengan tajam menggunakan tangan.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL, dan infus set.
Mesin Siap untuk tindakan hemodialisis.
12. Persiapkan Pasien.
37
III.Memulai HD
Lakukan pungsi pada pasien
Sterilkan ujung ABL kemudian hubungkan dengan AVF inlet
Buka kedua klem AVBL.
Tempatkan ujung VBL pada penampungan (maatkan).
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan aliran darah sampai 100 ml/min, biarkan hingga mencapai optical
detector. Setelah mencapai optikal detektor, blood path akan menyala. (bila ada alarm
hilangkan dengan menekan tombol yang menyala).
Sisakan NaCl 0,9% sesuai kebutuhan pasien dengan mematikan blood pump dan
kemudian klem ujung VBL.
Sterilkan ujung VBL kemudian hubungkan dengan AVF outlet.
Hidupkan blood pump (kecepatan akan sama dengan sebelumnya 100 ml/min),
kemudian atur kecepatan sesuai dengan keadaan pasien.
Program :
Time : secara otomatis akan menampilkan program pelaksanaan HD selama 4
jam (04:00).
Jika ingin melakukan perubahan waktu tekan tombol Time, kemudian
tekan Select () hingga Set Time berkedip, atur waktu yang
diinginkan dengan memutar tombol Set.
UF Rate : akan dikalkulasi secara otomatis oleh mesin sesuai dengan UF Volume
dan Waktu Dialisis untuk menampilkan penarikan per jam.
Untuk menjalan program UF tekan tombol START UF STOP.
Jika tidak ada penarikan tombol UF akan berkedip.
Jika UF dihentikan sebelum UF Target tercapai maka setiap 10 menit akan
terdengar bunyi alarm, tekan tombol alarm () untuk mematikan alarm.
V. Mengakhiri HD
Turunkan kecepatan Blood pump dengan memutar tombol kecepatan blood pump
sampai 100 ml/min, kemudian matikan blood pump dengan menekan tombol blood
pump.
Lepaskan AVF Inlet dari pasien, hidupkan blood pump, hingga darah berada di ujung
ABL lalu matikan Blood pump dan klem ABL.
Lepaskan AVF dari ABL
Hubungkan ABL dengan infus set dengan menggunakan konektor, buka klem ABL
dan klem Infus.
Hidupkan blood pump (blood pump akan berputar sesuai pengaturan kecepatan
terakhir) 100 ml/min.
Darah akan kembali ketubuh pasien dengan NaCl 0,9% sebagai pendorong dan
pembilas.
Setelah cairan NaCl 0,9% mencapai dialiser dan bubble trap vena, lepaskan infus set
dari konektor.
Biarkan udara mendorong NaCl 0,9% dan sisa darah sampai melewati bubble trap
vena (perhatikan dengan seksama), kemudian matikan blood pump.
Setelah NaCl 0,9% mencapai ujung VBL segera klem VBL dan AVF outlet.
Lepaskan AVF dari tubuh pasien.
Lepaskan semua disposiable yang telah digunakan dari mesin.
Kembalikan Suction Tube Merah dan biru ke tempatnya
Catatan :
Jika HD diakhiri sebelum waktunya, Blood Path akan tetap menyala (merah),
untuk mematikannya tekan tombol Time, lalu tekan Select () Set Time akan
berkedip, putar tombol Set hingga time menunjukkan angka 0:00.
Sediakan Citric Acid 50% (u/ setiap pergantian pasien dan HypoChl setiap hari sabtu
di akhir HD)
Tekan tombol Chem disinf (pada layar Hypochl akan berkedip, jika tidak tekan
tombol select () untuk memilih Hypochl).
Tekan sekali lagi tombol Chem disinf dan tahan selama 5 detik, hingga tombol
chem disinf menyala.
Tunggu hingga tombol attention alarm () menyala (Time menunjuk 0:48),
kemudian pindahkan suction tube biru (acetat) ke botol Citric Acid 50% atau botol
HypoChl.
Biarkan hingga terdengar alarm (tombol attention alarm ()menyala), kemudian
cabut suction tube biru dari botol Citric Acid atau botol Hypochl dan kembalikan ke
posisinya semula (pada mesin).
Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse berkedip yang
menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off 5 detik.
Matikan main switch pada bagian belakang mesin.
Heat Disinfiction
Catatan :
Waktu Chem disinf/Heat Disinf sudah termasuk rinse/drain sehingga rinse tidak
lagi dilakukan.
