Вы находитесь на странице: 1из 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik
tumbuhan, hewan maupun organisme lainnya. Salah satu organisme yang mudah
dijumpai di Indonesia salah satunya adalah alga. Keadaan wilayah, iklim, serta
sumber daya alam yang ada di Indonesia sangat mendukung alga untuk hidup.
Berbagai jenis alga banyak di temukan di Indonesia terutama diwilayah pantai,
laut, dan beberapa di wilayah daratan serta perairan tawar. Jenis kelompok alga
yang dapat ditemukan di Indonesia diantaranya adalah chyanophyta, chlorophyta,
euglenophyta, xanthophyta, dinophyta, phaeophyta, chrysophyta, rhodophyta,
chryptophyta, dan bacilariophyta. (Edward dkk, 2010). Setiap kelompok alga
memiliki ciri khas masing-masing sehingga masing-masing jenis alga memiliki
manfaat yang berbeda pula.
Alga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan alga
sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal
komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku
industri makanan, kosmetik, farmasi, pupuk, bioindikator lingkungan, dan lain-
lain. (Campbell, 2008) Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan tentunya
perlu diimbangi dengan pengetahuan mengenai bagaimana karakteristik alga itu
sendiri agar dimanfaatkan secara baik dan tepat. Untuk menjelaskan beberapa
karakteristik kelompok alga, penulis menuliskan makalah yang berjudul Alga
dan Habitatnya

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu alga ?
2. Dimanakah habitat alga ?
3. Apa saja divisi yang dimiliki oleh alga ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi itu alga.
2. Mengetahui habitat alga.
3. Mengetahui divisi-divisi yang dimiliki oleh alga.
2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Alga
Kata alga berasal dari bahasa latin algae yang berarti ganggang laut. Alga
merupakan organisme sederhana yang tubuhnya belum terdeferensiasi menjadi
akar batang dan daun, serta organ reproduksi organisme ini tidak dilindungi oleh
sel-sel pelindung. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, alga melakukan
fotosintesis. (Edward dkk, 2010)

B. Habitat Alga
Alga tersebar dalam 4 habitat, yaitu pada habitat air laut, habitat air tawar,
habitat terrestrial, dan bersimbiosis. Alga yang tersebar rata pada ke empat habitat
tersebut adalah alga dari divisi chyanophyta, chlorophyta, euglenophyta,
xanthophyta, dinophyta, phaeophyta, chrysophyta, rhodophyta, chryptophyta, dan
bacilariophyta. (Edward dkk, 2010). Alga dari beberapa divisi tersebar pada
habitat air laut serta beberapa melakukan simbiosis untuk dapat hidup.

1. Habitat Air Laut


Marine habitat atau habitat laut dapat dibagi menjadi habitat laut pesisir dan
terbuka. Habitat pesisir ditemukan di daerah yang membentang dari sejauh arus
masuk di garis pantai, keluar ke tepi landas kontinen. Habitat laut dapat dibagi
menjadi habitat pelagis dan demersal. Habitat pelagis ditemukan di dekat
permukaan atau di kolom air terbuka, jauh dari dasar laut. Habitat demersal
berada di dekat atau di dasar laut. Beberapa organisme laut, seperti karang,
rumput laut, mangrove dan lamun, adalah insinyur ekosistem, yang membentuk
kembali lingkungan laut sampai pada titik di mana mereka menciptakan habitat
bagi organisme lain.
Terumbu karang terdiri dari beberapa habitat terpadat dan paling beragam di
dunia. Jenis terumbu yang paling terkenal adalah terumbu karang tropis, yang ada
di sebagian besar perairan tropis. Namun, terumbu juga bisa ada dalam air dingin.
Terumbu karang dibangun oleh karang dan hewan penyimpan kalsium lainnya,
biasanya di atas singkapan batu di dasar laut. Habitat alga ini umumnya pada
terumbu karang maka sebaran jenis makroalga mengikuti pula sebaran terumbu
karang disebabkan kejernihan yang tinggi yaitu bebas dari sedimentasi dan
4

salinitas yang tinggi yaitu 30% atau lebih sehingga menghasilkan pertumbuhan
alga yang beranekaragam. Struktur dan kondisi terumbu karang yang semakin
baik akan menyebabkan keanekaragaman rumput laut semakin tinggi.

