Вы находитесь на странице: 1из 21

Histologi Sistem Urinaria

Sistem urinaria merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa


metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawa-senyawa nitrogen
seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisa metabolisme. Sampah metabolisme
ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun
melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara
periodik akan dikeluarkan melalui uretra. Sistem urinaria manusia terdiri dari dua ginjal,
dua ureter, vesika urinaria (urinary bladder/ kandung kemih), dan uretra.

Ginjal

Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak retroperitoneal di sebelah atas rongga abdomen. Ginjal kanan terletak lebih ke bawah
dibandingkan ginjal kiri. Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul jaringan lemak dan
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain
tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks
(prosesus Ferreini) dan ada bagian korteks yang masuk ke medula (kolumna renalis Bertini).
1,2
Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah
1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan, yaitu
A. Korpus Malphigi (Korpus renalis) terdiri atas kapsula Bowman dan
glomerulus.
B. Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus
kontortus distal.
2. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistem tubulus, yaitu
pars ascendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus koligens, dan
duktus papilaris Bellini. 2
Tubulus Uriniferus

Tubulus uriniferus merupakan unit fungsional terkecil dalam ginjal. Tubulus


uriniferus terdiri dari nefron dan tubulus koligens. Nefron terdiri dari dua bangunan, korpus
renalis dengan tubulus renalis. Korpus renalis terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul
Bowman dan glomerulus.2 Kapsul Bowman merupakan pelebaran ujung proksimal saluran
keluar ginjal (nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh glomerulus. Dinding
sebelah luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis
viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada glomerulus. Ruang diantara ke dua lapisan ini
sebut ruang Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultrafiltrasi akan
masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.1
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang
lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus merupakan
pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di
sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan
meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal.1
Kapsul Bowman lapis parietal pada satu kutub bertautan dengan tubulus kontortus
proksimal yang membentuk kutub tubular (urinary pole), sedangkan pada kutub yang
berlawanan bertautan dengan arteriol yang masuk dan keluar dari glomerulus terdapat kutub
yang disebut kutub vaskular. Arteriol glomerular aferent masuk kemudian bercabang-cabang
lagi menjadi sejumlah kapiler yang bergulung-gulung. Pembuluh kapiler ini diliputi oleh sel-
sel khusus yang disebut sel podosit. Sel podosit ini dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar dari
glomerulus dan menjadi arteriol glomerular eferen.2

Aparatus Juksta-Glomerular 2
Sel-sel otot polos dinding arteriol aferent di dekat glomerulus berubah sifatnya
menjadi sel epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya terdapat granula
yang mengandung enzim renin, suatu enzim yang diperlukan dalam mengontrol tekanan
darah. Sel-sel ini dikenal sebagai sel juksta glomerular.
Sel-sel juksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula densa,
yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan berhimpitan dengan
kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain.
Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di
tubulus kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus kontortus
distal akan merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai osmoreseptor) untuk
memberikan sinyal kepada sel-sel juksta glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel makula
densa dan juksta glomerular bersama-sama membentuk aparatus juksta-glomerular.
Di antara aparatus juksta glomerular dan arteriol eferen glomerulus terdapat
sekelompok sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial ekstraglomerular atau sel
polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih belum jelas, tetapi diduga sel-sel
ini berperan dalam mekanisma umpan balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion
natrium pada makula densa akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran
darah glomerular. Sel-sel mesangial ekstraglomerular diduga berperan dalam penerusan
sinyal di makula densa ke sel-sel juksta glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan
hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah
(eritrosit) di sumsum tulang.
Tubulus Ginjal 1,2
A. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran
yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis
sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya
terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna kemerahan. Permukaan sel
yang menghadap ke lumen mempunyai mikrovili (brush border). Tubulus ini terletak di
korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen
dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein
seperti bikarbonat, akan direabsorpsi.
B. Ansa Henle
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars desendens), bagian
tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai
gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik
mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai
tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis
sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya
tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal..
C. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis
sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal.
Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna
kebiruan dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai mikrovili.
D. Tubulus koligen
Saluran ini mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Di bagian medula yang lebih
ke tengah beberapa tubulus koligen akan bersatu membentuk duktus yang lebih besar yang
bermuara ke apeks papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan
papil sangat besar, banyak dan rapat sehingga papil tampak seperti sebuah tapisan (area
kribrosa). Fungsi tubulus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter
dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).
Renal Neoplasma
Terdiri dari Benign dan Malignant.
Benign : adenoma, oncocytoma, angiomyolipoma, leiomyoma, lipoma, hemangioma, and
juxtaglomerular tumors.
Malignant : Adenocarcinoma dan wilms tumor

