Вы находитесь на странице: 1из 27

A.

Topik
Uji Kualitatif Adanya Bakteri Amilolitik pada Ubi Jalar (Ipomoea batatas
Linn.)
B. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada hari Rabu, 29 Maret 2017 dan Jumat, 31 Maret
2017. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Gedung O5 Jurusan Biologi
Universitas Negeri Malang.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya bakteri penghasil enzim amilase pada umbi
ketela rambat
2. Untuk mengetahui adanya zona bening yang dihasilkan oleh bakteri
penghasil enzim amilase
D. Dasar Teori
Enzim adalah molekul protein kompleks yang dihasilkan oleh sel hidup
dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai proses kimia di dalam
tubuh.enzim memiliki peranan penting dalam berbagai reaksi kimia sel.
Hampir semua proses penting dalam berbagai reaksi kimia sel. Hampir semua
proses dalam sel hidup membutuhkan enzim untuk mempercepat reaksi karena
enzim merupakan protein biokatalis (Brooker, 2008). Salah satu enzim
penting dalam perombakan amilum menjadi glukosa dan maltosa adalah
amilase. Amilase adalah kelompok enzim yang memutus ikatan glikosida pada
amilum, dengan hasil molekul-molekul lebih kecil seperti maltosa, dekstrin,
dan glukosa (Reddy et al., 2003). Penggunaan enzim secara tidak langsung
dalam berbagai proses telah dilakukan sejak awal peradaban manusia. Bahkan
penggunaannya telah berkembang pesat dan menempati posisi penting dalam
bidang industri. Enzim amilase diproduksi oleh berbagai makhluk hidup
seperti mikroba, hewan, maupun tanaman (Aiyer, 2005). Namun, saat ini
kebanyakan insudtri menggunakan enzim amilase yang berasal dari mikroba
karena lebih efektif dan efisien, konsisten kualitasnya serta mudah
dimodifikasi (Sivaramakrishnan et al., 2006).
Bakteri amilolitik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan
merombak pati. Mikroorganisme tersebut tumbuh pada bahan atau substrat
yang mengandung pati seperti singkong dan jagung (Ferdiaz, 1992). Mikroba
amilolitik adalah kelompok mikroba yang baik tumbuh pada substrat
(karbohidrat), dimana kelompok mikroba ini akan menghasilkan enzim
amilase dan menghidrolisis pati pada substrat menjadi komponen yang lebih
sederhana. Genus bakteri yang termasuk kelompok bakteri amilolitik yang
cukup dikenal luas ialah Bacillus dan Clostridium, Bacteriodes, Lactobacillus
dan Micrococcus (Pelczar 1988). Substrat lain yang dapat digunakan sebagai
tempat perkembangan bakteri amilolitik adalah ubi jalar.
Ubi jalar (Ipomoea batatas Linn.) atau dikenal juga dengan istilah ketela
rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija,
dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena
merupakan sumber karbohidrat (Handawi, 2010). Pantastico (1986)
menyatakan, bahwa pada ubi jalar basah yang berdaging lunak kandungan
patinya antara 13-20%, sedangkan pada jenis yang lebih kering, umbinya lebih
kompak mengandung 18-25% zat pati. Jenis ubi jalar yang berwarna putih
mengandung kadar air yang lebih sedikit daripada yang berwarna merah.
Kandungan pati atau amilum yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan
oleh bakteri amilolitik sebagai substrat atau sumber nutrisi.
Uji kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui adanya bakteri amilolitik
dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran suspensi bakteri.
Pengenceran suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari lingkungan
dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan kuantitas bakteri dalam jumlah
yang dapat terhitung. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam sampel
lingkungan komunitas bakteri berada dalam kuantitas yang sangat melimpah.
Selain mendapatkan kuantitas yang dapat terhitung, pengenceran suspensi
bakteri dari sampel/ sumber isolat dari alam juga diperlukan dalam rangka
memudahkan dalam pengamatan koloni, terutama dalam kegiatan bertahap
pemurnian isolat (sub-kultur). Koloni yang tumbuh terpisah dalam kuantitas
yang dapat dihitung memudahkan peneliti untuk memilih koloni yang akan
dipisahkan (disub-kultur). Setelah dilakukan pengenceran kemudian dilakukan
uji selanjutnya dengan menggunakan reagen iod untuk mengetahui adanya
bakteri amilolitik pada sampel. Reagen iodin bisa digunakan untuk
menentukan keberadaan pati. Ketika iodin beraksi dengan pati, akan terbentuk
kompleks berwarna biru kehitaman. Jika iodin ditambahkan pada medium pati
dan terbentuk warna bening pada tempat tumbuh bakteri, maka bakteri
menghasilkan enzim -amilase karena pati tidak terhidrolisis (Harley, 2002).
Pengenceran suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari lingkungan
pada umumnya dilakukan dengan teknik pengenceran berseri (series of
dilution), seperti pada gambar 1 di bawah ini (Aneja, 2015):

