Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik
tumbuhan, hewan maupun organisme lainnya. Salah satu organisme yang mudah
dijumpai di Indonesia salah satunya adalah alga. Keadaan wilayah, iklim, serta
sumber daya alam yang ada di Indonesia sangat mendukung alga untuk hidup.
Berbagai jenis alga banyak di temukan di Indonesia terutama diwilayah pantai,
laut, dan beberapa di wilayah daratan serta perairan tawar. Jenis kelompok alga
yang dapat ditemukan di Indonesia diantaranya adalah chyanophyta, chlorophyta,
euglenophyta, xanthophyta, dinophyta, phaeophyta, chrysophyta, rhodophyta,
chryptophyta, dan bacilariophyta. (Edward dkk, 2010). Setiap kelompok alga
memiliki ciri khas masing-masing sehingga masing-masing jenis alga memiliki
manfaat yang berbeda pula.
Alga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan alga
sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal
komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku
industri makanan, kosmetik, farmasi, pupuk, bioindikator lingkungan, dan lain-
lain. (Campbell, 2008) Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan tentunya
perlu diimbangi dengan pengetahuan mengenai bagaimana karakteristik alga itu
sendiri agar dimanfaatkan secara baik dan tepat. Untuk menjelaskan beberapa
karakteristik kelompok alga, penulis menuliskan makalah yang berjudul Alga
dan Habitatnya
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu alga ?
2. Dimanakah habitat alga ?
3. Apa saja divisi yang dimiliki oleh alga ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi itu alga.
2. Mengetahui habitat alga.
3. Mengetahui divisi-divisi yang dimiliki oleh alga.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Alga
Kata alga berasal dari bahasa latin algae yang berarti ganggang laut. Alga
merupakan organisme sederhana yang tubuhnya belum terdeferensiasi menjadi
akar batang dan daun, serta organ reproduksi organisme ini tidak dilindungi oleh
sel-sel pelindung. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, alga melakukan
fotosintesis. (Edward dkk, 2010)
B. Habitat Alga
Alga tersebar dalam 4 habitat, yaitu pada habitat air laut, habitat air tawar,
habitat terrestrial, dan bersimbiosis. Alga yang tersebar rata pada ke empat habitat
tersebut adalah alga dari divisi chyanophyta, chlorophyta, euglenophyta,
xanthophyta, dinophyta, phaeophyta, chrysophyta, rhodophyta, chryptophyta, dan
bacilariophyta. (Edward dkk, 2010). Alga dari beberapa divisi tersebar pada
habitat air laut serta beberapa melakukan simbiosis untuk dapat hidup.
salinitas yang tinggi yaitu 30% atau lebih sehingga menghasilkan pertumbuhan
alga yang beranekaragam. Struktur dan kondisi terumbu karang yang semakin
baik akan menyebabkan keanekaragaman rumput laut semakin tinggi.
b. Zona Limnetik
Zona limnetik adalah daerah akuatik terletak di bawah zona litoral. Maka
posisi zona limnetik lumayan dalam dari permukaan dibandikan dengan zona
litoral. Meskipun letaknya di bawah zona litoral, cahaya matahri masih sanggup
menembus walaupun dengan intensitas cahaya yang berbeda. Pada zona ini
organisme yang mampu bertahan hidup ialah kelompok fitoplankton (alga),
zooplankton (udang-udangan). Kedua jenis organisme ini merupakann sumber
makanan ikan-ikan karnivora.
c. Zona Profundal
Zona yang terletak di dalam di bawah zona limnetik. Karena berada posisi
paling dalam maka cahaya matahari tidak mampu menembusnya. Sehingga
ilmuan menyebutnya dengan nama lain zona afotik. Di zona ini banyak bangkai
berjatuhan. Bangkai tersebut berasal dari 2 zona di atasnya yaitu zona litoral dan
limnetik. Di dalam zona ini juga terdapat mikroba pengurai yang menggunakan
oksigenb terlarut untuk menguraikan bangkai yang telah mati.
Kemudian ekosistem air tawar berdasarkan produksi materi organiknya
terbagi lagi menjadi 2 yaitu danau Oligotropik dan danau eutropik. Danau
oligotropik ialah sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-ciri utama danau
oligotropik yaitu airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme dan di dasar
air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. Sedangkan danau Eutropik ialah
sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena
fitoplankton sangat produktif. Ciri-ciri utama danau eutropik yaitu airnya keruh,
terdapat bermacam-macam organisme dan oksigen terdapat di daerah profundal.