Tombol on/off dapat ditekan selama proses Chem disinf/Heat Disinf berlangsung
sehingga setelah proses chem disinf selesai mesin akan mati dengan sendirinya.
39
Bagian Luar mesin cukup dibersihkan dengan menggunakan air bersih atau
deterjen yang telah dilarutkan kemudian dilap dengan kain kering yang bersih.
RSUD
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
Disahkan Oleh
URAIAN UMUM Proses untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan,
mempersiapkan alat untuk proses pencucian
2. Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Buat larutan natrium hipoklorit 0,5 % dengan
menggunakan gelas ukur ( 100 ml klorin 5 % dalam 1
liter air )
3. Rendam alat kesehatan kedalam larutan natrium klorit
0,5 %, pastikan alt terendam seluruhnya, rendam
selama 10 menit ( jangan lebih karena dapat
menyebabkan alat korosif )
4. Setelah 10 menit angkat alat dari rendaman
5. Bilas dengan dengan air bersih hingga bersih dan
lanjutkan dengan pembersihan
6. Rendam alat dalam dalam ember atau wadah plastic
berisi air bersih apabila alat kesehatan tidak langsung
di cuci.
7. Buka sarung tangan, masukan dalam wadah sementara
menunggu dekontaminasi dan proses selanjutnya.
8. Cuci tangan
41
RSUD
No 57
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Kotabaru
Disahkan Oleh
2.Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Siapkan peralatan kesehatan yang akan dicuci,
pastikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan proses
42
dekontaminasi
3. Larutkan diterjen dengan air dalam wadah
4. Masukan peralatan yang akan dicuci dalam wadah
yang berisi larutan diterjen
5. Peralatan disabuni satu persatu sambil dibersihkan
dengan sikat sampai kotoran yang menempel pada
alat hilang
6. Bersihkan peralatan dari kotoran dan sisa busa
diterjen dengan cara membilas dengan air bersih atau
air mengalir, lakukan berulang ulang sampai kotoran
dan sisa busa diterjen hilang
7. Setelah peralatan bersih keringkan dengan lap kering
satu persatu masukan peralatan kedalam bengkok,
peralatan siap untuk dilakukan proses sterilisasi
8. Rapikan peralatan dan bahan
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan.
43
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri No. Dokumen No. Revisi Halaman
No 57
Kotabaru
Disahkan Oleh
Prosedur
1. Perawat cuci tangan dan atau menggunakan
sarung tangan steril
44
RSUD
No 57
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Kotabaru
Disahkan Oleh
Prosedur
Dr Liza Andriani Ginting
Tetap
NIP. 19670617 200212 2 001
TUJUAN
URAIAN UMUM Sterilisasi fisik uap panas bertekanan adalah suatu proses
untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan termasuk endospora bakteri dengan menggunakan
otoklaf.
Prosedur
Kebutuhan Penunjang
Lemari obat ( obat inventaris atau obat emergency ).
Lemari untuk ( set steril HD rutin, set steril ganti balutan atau set steril CVP untuk pemasangan
double lument ).
Lemari linen ( sprei, sarung bantal, selimut, dll ).
Lemari penyimpanan dializer (tertutup rapat tidak tembus matahari).
Lemari dapur.
Tempat linen kotor dan linen infeksi.
Tempat sampah medis dan non medis.
Tempat instrument bersih (piala ginjal, gelas ukur, urinal, pispot dll)
Tempat sampah blood lines dan dializer.
Tempat sampah untuk pasien.
Kebutuhan Pokok :
- Tempat tidur pasien - Tiang infus
- Trolley emergency - Trolley punksi/tindakan
- Trolley air / galon - Timbangan diri / duduk
- Brankar - Lampu tindakan
- Mesin cuci darah - k/p Stabilizer
- Dispenser air - Kulkas obat
- Kursi tunggu - Kursi perawat
- Kursi roda - Meja samping ( nakhas )
- Meja tindakan / overbed table - meja perawat/nurse station
- k/p alat sterilisasi.