Gambar 1. Teknik pengenceran berseri (Aneja, 2015).


E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Cawan Petri
2. Autoklaf
3. Makropipet
4. Tabung reaksi
5. Vortex
6. Labu Erlenmeyer
7. Rak tabung reaksi
8. Pembakar Bunsen
9. LAF (Laminar Air Flow)
10. Inkubator
11. Neraca analitik
12. Pistil dan Mortar
13. Kompor gas
14. Gelas Beaker
15. Pengaduk
Bahan :
1. Ketela rambat
2. Beef extract
3. Agar powder
4. Amilum
5. Pepton
6. Aquades
7. Kapas
8. Vaselin
9. Yodium
F. Cara Kerja
1. Pembuatan medium Amilum Agar (AA)

Membuat medium Amilum Agar (AA) dengan formula sebagai berikut:


Kebutuhan medium : 6 cawan petri x 8 kelompok x @10 ml = 480 ~~ 600 ml

600
Beef extract : 3 = 1,8
1000
600
Amilum : 2 = 1,2
1000
600
Agar : 20 = 12
1000
Aquades : 600 ml

Bahan-bahan medium AA tersebut dimasukkan kedalam gelas beaker, lalu


memanaskannya di atas api kompor gas sampai larutan menjadi homogen.

Cawan petri sebanyak 6 buah disiapkan untuk masing-masing kelompok dan


memberi label pada masing-masing cawan petri sesuai dengan kelompok.

Sebanyak 10 ml medium AA kedalam cawan petri sebelum medium menjadi


dingin dan mengental.

Semua cawan petri ditutup dan membungkusnya dengan kertas coklat


kemudian disterilisasi menggunakan otoklaf.
2. Pembuatan larutan pepton

Membuat larutan pepton dengan formula sebagai berikut:


1
Kebutuhan pepton [0,1 %] = 1000
5 tabung reaksi x @ 9 ml = 45 ml + 90 ml= 135 ml x 8 kelompok =1080 ml ~~ 1200 ml =
1,2 gram pepton

Pepton tersebut dimasukkan kedalam gelas beaker, lalu memanaskannya di atas api
kompor gas sampai larutan menjadi homogen.

Sebanyak 5 tabung reaksi disiapkan dan 1 erlenmeyer 100 ml untuk masing-masing


kelompok dan memberi label pada masing-masing tabung reaksi sesuai dengan
kelompok.

Sebanyak 9 ml pepton kedalam masing-masing tabung reaksi dan 90 ml pepton untuk


masing-masing erlenmeyer kemudian menyumbat semua tabung reaksi dan erlenmeyer
dengan kapas penyumbat kemudian disterilisasi menggunakan otoklaf.

3. Sterilisasi medium dan alat

Otoklaf diisi dengan air kran setinggi batas sarangan.

Vaselin dioleskan secara tipis dan merata pada tepi otoklaf dan tutup otoklaf.

Semua bahan dan alat yang akan disterilisasikan dimasukkan kedalam otoklaf,
lalu menutup otoklaf tersebut.
Kompor gas disiapkan, kemudian otoklaf diletakkan diatasnya. Posisi katup air
diatur pada tutup otoklaf sehingga posisinya tegak. Kompor gas kemudian
dinyalakan

Otoklah ditunggu sampai ada sebagian uap air keluar melalui celah katup uap
air, kemudian katup air tersebut ditutup sehingga posisinya mendatar

Jarum manometer ditunggu sampai menunjukkan angka 15, yang berarti


tekanan otoklaf telah mencapai 15 lbs. Api kompor dikecilkan lalu pertahankan
tekanan agar tetap sebesar 15 lbs selama 15 menit.