3. Habitat Terestrial
Habitat terestrial adalah habitat yang ditemukan di darat, seperti hutan, padang
rumput, padang pasir, garis pantai, dan lahan basah. Habitat terestrial juga
termasuk habitat buatan manusia, seperti peternakan, kota, dan kota, dan habitat
yang ada di bawah bumi, seperti gua dan ranjau. Penentuan zona dalam ekosistem
terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial dapat
dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk menentukan
mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola
7
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas
manusia. Ekosistem darat terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik
yang berada di daratan. Ekosistem darat, misalnya hutan, padang rumput, dan
gurun pasir. Di dalam tiap-tiap ekosistem tersebut terdapat interaksi antar
komponen ekosistem.
Berdasarkan habitatnya alga dapat dikelompokkan menjadi :
1. Hidrofit : alga yang hidup mengapung di permukaan air, atau terendam di air.
Kelompok ini dapat dibedakan menjadi :
a. Bentofit : alga yang tumbuh melekat di lumpur atau dasar perairan,
contohnya : Chara dan Nitella.
b. Epaktifit : alga yang tumbuh di sepanjang tepian kolam atau danau,
misalnya : Chaetophora, Oedogonium, dan Rivularia.
c. Termofit : alga yang hidup di mata air panas dengan suhu antara 70-80C.
d. Planktofit : alga yang hidup melayang di permukaan air, misalnya diatom,
bangsa dari Spirogyra, Nostoc, Zynema.
e. Halofit : alga yang hidup di air dengan kadar garam yang tingi, contoh
Ethromorpha.
f. Epifit : alga yang hidup menempel pada tumbuhan lain, misalnya :
Oedogonium.
g. Epizoit : alga yang hidup menempel pada hewan (cangkang, molusca, ikan,
dan kura-kura), contohnya : Protoderma menempel pada punggung kura-
kura.
2. Edapofit (alga darat) adalah kelompok alga yang hidup di permukaan tanah
(saprofit) atau di bawah permukaan tanah, satu meter atau lebih (kriptofit).
Contoh saprofit : Botrydium, Vaucheria sedangkan contoh kriptofit : Chlorella.
3. Aerofit adalah alga yang tempat hidupnya menyebabkan dominan berinteraksi
dangan udara, misalnya batuan lembab, tembok, patahan ranting pohon.
Contohnya : Sytonema, Vaucheria dan Calothrix.
4. Kriofit adalah alga yang tumbuh di permukaan es atau salju, memiliki
kemampuan adaptasi pada suhu beku. Contohnya : Chlamydomonas yang
menyebabkan salju menjadi berwarna merah.
8
5. Endofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubug tanaman lain, misalnya:
Nostoc di dalam talus Anthoceros dan Cycas.
6. Simbiotik adalah alga yang bersimbiosis dengan jamur misalnya lichens.
7. Endozoofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubuh hewan, misalnya
Zoochorella yang hidup di dalam tubuh Hydra.
8. Parasit adalah ganggang yang hidup parasit pada tanaman lain, contoh
Chephaleuros yang menyebabkan penyakit cabuk merah pada daun mangga,
teh dan kopi.
dikenal sebagai sporofit (sorophyte), tetapi biasanya melalui fase benang terlebih
dahulu.
Perkembangbiakan yang dilakukan secara aseksual,yaitu setiap sel dari
tumbuhan sporofit membentuk zoospora berbulu-getar empat (spora adalah sel
perkembangbiakan yang berbeda dengan biji, terutama karena sel ini tidak berisi
embrio sehingga tumbuhan siap berkembang). Zoospora ini setelah dilepas
tumbuh langsung menjadi gametofit, yakni tumbuhan yang menghasilkan gamet.
Perkembangbiakan aseksual dapat terjadi juga dengan cara fragmentasi yang
membentuk tumbuh-tumbuhan tidak melekat (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Alga hijau tumbuh di laut sepanjang perairan dangkal, pada umumnya
melekat pada batuan dan sering kali muncul pada saat air menjadi surut
(Sulistijono, 2009). Berikut ini beberapa marga dari alga hijau:
a. Caulerpa yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur laut terdiri sari
15 jenis dan lima varietas.
b. Ulva mempunyai Talus berbentuk lembaran tipis seperti sla, oleh karenanya
dinamakan sla laut. Ada tiga jenis yang tercatat, salah satu diantaranya Ulva
reticulata. Alga ini biasanya melekat dengan menggunakan alat pelekat
berbentuk cakram pada batu atau pada substrat lain. Daunnya tipis dan lebar
0,1 mm tebalnya, bentuk dan ukurannya tidak teratur. Daun yang lebar dapat
mencapai ukuran 400 cm.
