Вы находитесь на странице: 1из 18

MENGANALISIS PROGRAM KEAKSARAAN FUGSIONAL

MAKALAH

Oleh:

Azis Mei Kurnianto


NIM.150210201005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayatnya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah laporan Konsep Dasar
Keaksaaraan dan Kesetaraan Analisis Program Keaksaraan Fugsionl ini. Semoga
makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusunan makalah ini tentunnya tidak lepas dari bantuan, bimbigan, dan
arahan berbagai pihak. Oleh karna itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membimbing kami, memberikan semangat, dan motifasinya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah Konsep Dasar Keaksaraan dan


Kesetaraan masih banyak kekurangan oleh karna itu, keritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan tugas makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan
makalah ini. Terimakasih

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.2

DAFTAR ISI....3

BAB I PENDAHULUAN....4

1.1 LATAR BELAKANG....4

1.2 RUMUSAN MASALAH..5

BAB II PEMBAHASAN.....6

2.1 WARGA BELAJAR (WB)6

2.2 RENCANA PEMBELAJARAN6

2.3 SARANA PRASARANA10

BAB III ANALISIS MASALAH..12

3.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROGRAM KF.12

3.2 KURANGNYA PENGALAMAN BELAJAR12

3.3 KURANGNYA SARANA PRASARANA DI PROGRAM K13

3.4 PENYELENGARAAN PROGARAM KF..13

BAB V PENUTUP.....15

4.1 KSIMPULAN..15

4.2 SARAN....15

3
BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keaksaraan fungsional (KF) merupakan sebuah pendekatan melalui program


pendidikan non formal untuk mengatasi masyarakat yang menyandang buta aksara.
Keaksaraan fungsional diartikan secara sederhana sebagai kemampuan untuk
membaca, menulis dan berhitung (calistung) serta berorientasi pada kehidupan sehari-
hari dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam yang ada di
lingkungan sekitar untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup warga belajarnya.
Keaksaraan fungsional membantu masyarakat lebih berdaya dengan cara
belajar untuk menambah kemampuan dan pengetahuan. Penyandang buta aksara
dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan pada dilema dan masalah yang sangat
komplek. Seperti, kesulitan mendampingi dan membantu dalam menyelesaikan tugas
sekolah anaknya di rumah. Penyandang buta aksara (buta huruf) dapat dianggap
negatif di lingkungan sekitar yang berdampak pada psikologisnya karena adanya
kesenjangan dalam status sosial pada baca, tulis dan berhitung mengenai angka dan
bukan hanya pada menghitung uang saja.
Penyandang buta aksara juga memiliki keterbatasan tidak dapat membaca dan
menulis untuk mengurus administrasi kependudukan, seperti pembuatan KTP (Kartu
Tanda Penduduk). Proses mendapatkan akses pengurusan jaminan kesehatan
masyarakat dengan prosedur membuat keterangan keluarga miskin kepada aparatur
pemerintah terendah yaitu Rukun Tetangga (RT) sampai dengan tingkatan teratas
juga termasuk keterbatasan penyandang buta aksara. Proses tersebut dapat dilihat
ketika mereka harus mengisi absensi pertemuan atau kegiatan dilingkungan. Fakta
tersebut, terlihat bahwa penyandang buta aksara kurang memiliki kesempatan dengan
kata lain mereka haruslah bergantung kepada orang lain. Adanya program keaksaraan