Setelah 15 menit, api kompor gas dimatikan lalu dibiarkan sampai tekanan
yang ditunjukkan oleh manometer menjadi 0 lbs.

Posisi katup uap air ditegakkan sehingga uap air keluar, kemudian tutup otoklaf
dibuka dan bahan dan alat yang telah disterilkan dikeluarkan . Alat prektikum
tersebut kemudian diletakkan diatas nampan. Kemudian diletakkan ditempat
yang telah disterilkan.

Bungkus kertas coklat pada medium lempeng dibuka untuk mempercepat


pendinginan medium. Setelah dingin dibungkus lagi dengan kertas coklat
kemudian dimasukkan kedalam lemari es.

Selama 1x24 jam medium ditunggu, apabila medium tetap bersih dan tidak
ditumbuhi bakteri atau jamur, berarti medium ini siap dipakai.
4. Uji ALT koloni bakteri dan uji kualitatif bakteri penghasil amilase

Sebanyak 1 labu erlenmeyer berisi 90 ml pepton dan 5 tabung reaksi berisi


pepton 9 ml disiapkan

Sampel ubi jalar sebanyak 10 gram ditimbang lalu dihaluskan, kemudian


secara aseptik dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian divortex dan
dilabeli sebagai tingkat pengenceran 10-1

Diambil 1 ml suspensi dari tingkat pengenceran 10-1 kemudian memasukkan


ke dalam tabung reaksi lalu dilabeli sebagai tingkat pengenceran 10-2 ,
selanjutnya divortex agar homogen.

Lalu suspensi sebanyak 1 ml dari tingkat pengenceran 10-2 diambil kemudian


dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilabeli sebagai tingkat pengenceran
10-3. selanjutnya dilakukan pengenceran bertahap sampai dengan tingkat
pengenceran 10-6. Sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,
10-5, 10-6.

Secara aseptik sebanyak 0,1 ml diambil dari masing-masing pengenceran, lalu


dipipet diatas permukaan medium lempeng sesuai dengan tingkat pengenceran
. Cawan petri berisi medium lempeng tersebut kemudian ditutup, lalu cawan
petri diputar-putar sehingga percikan suspensi inokulum tersebar merata pada
permukaan medium lempeng.

Biakan pada medium lempeng tersebut diinkubasi pada suhu 37oC. Setelah
1x24 jam atau 2x24 jam, mengamati bakteri yang tumbuh pada medium
lempeng tersebut.

Medium lempeng ditetesi dengan Yodium lalu diratakan. Apabila amilum


terhidrolisis, maka daerah disekitar koloni bakteri menjadi jernih dan terbentuk
zona bening. Kemudian diamati ada atau tidaknya zona bening pada semua
tingkat pengenceran.
G. Data Pengamatan
1. Kelompok 1
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++++

2. 10-2 ++++

3. 10-3 +++

4. 10-4 +++
5. 10-5 ++

6. 10-6 +

2. Kelompok 2
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++++

2. 10-2 ++++
3. 10-3 ++++

4. 10-4 +++

5. 10-5 ++

6. 10-6 +
3. Kelompok 3
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++++