2. Habitat Air Tawar


Habitat freshwater atau air tawar identik dengan wilayah air dengan kadar
garam yang rendah. Jadi ekosistem air tawar adalah ekosistem akuatik yang
memiliki konsentrasi garam yang rendah. Dengan karakteristik abiotik yang
demikian tentu sangat menentukan komponen biotik yang mampu bertahan hidup.
Suatu bioma dikatakan bersifat tawar jika memenuhi 4 syarat di bawah ini.
a. Memiliki suhu yang relatif homogen
b. Suhu dan pH sangat ditentunkan oleh lingkungan
c. Jika tercemar akan menyebabkan kerusakan ekosistem
d. Stratifikasi lapisan akuatik sangat pendek, sehingga terdapat perbedaan pada
tiap lapisan.
Berdesarkan pergerakan arus dan organisme yang hidup di dalamnya,
ekosistem (bioma) air tawar terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu habitat lentik dan
habitat lotik. Habitat lentik adalah habitat yang tidak memiliki arus sehingga
pergerakan arusnya tidak mengalir atau tenang secara terus menerus sehingga
keadaan air cenderung tenang. Dalam lingkungan akuatik, alga tumbuh sebagai
bentos, perifiton atau fitoplankton. Alga yang melekat pada permukaan batuan
disebut litoftik, jika alga terdapat di dalam batuan disebut epipelik. Perifiton
adalah organisme yang melekat pada tumbuhtumbuhan. Perifiton adalah epifit jika
melekat pada permukaan tumbuhan akuatik dan endofitik jika hidup di dalam
tumbuhan yang lain (Sulisetijono, 2000) (Gambar 2.1) Contoh danau dan kolam
ikan. Sedangkan habitat lotik adalah habiat air yang memiliki arus sehingga airnya
terus bergerak, tidak diam. Contoh sungai (Gambar 2.2)
5

Gambar 2.1 Danau yang merupakan jenis habitat lentik.


Sumber :www.ksmtour.com

Gambar 2.2 Sungai yang merupakan habitat air tawar lotik


Sumber : www.pasamanbaratkab.go.id
Tumbuhan maupun hewan yang ada di bumi tersebar berdasarkan kedalaman
dan jarak dari tepian. Oleh karenanya startifikasi ekosistem atau bioma air tawar
lentik (diam) dibedakan menjadi 3 zona yaitu:
a. Zona Litoral
Zona litoral adalah daerah akuatik dekat dengan tepi. Di zona ini organisme
mendapatkan banyak cahaya. Zona litoral dikenal juga dengan zona fotik. Disebut
dengan zona fotik karena di daerah ini banyak mendapatkan cahaya matahri.
Sehingga dengan demikian banyak organisme menjadikan tempat ini sebagai
daerah favorit untuk tumbuh dan berkembang, semisal tumbuhan air. Penyebaran
tumbuh-tumbuhan hijau terbatas pada daerah litoral dan sublittoral dimana masih
terdapat sinar yang cukup untuk untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa.
Pada tempat yang cocok maka akan ditemukan banyak makroalga di tempat
tersebut untuk menempel.
6

b. Zona Limnetik
Zona limnetik adalah daerah akuatik terletak di bawah zona litoral. Maka
posisi zona limnetik lumayan dalam dari permukaan dibandikan dengan zona
litoral. Meskipun letaknya di bawah zona litoral, cahaya matahri masih sanggup
menembus walaupun dengan intensitas cahaya yang berbeda. Pada zona ini
organisme yang mampu bertahan hidup ialah kelompok fitoplankton (alga),
zooplankton (udang-udangan). Kedua jenis organisme ini merupakann sumber
makanan ikan-ikan karnivora.
c. Zona Profundal
Zona yang terletak di dalam di bawah zona limnetik. Karena berada posisi
paling dalam maka cahaya matahari tidak mampu menembusnya. Sehingga
ilmuan menyebutnya dengan nama lain zona afotik. Di zona ini banyak bangkai
berjatuhan. Bangkai tersebut berasal dari 2 zona di atasnya yaitu zona litoral dan
limnetik. Di dalam zona ini juga terdapat mikroba pengurai yang menggunakan
oksigenb terlarut untuk menguraikan bangkai yang telah mati.
Kemudian ekosistem air tawar berdasarkan produksi materi organiknya
terbagi lagi menjadi 2 yaitu danau Oligotropik dan danau eutropik. Danau
oligotropik ialah sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-ciri utama danau
oligotropik yaitu airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme dan di dasar
air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. Sedangkan danau Eutropik ialah
sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena
fitoplankton sangat produktif. Ciri-ciri utama danau eutropik yaitu airnya keruh,
terdapat bermacam-macam organisme dan oksigen terdapat di daerah profundal.
3. Habitat Terestrial
Habitat terestrial adalah habitat yang ditemukan di darat, seperti hutan, padang
rumput, padang pasir, garis pantai, dan lahan basah. Habitat terestrial juga
termasuk habitat buatan manusia, seperti peternakan, kota, dan kota, dan habitat
yang ada di bawah bumi, seperti gua dan ranjau. Penentuan zona dalam ekosistem
terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial dapat
dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk menentukan
mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola
7

ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas
manusia. Ekosistem darat terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik
yang berada di daratan. Ekosistem darat, misalnya hutan, padang rumput, dan
gurun pasir. Di dalam tiap-tiap ekosistem tersebut terdapat interaksi antar
komponen ekosistem.
Berdasarkan habitatnya alga dapat dikelompokkan menjadi :
1. Hidrofit : alga yang hidup mengapung di permukaan air, atau terendam di air.
Kelompok ini dapat dibedakan menjadi :
a. Bentofit : alga yang tumbuh melekat di lumpur atau dasar perairan,
contohnya : Chara dan Nitella.
b. Epaktifit : alga yang tumbuh di sepanjang tepian kolam atau danau,
misalnya : Chaetophora, Oedogonium, dan Rivularia.
c. Termofit : alga yang hidup di mata air panas dengan suhu antara 70-80C.
d. Planktofit : alga yang hidup melayang di permukaan air, misalnya diatom,
bangsa dari Spirogyra, Nostoc, Zynema.
e. Halofit : alga yang hidup di air dengan kadar garam yang tingi, contoh
Ethromorpha.
f. Epifit : alga yang hidup menempel pada tumbuhan lain, misalnya :
Oedogonium.
g. Epizoit : alga yang hidup menempel pada hewan (cangkang, molusca, ikan,
dan kura-kura), contohnya : Protoderma menempel pada punggung kura-
kura.
2. Edapofit (alga darat) adalah kelompok alga yang hidup di permukaan tanah
(saprofit) atau di bawah permukaan tanah, satu meter atau lebih (kriptofit).
Contoh saprofit : Botrydium, Vaucheria sedangkan contoh kriptofit : Chlorella.
3. Aerofit adalah alga yang tempat hidupnya menyebabkan dominan berinteraksi
dangan udara, misalnya batuan lembab, tembok, patahan ranting pohon.
Contohnya : Sytonema, Vaucheria dan Calothrix.
4. Kriofit adalah alga yang tumbuh di permukaan es atau salju, memiliki
kemampuan adaptasi pada suhu beku. Contohnya : Chlamydomonas yang
menyebabkan salju menjadi berwarna merah.
8

5. Endofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubug tanaman lain, misalnya:
Nostoc di dalam talus Anthoceros dan Cycas.
6. Simbiotik adalah alga yang bersimbiosis dengan jamur misalnya lichens.
7. Endozoofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubuh hewan, misalnya
Zoochorella yang hidup di dalam tubuh Hydra.
8. Parasit adalah ganggang yang hidup parasit pada tanaman lain, contoh
Chephaleuros yang menyebabkan penyakit cabuk merah pada daun mangga,
teh dan kopi.