4
fungsional, penyandang buta aksara memiliki kekuatan untuk meningkatkan mutu
dan kualitas hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah penyandang buta aksara di Indonesia memang dapat dikatakan masih
besar, hal ini dapat dilihat dari data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
tahun 2011 mengenai penduduk Indonesia yang buta huruf (penyandang buta aksara
usia 15 tahun ke atas sebanyak 7,76 juta orang. Sebanyak 64% atau 6,3 juta dari data
Kemendiknas adalah perempuan masih menyandang buta aksara yang berusia 15
tahun ke atas (Kemendiknas, 2011).
Kemampuan baca tulis pada kenyataannya masih menjadi permasalahan bagi
sebagian rakyat Indonesia khususnya perempuan miskin. Berdasarkan identifikasi
data dilapangan, di kota Banjarmasin sendiri tercatat 1,760 penyandang buta aksara.
Data Diknas Kota Banjarmasin tahun 2011, dari jumlah penduduk Kota Banjarmasin
yang buta huruf (penyandang buta aksara) usia 15 tahun ke atas ada sebanyak
sebanyak 1.553 orang. (Disdik Kota Banjarmasin: 2011).
1.2 Rumusan masalah
Kelebihan dan kekurangan penyelenggaraan program keaksaraan
fugsional.
Kurangnya pengalam belajar yang di alami warga belajar sehingga
menghambat proses belajar mengajar
Kurangnya sarana prasarana yang ada dalam program keaksaraan
fugsional (KF)
Penyelengaraan program Keaksaraan Fungsional (KF)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Warga belajar (WB)

Warga belajar adalah anggota masyarakat, tanpa batas umur, yang memerlukan
suatu atau beberapa jenis pendidikan tertentu, mempunyai hasrat untuk belajar, serta
bersedia membiayai sebagian atau segala keperluan belajarnya. Pengertian warga
belajar adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih
sempurna pada suatu individu dan bersifat kualitatif. Perkembangan merupakan
proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan, faktor faktor yang
mempengaruhinya yaitu factor internal dan factor eksternal (ligkungan). Faktor
lingkungan bisa saja di dapatkan dari dalam rumah dan sekolah melalui interaksi
social. Hubungannya dengan pendidikan, sekolah merupakan pusat pengembangan
peserta didik, guru dan lainnya, artinya sekolah berfungsi sebagai tempat
pemberdayaan masyarakat dan sekolah juga harus dapat melakukan pengembangan
dan perubahan transformasional kurikulum diharapkan dapat meningkatkan minat
dan motivasi belajar dan mengajar. Tetapi keluhan tentang lemahnya minat belajar
anak juga dapat ditimbulkan ketika anak berhadapan dengan guru dan biasanya yang
sering terjadi di lingkungan sekolah berkaitan kriteria guru yang mereka sukai yang
dapat meningkatkan minat belajar mereka. Warga belajar merupakan suatu komponen
masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan.Pendekatan sosial warga belajar adalah anggota masyarakat yang sedang
di siapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Pendekatan psikologis
warga belajar adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya
perubahan dalam struktur, kapisitas, fungsi dan afisiensi. Perkembangan itu bersifat

6
keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, sepiritual, yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pedekatan Edukatif yaitu pendekatan
pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur penting yang memiliki hak dan
kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
2.2 Rencana pembelajaran

Jenis Kegiatan

Tanggal

Watu

Tempat Pembelajaran

Perkembangan Pembelajaran

Tanda Tangan Guru

A.Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1

Mengenal huruf A, I, U, E, O seperti

ayam

ikan

udang

ember

obor

7
Mengenal huruf konsonan B, C, D, K

Bacalah secara berulang-ulang huruf-huruf di bawah ini !

B c D K

A I U E O

Ba ca Da Ka

Bi ci Di Ki

Bu cu Du Ku

Be ce De Ke

Bo co Do Ko

Baca Cabe

Babi Cuco

Budi Cado

Buka Cuka

Dabi Kebo

Dadu Kaki

Doca Kacu

8
Duka Kuda

Latihan 1

Buatlah kata-kata baru dengan menggunakan suku kata di bawah ini !

1. Da =

2. Bu =

3. Ka =

4. Ca =

5. Du =

6. Bo =

7. Ci =

8. Ku =

Kegiatan Belajar 2

Bacalah secara berulang-ulang huruf-huruf di bawah ini !