Renal Lipoma
Lipoma ginjal yang paling jarang terjadi
Berasal dari endapan sel adipose yang matur tanpa mitosos yang tampak jelas yang
timbul dari kapsul ginjal atau jaringan perirenal.
Mereka terlihat terutama pada middle-aged females,
Dideteksi oleh radiografi pada CT scan
Juxtaglomerular cell tumor
Sub grup dari tumor jinak yang paling signifikan karena dapat menyebabkan hypertensi
dan dapat disembuhkan dengan tindakan operasi.
Lesi nya sangat langka
Tumor berasal dari pericytes dari afferent arteriol pada juxtraglomerular apparatus dan
mengandung renin secretory granules
Biasanya encapsulated, dan lokasinya di cortical area
Diagnosisnya dicurgai apabila terdapat hiperaldosteronisme sekunder dan dikonfirmasi
dengan pengambilan sampel vena ginjal : renin
Treatmentnya : nefrektomi parsial

Renal Cell Carcinoma


A. Definisi
Renal Cell Carcinoma atau karsinoma sel ginjal merupakan tumor
yang berasal dari epitel tubulus ginjal terutama terletak di korteks (Scalon,
2007).
B. Epidemiologi
Karsinoma sel ginjal membentuk 80% sampai 85% dari semua
tumor ganas primer di ginjal, dan 2% sampai 3% kanker pada orang dewasa.
Hal ini berarti sekitar 30.000 kasus pertahun, 40% pasien meninggal akibat
penyakit ini. Karsinoma sel ginjal paling sering pada usia dekade keenam
sampai ketujuh, dan laki-laki terkena dua kali lebih sering dari pada
perempuan (Kumar, et al, 2007).
C. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
lingkungan dan genetik yg menjadi predisposisi terbetuknya karsinoma sel
ginjal, meliputi hal-hal sebagai berikut (Manuaba, 2010):
1. Merokok
2. Obesitas. Menjadi faktor risiko, terutama pada wanita, berat badan yang
meningkat memiliki hubungan liner dengan meningkatkan risiko
3. Hipertensi. Dikaitkan dengan peningkatan insiden carcinoma sel ginjal
4. Penyakit kritis ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka
panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal
5. Transplantasi ginjal. Predisposisi pada penerima transplantasi ginjal
6. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan
terkait dengan karsinoma ginjal
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali
dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini
akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan
berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan
kanker (keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-sel dari
tumor ini menyusup dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel-sel ini juga
keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau sistem getah bening
dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal sebagai
metastase tumor). Tanpa penanganan proses lokal ini meluas dengan
bertumbuh terus ke dalam jaringan sekelilingnya dan dengan bermetastasis
menyebabkan kematian. Progesifitasnya berbeda-beda, karena itu periode
sakit total bervariasi antara beberapa bulan dan beberapa tahun (Price, 2003).
Salah satu penyebab utama tumor ginjal adalah merokok, karena
didalam rokok terdapat zat karsinogen. Karsinogen itu akan menyebabkan
kerusakan pada DNA atau bahasa kerenanya mutasi DNA yang ada pada inti
sel. Unit fungsional DNA disebut gen yang terkenal sebagai pembawa sifat
keturunan. Sebenarnya fungsi DNA ini adalah pengatur semua kehidupan sel.
DNA yang menentukan struktur dan fungsi sel juga pembelahannya.
Kerusakan-kerusakan pada DNA akan diperbaiki oleh yang namanya DNA
repair mechanism, bila repair ini gagal maka sel akan mengalami Apoptosis.
Apoptosis ini adalah kematian sel dengan cara bunuh diri akibat terpapar asap
rokok (Erna. 2008).
Mutasi ini dapat mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes
(dinamakan demikian karena aktivasi berlebihan dari gen ini menyebabkan
sel akan terus membelah dan menjadi kanker) seperti gen RAS atau
menginkativasi tumoursuppressor genes (gen yang menekan timbulnya tumor
jadi kerjanya berlawanan dengan oncogene). Nah banyak bukti telah
didapatkan bahwa carcinogen dapat secara langsung bereaksi dan
menyebabkan perubahan pada RAS (Erna. 2008).
Karena oncogen seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi
membelah gak karu-karuan, dan membentuk sel-sel dengan struktur yang
lebih primitif, semaunya sendiri (otonom), tidak mematuhi aturan-aturan yang
berlaku secara alami, bahkan dengan gampang terlepas. Sel-sel yang terlepas
paling sering masuk aliran limfe dalam pembuluh limfe, juga darah dan
kemudian bila dia berhenti pada suatu tempat dia akan berkembang biak disitu
menimbulkan yang disebut dengan anak sebar (metastases) (Erna. 2008).
E. Klasifikasi
Pembagian stadium dari tumor (menurut Robson) ini dibagi menjadi
beberapa stadium yaitu:
Stadium 1 : tumor masih terbatas di dalam parenkim ginjal dengan fasia
gerota masih utuh
Stadium II : tumor invasi ke jaringan lemak perirenal dengan fasia gerota
masih utuh
Stadium III : tumor invasi ke vena renalis/ vena kava atau limfonodi
regional. Stadium tiga ini dibagi lagi menjadi menjadi beberapa kelas :
a. IIIA : tumor menembus fasia gerota dan masuk ke v.renalis
b. IIIB : kelenjar limfe regional
c. IIIC : pembuluh darah local
Stadium IV : tumor ekstensi ke organ sekitarnya/ metastasis jauh (usus).
Stadium empat ini juga dibagi lagi menjadi :
a. IVA : dalam organ sekitarnya, selain adrenal
b. IVB : metastasis jauh (Basuki, 2003).