C. Divisi-Divisi pada Alga


Klasifikasi alga terbagi menjadi Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga
coklat), Rhodophyta (alga hijau), Chrysophyta, Cyanophyta dan Euglenophyta.
Secara taksonomi dikelompokkan dalam Devisi Thallopyta yang terdiri dari
Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta tidak memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Devisi Thallopyta memiliki peranan untuk menfiksasi bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari yang dimanfaatkan langsung
oleh herbivor (Asriyana, 2012).
1. Chlorophyta (Alga hijau)
Ganggang hijau atau Chlorophyta sesuai dengan namanya, kelompok dari
alga ini berwarna hijau berasal dari pigmen pada kloroplas. Kloroplas
mengandung pigmen yang digunakan untuk fotosintesis, yaitu klorofil-a dan
klorofil-b, g-karoten, dan beberapa xanthofil. Alga hijau menghasilkan dinding sel
yang sebagian besar terdiri dari karbonhidrat yang berselulosa. Karbohidrat atau
pati juga dapat ditemukan di dalam kloroplas. Kelompok alga ini memiliki bentuk
yang sangat beranekaragam, tetapi bentuk yang umum dijumpai adalah seperti
benang (filamen) dengan atau tanpa sekat dan berbentuk lembaran. Beberapa
genus bahkan ada yang memiliki 4 atau 8 flagela. (Suantika dkk, 2007).
Perkembangbiakannya dilakukan secara seksual maupun aseksual.
Perkembangbiakan yang dilakukan secara seksual, yaitu isi dari sel tumbuhan
pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu-getar
dua. Setelah gamet ini lepas ke dalam air, mereka bersatu berpasangan dan
melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan baru yang
9

dikenal sebagai sporofit (sorophyte), tetapi biasanya melalui fase benang terlebih
dahulu.
Perkembangbiakan yang dilakukan secara aseksual,yaitu setiap sel dari
tumbuhan sporofit membentuk zoospora berbulu-getar empat (spora adalah sel
perkembangbiakan yang berbeda dengan biji, terutama karena sel ini tidak berisi
embrio sehingga tumbuhan siap berkembang). Zoospora ini setelah dilepas
tumbuh langsung menjadi gametofit, yakni tumbuhan yang menghasilkan gamet.
Perkembangbiakan aseksual dapat terjadi juga dengan cara fragmentasi yang
membentuk tumbuh-tumbuhan tidak melekat (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Alga hijau tumbuh di laut sepanjang perairan dangkal, pada umumnya
melekat pada batuan dan sering kali muncul pada saat air menjadi surut
(Sulistijono, 2009). Berikut ini beberapa marga dari alga hijau:
a. Caulerpa yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur laut terdiri sari
15 jenis dan lima varietas.
b. Ulva mempunyai Talus berbentuk lembaran tipis seperti sla, oleh karenanya
dinamakan sla laut. Ada tiga jenis yang tercatat, salah satu diantaranya Ulva
reticulata. Alga ini biasanya melekat dengan menggunakan alat pelekat
berbentuk cakram pada batu atau pada substrat lain. Daunnya tipis dan lebar
0,1 mm tebalnya, bentuk dan ukurannya tidak teratur. Daun yang lebar dapat
mencapai ukuran 400 cm.
c. Valonia (V. ventricosa) mempunyai talus yang membentuk gelembung berisi
cairan verwarna ungu atau hijau menhkilat, menempel pada karang mati atau
batu karang. Alga ini berbenang hijau bercabang dan beruas, garis tengahnya
18 kira-kira 1 mm, tumbuh ke aras membentuk sebuah talus yang permukaan
atasnya berbentuk kubah.
d. Dictyosphaera (D. cavernosa) dan jenis-jenis marga ini di Nusa Tenggara Barat
dinamakan bulung dan dimanfaatkan untuk sayuran.
e. Halimeda terdiri dari 18 jenis, marga alga ini berkapur dan menjadi salah satu
penyumbang endapan kapur dilaut. Halimeda tuna terdiri dari rantai bercabang
dari potongan tipis berbentuk kipas.
10

