Вы находитесь на странице: 1из 5

Kehidupan Sosial Sebagai Objektivitas

Untuk memahami konsep Kehidupan sosial sebagai objektivitas diperlukan penjelasan


yang bertahap, seperti penjelasan mengenai realitas objektif, realitas subjektif dan
hukum konstruktif dari Peter L. Berger.

A. Realitas Objektif
Kehidupan manusia yang sering di hadapai sehari-hari merupakan suatu fakta. Dengan
kata lain masyarakatlah yang mempengaruhi dan membentuk perilaku manusia melalui
suatu aturan, yang sebenarnya merupakan produknya sendiri. Dalam hal ini, kehidupan
manusia hanyalah sebagai objek atau sasaran dari aturan itu sendiri. Untuk
memudahkan dalam memahami relitas objektif diberikan contoh sebagai berikut,

Sarana belajar merupakan peranan yang penting terhadap kemajuan belajar seorang
siswa. Dengan adanya kelengkapan belajar tersebut dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang akan dicapai siswa.

Dalam contoh tersebut siswa merupakan objek dari sarana belajar yang diciptakan oleh
manusia sendiri. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh sarana belajar yang merupakan
factor eksternal di luar dirinya. Dalam sudut pandang kehidupan objektif tidak
mempertimbangkan motivasi dan kemampuan seseorang secara pribadi. Dapat
dikatakan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh sarana belajar, tanpa melihat minat,
motivasi dan upaya pribadinya.
Sifat dari realitas social objektif berlaku umum, seperti halnya hukum fakta social Emile
Durkheim yang juga memiliki sifat memaksa di luar individu. Realitas objektif juga dapat
dikatakan sebagai pengetahuan manusia yang bersifat masal (umum). Untuk contoh
yang kedua sebagai berikut,

Dengan rajin belajar maka prestasi siswa akan meningkat


Dari contoh diatas, kita dapat melihat realitas objektif (pengetahuan masal) adalah
diberlakukannya aturan rajin belajar, membuat siswa (objek aturan) dapat meningkat
prestasinya. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dengan diterapkannya aturan
rajin belajar akan mempengaruhi prestasinya. Namun, cara pandang tersebut juga
menimbulkan pertanyaan. Seperti apa sebenarnya perwujudan dari rajin belajar
tersebut. Realitas objektif memang tidak melihat karakter unik dari masing-masing
individu. Dapat dikatakan masyarakat sepakat bahwa rajin belajar merupakan langkah
konkret untuk meningkatkan prestasi siswa (objek). Namun pemahaman siswa terhadap
prestasi dan rajin belajar ketika dirinya menjadi subyek, akan sangat beragam
maknanya.

B. Realitas Subjektif
Kehidupan manusia yang sering di hadapai sehari-hari dapat dilihat dari sudut pandang
pelaku atau subjeknya. Kenyataannya justru banyak realitas yang tidak terjelaskan
ketika dilihat dari sisi objeknya saja. Supaya memiliki penjelasan yang lebih
komprehensif perlu dilihat dari kacamata pelaku atau subjeknya. Subjek dalam hal ini
bias individu maupun insitusinya. Untuk memahaminya diberikan contoh sebagai berikut,

Jenifer memiliki gagasan yang sedikit unik dari kebanyakan orang, dimana ia belajar
justru sambil mendengarkan music rock, selain itu intensitas belajar yang sedikit namun
rutin dinilainya ampuh untuk mencapai prestasi yang diinginkan, menurutnya prestasi
bukanlah nilai dan piala, akan tetapi kebermanfaatanya untuk orang lain.

Dalam contoh tersebut Jenifer sebagai subjek berusaha mengungkapkan gagasan-


gagasan baru terhadap cara-cara yang selama ini telah disepakati bersama oleh
sebagian besar orang. Jenifer melakukan hal yang dinilainya tidak seperti umumnya di
masyarakat. Jenifer sebagai subjek secara aktif mengkonstruksi apa yang telah di
pahami masyarakat tentang cara belajar dan pemahaman prestasi. Cara-cara beserta
tindakan Jenifer sebagai subjek tidak harus di terima di masyarakat. Kemungkinan
hanya Jenifer yang dapat melakukan hal tersebut. Namun disisi lain gagasan dan
pemikiran jenifer sebagai subjek juga dapat memberikan pengaruh kepada orang
lain. Pada akhirnya sebagai subjek dapat memberikan pengaruh atau bahkan
mengendalikan posisi objek.

