Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah laporan Konsep Dasar
Keaksaaraan dan Kesetaraan Analisis Program Keaksaraan Fugsionl ini. Semoga
makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusunan makalah ini tentunnya tidak lepas dari bantuan, bimbigan, dan
arahan berbagai pihak. Oleh karna itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membimbing kami, memberikan semangat, dan motifasinya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.2
DAFTAR ISI....3
BAB I PENDAHULUAN....4
BAB II PEMBAHASAN.....6
BAB V PENUTUP.....15
4.1 KSIMPULAN..15
4.2 SARAN....15
3
BAB 1.
PENDAHULUAN
4
fungsional, penyandang buta aksara memiliki kekuatan untuk meningkatkan mutu
dan kualitas hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah penyandang buta aksara di Indonesia memang dapat dikatakan masih
besar, hal ini dapat dilihat dari data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
tahun 2011 mengenai penduduk Indonesia yang buta huruf (penyandang buta aksara
usia 15 tahun ke atas sebanyak 7,76 juta orang. Sebanyak 64% atau 6,3 juta dari data
Kemendiknas adalah perempuan masih menyandang buta aksara yang berusia 15
tahun ke atas (Kemendiknas, 2011).
Kemampuan baca tulis pada kenyataannya masih menjadi permasalahan bagi
sebagian rakyat Indonesia khususnya perempuan miskin. Berdasarkan identifikasi
data dilapangan, di kota Banjarmasin sendiri tercatat 1,760 penyandang buta aksara.
Data Diknas Kota Banjarmasin tahun 2011, dari jumlah penduduk Kota Banjarmasin
yang buta huruf (penyandang buta aksara) usia 15 tahun ke atas ada sebanyak
sebanyak 1.553 orang. (Disdik Kota Banjarmasin: 2011).
1.2 Rumusan masalah
Kelebihan dan kekurangan penyelenggaraan program keaksaraan
fugsional.
Kurangnya pengalam belajar yang di alami warga belajar sehingga
menghambat proses belajar mengajar
Kurangnya sarana prasarana yang ada dalam program keaksaraan
fugsional (KF)
Penyelengaraan program Keaksaraan Fungsional (KF)
5
BAB II
PEMBAHASAN
Warga belajar adalah anggota masyarakat, tanpa batas umur, yang memerlukan
suatu atau beberapa jenis pendidikan tertentu, mempunyai hasrat untuk belajar, serta
bersedia membiayai sebagian atau segala keperluan belajarnya. Pengertian warga
belajar adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih
sempurna pada suatu individu dan bersifat kualitatif. Perkembangan merupakan
proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan, faktor faktor yang
mempengaruhinya yaitu factor internal dan factor eksternal (ligkungan). Faktor
lingkungan bisa saja di dapatkan dari dalam rumah dan sekolah melalui interaksi
social. Hubungannya dengan pendidikan, sekolah merupakan pusat pengembangan
peserta didik, guru dan lainnya, artinya sekolah berfungsi sebagai tempat
pemberdayaan masyarakat dan sekolah juga harus dapat melakukan pengembangan
dan perubahan transformasional kurikulum diharapkan dapat meningkatkan minat
dan motivasi belajar dan mengajar. Tetapi keluhan tentang lemahnya minat belajar
anak juga dapat ditimbulkan ketika anak berhadapan dengan guru dan biasanya yang
sering terjadi di lingkungan sekolah berkaitan kriteria guru yang mereka sukai yang
dapat meningkatkan minat belajar mereka. Warga belajar merupakan suatu komponen
masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan.Pendekatan sosial warga belajar adalah anggota masyarakat yang sedang
di siapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Pendekatan psikologis
warga belajar adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya
perubahan dalam struktur, kapisitas, fungsi dan afisiensi. Perkembangan itu bersifat
6
keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, sepiritual, yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pedekatan Edukatif yaitu pendekatan
pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur penting yang memiliki hak dan
kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
2.2 Rencana pembelajaran
Jenis Kegiatan
Tanggal
Watu
Tempat Pembelajaran
Perkembangan Pembelajaran
A.Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1
ayam
ikan
udang
ember
obor
7
Mengenal huruf konsonan B, C, D, K
B c D K
A I U E O
Ba ca Da Ka
Bi ci Di Ki
Bu cu Du Ku
Be ce De Ke
Bo co Do Ko
Baca Cabe
Babi Cuco
Budi Cado
Buka Cuka
Dabi Kebo
Dadu Kaki
Doca Kacu
8
Duka Kuda
Latihan 1
1. Da =
2. Bu =
3. Ka =
4. Ca =
5. Du =
6. Bo =
7. Ci =
8. Ku =
Kegiatan Belajar 2
F G H J
A I U E O
Fa Ga Ha Ja
Fi Gi Hi Ji
9
Fu Gu Hu Ju
Fe Ge He Je
Fo Go Ho Jo
Fega Gifa
Fahu Goha
Fuja Gaji
Fofi Gagu
Hafi Jafi
Hoge Juga
Huja Jihu
Hihu Jeju
Latihan 2
1. Fo =
2. Gu =
3. Hi =
4. Ja = .
5. Fe =
10
6. Ga =
7. Hu =
8. Je = .
Sarana:
1) Laptop
2) LD Proyektor
3) Kamera Digital
4) Peralatan Audio
5) Alat Tulis
6) Buku bacaan
7) Alat peraga
Prasarana:
1) Gedung
2) Meja
3) Kursi
11
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. kelebihan
B.kekurangan
kurangnya tingkat keefektifan belajar
kuarang begitu efektif bagi warga yang sangat terpencil
tingkan kemampuan warga belajar kurang , karena masa produktif sudah
lewat
kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya pendidikan
warga belajar cepat bosan
kemampuan tutor yang kurang
3.2 kurangnya pengalaman belajar
Dalam proses pelaksanaan kegiatan KF (keaksaraan fugsional) Banyak faktor
penghambat peningkatan kemampuan membaca warga belajar KF diantaranya yaitu
pengalaman belajar warga belajar yang kurang, kualitas tutor/ narasumber dalam
mengajar yang rendah, sarana prasarana dalam kegiatan pembelajaran minim, tingkat
kecerdasar warga belajar yang memang sudah rendah, dan tidak efektifnya metode
pembelajaran yang digunakan, khususnya metode membaca kurang menarik minat
belajar warga. Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan kemampuan membaca
12
permulaan agar warga belajar cepat paham dan memiliki kemampuan membaca
dengan baik. Berikut ini sebagian metode membaca yang dapat digunakan tutor
dalam pembelajaran KF:
a. Metode Suku Kata
b. Metode Huruf dan Gambar
c. Metode SAS (struktur analitik sintetik/struktur urai rangkai)
d. Metode Visual, Auditory, Kinesthetic, Tactile (VAKT)
Dalam metode cantol ini dapat diperkenalkan suku kata yang terdiri dari
gabungan huruf yang dibantu dengan cantolan berupa gambar dengan menggunakan
kartu bacaan untuk mempermudah warga belaja dalam mengingat seluruh suku kata,
kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan Game/permainan yang membuat visual
dan auditory warga belajar ikut bekerja melalui tebak kata dalam membantu warga
belajar mengingat bunyi dan bentuk suku kata. Karena metode ini mengembangkan
aspek visual, auditorial dan kinestetik.
Metode membaca sistem cantol merupakan sebuah metode yang berpegang pada
prinsip belajar yang menyenangkan. Mengapa penulis mengangkat metode ini
untuk mendampingi media pembelajaran Papan casing, karena menurut pengalaman
penulis sebagai tutor Keaksaraan Fungsional, menemukan bahwa warga belajar lebih
menyukai pembelajaran dengan hal-hal yang menyenangkan, dan melibatkan mereka
dalam praktik kerja langsung, sehingga pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan
yang membuat mengantuk di kelas.
3.3 Kurangnya sarana prasarana dalam program KF
13
warga belajarnya. Seharusnya tutuor lebih inovatif lagi dalam mengadakan media-
media pembalajaran seperti contoh memmanfaatkan potensi yang ada di sekitar
program keaksaraan fugsional di adakan.Seperti dalam proses belajar membaca tutor
harus lebih berfareasi lagi dalam penyampain materi bisa dengan dengan membaca
cerita-cerita pendek, tutor bisa menyuruh menilis identitas dirinnya dan masih banyak
lagi.
3.4 Penyelengaraan program keaksaraan fugsional
warga belajar akan termotivasi untuk belajar jika sesuai dengan pengalaman,
minat dan kebutuhan mereka
orientasi belajar berhubungan erat dengan kehidupannya
pengalaman adalah sumber yang paling kaya yang harus diakui
keberadaannya bagi pembelajaran program keaksaraan fungsiona
setiap warga belajar mempunyai kebutuhan untuk mengarahkan diri
perbedaan individu di antara warga belajar meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
14
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses yang dilakukan mengikuti input
proses output outcome. Sebagai raw input dari kegiatan ini adalah warga belajar
yaitu perempuan usia 20 40 tahun berlatar dengan pekerjaan petani atau buruh tani,
sedangkan instrumental input meliputi materi/bahan ajar yang terdiri dari materi
calistung, keterampilan fungsional dan manajerial, pengelola, tutor/NST, pendamping
serta stimulan yang berupa dana dan bersifat revolving. Sementara itu environmental
input dikemas dalam ujud multichannel yang melibatkan semua potensi lingkungan
untuk proses pembelajaran.
Proses kegiatan terdiri dari pembelajaran dengan materi calistung dan keterampilan,
kegiatan usaha dalam wadah kelompok belajar usaha (KBU) serta pendampingan.
Dalam proses ini tutor, NST dan pendamping merupakan 3 komponen yang saling
memperkuat, sehingga dari ketiganya dituntut kerjasama dan sinergisitas. Selain
penguasaan kemampuan calistung dan keterampilan, output kegiatan ini adalah
adanya sebuah kegiatan usaha yang dijalani oleh warga belajar. Sedangkan outcome
kegiatan adalah adanya peningkatan penghasilan warga belajar. Selain itu,
penggunaan pola dana bergulir diharapkan akan menumbuhkan kelompok-kelompok
baru, minimal terjadi pengembangan usaha atau anggota kelompok. Proses
pembelajaran dan pembentukan kelompok belajar usaha (KBU) dapat digambarkan
sebgaimana alur berikut
15
calistung dan keterampilan fungsional dikuasai WB. Pembentukan kelompok belajar
usaha (KBU) ini juga dimaksudkan sebagai media penguatan bagi penguasaan
calistung.
16
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
http://denawanto.blogspot.co.id/2016/06/makalah-keaksaran-fungsional-
pendidikan.html?m=1#ixzz4jCbGooxt
https://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-program-keaksaraan-
fungsional.html
https://erasupra.wordpress.com/pls/modul-pembelajaran-keaksaraan-
fungsional-bagi-aksarawan-baru/
18