Вы находитесь на странице: 1из 8

A.

Topik
Uji Antagonisme Antar Bakteri

B. Tempat, Hari, dan Tanggal Praktikum


Tempat: Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Hari, tanggal: Jumat, 28 April 2017

C. Tujuan
Untuk mempelajari sifat antagonisme antara kapang dengan bakteri

D. Dasar Teori

Dalam suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam


organisme. Aktivitas metabolisme suatu organisme akan berpengaruh terhadap
lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam
lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor biotik
dan faktor biotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam mampu
hidup secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama
mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu
pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis (Kusnadi, 2003). Interaksi
antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan memberikan
pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif, saling merugikan dan
netral, tidak ada pengaruh yang berarti (Kusnadi, 2003). Beberapa macam hubungan
antar spesies bakteri di alam antara lain komensalisme, mutualisme serta antagonisme
atau amensalisme. Komensalisme merupakan suatu interaksi antara mikroorganisme
dengan organisme lain dimana satu jenis dapat diuntungkan namun jenis lain tidak
dirugikan. Sedangkan interaksi antar mikroorganisme yang dapat saling
menguntungkan disebut dengan simbiosis mutualisme dan hubungan mikroorganisme
yang dengan organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut dengan
antagonisme (Kusnadi, 2003).

Antagonisme dapat terjadi antara mikroba ada yang bersifat menguntungkan


dan mikroba yang bersifat patogen. Mikroba antagonis ini dapat berupa bakteri, jamur
atau cendawan, actinomycetes atau virus. Mikroba yang bermanfaat juga termasuk
mikroba antagonis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan aktif biopestisida
untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan
bahwa hubungan mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan
pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan hubungan
asosial. Biasanya spesies yang satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang dapat
meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lainnya terganggu.
Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret atau metabolit sekunder. Bentuk
lain dari interaksi antagonisme di alam dapat berupa kompetisi, parasitisme,
amensalisme dan predasai. Biasanya bentuk interaksi ini muncul karena ada beberapa
jenis mikroorganisme yang menempati ruang dan waktu yang sama, sehingga mereka
harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat tumbuh dan berkembangbiak. Akhirnya
dari interaksi semacam ini memberikan efek beberapa mikroorganisme tumbuh dengan
optimal sementara organisme yang lainnya tertekan pertumbuhannya.

Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat


menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh
mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk
proses pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi
dengan mikroba lain dalam mendap atkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain
(Baker dan Cook, 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai
antibakteri atau antifungi (Pelczar dan Chan, 2005). Beberapa senyawa antimikroba
adalah fenol, formaldehida, (Dwidjoseputro, 2003), antibiotik, asam, dan toksin
(Verma et al., 2007). Mikroba yang memiliki kemampuan antimikroba dan
menghasilkan senyawa antimikroba adalah bakteri, aktinomycetes, dan kapang
(Tortora et al., 2002). Aktinomycetes dan kelompok bakteri, seperti kelompok bakteri
asam laktat dan bakteri Gram positif telah banyak diteliti dan dikenal sebagai sumber
berbagai senyawa antimikroba (Hoover and Chen 2003). Mikroba antagonis yang
digunakan tidak menimbulkan bahaya apabila dikonsumsi. Sedikitnya ada 40 genus
mikroba antagonis yang aman untuk dikonsumsi. Jenis mikroba yang paling banyak
digunakan untuk memperpanjang masa simpan hasil perikanan adalah Lactobacillus
plantarum. Bakteri ini termasuk kedalam keluarga Bakteri Asam Laktat (BAL) paling
kuat diantara saudara-saudaranya, sehingga banyak digunakan sebagai pengawet.
E. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:

1. Jarum Inokulasi Berkolong 1. Medium Lempeng Skim Milk Agar


2. LAF (Laminar Air Flow) 2. Medium Tegak Nutrien Agar Steril
3. Kompor Gas 3. Biakan Murni Penicillium
4. Inkubator chrysogenum dan Bacillus subtilis
5. Beaker Glass
6. Spiritus
7. Cawan Petri Steril

F. Prosedur Kerja

Menginokulasikan satu ose penuh spora biakan murni Penicillium chrysogenum ke medium
SMA

Menginkubasikan pada suhu kamar dengan cawan dalam keadaan terbalik selama 6-7 x 24
jam pada suhu 25 C sampai terdapat bintik cairan kekuningan di sekitar koloni kapang

Mencairkan medium nutrien agar lalu didinginkan sampai suhu kira-kira 50 C

Menginokulasikan segera 2 ose biakan murni Bacillus subtilis, goyangkan diantara kedua
tangan lalu dituangkan secara aseptis ke dalam cawan petri steril

Setelah agar menjadi padat pada permukaan nutrien agar diltekkan potongan koloni
Penicillium chrysogenum berbentuk lingkran dengan diameter 5 mm

Menginkubasikan pada suhu 37 C (jangan dibalik) selama 1 x 24 jam

Mengamati adanya zone-zone penghambat pertumhuhan bakeri pada medium tersebut.