C. Kehidupan social merupakan proses Objektifikasi


Apa yang dimaksud dengan Objektivikasi?
Objektivitas merupakan proses dimana gagasan-gagasan dari masing-masing individu
yang tereksternalisasi dengan cara di interaksikan kepada individu yang lain. Ketika
gagasan kita di sepakati dan menjadi gagasan umum dimasyarakat itulah realitas
subjektif berubah menjadi realitas objektif atau disebut objektifikasi.
Untuk memudahkan proses objektivikasi diberikan contoh sebagai berikut,

Alfredo merupakan ilmuan yang tinggal di desa nelayan. Selama proses penelitian, dia
mengugkapkan terjadinya penurunan populasi penyu di laut akibat penangkapan besar
oleh nelayan. Karena kedekatanya dengan para nelayan Alfredo sering sekali berkumpul
dan mengobrol denganya. Ketika saling berkumpul, ia mengungkapkan gagasannya
kedapa nelayan untuk tidak menangkap penyu. Hal tersebut langsung saja disepakati
oleh nelayan, karena seblumnya dari merekapun sudah sadar bahwa penangakapan
penyu berakibat terhadap kepunahannya. Akhirnya, seluruh nelayan secara bertahap
tidak lagi menangkap penyu, secara adatpun sepakat bahwa penangkapan penyu akan
mendapatkan sanksi. Aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama di sosialisasikan
kepada pemuda-pemuda di desa tersebut yang nantinya akan berprofesi sebagai
nelayan.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa kehidupan social merupakan proses


objektivikasi dimana individu sealalu memiliki gagasan untuk menciptkan suatu aturan
untuk mengatur kehidupannya. Bahkan si pencetus aturan pun pada akhirnya juga akan
dipengaruhi oleh aturan yang dibuatnya sendiri maupun secara kolektif. Menurut Peter
L.Berger bahwa kehidupan social kita merupakan proses dari eksternalisasi, objektivikasi
dan internalisasi. Ketiga elemen ini bergerak secara dialektis. Artinya Kehidupan social
merupakan proses dialektis (saling mempengaruhi) antara subjek dan objek.
SIKLUS KONSTRUKSI KETERANGAN
- Proses dimana individu memiliki suatu gagasan
yang kemudian diinterkasikan kepada orang lain
Eksternalisasi dalam bentuk saling mempengaruhi.
- Pengetahuan yang dimiliki individu yang kemudian
disampaikan kepada individu yang lainya
- Gagasan yang dimiliki dari berbabagi individu hingga
mencapai suatu kesepakatan dan menciptkan
pengetahuan baru yaitu pengetahuan masal
Objektivitas (kolektif).
- Merupakan proses terbentuknya norma secara
(kolektif)
- Proses pelembagaan (institusional)
- Proses sosialisasi pengetahuan bersama (kolektif),
dan gagasan yang telah disepakati sebelumnya
kedapa masyarakat supaya, individu di dalam
masyarakat semakin memahami, pengetahuan
Internalisasi kolektif tersebut.
- Norma dipahami, oleh setiap individu dan
mendarah daging dalam jiwa indivdu.
- Realitas objektif (masyarakat) bersemayam
dalam kesadaran subyektif (individu)

Peter L. Berger mengatakan bahwa realitas terbentuk secara sosial,


artinya sebagai sebuah institusi media akan langsung mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh society/ masyarakatnya. Media yang dipandang sebagai
sebuah institusi yang tidak pernah lepas dari pertarungan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi saling berlomba mencari otoritas untuk
mendefinisikan realitas, sehingga realitas menjadi dari kekuasaan.
Dengan kata lain media tidak pernah terlepas dari keseharian hidup
masyarakat, mereka selalu mengalami proses dialektis, yaitu
eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi. Pada proses eksternalisasi
manusia mengeluarkan gagasan ketika berinteraksi antara satu dengan
lainnya. Pada proses objektifikasi gagasan tersebut menjadi realitas
objektif, sedangkan pada proses internalisasi realitas objektif tersebut
tertanam kembali kepada manusia melalui sosialisasi yang dialami secara
kolektif manusia mentransformasikan struktur yang objektif tersebut
kedalam struktur kesadaran subjektif.
MAKALAH SOSIOLOGI
GURU PEMBIMBING : ALFIN MA'ARIF, S.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. DESTI MUDAINI
2. ELI OKTAVIA
3. HELDA RIANTI
4. RISA UTAMI
5. WINDA

MA PEMNU TALANG PADANG


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Вам также может понравиться