Kebutuhan disposable :
- Dializer Pembungkus termometer
- AV Fistula Apron
- Blood lines Masker
- Konsentrat Sarung tangan steril
- Set Infus Sarung tangan non steril
- Set darah Plastik ukuran 1 Kg
- Perban / kassa steril Plastik sampah medis dan non medis
- Tensoplas / band aid Tissue untuk mulut
- Micropore kecil , sedang Tissue untuk lap tangan
- Tissue toilet Tissue alas makan
- Pemotong ampul waslap untuk mesin, tempat tidur
- Selang oksigen Selang suction
- Jelly E C G Kancing E C G
- Kertas E C G Test strip GDS (gula darah sewaktu)
- Spuit 1 cc swab alkohol
- Spuit 3 cc Transparan dressing
- Spuit 5 cc Under pad
- Spuit 10 cc Catheter suction
- Spuit 20 cc Test strip residual renalin(peroxide)
- Test strip residual formalin Test strip residual clorin&cloramines
- Test strip water Hardness Catheter double lument
Tomit
Avil
Neurobion
Deladryl
Tilcotil
Methycobalt
Heparin
Protamin
Lidocain injeksi / ointment
Tablet :
Analgetik
Antipiretik
Antidotum
Desinfectan :
- Alkohol 70 %
- Bethadine solution 10 %
- Sodium hypoclorit atau Virkon
- Citric Acid bubuk
- Formalin 4 % ( untuk reuse dializer )
- H2O2 3 %
- Renalin ( untuk reuse dializer )
- Larutan cuci tangan
- Larutan cuci piring
- Larutan untuk lantai
Kebutuhan tambahan :
Bantalan pasir ukuran 1 Kg / 2 Kg Gelas ukur plastik 2000 cc
Gelas ukur 100 cc ( untuk reuse ) Gunting perban
Klem besar Mangkok stainless bethadine)
Piala ginjal Mangkok stainless (NaCl)
Senter Stetoscope
Spatel Tensi meter dinding
Mayo tube Suction dinding
Defibrilator Oksigen dinding
Lampu X Ray Torniquet
Jam dinding White board
Tangga dua susun Urinoir & pispot
Rak urinal Tabung oksigen dorong kecil
Perlak / alas tangan
Alat tulis kantor :
Pulpen , pinsil , penggaris, penghapus pinsil
Spidol 70 , spidol 500, penghapus white board Perforator, streples, klip, isolasi
Kertas HVS ukuran A4 dll , map untuk status pasien
Buku registrasi , buku laporan, buku inventaris, buku Expedisi dll
Kebutuhan linen :
Sprei , sarung bantal
Selimut tebal, selimut tipis, waslap
Kebutuhan dan sarana penunjang disesuaikan dengan luas bangunan dan keadaan masing
masing sesuai kebutuhan ataupun prosedur tetap yang berlaku
49
. Tujuan :
1.1 Meningkatkan kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik agar tetap aktif dan produktif.
1.2 Memperoleh laba usaha sesuai dengan tujuan misi dan visi , minimal demi kelangsungan
penyelenggara dialysis.
1.3 Usaha sosial dalam rangka meringankan beban penderita Gagal Ginjal Kronik.
2. Pengertian :
Unit dialysis didirikan terutama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup penderita
Gagal Ginjal Kronik agar dapat aktif dan produktif ( dan tidak sekedar memperpanjang hidup ).
3. Persyaratan :
3.7 Rujukan :
Untuk klinik harus mempunyai rujukan ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit yang
mempunyai ruang ICU .
3.8 Pasien :
Untuk klinik ;Tidak boleh melakukan dialysis pada pasien baru / pertama kali dinyatakan gagal
ginjal ( first treatment dialysis ) dan hanya menerima dialysis untuk pasien yang sudah dilakukan
secara rutin.
Haemoglobin ( Hb )
Ureum ..
Creatinin ..
HBsAg .
HCV ..
Kesadaran ..
Tekanan Darah ..
Berat Badan ..
Pernafasan .
Akses vaskuler
4 CATATAN
Kotabaru,,2009
Perawat Hemodialisa
UNIT HEMODIALISA
53
1. Pasien harus datang tepat waktu sesuai jadwal( Hari dan jam ) sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh perawat hemodialisa, Pagi jam 8.00 WIta, Siang Jam 13.00
Wita,
Kecuali ada gangguan tehnis maka jadwal bisa berubah dan petugas akan
memberitahu sebelumnya.
2. Permintaan tindakan hemodialisa diluar hari kerja dan jam dinas( Cito ) dapat
dilakukan atas permintaan dokter dan atau dalam keadaan darurat dan kritis, dengan
kesepakatan dari perawat HD yang dinas dan menyesuaikan dengan kondisi mesin
hemodialisa, serta jadual yang sudah ada
3. Pasien yang datang diluar jadwal yang telah disepakati karena alasan medis seperti
sesak, penurunanan kesadaran, dan kedaruratan lainnya masuk melalui UGD
4. Pasien yang datang segera melapor, dan akan dipanggil apabila mesin Hemodialisa
telah siap dan akan dilakukan insersi atau penusukan jarum AV fistula.
