Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di Susun Oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN
2014 - 2015
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. ( Smeltzer & Suzanne C, 2002 :
572 )
Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering
bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik
dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronkhopneumoni
adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah
bronkus dan sekitar alveoli.
2. ETIOLOGI
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 ) Antara lain :
1. Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
3. PATOFISIOLOGI
Diare
Mucus bronkus Ketidakefektifan bersihan jalan
meningkat nafas
Resiko ketidak
seimbangan elektrolit
Bau mulut tidak sedap
Suplai O2 menurun
Hiperventilasi Hipoksia
Intoleransi aktivitas
4. GEJALA KLINIS
Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian
atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkhopneumonia mengalami
tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis (Barbara C. long, 1996 :435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra
M. Nettina, 2001 : 684).
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia
adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
a. Sistem Pernapasan
b. Sistem Cardiovaskuler
d. Sistem Perkemihan
e. Sistem Persyarafan
Adanya lesi pada pleura menyebabkan nyeri pada abdomen bagian atas yang terjadi
akibat adanya gesekan ketika bernapas
f. Sistem Muskuloskletal
g. Sistem Pencernaan
Produksi sekret yang berlebihan menyebabkan terjadinya mual dan tidak nafsu makan
sehingga asupan makanan kurang.
BAB II
A. PENGKAJIAN
a) Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan
tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia,
aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b) Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah
dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
iii. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Proses inflamasi
b) Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret
c) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi
d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
Kebutuhan oksigen
e) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme inefektif
f) Cemas berhubungan dengan dipsneu
g) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
f) Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi sekret
g) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : hipertemi berhubungan dengan proses
inflamasi
h) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa : Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Pasien
menunjukkkan Fungsi pernapasan normal
Kriteria Hasil :
Kemudahan bernafas
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Suara nafas jernih
Irama frekuensi pernafasan dalam rentan normal
Intervensi
a. Lakukan Auskultasi Suara 2 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
b. Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
c. Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran nafas dengan baik dan benar.
d. Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi sekret
dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.
e. Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.
f. Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
g. Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan oksigen
yang diberikan.
h. Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati. Hati
pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada dinding
saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.
i. Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien
bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan
penunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,
DanEvaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid ke 2. Media
Aesculapius.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ;
Jakarta.
Brunner & Suddrath. 2002. Keperawatan Medikel Bedah. EGC: jakarta.
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses
penyakit. EGC: Jakarta.
Sandra M Nettina.2001. Lippincott Manual Praktik Keperawatan. EGC: Jakarta.