Вы находитесь на странице: 1из 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak

hanya oleh perorangan, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh

masyarakat. Sehat diawali dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan

masyarakat. Sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada

bebas dari penyakit atau kelemahan saja.

Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh

inflamasi kronik unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan

komedo, papula, pustule, nodul dan pada beberapa kasus disertai jaringan

parut, dengan predileksi diwajah, leher, lengan atas, dada dan punggung

( Sudoyo, Aru W , 2006 ).

Kligman melaporkan 15% remaja mempunyai akne klinis (akne

major) dan 85% akne fisiologi (akne minor), yaitu akne yang hanya terdiri

dari beberapa komedo (Soetjiningsih, 2004).

Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan

dewasa muda antara 30-60% dengan insiden tertinggi antara usia 14-17

tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16-19 tahun untuk anak

laki-laki (dikutip dari Prof. dr. Soetjiningsih, SpA(K), IBCLC, 2007).

Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas, tubuh mengalami


2

perubahan hormonal disertai peningkatan jumlah kelenjar minyak.

Peningkatan produksi minyak mengakibatkan muara kelenjar tersumbat

dan timbul bintil-bintil kasar pada kulit (komedo). Penyumbatan dapat

pula akibat sisa kulit mati, sisa kosmetik atau kotoran pada kulit yang

disebabkan oleh peningkatan hormon. Kedua hormon ini, androgen dan

estrogen merupakan dua hormon yang ada pada pria dan wanita.

Perbedaannya hanya dalam kadar atau jumlah yang dihasilkan. Hormon

androgen lebih banyak pada pria sedangkan hormon estrogen lebih banyak

pada wanita. Meskipun diduga kuat hormon androgen sebagai pencetus

jerawat, namun tidak selalu berarti bahwa banyak jerawat berarti hormon

androgen akan meningkat. Pada pria dengan kadar testosteron cukup

tinggi dalam waktu yang lama, kejadian timbulnya jerawat jarang dialami

(Biben, 2009).

Komponen konsep diri yang sering terganggu pada remaja dengan

munculnya jerawat yaitu gambaran diri (body image) dan harga diri

rendah, dimana pada masa remaja fokus individu terhadap fisik lebih

menonjol dari periode kehidupan lain. Remaja yang mengalami jerawat

merasa malu dan minder tampil dihadapan orang lain, merasa harga diri

rendah akibat berkurangnya keindahan wajah sehingga menyebabkan

stress pada diri mereka. Secara psikologis, akne vulgaris memberi dampak

stress, frustasi, malu, dan bahkan depresi pada penderitanya (Whitney P.

Bowie, 2011).
3

Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi

oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat

dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Widyastuti Palupi,

2003).

Jerawat sering kali dihubungkan dengan kondisi tubuh, baik pada

saat karena banyak masalah, atau dapat pula sebaliknya pada saat sedang

berbahagia. Seseorang dapat mengalami stress akibat timbulnya jerawat di

wajahnya, stress tersebut dapat berupa stress ringan, sedang sampai berat.

Sebanyak 80-100% terjadi dalam usia remaja 14-17 tahun pada

wanita, dan 16-19 tahun pada pria (Yuindartanto, 2009). Berdasarkan

penelitian Goodman (1999), jerawat dialami pada usia 16-17 tahun,

dimana wanita berkisar 83-85% dan pria berkisar 65-80%. Dari survey di

kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat. Sedangkan di

Indonesia, catatan terakhir dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik

Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita pada tahun 2006 dan 80%

pada tahun 2007. Dari kasus di tahun 2007, kebanyakan penderitanya

adalah remaja dan dewasa usia antara 11-30 tahun (Efendi Z, 2007).

Jerawat tidak terbatas pada usia remaja. 12% wanita dan 5% pria

pada usia 25 tahun memiliki problem jerawat. Setelah usia 45 tahun,

sejumlah 5% baik pria maupun wanita masih memiliki problem jerawat.

Jerawat terjadi pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi dalam

kenyataannya jerawat juga timbul pada golongan usia lainnya. Antara lain

pada bayi, anak, bahkan pada manula. Pertumbuhan jerawat biasanya


4

karena kurangnya kebersihan diri dalam merawat wajah, terutama setelah

wajah terkena kotoran dan debu.

Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan

untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (A.

Aziz alimul, 2006). Hal prinsipal terjadinya jerawat adalah personal

hygine/kebersihan diri yang kurang pada kulit wajah. Debu dan polusi bisa

menempel pada permukaan kulit wajah, serta kesibukan membuat lupa

membersihkan dengan segera kotoran yang menempel di kulit wajah.

Akibatnya akan timbul jerawat seketika, hal ini umum terjadi pada remeja

dan dewasa muda saat mekanisme hormon yang bergejolak, akan memicu

reaksi di kelenjar minyak dan pori-pori di kulit wajah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di

XXXXXXXXXXXXXX

Berdasarkan keadaan di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana

hubungan tingkat stress akibat akne vulgaris dan personal higiene dengan

kejadian akne vulgaris pada remaja dalam upaya mencegah terjadinya

akne vulgaris. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul HUBUNGAN STRESS DAN PERSONAL HYGIENE

DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA DI

XXXXXXXXXXX.
5

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan stress dan

personal hygiene dengan akne vulgaris pada remaja di XXXXXX ?

C. TUJUAN PUSTAKA

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan stress dan personal hygiene dengan

akne vulgaris pada remaja di XXX.

2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi gambaran stress yang dialami oleh remaja di

XXX

2) Mengidentifikasi gambaran kebiasaan personal hygine pada remaja

di XXX

3) Menganalisis hubungan stress dengan akne vulgaris pada remaja di

XXX.

4) Menganalisis hubungan personal hygiene dengan akne vulgaris

pada remaja di XXX.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis


maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian dapat sebagai salah satu bahan pemikiran untuk
dapat lebih memperkuat teori sebagai pengembangan pengetahuan
keilmuan dalam bidang keperawatan.
2. Secara Praktis
6

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara

lain:

1. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaflikasikan ilmu yang

diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang

hubungan stress dan personal hygiene dengan akne vulgaris pada

remaja.

2. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengetahuan keilmuan

dalam bidang keperawatan.

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan serta dapat

menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti

hal yang sama.

4. Bagi siswa / masyarakat

Diharapkan siswa dan siswi dapat mengerti tentang pentingnya

meningkatkan perilaku kebersihan diri dan menurunkan stress

untuk mencegah terjadinya jerawat.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau sebagai

tambahan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian diharapkan dapat

menjadi inspirasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam lingkup

penelitian yang sama.


7

Вам также может понравиться