f. Chaetomorpha mempunyai talus atau daunnya berbentuk benang yang


menggumpal. Jenis yang diketahui adalah C.crassa yang sering menjadi gulma
bagi budidaya rumput laut.
g. Codium hidup menempel pada batu atau batuan karang.
h. Marga Udotea tercatat dua jenis dan banyak terdapat di perairan Sulawesi,
seperti di Kepulauan Spermonde dan Selat Makasar. Alga ini tumbuh di dasar
pasir dan terumbu karang.
i. Tydemania (T. expeditionis) tumbuh di paparan terumbu karang yang dangkal
dan di daerah tubir pada kejelukan 5-30 m di perairan jernih.
j. Bernetella (B. nitida) menempel pada karang mati dan pecahan karang di
paparan terumbu.
k. Burgensia (B. forbesii) mempunyai talus berbentuk kantung silendrik berisi
cairan warna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan, menempel di batu karang
atau pada tumbuh-tumbuhan lain.
l. Neomeris (N. annulata), tumbuh menempel pada substrat dari karang mati di
dasar laut. N.annulata hidup didaerah pasut di seluruh perairan Indonesia
(Romimohtarto, 2001).
Ganggang hijau sendiri secara ekologis berperan sebagai penghasil utama
biomassa dalam ekosistem air tawar, baik sebagai organisme planktonik atau
organisme yang sangat aktif diwilayah perairan. Ganggang hijau ini juga dapat
digunakan sebagai indicator wilayah perairan. (Edward ddk, 2010)

Gambar 2.3. Ulva sp.


Sumber : www.flickr.com
11

Gambar 2.4. Halimeda sp.


Sumber : www.flickr.com

2. Phaeophyta (Alga coklat)


Alga cokelat ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen kuning dan
cokelat yaitu santofil, karotin, dan fukosantin (Suantika dkk, 2007). Alga cokelat
mempunyai cakupan luasan di perairan yang lebih dalam dan pigmen cokelat
lebih efisien melakukan fotosintesis dibandingkan pigmen warna hijau. Variasi
bentuk dari rumput laut cokelat cukup banyak. Beberapa diantaranya mempunyai
ukuran yang lebar, dan panjang dan umumnya banyak dijumpai di rataan terumbu
karang yang berhadapan langsung dengan samudera (Setyobudiandi dkk, 2009).
Ukuran talus atau rumpun beberapa jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-
jenis alga merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai sekitar tiga meter
(Palalo, 2013). Hidupnya melekat pada substrat dengan perantara alat perekat dan
di perairan dangkal beberapa juga hidup di air tawar. Cadangan makanan berupa
lamirin, mannitol atau berbentuk tetes-tetes lemak (Sulisetijono, 2009).
Perkembangbiakan secara seksual atau aseksual. Alga coklat yang ditemukan,
yakni:
a. Cystoseira sp yang hidup menempel padaa batu didaerah rataan terumbu
karang dengan alat perekatnya yang berbentuk cakram kecil. Alga ini
mengelompok bersama dengan komunitas Sargassum dan Turbinaria. Perairan
12

pantai Malaysia terdapat jenis Cystoseira prolifera yang berukuran besar dan
terdapat di paparan terumbu dan pantai berbatu.
b. Dictyopteris sp, hidup melekat pada batu dipinggir luar terumbu karang. Jenis
alga ini dapat dietemukan di Selat Jawa, Selat Sunda, dan Bali .
c. Dictyota (D. bartayresiana) tumbuh menempel pada batu karang mati didaerah
terumbu karang. Warnanya cokelat tua dan mempunyai talus 22 bercabang
yang terbagi dua. Talusnya yang pipih, lebarnya 2 mm, tersusun oleh tiga lapis
sel.
d. Hormophysa (H.triquesa), hidup menempel pada batu dengan alat perekatnya
berbentuk cakram kecil. Alga ini tersebar luas di perairan Indonesia, dan hidup
bercampur dengan Sargassum dan Turbinaria di terumbu karang.
e. Hydroclathrus (H.claratus) tumbuh melekat pada batu dan pasir di daerah
terumbu karang dan tersebar luas di perairan Indonesia.
f. Padina (P.australis) tumbuh menempel dibatu pada daerah terumbu karang,
baik ditempat terbuka di laut maupun ditempat terlindung.
g. Sargassum hidup melekat pada batu atau bongkahan karang. Warnanya
bermacam-macam dari cokelat muda sampai cokelat tua. Alat perekatnya
terdiri dari cakram pipih. Cakram ini muncul tangkai yang pendek silindrik
tegak. Tangkai yang pendek muncul poros silindrik panjang. Masing-masing
poros dapat mencapai 1 m panjangnya di bawah litoral Sargassum hidup.
h. Turbinaria mempunyai cabang silindris dengan diameter 2-3 mm dan
mempunyai cabang lateral pendek dari 1-1,5 cm panjangnya (Romimohtarto,
2001).

