Вы находитесь на странице: 1из 4

REVIEW JURNAL CRUSTACEA

Peringkas Nim AHMAD IZZUDIN 125080400111057


Tanggal 11 September 2012
Topik Teknologi dengan Objek Crustacea

Penulis John Hendri


Tahun 2008
Judul TEKNIK DEPROTEINASI KULIT RAJUNGAN (Portunus
pelagious) SECARA
ENZIMATIK DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI
Pseudomonas aeruginosa
UNTUK PEMBUTAN POLIMER KITIN DAN
DEASETILASINYA
Halaman 13

Landasan Teori Jurnal ini menjelaskan suatu teknik deproteinasi


pada kulit rajungan secara enzimatik dengan
menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk
membuat polimer kitin dan deasetilasinya. Pada jurnal
ini penulis memaparkan secara jelas tentang isolasi kitin
secara enzimatik, demineralisasi, depigmentasi,
penentuan kondisi optimum fermentasi, hingga
penentuan kadar nitrogen.
Penulis sangat cermat dalam mengamati kondisi
di daerahnya yang melimpah akan hasil laut berupa
udang dan kepiting sehingga menghasilkan banyak sekali
limbah sisPenggunaan kitin dibatasi oleh sifat-sifat yang
tidak larut dan sulit dipisahkan
dengan bahan lain yang terikat terutama protein,
sehingga untuk pemanfaatannya kitin perlu
diubah terlebih dahulu menjadi kitosan.
Kitin merupakan salah satu polisakarida yang
melimpah dialam selain selulosa dan pati. Kitin
adalah polimer dari N-asetilglukosamin yang terikat
secara 1,4 dengan tingkat terasetilasi yang
lebih tinggi. Sedangkan turunannya yang memiliki
tingkat terasetilasi lebih rendah disebut
kitosan.
Penulis mengamati bahwa limbah hasil laut di
daerahnya dapat dimanfaatkan secara optimal karena
kulit kepiting mengandung senyawa kitin yang cukup
tinggi. Penulis kemudian menyadari dan mencoba
memanfaatkan limbah itu dengan optimal.
Kitin dan kitosan dinegara maju telah diproduksi
secara komersial mengingat manfaatnya di berbagai
industri, seperti bidang farmasi, biokimia, bioteknologi,
kosmetika, biomedika, industri kertas, industri pangan,
industri tekstil, dan lain-lain. Pemanfaatan tersebut
didasarkan atas sifat-sifatnya yang dapat digunakan
sebagai pengemulsi, koagulasi, pengkelat, dan
penebalemulsi (Muzarelli, 1984).
Oleh karena itu, maka penulis melakukan
penelitian dan percobaan untuk menghasilkan kitin dan
kitosan dari kulit kepiting rajungan..
Metode dan Subjek Dalam jurnal ini penulis menjelaskan bahwa,
isolasi kitin dari kulit kepiting dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode kimia dan metode enzimatik. Pada
metode kimia dilakukan tiga tahap yang meliputi tahap
pemisahan protein dengan menggunakan larutan NaOH
encer, pemisahan mineral dengan larutan asam klorida
encer, dan tahap pemutihan hasil dengan aseton. Ketiga
tahap ini merupakan faktor yang menentukan kualitas
kitin.
Produksi kitin secara kimia ini dapat
menimbulkan masalah pembuangan limbah yang sangat
berpengaruh pada lingkungan dan menyebabkan kitin
terdepolimerisasi sehingga rantainya menjadi lebih
pendek. Wang (1997) melaporkan bahwa pembuatan
kitin secara enzimatik dapat dilakukan dengan
menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa K-187
yang merupakan penghasil enzim kitinase atau
lisozim. Dengan proses fermentasi, telah ditemukan
bahwa bakteri ini juga memiliki aktivitas protease.
Pada percobaannya penulis melakukan
deproteinasi kitin dari kulit kepiting secara enzimatik
menggunakan isolat Pseudomonas aeruginosa dalam
medium cair nutrient broth (NB) pada suhu ruang
dengan konsentrasi substrat 5%, variasi waktu panen,