c. Valonia (V. ventricosa) mempunyai talus yang membentuk gelembung berisi
cairan verwarna ungu atau hijau menhkilat, menempel pada karang mati atau
batu karang. Alga ini berbenang hijau bercabang dan beruas, garis tengahnya
18 kira-kira 1 mm, tumbuh ke aras membentuk sebuah talus yang permukaan
atasnya berbentuk kubah.
d. Dictyosphaera (D. cavernosa) dan jenis-jenis marga ini di Nusa Tenggara Barat
dinamakan bulung dan dimanfaatkan untuk sayuran.
e. Halimeda terdiri dari 18 jenis, marga alga ini berkapur dan menjadi salah satu
penyumbang endapan kapur dilaut. Halimeda tuna terdiri dari rantai bercabang
dari potongan tipis berbentuk kipas.
10
pantai Malaysia terdapat jenis Cystoseira prolifera yang berukuran besar dan
terdapat di paparan terumbu dan pantai berbatu.
b. Dictyopteris sp, hidup melekat pada batu dipinggir luar terumbu karang. Jenis
alga ini dapat dietemukan di Selat Jawa, Selat Sunda, dan Bali .
c. Dictyota (D. bartayresiana) tumbuh menempel pada batu karang mati didaerah
terumbu karang. Warnanya cokelat tua dan mempunyai talus 22 bercabang
yang terbagi dua. Talusnya yang pipih, lebarnya 2 mm, tersusun oleh tiga lapis
sel.
d. Hormophysa (H.triquesa), hidup menempel pada batu dengan alat perekatnya
berbentuk cakram kecil. Alga ini tersebar luas di perairan Indonesia, dan hidup
bercampur dengan Sargassum dan Turbinaria di terumbu karang.
e. Hydroclathrus (H.claratus) tumbuh melekat pada batu dan pasir di daerah
terumbu karang dan tersebar luas di perairan Indonesia.
f. Padina (P.australis) tumbuh menempel dibatu pada daerah terumbu karang,
baik ditempat terbuka di laut maupun ditempat terlindung.
g. Sargassum hidup melekat pada batu atau bongkahan karang. Warnanya
bermacam-macam dari cokelat muda sampai cokelat tua. Alat perekatnya
terdiri dari cakram pipih. Cakram ini muncul tangkai yang pendek silindrik
tegak. Tangkai yang pendek muncul poros silindrik panjang. Masing-masing
poros dapat mencapai 1 m panjangnya di bawah litoral Sargassum hidup.
h. Turbinaria mempunyai cabang silindris dengan diameter 2-3 mm dan
mempunyai cabang lateral pendek dari 1-1,5 cm panjangnya (Romimohtarto,
2001).
4. Euglenophyta
Euglenophyta hidup di air tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di air laut,
contohnya Eutreptia dan Klepsiella. Hampir seluruh organisme uniseluler dengan
total sekitar 900 spesies di seluruh dunia. Ditemukan di tempat yang mengandung
banyak bahan organik, hidup bebas sebagai zooplankton. Bersifat saprofit,
holozoik dan fototrofik sehingga dapat hidup secara heterotrof dan autotrof. Oleh
karena itu Euglenophyceae bersifat mikrosotrof.
Susunan tubuh dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma yang
menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya
Euglena dan Paranema. Periplas yang lentur berfungsi sebagai alat gerak atau
disebut gerak euglenoid. Terdapat beberapa jenis yang berbentuk koloni
contohnya Colacium. Bentuk sel kelompok euglena biasanya memanjang
membentuk spindle. Dalam selnya kadangkala mengandung kloroplas.
BAB III
RANGKUMAN
Alga merupakan organisme sederhana yang tubuhnya belum terdeferensiasi
menjadi akar batang dan daun, serta organ reproduksi, organisme ini tidak
14
DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta : Bumi Aksara.
Campbell et al. 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Bellinger, G., Sigee, David. 2010. Freshwater Algae. New Delhi : A John Wiley &
Sons, Ltd, Publication.
Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang
Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Suantika, Gede., dkk. 2007. Biologi Kelautan. Jakarta : Universitas terbuka.
Sulisetijono, 2000. Studi Eksplorasi Potensi dan Taksonomi Makroalga di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang. Malang : Lembaga Penelitan
Universitas Negeri Malang.
Sulisetijono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Malang.
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.