G. Data
Ulangan ke- Diameter Zona Jernih Diameter Koloni Diameter Zona
Penicillium Hambat
crhysogenum
1 0 mm 6 mm 0 mm
2 0 mm 6 mm 0 mm

H. Analisis Data
Setelah ditunggu selama 3 x 24 jam didapatkan hasil bahwa tidak terbentuk zona
hambat disekitar penisilium, sehingga dapat dikatakan bakteri tetap tumbuh.

I. Pembahasan
Dalam suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam
organisme. Aktivitas metabolisme suatu organisme akan berpengaruh terhadap
lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam
lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor biotik
dan faktor abiotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam mampu
hidup secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama
mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu
pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis (Kusnadi dkk., 2003).
Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan
memberikan pengaruh positif atau saling menguntungkan dan pengaruh negative atau
saling merugikan dan juga netral tidak ada pengaruh yang berarti (Kusnadi dkk., 2003).
Beberapa macam hubungan antar spesies bakteri di alam antara lain komensalisme,
mutualisme serta antagonisme atau amensalisme. Hubungan mikroorganisme dengan
organisme lain yang saling
menekan pertumbuhannya disebut antagonisme. Praktikum kali ini dilakukan untuk
mempelajari sifat antagonisme antara kapang dengan bakteri. Pada praktikum ini
digunakan koloni Penicillium chrysogenum yang sebelumnya dikembangbiakkan di
dalam medium SMA (Skim Milk Agar), dimana P. crysogenum menghasilkan senyawa
penisilin (Kusnadi dkk., 2003). Digunakan medium ini karena medium ini kaya akan
nutrisi sehingga pertumbuhan P. chrysogenum akan optimal. Kemudian digunakan
bakteri Bacillus subtilis yang sudah diinokulasikan kedalam NA yang dicairkan.
Kemudian memotong P. chrysogenum berbentuk lingkaran dengan diameter 6
mm. Setelah itu meletakkan potongan P. crysogenum diatas NA yang sudah terdapat
bakteri B. subtilis. Setelah 3 x 24 jam diamati pertumbuhannya, ternyata tidak terbentuk
zona penghambat berada disekitar P. chrysogenum. Hal tersebut tidak sesuai dengan
teori seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Alexander fleming (1929)
dengan menggunakan S. aureus dan P. notatum, dimana terdapat daerah bening sekitar
koloni jamur yang menunjukkan bahwa jamur memproduksi suatu senyawa yang
mematikan bakteri atau tidak mengijinkannya tumbuh (Wheeler & Volk, 1988).
Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat dikatakan sebagai
hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies
yang lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir sangat terganggu. Zat yang
dihasilkan oleh spesies yang pertama mungkin berupa suatu sekkret, sisa makanan dan
yang jelas bahwa zat itu"menentang" kehidupan yang lain. Zat penentang tersebut
dinamakan antibiotika (Lasriantoni, 2010). Mikroba antagonis merupakan suatu jasad
renik yang dapat menekan, menghambat dan memusnahkan mikroba lainnya. Mikroba
antagonis ini dapat berupa bakteri, jamur atau cendawan, actinomycetes atau virus
(Suryadi, 2009). Dalam praktikum ini seharusnya mikroba antagonis adalah dari jamur
yaitu P. chrysogenum. Pertumbuhan B. subtilis seharusnya terhambat pada daerah
tertentu yaitu pada daerah yang terjangkau oleh sekret yang terbatas pada daerah di
sekitar cetakan P. chrysogenum saja. Hasil praktikum ini tidak menunjukkan terjadinya
antagonisme antara P. chrysogenum dan B. subtilis.
Faktor yang mempengaruhi resistensi bakteri (tidak terbentuk zona hambat)
yaitu:
1. pH lingkungan
Beberapa antibiotic lebih aktif dalam suasana asam seperti
nitrofurantoin, namun jenis antibiotic lain dapat aktif dalam suasana pH alkalis
misalnya streptomisin dan sulfonamida.
2. Komponen yang terkandung dalam medium
Ada beberapa jenis antibiotic seperti streptomisin, akan terhambat
aktivitas kerjanya akibat kandungan garam di dalam medium. Contoh lain,
PABA dalam ekstrak jaringan bersifat antagonis dengan sulfonamide, sehingga
aktivitas antibiotic ini terhambat. Selain itu, medium yang mengandung protein
serum akan mengikat penisilin dalam jumlah 40 % sampai 96 %. Jadi
kandungan yang terdapat dalam medium turut mempengaruhi keaktifan
antibiotic ( Usman, 1987).
3. Stabilitas obat
Pada suhu incubator, beberapa antibiotic kehilangan aktifitasnya.
Klortetrasiklin cepat menjadi nitraktif dan aktifitas penisilin menjadi lebih
lambat, sedangkan streptomisin, kloramfenikol, dan polimiksin B mapan untuk
waktu yang lama ( Usman, 1987 ).
4. Takaran inokulum
Pada umumnya semakin besar inokulum bakteri, semakin rendah
sensitifitas terhadap antibiotic. Populasi yang besar menyebabkan
penghambatan tumbuhnya lebih lambat dibandingkan dengan populasi dalam
jumlah kecil. Disamping itu, kemungkinan terjadinya mutan resisten lebih
besar. Semakin besar inokulum, zona hambat akan semakin kecil (Usman,
1987).
5. Lama inkubasi
Dalam berbagai macam hal, mikroorganisme tidak terbunuh dalam waktu
kontak yang pendek, hanya saja pertumbuhannya menjadi terhambat. Semakin
lama berlanjutnya inkubasi, semakin besar kemungkinan munculnya mutan
resisten atau bermultiplikasi, akibatnya antibiotic akan terurai (Usman, 1987).