2. 10-2 ++++

3. 10-3 +++

4. 10-4 +
5. 10-5 +++

6. 10-6 ++

4. Kelompok 4
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++

2. 10-2 ++++
3. 10-3 ++++

4. 10-4 ++++

5. 10-5 ++

6. 10-6 ++++

5. Kelompok 5
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++++

2. 10-2 ++++

3. 10-3 ++++

4. 10-4 +++

5. 10-5 +
6. 10-6 +

6. Kelompok 6
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++++

2. 10-2 ++++

3. 10-3 +++
4. 10-4 +++

5. 10-5 ++

6. 10-6 +

7. Kelompok 7
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 +++
2. 10-2 +++

3. 10-3 +++

4. 10-4 ++

5. 10-5 +

6. 10-6 +
8. Kelompok 8
No. Tingkat Keterangan Gambar
Pengenceran
1. 10-1 ++

2. 10-2 ++++

3. 10-3 ++++

4. 10-4 ++++
5. 10-5 ++

6. 10-6 ++++

Keterangan:
++++ : Sangat Banyak
+++ : Banyak
++ : Cukup Banyak
+ : Sedikit

H. Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengamatan, didapatkan data yang berbeda-beda
antar kelompok. Pada cawan petri kelompok 1 yang telah diberi Yodium
memberikan hasil yang berbeda-beda pada tiap pengenceran. Pada
pengenceran 10-1 dan 10-2 ditandai dengan tanda ++++ yang menandakan
terdapat sangat banyak bakteri amilolitik pada cawan petri. Pada pengenceran
10-3 dan 10-4 ditandai dengan tanda +++ yang menandakan terdapat banyak
bakteri amilolitik. Pada pengenceran 10-5 ditandai dengan tanda ++ yang
menandakan terdapat cukup banyak bakteri amilolitik dan pada pengenceran
10-6 ditandai dengan tanda + yang menandakan adanya sedikit bakteri
amilolitik. Terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan semakin banyak
pula bakteri amilolitik yang terdapat pada cawan petri.
Pada kelompok 2 memberikan hasil yang sedikit mirip dengan kelompok
pertama, hanya saja pada pengenceran 10-3 ditandai dengan tanda ++++ yang
menandakan terdapat sangat banyak bakteri amilolitik pada cawan petri. Pada
kelompok dua, hasil terlihat bahwa bakteri amilolitik paling banyak terdapat
pada pengenceran 10-1 , 10-2 dan 10-3. Semakin rendah konsentrasinya semakin
sedikit pula bakteri amilolitik yang terdapat dalam cawan petri.
Pada kelompok 3, pengenceran 10-1 dan 10-2 ditandai dengan tanda ++++
yang menandakan terdapat sangat banyak bakteri amilolitik pada cawan petri.
Pada pengenceran 10-3 ditandai dengan tanda +++ yang menandakan terdapat
banyak bakteri amilolitik. Namun pada pengenceran 10-4 ditandai dengan
tanda + yang menandakan terdapat sedikit bakteri amilolitik. Pada
pengenceran 10-5 ditandai dengan tanda +++ yang menandakan terdapat
banyak bakteri amilolitik dan pada pengenceran 10-6 ditandai dengan ++ yang
menandakan cukup banyak bakteri amilolitik pada cawan petri. Bakteri
amilolitik paling sedikit terdapat pada pengenceran 10-4 dan paling banyak
pada pengenceran 10-1 dan 10-2.
Pada kelompok 4, pengenceran 10-1 ditandai dengan tanda ++ yang
menandakan terdapat cukup banyak bakteri amilolitik pada cawan petri. Pada
pengenceran 10-2 ,
10-3 ,
10-4 dan 10-6 ditandai dengan tanda ++++ yang
menandakan terdapat sangat banyak bakteri amilolitik. Sementara pada
pengenceran 10-5 ditandai dengan tanda ++ yang menandakan terdapat cukup
banyak bakteri amilolitik. Terlihat bahwa bateri paling banyak terdapat pada
cawan petri pengenceran 10-2 , 10-3 , 10-4 dan 10-6.
Pada kelompok 5 memberikan hasil yang sedikit mirip dengan kelompok
2, hanya saja pada pengenceran 10-5 ditandai dengan tanda + yang
menandakan terdapat sedikit bakteri amilolitik pada cawan petri. Pada
kelompok 5, hasil terlihat bahwa bakteri amilolitik paling banyak terdapat
pada pengenceran 10-1 , 10-2 dan 10-3. Semakin rendah konsentrasinya semakin
sedikit pula bakteri amilolitik yang terdapat dalam cawan petri.
Hasil pengamatan pada kelompok 6 memberikan hasil yang sama dengan
kelompok pertama. Pada kelompok 6, hasil terlihat bahwa bakteri amilolitik
paling banyak terdapat pada pengenceran 10-1 dan 10-2. Sementara bakteri
amilolitik pada penegnceran 10-6 terdapat paling sedikit diantara cawan yang
lain Semakin rendah konsentrasinya semakin sedikit pula bakteri amilolitik
yang terdapat dalam cawan petri.
Pada kelompok 7 hasil juga menandakan bahawa semakin tinggi
konsentrasinya, maka semain banyak pula bakteri amilolitik di dalam cawan
petri. Pada pengenceran 10-1 , 10-2 dan 10-3 ditandai dengan tanda +++ yang
menandakan terdapat banyak bakteri amilolitik pada cawan petri. Pada
pengenceran 10-4 ditandai dengan tanda ++ yang menandakan terdapat cukup
banyak bakteri amilolitik dan pada pengenceran 10-5 dan 10-6 ditandai dengan
+ yang menandakan terdapat sedikit bakteri amilolitik.
Pada kelompok 8, pengenceran 10-1 ditandai dengan tanda ++ yang
menandakan terdapat cukup banyak bakteri amilolitik pada cawan petri.
Sedangkan pada pengenceran 10-2 , 10-3 , 10-4 dan 10-6 ditandai dengan tanda
++++ yang menandakan terdapat sangat banyak bakteri amilolitik. Pada
pengenceran 10-5 ditandai dengan tanda ++ yang menandakan terdapat cukup
banyak bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik paling banyak terdapat pada
cawan petri pengenceran 10-2 , 10-3 , 10-4 dan 10-6.