Gambar 3. Stadium Tumor menurut Robson


Sedangkan pembagian yang mengacu kepada TNM pada Tumor
adalah (Cohen, 2005):
Tumor primer ( T )
a. T1 Terbatas pada ginjal <2,5cm
b. T2 Keluar ginjal, tidak menembus fasia gerota
c. T3a Masuk adren atau jaringan perinefrik
d. T3b Masuk v.renalis/ v.kava
e. T4 Menembus fasia Gerota
Node Kelenjar regional/ hilus, para aorta, para kava ( N )
a. N0 Tidak ada penyebaran
b. N1 Kelenjar tunggal >5 cm
Metastasis (T)
a. M0 tidak ada metastasis jauh
b. M1 ada metastasis jauh
F. Manifestasi Klinis
Tanda gejala tersering :
1. Trias kalsik: Gross hematuria, nyeri pinggang, teraba massa di pinggang
2. Demam
3. Anoreksia, penurunan berat badan
4. Lemah, mual, muntah
5. Konstipasi
6. Manifestasi sistemik paraneoplastik (sekresi eritropoetin polisitemia,
sekresi rennin). Paraendokrin (hepatopathy) dan serological syndrome
(amyloidosis)
7. Metastase bisa sebabkan gejala batuk, batuk darah dan nyeri tulang
(Cooper, 2005).
G. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di
perut. Jika dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan pemeriksaan
penunjang.
2. Laboratorium
Pada pemeriksaan urinalisa dapat dijumpai adanya hematuria.
Namun, harus diingat bahwa tidak adanya hematuria tidaklah dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya tumor ganas ginjal. Pada
pemeriksaan darah dapat dijumpai anemia, gangguan fungsi hepar, dan
hiperkalsemia. Peninggian laju endap darah juga sering dijumpai (Cohen,
2005).
3. Radiologi
Diagnosis karsinoma ginjal terutama mengandalkan pemeriksaan
pencitraan, termasuk USG, CT dan MRI, BNO-IVP dan angiografi
ginjal kiri sudah jarang digunakan, skrining radioisotope terutama
digunakan untuk menilai metastasis tulang atau hati. Pasien hematuria
harus berlebih dulu diperiksa dengan USG, jika menemukan lesi
penempat ruang, harus diperiksa lebih lanjut dengan CT atau MRI untuk
memperjelas diagnosis. Karsinoma asimtomatik dewasa ini sebagian
terbesar terdeteksi dengan USG. Setahun sekali USG ginjal merupakan
cara paling sederhana dan efektif untuk menemukan karsinoma ginjal
(Cohen, 2005).
Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan karsinoma ginjal,
angioleiomiolipoma ginjal dan kista ginjal sederhana. Lemak
menunjukkan hiperekoik, karsinoma sel ginjal tidak mengandung lemak
sehingga USG dapat membedakan dengan baik karsinoma ginjal dan
angioleiomiolipoma ginjal. Tapi angioleiomiolipoma ginjal yang
mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis keliru sebagai karsinoma
ginjal. Skringing CT harus planar dan kontras, dapat mendiagnosis secara
tepat kebanyakan karsinoma ginjal, tapi kista hemoragik mudah
terdiagnosis keliru sebagai karsinoma ginjal, dalam hal ini MRI dapat
membantu membedakannya, CT dan MRI sangat membantu dlam
menemukan embolus vena, menentukan lingkup embolus kanker dan
stadium klinis (Cohen, 2005).
USG ( ULTRASONOGRAPHY)
Apabila terdapat keraguan antara kista atau tumor padat ginjal, maka
pemeriksaan tersederhana dan murah adalah pemeriksaan ultrasonografi.
Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid
atau kistik.
Mendeteksi 85% massa >3cm, 60% <2cm
Hiperekoik (48%), isoekoik (42%) atau hipoekoik (10%) massa
ginjal
Poor acoustic transmission, kontur berlobulasi
Tepi hipoekoik, permukaan irregular antar ginjal yang berdekatan
Kista RCC:
Septa multiple dengan penebalan septa nodul dan atau kalsifikasi
Penebalan mural, nodul dan kasifikasi
Difuse, massa hipoekoik (perdarahan dan nekrosis) dengan fluid
debris levels

