Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal ginjal kronik (CKD) merupakan gangguan renal yang progresif dan
ireversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit, serta menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen di
dalam darah) (Smeltzer & Brenda, 2002).CKD biasa terjadi karena adanya kelainan
struktural atau fungsional pada ginjal yang berlangsung minimal selama 3 bulan.CKD
biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang bersifat menahun, dimana
pasien sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka mamasuki stadium lanjut.
Pengelolaan pada pasien dengan masalah CKD di instalasi gawat darurat harus
sesuai dengan pengkajian primer dalam hal airway, breathing dan circulation.
Pengelolaan pasien bertujuan untuk mengatasi masalah utama yang dialami pasien bukan
penyakit yang dimiliki pasien. Pasien kelola dengan CKD yang datang di IGD memiliki
keluhan pada breathing (pernapasan). Oleh karena itu kepatenan jalan nafas dan
pemberian oksigenasi menjadi perhatian utama dalam penatalaksanaan pasien. Selain itu
cairan pada pasien perlu diperhatikan untuk menghindari adanya komplikasi yaitu edema
pada pulmo yang dapat mengancam kehidupan pasien. Berdasarkan permasalah yang
dialami pada pasien CKD di IGD kelompok menyusun sebuah laporan asuhan
keperawatan yang terjadi pada pasien CKD di Unit Gawat Darurat yang memaparkan
secara rinci mulai dari pengkajian pasien hingga evaluasi tindakan keperawatan yang
diberikan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memahami konsep keperawatan gawat darurat pada pasien CKD dan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien di instalasi gawat darurat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak
sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya
sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia
tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan
prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi
dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).
D. Patofisiologi
Terlampirkan
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
d. Manifestasi Gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
f. Manifestasi Muskuloskeletal
g. Manifestasi Reproduktif
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi
lain.
c. Pielografi Intravena
d. USG
e. Renogram
j. EKG
k. Biopsi Ginjal
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin,
dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
9) Hipertrigliserida
1. Pengkajian Primer
Airway
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran
nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas
seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada
wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi
trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan nafas
adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift Data yang berhubungan
dengan status jalan nafas adalah :
b. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat.
Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya
oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan
tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru,
dinding dada dan diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
1) Pergerakan dada
2) Adanya bunyi nafas
3) Adanya hembusan/aliran udara
d. Circulation
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem
kardiovaskuler.
Status hemodinamik dapat dilihat dari :
1) Tingkat kesadaran
2) Nadi
3) Warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri
femoral.
2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.
Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang disertai
udema ekstremitas, napas terengah-engah.
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
I. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : .Uripah
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan :-
Alamat :
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa
Tanggal masuk RS : 23 Agustus 2017 Pukul: 14.30 WIB
No. RM : 441451
Diagnosa medis : CKD
Keluhan utama : Klien mengeluh sesak napas dan sebah pada perutnya
2. Pengkajian Primer
a. Airway :
Jalan napas klien paten, tidak terdapat sumbatan dan suara napas tambahan
b. Breathing :
RR klien 28x/menit, bunyi napas vesikuler, irama napas tidak teratur, terdapat
napas cuping hidung. Terpasang Nasal kanul 4 liter/menit.
c. Circulation :
Akral klien dingin, pucat, pengisian kapiler <2 detik, nadi : frek 98x/menit,
iramanya reguler dan kuat. TD 205/109 mmHg. Kelembapan kulitnya kering dan
turgornya menurun. Terdapat edema pada kedua extremitas bawah klien. Klien
mengatakan mual muntah sejak pagi.
d. Disability :
Tingkat kesadaran klien composmentis, dengan nilai GCS 15 (E4 M6 V5). Pupil
normal dan kekuatan otot klien 5544
e. Exposure
Terdapat edema pada kedua ekstremitas bawah sejak 1 minggu yang lalu.
f. Folley catheter
g. Gastric tube
h. Heart monitor
Nadi klien : frek 98x/menit, iramanya reguler dan kuat. TD 205/109 mmHg, SpO2
klien 96%.
3. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian SAMPLE
1) Symptom
2) Allergy
3) Medication
4) Past Illnes
Klien mengatakan sudah memiliki penyakit CKD sejak 2 tahun yang lalu.
5) Last Meal
6) Event
Klien mengalami sesak napas, mual muntah sejak pagi, dan merasa perutnya
keras dan sebah. Klien sudah 1 minggu tidak BAB dan kesulitan tidur.
Kemudian keluarga membawa klien ke IGD RS Kraton Pekalongan pada
pukul 14.30 WIB
b. Pemeriksaan Fisik
2) Keadaan Fisik
a) Kepala
I : pupil klien normal,. Tidak terdapat edem, tidak ada benda asing, anemis
c) Hidung
I : tidak terdapat lesi, edema atau rinorea, terlihat napas cuping hidung
d) Telinga
e) Mulut
f) Leher
I : tidak terdapat jejas pada sekitar klavikula, tidak terdapat distensi vena
jugularis
P : tidak terdapat krepitasi pada klavikula
g) Thorak
Paru-paru
I : sisi kanan dan kiri dada simetris, persebaran warna kulit merata, ada
retraksi intercosta saat bernapas, RR klien 28x/menit, ritme pernapasan
klien cepat dalam, klien terpasang nasal kanul 4 lpm.
P : tidak terdapat krepitasi
A : terdapat suara crakles
Jantung
I : tidak nampak ictus cordis pada area jantung
h) Abdomen
I : tidak ada lesi dan benjolan di area perut, persebaran warna kulit
abdomen rata, tidak tampak simetris di semua kuadran abdomen
A : bising usus 5x/menit
P : suara hipotimpani
P : tidak terdapat nyeri tekan
i) Genetalia
j) Anus
Tidak terkaji
k) Ekstremitas
Atas
I : tidak terdapat lesi atau edema
P : tidak terdapat krepitasi
Bawah
I : terdapat edema pada kedua ekstremitas bawahnya
P : kulit kembali setelah 2 detik
l) Integumen
I : kulit klien kering dan turgornya menurun, klien tidak mengalami gatal
gatal.
4. Pemeriksaan Penunjang
6. Terapi Medis
B. ANALISA DATA
c. Nadi : 98x/menit,
iramanya reguler dan kuat
d. TD 205/109 mmHg.
f. Turgornya menurun
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium.
D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian oksigen
2. Kelebihan volume cairan b.d Setelah dilakukan asuhan Fluid Management (4120)
1. Monitor tanda-tanda vital
penurunan haluaran urin, retensi keperawatan selama 1x15 menit
2. Monitor indikasi kelebihan
cairan dan natrium volume cairan seimbang.dengan
cairan/retensi (edema)
kriteria hasil 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
a. Akral klien hangat membram mukosa)
4. Kaji lokasi dan luasnya edema
b. Klien tidak terlihat pucat 5. Monitor balance cairan
E. IMPLEMENTASI
G. EVALUASI
Ny. U mengalami sesak napas karena sesak napas adalah salah satu
komplikasi yang kerap diderita pasien dengan diagnosa penyakit Chronic
Kidney Disease, hal ini terjadi akibat ketidak mampuan ginjal untuk
mencuci darah dan cairan tubuh yang harusnya dikeluarkan melalui ginjal
akan menumpuk pada tubuh. Kondisi ini akan mengakibatkan organ
disekitar ginjal termasuk paru paru terendam cairan yang tidak bisa
diproses oleh ginjal, karena paru-paru terendam oleh cairan yang
menumpuk membuat fungsi paru-paru tidak efektif, paru-paru tidak dapat
dengan baik mengambil oksigen dari udara yang dihirup. Sehingga
terjadinya udem pada paru-paru karena rongga paru-paru terisi oleh cairan
yang berasal dari ketidakefektifan fungsi ginjal membuang cairan (Arnold,
2016)