dan pH diperoleh waktu optimum 2 hari serta pH
optimum 8. Untuk proses demineralisasi menghasilkan
rendemen sebesar 20,08% dan depigmentasi
sebesar19,52%. Sedangkan untuk pembuatan kitosan
dilakukan deasetilasi kitin secara kimia menggunakan
larutan NaOH pekat 50% (1:15, w/v) pada suhu 100C
selama 6 jam (Muzarelli, 1977). Kitin dan kitosan yang
diperoleh diuji kelarutannya dan dianalisis menggunakan
spektrofotometer infra merah dengan kitin dan kitosan
standar sebagai perbandingan .
Di dalam penelitiannya penulis melakukan
beberapa prosedur penelitian yaitu pengambilan sampel,
isolasi kitin secara enzimatik, pembuatan media substrat
(Demineralisasi dan Depigmentasi), penyiapan medium
fermentasi, pembuatan starter, penentuan kondisi
optimum fermentasi ( penentuan panen optimum dan
penentuan pH optimum ), dan pembuatan kitosan secara
kimia. Adapun yang perlu diperhatikan adalah
karakterisasi kitin dan kitosan yang meliputi analisis
kadar air secara gravimetri, analisis kadar abu secara
gravimetri, pengukuran spektroskopi IR, derajat
deasetilasi, dan penentuan kadar nitrogen. Subjek yang
dipilih penulis dalam penelitian ini adalah kulit kering
dari kepiting rajungan ( Portunus pelagious ).
Hasil Dalam penelitian ini penulis mencoba melakuakan
proses pembuatan kitin dari kulit kepiting rajungan
(Portunus
pelagious) dengan menggunakan metode kombinasi No
(1989) dan Wang (1998) yang meliputi tahap
demineralisasi, depigmentasi, dan deproteinasi secara
enzimatik. Untuk mengetahui adanya kitin dalam kulit
kepiting rajungan (Portunus pelagious) dilakukan uji
kualitatif. Sampel ditambahkan dengan I2 dalam KI
menimbulkan warna coklat, kemudian bila ditambahkan
dengan H2SO4 pekat akan menimbulkan perubahan
warna dari coklat menjadi violet. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam kulit kepiting rajungan
(Portunus pelagious) mengandung senyawa kitin.
Dari proses demineralisasi diperoleh rendemen
30,13 g dari berat sampel awal 150g (20,08 %). Hal ini
menunjukkan bahwa mineral yang dapat dipisahkan dari
sampel adalah 79,91 %. Dari proses depigmentasi
didapatkan data, Dari 150 g sampel awal diperoleh kitin
seberat 29,20 g (19,52%). Proses deasetilasi dengan
NaOH menghasilkan data bahwa dari 1 g kitin diperoleh
kitosan seberat 0,72 g. Dari hasil penelitian menunjukkan
kadar abu kitin 1,12 % kitin yang dihasilkan
digunakan untuk diubah menjadi kitosan, karena
aktivitas proses pembentukan kitosan ini
dipengaruhi oleh adanya mineral yang dapat menganggu
proses deasetilasi.
Kesimpulan Setelah melakukan serangkain prosedur percobaan
maka penulis menyimpulkan bahwa Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kombinasi antara metode No (1989) dan Wang (1998)
dapat digunakan untuk deproteinasi
polimer kitin dari kulit rajungan (Portunus
pelagious)dengan menggunakan bakteri
Pseudomonas aeruginosa.
2. N,N-dimetilasetamida dan LiCl 10% merupakan
pelarut efektif untuk melarutkan kitin, hal
ini terbukti dengan diperolehnya waktu panen optimum 2
hari dan pH optimum 8 yang
menghasilkan produk terbanyak.
3. Deproteinasi kitin dari kulit rajungan (Portunus
pelagious) menghasilkan rendemen sebesar
93,33% dengan persen protein yang hilang 6,67%,
derajat deasetilasi 38,8%, kadar air
2,84%, kadar abu 1,12%, dan kadar nitrogen 1,17%.
282 PROSIDING
4. Deasetilasi kitin menjadi kitosan menggunakan NaOH
50% memberikan rendemen sebesar
72% dari berat awal 1 g dengan derajat deasetilasi
62,8%.

Вам также может понравиться