Gambar 4. RCC

Color Doppler
Menilai vaskularisasi massa pada ginjal; paling menonjol aliran
warna disekeliling tepi massa
High velocity signal dari arteriovenous shunting
Renal cell carcinoma
MRI
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena
renalis dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya
adalah kurang sensitif mengenali lesi solid yang berukuran kurang dari
3cm. MRI juga bermanfaat untuk magnetic resonance venography untuk
membantu diagnosis trombus pada vena renalis. MRI dapat
menunjukkan informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di
dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial.
Gambar 4. karsinoma sel renalis sinistra pada pasien dengan penyakit ginjal
polycystic. aksial t1 weighted contrast enhanced MRI.

Gambar 5. karsinoma sel ginjal yang besar sebelah kanan dengan invasi vena
kava inferior . potongan aksial t1 weighted MRI sebelum peningkatan kontras .
karsinoma sel ginjal yang besar sebelah kanan dengan invasi vena kava inferior i .
aksial t1 weighted contrast enhanced MRI.
H. Diagnosis Banding
1. Renal Oncocytoma
Batas tajam, massa homogeny dengan batas halus yang mengelilingi
Stelatae area pada scar, dapat menstimulasi hemorrhagic dan necrotic
RCC
Imaging tidak dapat membedakan, diperlukan tindakan bedah
2. Renal Angiomyolipoma
Intratumoral, massa lemak tanpa kalsifikasi; sangat jarang pada RCC
Sulit dibedakan dari RCC bila tidak tampak lemak pada CT
3. Transitional Cell Carcinoma
Infiltrasi ginjal, pembesaran ginjal dan batas irregular tanpa
perubahan bentuk
Filling defect pada pelvis ginjal, system pengumpul sempit dan
irregular
Selubung pada system pelvicaliceal tumor hipovascular
Jarang menstimulasi terjadinya RCC
4. Renal Metastases Dan Lymphoma
Metastase (missal: kanker paru, kanker payudara, kanker colon,
malignant melanoma)
Biasanya hipovascular dengan pertumbuhan infiltrative
Bila hipervascular mungkin menyebabkan RCC
Lymphoma
Biasanya multiple atau bilateral dengan pertumbuhan infiltrative
Hipoekoik, hipovaskuler, soliter, massa internaladenopathy bias
menstimulasi RCC
Bias didiagnosis dengan biopsy atau kemoterapi
5. Infeksi Ginjal
Contoh : pielonefritis fokal, abses renal
Massa nekrotik dengan pembesaran ginjal
Dibedakan berdasarkan riwayat klinis dan urinalisis
I. Penatalaksanaan
Pasien dengan kanker ginjal dapat diterapi dengan cara operasi,
arterial embolisasi, terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Beberapa
juga dengan terapi kombinasi (Bukowski, 2003).
1. Operasi
Tindakan operasi merupakan perawatan yang paling umum untuk
kanker ginjal disebut juga terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat
ginjal disebut suatu nephrectomy. Ada beberapa tipe dari nephrectomy.
Tipe tersebut tergantung pada stadium tumor.
a. Radical nephrectomy: Merupakan terapi pilihan apabila tumor
belum melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain.
Ahli bedah mengangkat seluruh ginjal bersama dengan kelenjar
adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal. Beberapa simpul-
simpul getah bening di area itu juga diangkat.
b. Simple nephrectomy: suatu tindakan operasi yang hanya
mengangkat bagian ginjal saja. Beberapa pasien dengan kanker
ginjal stadium I merupakan indikasi simple nephrectomy.
c. Partial nephrectomy: Suatu tindakan operasi yang hanya
mengangkat bagian dari ginjal yang mengandung tumor. Jenis tipe
operasi ini digunakan pada pasien yang hanya mempunyai satu
ginjal, atau ketika kanker mempengaruhi kedua ginjal.
2. Arterial embolization
Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang
menyusutkan tumor. Terapi ini biasanya dilakukan sebelum operasi
untuk memudahkan operasi. Ketika operasi tidak mungkin dilakukan,
embolization digunakan untuk membantu menghilangkan gejala-gejala
dari kanker ginjal. Dokter memasukan suatu tabung yang sempit (kateter)
kedalam suatu pembuluh darah di kaki. Tabung dilewatkan keatas sampai
pada pembuluh besar utama (arteri ginjal) yang menyediakan darah pada
ginjal. Dokter menyuntikan suatu senyawa kedalam pembuluh darah
untuk menghalangi aliran darah kedalam ginjal untuk mencegah tumor
bermetastasis.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (radioterapi) adalah tipe yang lain dari terapi lokal.
Terapi ini menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh dan
mempengaruhi sel-sel kanker hanya di area yang dirawat.
4. Terapi Biologi
Terapi biologi adalah tipe dari terapi sistemik. Terapi ini
menggunakan senyawa-senyawa yang berjalan melalui aliran darah,
mencapai dan mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Terapi biologi
menggunakan kemampuan alamiah tubuh (sistim imun) untuk melawan
kanker.Pada pasien-pasien dengan kanker ginjal yang metastatis, dokter
menyarankan interferon alpha atau interleukin-2 (IL-2 atau aldesleukin).
5. Kemoterapi
Kemoterapi juga adalah suatu tipe dari terapi sistemik. Obat-obat
anti kanker pada kemoterapi memasuki aliran darah dan beredar ke
seluruh tubuh. Meskipun obat-obat anti kanker ini mempunyai banyak
manfaat untuk mengobati kanker-kanker yang lain, obat ini kurang
efektif pada kanker ginjal. Saat ini, para dokter masih mempelajari obat-
obat dengan kombinasi baru yang terbukti lebih bermanfaat.
J. Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penyakit ini seperti
keadaan klinis, stadium, derajat histologi dan ukuran tumor, laju endap darah,
dan kelamin penderita. Secara umum presentasi harapan hidup untuk stadium
I adalah 95%, stadium II 88%, stadium III 59%, dan stadium IV 20%. Paska
nefrektomi radikal karsinoma sel ginjal yang terlokalisir memiliki survival 5
tahun 89-94%. Karsinoma sel ginjal yang terlokasisasi berdiameter 4 cm,
paska-operasi memiliki survival 90-100%, angka rekurensi lokal dalam 3%.
Rekurensi lokal tanpa metastasis jauh, paska-reseksi lesi rekuren, survival 5
tahun masih mencapi 80%.
KESIMPULAN