Gambar 2.5. Cystoseira sp


Sumber : www.botaninature.com
13

4. Euglenophyta
Euglenophyta hidup di air tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di air laut,
contohnya Eutreptia dan Klepsiella. Hampir seluruh organisme uniseluler dengan
total sekitar 900 spesies di seluruh dunia. Ditemukan di tempat yang mengandung
banyak bahan organik, hidup bebas sebagai zooplankton. Bersifat saprofit,
holozoik dan fototrofik sehingga dapat hidup secara heterotrof dan autotrof. Oleh
karena itu Euglenophyceae bersifat mikrosotrof.
Susunan tubuh dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma yang
menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya
Euglena dan Paranema. Periplas yang lentur berfungsi sebagai alat gerak atau
disebut gerak euglenoid. Terdapat beberapa jenis yang berbentuk koloni
contohnya Colacium. Bentuk sel kelompok euglena biasanya memanjang
membentuk spindle. Dalam selnya kadangkala mengandung kloroplas.

Gambar 2.6. penampang skematis Euglena


Sumber : Edward, G (2010)

BAB III
RANGKUMAN
Alga merupakan organisme sederhana yang tubuhnya belum terdeferensiasi
menjadi akar batang dan daun, serta organ reproduksi, organisme ini tidak
14

dilindungi oeh sel-sel pelindung pada organ reproduksinya. Alga melakukan


fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Habitat alga mulai dari
perairan, baik air tawar maupun air laut, sampai dengan daratan yang lembab
atau basah. Klasifikasi alga terbagi menjadi chyanophyta, chlorophyta,
euglenophyta, xanthophyta, dinophyta, phaeophyta, chrysophyta, rhodophyta,
chryptophyta, dan bacilariophyta.
Chlorophyta adalah kelompok dari alga hijau berasal dari pigmen pada
kloroplas, yaitu klorofil-a dan klorofil-b serta berbagai karotinoid.
Perkembangbiakan aseksual terjadi dengan cara fragmentasi sedangkan secara
seksual dengan sporofit. Alga hijau tumbuh di laut sepanjang perairan dangkal,
pada umumnya melekat pada batuan dan sering kali muncul pada saat air menjadi
surut, klasifikasi alga hijau Caulerpa, Ulva, Valonia (V.ventricosa),
Dictyosphaera (D.cavernosa), Halimeda, Chaetomorpha, Codium, Udotea ,
Tydemania (T.expeditionis), Bernetella (B.nitida), Burgensia (B.forbesii),
Neomeris (N.annulata).
Phaeophyta memiliki klorofil yang ditutupi oleh pigmen kuning dan cokelat
yaitu santofil, karotin, dan fukosantin. Ukuran talus atau rumpun beberapa
jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-jenis alga merah dan hijau. Hidupnya
melekat pada substrat dengan perantara alat perekat dan di perairan dangkal
beberapa juga hidup di air tawar. Cadangan makanan berupa lamirin, mannitol
atau berbentuk tetes-tetes lemak. Perkembangbiakan secara seksual atau aseksual.
Alga coklat yang ditemukan, yakni: Cystoseira sp, Dictyopteris sp, Dictyota (D.
Bartayresiana), Hormophysa (H.triquesa), Hydroclathrus (H.claratus), Padina
(P.australis), Sargassum, Turbinaria.
Euglenophyta hidup di air tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di air laut.
Ditemukan di tempat yang mengandung banyak bahan organik, hidup bebas
sebagai zooplankton. Euglenophyceae bersifat mikrosotrof. Susunan tubuh
dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma yang menebal, ada yang
kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya Euglena dan Paranema.
15

DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta : Bumi Aksara.
Campbell et al. 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Bellinger, G., Sigee, David. 2010. Freshwater Algae. New Delhi : A John Wiley &
Sons, Ltd, Publication.
Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang
Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Suantika, Gede., dkk. 2007. Biologi Kelautan. Jakarta : Universitas terbuka.
Sulisetijono, 2000. Studi Eksplorasi Potensi dan Taksonomi Makroalga di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang. Malang : Lembaga Penelitan
Universitas Negeri Malang.
Sulisetijono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Malang.
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Вам также может понравиться