5. Saat penusukan jarum AV fistula, kepada keluarga atau penunggu pasien harap tunggu
diluar kecuali di izinkan oleh petugas untuk mendampingi
6. Apabila Hemodialisa sudah di mulai dan berjalan lancar maka keluarga atau
penunggu pasien baru bisa diizinkan mendampingi pasien.
7. Keluarga pasien, penunggu atau yang besuk hanya 2 orang, kalau lebih mohon
masuk secara bergiliran.
10. Sepatu dan sandal harap dilepas sebelum masuk ruang hemodialisa
11. Saat Hemodialisa akan berakhir ( 5 menit sebelum berakhir ) kepada keluarga atau
penunggu diharap tunggu diluar dan akan dipersilakan masuk setelah dipanggil
petugas.
12. Semua perlengkapan administrasi seperti SKTM, KTP, Kartu keluarga, Rujukan
mohon dipersiapkan dan selalu dibawa setiap hemodialisa.
13. Setiap pasien dan keluarga serta pembesuk wajib mentaati tata tertib ini demi
kenyamanan dan kelancaran hemodialisa.
REKOMENDASI UMUM
2. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan penusukan atau
penarikan jarum pada tiap pasien.
3. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap membersihkan luka atau bagian
mukosa tiap pasien.
4. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap memegang semua peralatan
pasien dari tiap pasien.
5. Setiap staf yang melakukan penusukan dengan jarum, penarikan jarum dan
aktifitas yang berkaitan dengan darah, harus memakai masker pelindung mulut,
kaca mata pelindung dan memakai plastic pelindung baju.
6. Setelah selesai melakukan penusukan, penarikan jarum, pembersihan luka atau
bagian mukosa atau setelah selesai memegang peralatan pasien, sarung tangan
dilepas dan dibuang ke tempat khusus.
REKOMENDASI KHUSUS
1. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg, anti HCV
dan HIV positif, segera diambil tindakan pencegahan sesuai dengan prosedur
baku.
2. Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan anti HCV
setiap 6 bulan.
3. Imunisasi dengan vaksin hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf di ruang
Hemodialisa.
4. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif, tidak melayani pasien dengnan
HBsAg negative pada hari yang sama.
5. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf ruang HD,
bila di ruang HD ada pasien terinfeksi HIV.
RUJUKAN :
VHB relative stabil dan tetap infeksius selama 7 hari pada suhu kamar di permukaan
yang terkontaminasi. Kemungkinan transmisi diantara staf dan antar pasien (infeksi
nosokomial) risikonya sangat besar.
Transmisi hepatitis C dapat terjadi melalui tusukan jarum bekas pasien pengidap infeksi
VHC ( frekuensi antara 2,7 % - 10 % ). Risiko penularan lebih tinggi pada tusukan yang
dalam.
55
Kontaminasi melalui tangan staf unit HD sangat berperan dalam penyebaran infeksi
pada pasien-pasien di ruang HD.
Dalam studi multisenter di Belgia telah dibuktikan bahwa dengan melakukan universal
precautions yang ketat dapat mengurangi angka konversi menjadi seropositif pada
pasien HD.
Mitsui dkk melaporkan bahwa tusukan jarum bekas pasien dapat menularkan virus
pada staf HD.
CDC menganjurkan untuk melakukan universal precautions yang ketat untuk mencegah
transmisi bloodborne viruses di unit dialysis.
sumber :
REKOMENDASI UMUM
56
1. Pasien baru atau pasien pindah ke / dating dari pusat HD lain harus dilakukan pemeriksaan
HBsAg, anti HCV dan anti HIV.
2. Pasien dengan HbsAg dan anti HCV negative, pemeriksaan diulang kembali setiap 6 bulan.
3. Pemeriksaan HIV pada pasien HD lama hanya dilakukan bila ada kecurigaan menderita
penyakit HIV.
REKOMENDASI KHUSUS
Rujukan :
Transmisi hepatitis B pada pasien HD tinggi bila banyak pasien yang HBsAg positif atau kurang
dari 50 % jumlah pasien HD tidak dilakukan imunisasi hepatitis B. Pasien HD yang
mendapatkan imunisasi hepatitis B akan mendapatkan proteksi lebih dari 70 % disbanding yang
tidak mendapat imunisasi.