J. Diskusi
1. Adakah daerah jernih pada medium yang tidak ditumbuhi bakteri? Bila ada,
mengapa hal ini terjadi?
Jawab: Tidak ada daerah jernih pada medium yang menunjukkan tidak tumbuhnya
bakteri dikarenakan bakteri sudah resisten terhadap jamur (P. crysogenum), umur
biakan jamur sudah terlalu lama, terlalu banyak/besar inokulum bakteri, inkubasi
yang terlalu lama sehingga muncul mutan resisten terhadap antibiotic yang
dihasilkan jamur tersebut.
2. Mengapa digunakan medium Skim Milk Agar untuk membiakkan P. chrysogenum?
Jawab: Karena dalam medium SMA terdapat protein yang dibutuhkan P.
chrysogenum untuk membentuk penicilin.
K. Kesimpulan
Tidak terdapat hubungan antara P. crysogenum dengan B. subtilis, hal tersebut
dikarenakan B. subtilis sudah resistan terhadap P. crysogenum.

L. Daftar Rujukan
Baker KF & Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco: Freeman
and Company.

Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Hoover, D. G. dan Chen, H. 2003. Bacteriocin Dan Their Food Applications.


Compherensive Reviews Food Science dan Food Safety. 2: 82-100.

Kusnadi, Peristiwati, Syulasmi. A, Purwianingsih. W, Rochintania. D. 2003. Common


Textbook: Mikrobiologi. Bandung: IMSTEP Universitas Pendidikan Indonesia.
Lasriantoni, Redho. 2010. Hubungan Antar Spesies. (Online)
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2081945-hubungan-antar-
spesies/), diakses tanggal 10 Mei 2017.
Pelczar MJ & Chan ECS. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Schlegel, H.G. 1993. General Microbiology. Cambridge University Press, Australia.

Suryadi, Yadi dan M. Machmud M. 2009. Seleksi dan Karakterisasi Mikroba


Antagonis. (Online) (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/.pdf, diakses
tanggal 10 Mei 2017.
Tortora Gerard J. et. al. 2002. Microbiology : An Introduction. 7th ed. Pearson Education,
USA. Available from: http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/
Departemen/Mikrobiologi/inp.pdf. diakses pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 21.00
WIB

Usman, R., 1987. Mikrobiologi Dasar. Bandung: Universitas Padjajaran Press.


Verma, P., 2007, Methods for Determining Bactericidal Activity and Antimicrobial
Interactions: Synergy Tersting, Time-Kill, Curves, and Population Analysis. In:
Schwalbe, R., Moore, L. S. & Goodwin, A.C. (eds.) Antimicrobial Susceptibility
Testing Protocols, London: CRC Press.
Wheeler, Margareth F., Volk, Wesley A. 1988. Dasar-dasar Mikrobiolgi. Jakarta:
Erlangga.

Вам также может понравиться