Вы находитесь на странице: 1из 8

REFERAT

DOKTER KELUARGA

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2013
DAFTAR ISI

Daftar isi........................................................................................... iii


BAB I Pendahuluan...........................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................. 2
2.1. Batasan dan Ruang Lingkup..................................................... 2
2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga..2
2.3. Karakteristik Dokter Keluarga............................................... 2
2.4. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga........................................ 3
2.5. Dokter Keluarga di Indonesia................................................ 3
2.6. Pelayanan Dokter berbasis Dokter Keluarga......................... 4
2.7. SJSN : Instrumen Pelayanan Dokter Keluarga...................... 5
BAB III PENUTUP......................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 7

BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan dokter dalam skim pelayanan kesehatan (sebagaimana banyak ditulis dalam
referensi tentang Administrasi Kesehatan) adalah salah satu jenis medical service yang
berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal sebagai Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP). UKP sendiri, terdiri dari berbagai strata, yaitu primer, skunder dan tersier.
UKP strata primer seringkali disebut dengan pelayanan atau praktik kedokteran dasar atau di
beberapa Negara dikembangkan sebagai praktik kedokteran keluarga. Dalam SKN disebutkan
bahwa, UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan pada perorangan.
Penyelengaranya bisa pemerintah, masyarakat atau sektor swasta yang diwujudkan
dalam bentuk pelayanan profesional seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter,
praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik
bersama dan rumah bersalin termasuk pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang
secara ilmiah terbukti keamanan dan khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan
kosmetika. UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas.
Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan yaitu pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan. Untuk masa yang akan datang,
bila sistem jaminan kesehatan telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan
UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan
diserahkan pada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali
daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas. Inilah yang
kemudian menjadi landasan bagi pengembangan dokter berbasis dokter keluarga di
Indonesia.
Upaya kesehatan perorangan (UKP) strata kedua adalah upaya kesehatan tingkat
lanjutan yang menggunakan ilmu pengetahuan dan dan teknologi spesialistik yang ditujukan
kepada perorangan. Penyelenggaranya adalah pemerintah, masyarakat dan swasta dalam
bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis, bali pengobatan
penyakit paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, RS kelas B
dan C non pendidikan milik pemerintah dan swasta. Sarana ini berfungsi sebagai pelayanan
langsung maupun sebagai sarana rujukan dari UKP strata pertama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan dan Ruang Lingkup

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan
keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan.
2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat


primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter
spesialis di tingkat pelyanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan
rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif
dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta
pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilih jenis kelamin, usia
serta faktor-faktor lainnya.
( The American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)

2.3 Karakterisitik Dokter Keluarga

Lynn P. Carmichael (1973)

Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan


Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
Andai mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan
penyakit

Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)

Pelayanan responsif dan bertanggung jawab


Pelayanan primer dan lanjut
Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
Memandang pasien dan keluarga
Melayani secara maksimal

IDI (1982)
Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh dan maksimal
Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

2.4 Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga

Skala kecil:

Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga


Mewujudkan keluarga sehat sejahtera

Skala besar:
Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia

2.5 Dokter Keluarga di Indonesia

Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai


sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun
1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter
Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi
anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada
tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama
World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family
Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese
Dokter Keluarga Indonesia.
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan
biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut
mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
Pendayagunaan dokter pasca PTT
Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Menghadapi era globalisasi