Pada infeksi akut hepatitis B. HBsAg akan terdeteksi pada minggu 1 10 . Seetelah pemulihan,
HBsAg akan tidak terdeteksi dalam 4 6 bulan. Bila tetap ada setelah 6 bulan, pasoien dianggap
mengidap hepatitis B kronik.
Penyebaran VHB di ruang HD akan berkurang bila dilakukan isolasi ruangan tempat HD ( pasien
dan mesin ) serta dilakukan standar pencegahan universal precaution yang ketat.
VHB akan tetap ada pada permukaan benda yang terpercik darah dalam jumlah 10 10 virion
infeksius ml. walaupun bercak darahnya sudah tidak terlihat. VHB tersebut relative stabil dan
tetap infeksius selama 7 hari pada suhu kamar di permukaan . oleh karena isolasi mutlak
dilakukan dan dianjurkan tidak menggunakan dializer proses ulang pada pasien infeksi dengan
VHB.
Pengobatan pasien VHB positif dengan pemberian analog nucleoside (Lamivudine) pada pasien
HD dapat memberikan hasil yang memuaskan. Replikasi virus dapat ditekan dan kadar SGPT
mennjadi normal pada 80 % pasien.
Penyaringan terhadap VHC pada pasien yang akan masuk atau sedang menjalani program HD
dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Penyaringan biokimia, dengan memeriksa SGPT
- Penyaringan serologi, dengan memeriksa anti HCV dengan ELISA
- Penyaringan virology dengan pemeriksaan PCR ( HCV RNA ).
57
Sammy Saab dkk melaporkan penelitian mereka secara kohort pada 5000 pasien HD dengan
pemantauan selama 5 tahun berkesimpulan bahwa penyaringan serologi merupakan pendekatan
yang terbaik dengan biaya lebih murah dan lebih efektif disbanding dengan penyaringan
bviokimia. Penyaringan biokimia dilakukan dengan pemeriksaan SGPT setiap bulan, bila SGPT
normal. Dengan penyaringan serologi, pemeriksaan anti HCV ELISA dilakukan setiap 6 bulan
bagi mereka yang negative.
Pasien anti HCV positif, untuk menyingkirkan kemungkinan positif palsu, dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan strip immunoblot assay (SIA).
Hasil positif palsu pemeriksaan tes HIV lebih sering terjadi pada pasien dalam HD ( 4 % 8,8 %
). Konfirmasi dengan tes Western blot perlu dilakukan bila tes HIV dengan ELA positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Froio dkk, pada 3 unit dialysis untuk mendeteksi peran
lingkungan dan mesin HD dalam transmisi hepatitis B dan hepatitis C, mendapatkan 1 dari 64
sampel positif HBsAg diperoleh pada mesin yang dikhususkan untuk pasien HBsAg positif dan 1
dari 64 sampel yang positif HCV RNA diperoleh pada bagian luar konektor cairan dialisat dari
mesin yang dipakai oleh pasien dengan anti HCV negative. Hal ini menunjukan bahwa hanya
factor di luar mesin sebagai perantara transmisi kuman hepatitis C bukan oleh karena mesin yang
dipakai oleh pasien anti HCV positif. Mereka menyimpulkan bahwa tidak ada alas an bagi
pengidap hepatitis C harus memakai mesin yang khusus.
Universal precaution yang ketat dapat mencegah transmisi hepatitis C di unit dialysis yang tidak
memakai mesin yang dikhususkan dan tidak ada isolasi khusus untuk pasien dengan anti HCV
positif. Hal ini terbukti dari hasil penelitian multisenter di Belgia dengan pemantauan 54 bulan
meliputi 963 pasien dari 15 unit HD.
Laporan dari Belgia, Portuguese Society of Nephrology dan Afrika Selatan menunjukan
pemakaian dializer proses ulang pada pasien dengan anti HCV positif tidak menjadi sumber
transmisi hepatitis C bila perlakuan proses ulang dilakukan pada ruang yang terpisah antara anti
HCV positif dengan anti HCV negative.
Angka kematian lebih tinggi pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hepatitis C
dibandingkan dengan yang tidak dengan hepatitis C. disarankan untuk memberikan pengobatan
pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hepatitis C.
Sumber :
Konsensus PERNEFRI 2006
PERNEFRI. 2006. Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, dan
HIV pada Unit Hemodialisis di Indonesia. Jakarta. Indonesia.