I. Pembahasan
Pada praktikum ini mengisolasi bakteri penghasil enzim amilosa pada ubi
jalar. Pantastico (1986) menyatakan, bahwa pada ubi jalar basah yang
berdaging lunak kandungan patinya antara 13-20%, sedangkan pada jenis
yang lebih kering, umbinya lebih kompak mengandung 18-25% zat pati.
Kandungan pati atau amilum yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan
oleh bakteri amilolitik sebagai substrat atau sumber nutrisi.
Mikroba tersebut menghasilkan enzim amiliolotik yang dapat memecah
pati menjadi dekskrin, maltotrosa, maltosa, dan glukosa dan melalui jalur
glikolisis. Sumardjo (2009) menambahkan bahwa mikrobia amilolitik mampu
menghasikan enzim amilase atau amilolitik yang dapat memecah pati menjadi
dekstrin, maltosa, maltriosa dan glukosa. Kemampuan untuk menghidrolisis
amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim
amilase. Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus
menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk
ke dalam sel (Sukarminah, dkk. 2010).
Hasil praktikum pada masing-masing kelompok rata-rata menunjukkan
bahwa bakteri amilolitik terbanyak terdapat pada pengenceran 10 -1 . Semakin
tinggi konsentrasi bahan uji, semakin banyak pula bakteri amilolitik yang
terdapat pada cawan petri. Konsentrasi yang tinggi membuat pati dari ubi jalar
yang terkandung dalam medium semakin banyak pula sehingga semain
banyak bakteri amilolitik yang menguraikan amilum menjadi senyawa yang
lebih sederhana. Beberapa kelompok yang tidak sesuai dengan tingkatan
pengencerannya. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan bakteri amilolitik
tidak tersebar merata di dalam medium, sehingga kemampuan untuk
menghidrolisis pati kurang menyeluruh.
Terbentuknya zona bening pada amilolitik disebabkan oleh aktivitas
bakteri amilolitik yang memblock daerah pada cawan petri untuk
mendapatkan makanan yang berasal dari amilolitik berupa pati. Menurut
Pelczar & Chan (2005), bakteri amilolitik adalah bakteri yang mampu
menghidrolisis amilum menjadi gula sederhana yang mudah larut.
Sukarminah, dkk (2010) mengatakan bahwa adanya daerah jernih tersebut
disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium
agar. Fungi atau bakteri memproduksi -amilase sehingga mampu
menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara
mikroorganisme.
Indikator yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah yodium. Yodium
1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan penetasan larutan yodium 1%
diberikan untuk membuktikkan apakah bakteri yang tumbuh pada media
adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan membentuk warna
biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya enzim amilase yang
dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang terhidrolisis di
sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas enzim
amilase. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau amilum
sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri (Fardiaz, 1992)
Amilum bereaksi secara kimiawi dengan yodium, reaksi ini terlihat
sebagai warna biru kehitaman. Warna biru kehitaman ini terjadi bila molekul
yodium masuk ke dalam bagian kosong pada molekul amilum yang berbentuk
spiral. Proses iodinisasi amilum menghasilkan molekul yang mampu
mengabsorpsi cahaya, kecuali warna biru. Amilum yang telah dirombak oleh
enzim amylase menjadi maltose dan glukosa, warna biru tidak terjadi karena
tidak adanya bentuk spiral. Tidak terbentuknya warna setelah penambahan
larutan iodium ke dalam medium merupakan petunjuk adanaya hidrolisis
amilum (Lay, 1994).
Uji deteksi amylase yang menghidrolisis -1,4-glikogen dan
poliglucosan lainnya. Pada saat awal perlakuan terjadi penurunan yang cepat