Renal parenkim neoplasma terdiri dari jinak dan ganas. Tumor ganas yang
paling sering ialah Renal Cell Carcinoma atau karsinoma sel ginjal merupakan
tumor yang berasal dari epitel tubulus ginjal terutama terletak di korteks.Karsinoma
sel ginjal membentuk 80% sampai 85% dari semua tumor ganas primer di ginjal,
dan 2 % sampai 3 % kanker pada orang dewasa dan lebih banyak pada pria dari
pada wanita. Hal ini berarti sekitar 30.000 kasus pertahun; 40 % pasien meninggal
akibat penyakit ini. Diagnosa dini dalam penemuan tumor akan meningkatkan
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Cancer reference information, detailed guide: kidney cancer staging.
American Cancer Society Web site. Available at:
http://www.cancer.org/Cancer/KidneyCancer/DetailedGuide?index. Accessed October
6, 2006

Basuki P. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta

Bukowski M.R, Novick C.A, Renal Cell Carcinoma : Molekuler Biologi, Imunology, and
Clinical Management, http: //www.New England Journal Of Medicine.com.2003.

Cohen Herbert T, McGovern Francis J. Renal Cell Carcinoma. N Engl J Med, 2005 ; 353:2477-
90

Cooper CS, Snyder III HM. 2005. Pediatric Genitourinary Cancer, dalam Nachtsheim D.
Editor. Vademecum Urological Oncology. Texas: Landes Bioscience.117-123.

Kumar V, Cotran R.S, dan Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbin . Edisi 7. Jakarta:
EGC.

Manuaba. M, Tjakra. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010. Denpasar
: Sagung Seto

Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi

Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology.5thed. Philadelphia: F.A. Davis
Company; 2007. p.421-30.

Tanagho EA. Anatomy of the genitourinary tract. In: Tanagho EA, McAninch JW, editors.
Smiths general urology. 17th ed. USA: McGraw-Hill; 2008. p.1-4.

Вам также может понравиться