58
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr Liza Andriani Ginting
2. Setiap bulan :
Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan Endotoxin.
Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri, endotoxin, elektrolit.
Pembersihan tanki produk dengan ( larutan bayclin 1 : 100 ) .
3. Setiap 6 bulan :
Pemeriksaan air RO : sesuai parameter standard AAMI.
Disahkan Oleh
2. Langkah-langkah
2.1. TAHAP PRE INTERAKSI
Unit terkait
Prosedur
Tetap Dr Liza Andriani Ginting
Pengertian Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit kedua
tangan dan mereduksi sejumlah mikroorganisme pasien.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Menjaga kebersihan perorangan.
3. Mereduksi flora transien maupun residen.
Kebijakan 1. Mencuci tangan dilakukan oleh semua tenaga medis, non medis
sebagai tindakan pencegahan utama terjadinya penularan
infeksi
2. Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir , menggunakan
larutan antiseptik dengan menggunakan 7 langkah efektif
mencuci tangan.
Indikasi 1. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan setelah
Mencuci
Tangan 1.1. Melaksanakan tugas
1.2. Memeriksa dan kontak langsung dengan pasien
1.3. Melakukan tindakan keperawatan
1.4. Memakai sarung tangan
2. Situasi yang membuat tangan menjadi terkontaminasi :
2. Langkah kerja
2.1. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
2.2. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
2.3. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir. Tangan mulai ujung jari sampai siku dibasahi
dengan air mengalir.
2.4. Letakkan antiseptik / sabun di telapak tangan dan gosok
kedua telapak tangan dan melakukan 7 langkah cuci
tangan
2.5. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian
2.6. Gosok sela-sela jari tangan
2.7. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
63
1.
Catatan
Unit Terkait
Logo
Mencuci Tangan Biasa
64
Disahkan Oleh
DI UNIT HEMODIALISA
65
No 57
Kotabaru
Disahkan Oleh
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap Plt. Direktur RSUD Kotabaru
PENGERTIAN :
Menyiapkan pasien pulang di unit hemodialisa adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan Perawat untuk
menyiapkan dan membantu proses kepulangan Pasien yang dinyatakan boleh pulang oleh Dokter
TUJUAN :
1. Membantu dan menyiapkan proses kepulangan Pasien dengan sebaik-baiknya
2. Memberikan kenyamanan pada Pasien
3. Menjaga keselamatan Pasien
KEBIJAKAN :
1. Kepulangan Pasien harus dibantu dan disiapkan oleh Perawat
2. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga sebelum Pasien
pulang
PROSEDUR TETAP :
1. Perawat menerima instruksi bahwa Pasien sudah boleh pulang dari Dokter Penanggung Jawab
hemodialisa atau dinyatakan hemodialisa reguler atau terjadwal rutin
2. Perawat memberi penjelasan kepada Pasien dan keluarga bahwa Pasien sudah boleh pulang.
3. Perawat memberi penjelasan bahwa perhitungan biaya akan segera diproses, segera setelah
perhitungan biaya selesai pasien atau keluarga akan diberitahu di kamar perawatan.
4. Perawat menghitungkan rincian tindakan dan obat-obatan
5. Perawat menyiapkan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang akan dibawa Pasien pulang
6. Perawat menerima informasi bahwa perhitungan biaya sudah selesai dari kassa/bagian keuangan
7. Perawat memberitahu Pasien/keluarga bahwa perhitungan biaya sudah selesai. Perawat
menganjurkan Pasien/keluarga untuk menyelesaikan biaya perawatan di kasir, untuk kemudian
kembali ke ruang perawat untuk mengambil obat-obatan yang akan dibawa pulang
8. Perawat menerima copy kwitansi kuning dari Pasien atau keluarga
9. Perawat memberikan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang boleh dibawa pulang
10. Perawat memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat, jadwal kontrol, dan pendidikan kesehatan
tentang tata cara perawatan pasien post operasi di rumah.
11. Perawat menganjurkan Pasien untuk menelepon atau datang ke Unit hemodialisa bila sewaktu-waktu
Pasien merasakan keluhan sesak napas, sakit kepaa , pusing berlebihan, atau tanda-tanda lain yang
sangat mengganggu Pasien
12. Perawat memberikan kesempatan pada Pasien untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
13. Perawat atau petugas mengantarkan Pasien pulang sampai pintu gerbang
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Inap dan Gawat Darurat
2. Unit penunjang lain
66
67