berat molekul pati yang dihasilkan dari pewarnaan yodium. Produk akhir
utama dari degradasi ini adalah oligosakarida dengan berat molekul yang
rendah. Hasil pengamatan pada uji amilolitik positif menngandung enzim
amilase. Hal ini ditunjukkan oleh adanya produksi enzim amilase oleh koloni
bakteri pada media ditunjukkan adanya zona bening dengan penambahan
larutan yodium di sekitar koloni bakteri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koloni-koloni dalam
menghidrolisis suatu bahan antara lain kemampuan koloni bakteri atau bakteri
itu sendiri dalam memproduksi enzim yang dapat menghidrolisis suatu bahan
yang terdapat pada medium. Pada daerah zona bening kita dapat melihat
pertumbuhan bakteri amilolitik dibandingkan dengan daerah yang tidak
terdapat zona beningnya.
J. Kesimpulan
a. Terdapat bakteri penghasil enzim amilase pada umbi ketela rambat
ditandai dengan adanya zona bening dalam medium yang disebabkan oleh
aktivitas bakteri amilolitik yang memblock daerah pada cawan petri untuk
mendapatkan makanan yang berasal dari amilolitik berupa pati.
b. Semakin tinggi konsentrasi bahan uji, semakin banyak pula bakteri
amilolitik yang terdapat pada cawan petri. Tujuan penetasan larutan
yodium untuk membuktikkan apakah bakteri yang tumbuh pada media
adalah bakteri amilolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Aiyer, P. V. 2005. Amylases and Their Applications. Afr J Biotechnol. 4: 1525-
1529.
Aneja, K. R.. 2005. Experiments in Microbiology, Plant Pathology and
Biotechnology. New Age Publishers.
Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan (Churchill Livingstones Mini
Encyclopaedia of Nursing, 1st edition). Jakarta: EGC.
Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Handawi, P.S. 2010. Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan Konsumsi
Ubi Jalar untuk Meningkatkan 30% Partisipasi Konsumsi Mendukung
Proses Keanekaragaman Pangan dan Gizi. Kantor Deputi Menegristek.
Harley, P. 2002. Laboratory Exercises in Microbilogy, Fifth Edition. New York :
Mc-Graw Hill.
Lay BW. 1994. Analis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Garafindo
Persada.
Pantastico, B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan
Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Terjemahan
Ratna Siri, Tedja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo, Sri Lestari Angka. Jakarta:
UI-Press.
Reddy, N. S., Nimmagadda, A. Rao, K. R. 2003. An Overview of The Microbial
-Amylase Family. Afr J Biotechnol. 2: 645-648.
Sivaramakrishnan, S. Gangadharan, D., Nampoothiri, K. M., Soccol, C. R.,
Pandey, A. 2006. -Amylase From Microbial Sources An Overview on
Recent Developments. J food Technol Biotechnol. 44 (2): 173-184.
Sumardjo, Damin. (2009). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan.
Jatinagor: Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjadjaran.
UJI KUALITATIF ADANYA BAKTERI AMILOLITIK PADA UBI JALAR
(Ipomoea batatas Linn.)

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi Industri yang dibina oleh


Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si

Kelompok 2/GHP:
Della Azizatul F. (140342600578)
Putri Kartika M. (140342601574)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2017
LAMPIRAN

Koloni bakteri dalam cawan Koloni bakteri dalam cawan


sebelum ditetesi dengan yodium setelah ditetesi dengan yodium

Koloni bakteri Koloni bakteri Koloni bakteri


amilolitik pada amilolitik pada amilolitik pada
tingkat pengenceran tingkat pengenceran tingkat pengenceran
10-1 10-2 10-3

Koloni bakteri Koloni bakteri Koloni bakteri


amilolitik pada amilolitik pada amilolitik pada
tingkat pengenceran tingkat pengenceran tingkat pengenceran
10-4 10-5 10-6

Вам также может понравиться