2.6 Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga

Masalah mendasar dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal adalah adanya
kesenjangan antara das sollen (cita-cita ideal akan pelayanan yang baik) dengan das sain
(kondisi nyata yang ada di lapangan). Cita-cita model pelayanan kesehatan ideal seringkali
terbentur pada kenyataan bahwa perspektif pembuat kebijakan, profesional kesehatan,
institusi akademis, manajer kesehatan masyarakat dan komunitas, seringkali berbenturan
karena perbedaan sisi pandang (yang kadangkala politis sifatnya). Seperti yang sudah banyak
ditulis bahwa masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah: 1) terbatasnya dana; 2) biaya
kesehatan naik dengan cepat sejalan dengan banyaknya penyakit yang tidak dapat
ditanggulangi; 3) adanya kesenjangan antara kebutuhan dan keinginan; dan 4) pelayanan jasa
yang tidak efisien. Banyak upaya yang sudah dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Deklarasi Alma Alta 1978 sebagai contohnya dengan visi Primary Health Care for All.
WHO Eropa, 1998 dengan visi Improving Health System: The Role of Family Medicine. Atau
yang terakhir, dan menjadi rujukan sampai saat ini adalah kolaborasi antara WHO dan
WONCA yang menghasilkan Vision of Family Medicine. Kurangnya pelayanan kesehatan
yang komprehensif yang kemudian menciptakan kerjasama WHO dan WONCA menuju
kesatuan di bidang kesehatan dalam proyek WHO WONCA TUFH (Towards Unity For
Health) di seluruh dunia. Dalam proyek ini, dokter pelayanan primer/dokter umum bekerja
dengan visi yang sama dalam jasa pelayanan kesehatan. Dalam WHO-WONCA Working
Paper, Membuat Praktek dan Pendidikan Medis Relevan dengan Kebutuhan Manusia:
Kontribusi Kedokteran Keluarga, hasil dari konferensi di Ontario, Kanada tahun 1994
dan juga WHO Eropa tahun 1998 dalam Kerangka Perkembangan Dokter Keluarga/Dokter
Umum. Semangat WHO-WONCA Working paper ini, menjadi ilham berbagai negara untuk
mulai mengembanglan praktik dokter berbasis dokter keluarga di Indonesia jauh sebelum
SKN dan SJSN diterbitkan.

2.7 SJSN: Instrumen Pelayanan Dokter Keluarga


SJSN pada dasarnya mengatur sistem pelayanan kedokteran berbasis kendali biaya.
Kendali biaya yang paling ideal namun tetap menjaga mutu adalah dengan prospective
payment system (PPS). Praktik PPS ini dalam pelayanan tingkat pertamabanyak
dipergunakan serta memberikan manfaat yang lebih baikadalah sistem kapitasi. Namun
dalam praktiknya harus ada pihak ketiga dalam hal ini lembaga asuransi yang bersifat nirlaba.
Lembaga ini akan berjalan baik apabila sistem ini diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip nasional ini penting karena
akan menghimpun dana kesehatan yang cukup besar dalam rangka pemenuhan hukum the
law of large number. Dengan terhimpunannya dana yang cukup maka manfaat UKP akan
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan bahan
medis habis pakai yang diperlukan. Dokter keluarga dapat menjalankan upaya promotif dan
preventif dengan insentif yang jelas. Tentu saja untuk jenis pelayanan yang dapat
menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya.

BAB III
PENUTUP

Wacana tentang Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga di Indonesia bukanlah


barang baru. Wacana ini semakin bergulir sejak WHO dan WONCA mengintroduksi
Kerangka Perkembangan Dokter Keluarga/Dokter Umum (hasil dari konferensi di Ontario,
Kanada tahun 1994). Dari sisi keilmuan dan idealisme pelayananan, pelayanan dokter
keluarga akan sangat bermanfaat untuk menyehatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan konsep
dokter keluarga bekerja jauh ke hulu, yaitu menjaga masyarakat sehat agar tetap sehat dan
tidak jatuh sakit. Kalaupun masyarakat sakit, early diagnosis berjalan baik, dan angka
pelayanan kedokteran di strata kedua dan ketiga dapat dikurangi.
Model pelayanan ini semakin mendapat tempat di Indonesia dengan semakin jelasnya
arah pengembangannya melalui SKN dan SJSN. Kemudian dalam praktiknya di dunia
pendidikan juga terjadi perubahan besar dengan pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi
yang tujuan akhir pendidikan kedokteran jelas disebutkan menghasilkan dokter layanan
primer dengan pendekatan dokter keluarga. Tantangan akhirnya tinggal pada keseriusan
pemerintah untuk mengembangkan konsep ini yang jelas-jelas di banyak Negara telah
memberikan manfaat yang nyata dalam meningkatkan dan menjada derajat kesehatan satu
bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta, 2004.


2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
4. WHO-WONCA working paper. Making medical practice and education relevant to
peoples needs: the contribution of family doctor. November 1994; Ontario, Canada
5. Gooh Lee Gan, et. all, a Primer on Family Medicine Practice, Singapore International
Foundation, 2004

Вам также может понравиться