Вы находитесь на странице: 1из 2

http://www.nu.or.

id/post/59/bahtsul-masail
http://www.nu.or.id/

Bagaimana dengan Rambut Rontok saat


Junub, Haid, atau Hadats
Assalamu alaikum wr wb.
Selamat malam pak kiai, saya mau tanya tentang rambut yang rontok saat sedang haid,
apakah wajib ikut disucikan saat selesai atau tidak? Terima kasih. Wassalamu alaikum wr
wb. (Hamidah)

Jawaban
Assalamu alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah selalu menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua.
Kami tim redaksi NU Online mencoba menjawab pertanyaan saudari. Pertama yang perlu
diingat kembali adalah bahwa umat Islam diwajibkan bersuci dari hadats besar dan hadats
kecil sesuai dengan sebab-sebab yang ditentukan di kitab-kitab fikih.

Hadats besar mewajibkan seseorang untuk bersuci sebelum beribadah dengan mandi,
membasuh air secara merata ke seluruh bagian luar tubuh termasuk rambut, kuku, dan
lipatan-lipatan tubuh. Artinya air harus sampai mengena ke kulit dan bagian-bagian luar
tubuh tersebut tanpa satupun penghalang.

Sementara hadats kecil menuntut seseorang untuk membasuh bagian-bagian tubuh tertentu
dalam bersuci seperti wajah, tangan, sebagian kulit kepala, kaki atau berwudhu. Kesucian
ini dibutuhkan sebagai syarat keabsahan ibadah termasuk syarat kesucian bagi jenazah
sebelum disembahyangkan.

Hukum mandi menurut syari terbagi dua, wajib dan sunah. Sunah bilamana mandi itu
diniatkan untuk menghadiri sembahyang Jumat, istisqa, sembahyang gerhana, usai
memandikan jenazah, wukuf, thawaf, atau masuk kota Mekkah. Sementara mandi wajib
diperuntukkan bagi mereka yang dalam keadaan junub karena keluar mani, sebab jimak
atau lainnya, usai haid, atau nifas.

Baik mandi wajib atau sunah, seseorang harus niat mandi wajib atau mandi sunahnya di
awal basuhan. Persoalan niat ini sebuah kewajiban. Berikutnya meratakan tubuh dengan air.
Segala permukaan dan lipatan di tubuh mesti secara rata terbasuh air baik berbentuk bulu,
kuku, maupun kulit.

Adapun sejumlah bagian itu terlepas seperti rambut rontok, kuku yang terpotong, amputasi
beberapa bagian tubuh? Apakah bagian yang terlepas wajib dibasuh? Para ulama berbeda
pendapat. Imam Nawawi dalam kitab Raudlatut Thalibin mengatakan sebagai berikut.

Artinya, Andaikan seseorang membasuh seluruh badannya kecuali sehelai atau beberapa
helai rambut (bulu) kemudian ia mencabutnya, maka Imam Mawardi berpendapat, 'Jika air
dapat sampai ke akar helai itu, maka memadailah. Tetapi jika tidak, maka ia wajib
menyampaikan air ke dasar bulu itu.' Sedangkan fatwa Ibnu Shobagh menyebutkan, 'Wajib
membasuh bagian yang tampak saja.' Pendapat ini lebih sahih. Sementara kitab Albayan
menyebut dua pendapat. Pertama, wajib (membasuh bagian tubuh yang terlepas-pen).
Kedua, tidak wajib. Karena, telah luput bagian yang wajib dibasuh. Ini sama halnya dengan
orang yang berwudhu tetapi tidak membasuh kakinya, lalu diamputasi. (Lihat Imam
Nawawi, Raudlatut Thalibin wa Umdatul Muftiyin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H,
juz 1, halaman 125).

Adapun perataan air ini menjadi sebuah kewajiban. Karenanya sehelai rambut yang terlewat
dapat membatalkan basuhan. Hanya saja madzhab Hanafi mengatakan bahwa basuhan
tetap sah kendati sehelai rambut terlewat seperti disebutkan Imam Nawawi berikut ini
dalam Al-Majemuk berikut ini.
http://www.nu.or.id/post/59/bahtsul-masail
http://www.nu.or.id/

:(

Artinya, Kesembilan, andai seseorang meninggalkan sehelai rambut kepalanya yang belum
tersentuh air, maka tidak sah basuhannya. Sementara riwayat dari Imam Abu Hanifah
menyebutkan, basuhan semacam itu tetap sah, (Lihat Imam Nawawi, Al-Majemuk Syarhul
Muhadzdzab, Kairo, Darut Taufiqiyah, tanpa tahun, juz 2, halaman 194).

Dengan mengikuti pendapat satunya, seseorang yang junub tidak perlu khawatir untuk
menyisir rambut karena takut rontok, memotong kuku, atau membersihkan bulu lainnya. Ia
pun tidak perlu mengumpulkan rambut rontok dan potongan kukunya untuk dimandikan
wajib bersama.

Hanya saja kami menganjurkan agar seseorang menyisir atau memotong rambut, dan
menggunting kuku setelah mandi wajib. Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan.
Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik
dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu alaikum wr. wb.

(Alhafiz Kurniawan)

Вам также может понравиться