F G H J

A I U E O

Fa Ga Ha Ja

Fi Gi Hi Ji

9
Fu Gu Hu Ju

Fe Ge He Je

Fo Go Ho Jo

Fega Gifa

Fahu Goha

Fuja Gaji

Fofi Gagu

Hafi Jafi

Hoge Juga

Huja Jihu

Hihu Jeju

Latihan 2

Buatlah kata-kata baru dengan menggunakan suku kata di bawah ini !

1. Fo =

2. Gu =

3. Hi =

4. Ja = .

5. Fe =

10
6. Ga =

7. Hu =

8. Je = .

2.3 Sarana prasarana

Untuk menunjang berlangsungnya kegiatan pelatihan ini, maka fasilitas yang


disediakan adalah sebagai berikut:

Sarana:

1) Laptop

2) LD Proyektor

3) Kamera Digital

4) Peralatan Audio

5) Alat Tulis

6) Buku bacaan

7) Alat peraga

Prasarana:

1) Gedung

2) Meja

3) Kursi

11
BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Kelebiah dan kekurangan program KF

A. kelebihan

Membantu, membimbing, melatih serta memotivasi warga belajar agar dapat


membaca menulis dan berhitung.
Membantu warga belajar menganalisa masalah dan potensi di desa
membuat warga masyarakat menjadi lebih trampil dan mempunyaI skill
Mngurangi angka buta aksara di Indonesia

B.kekurangan
kurangnya tingkat keefektifan belajar
kuarang begitu efektif bagi warga yang sangat terpencil
tingkan kemampuan warga belajar kurang , karena masa produktif sudah
lewat
kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya pendidikan
warga belajar cepat bosan
kemampuan tutor yang kurang
3.2 kurangnya pengalaman belajar
Dalam proses pelaksanaan kegiatan KF (keaksaraan fugsional) Banyak faktor
penghambat peningkatan kemampuan membaca warga belajar KF diantaranya yaitu
pengalaman belajar warga belajar yang kurang, kualitas tutor/ narasumber dalam
mengajar yang rendah, sarana prasarana dalam kegiatan pembelajaran minim, tingkat
kecerdasar warga belajar yang memang sudah rendah, dan tidak efektifnya metode
pembelajaran yang digunakan, khususnya metode membaca kurang menarik minat
belajar warga. Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan kemampuan membaca

12
permulaan agar warga belajar cepat paham dan memiliki kemampuan membaca
dengan baik. Berikut ini sebagian metode membaca yang dapat digunakan tutor
dalam pembelajaran KF:
a. Metode Suku Kata
b. Metode Huruf dan Gambar
c. Metode SAS (struktur analitik sintetik/struktur urai rangkai)
d. Metode Visual, Auditory, Kinesthetic, Tactile (VAKT)
Dalam metode cantol ini dapat diperkenalkan suku kata yang terdiri dari
gabungan huruf yang dibantu dengan cantolan berupa gambar dengan menggunakan
kartu bacaan untuk mempermudah warga belaja dalam mengingat seluruh suku kata,
kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan Game/permainan yang membuat visual
dan auditory warga belajar ikut bekerja melalui tebak kata dalam membantu warga
belajar mengingat bunyi dan bentuk suku kata. Karena metode ini mengembangkan
aspek visual, auditorial dan kinestetik.
Metode membaca sistem cantol merupakan sebuah metode yang berpegang pada
prinsip belajar yang menyenangkan. Mengapa penulis mengangkat metode ini
untuk mendampingi media pembelajaran Papan casing, karena menurut pengalaman
penulis sebagai tutor Keaksaraan Fungsional, menemukan bahwa warga belajar lebih
menyukai pembelajaran dengan hal-hal yang menyenangkan, dan melibatkan mereka
dalam praktik kerja langsung, sehingga pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan
yang membuat mengantuk di kelas.
3.3 Kurangnya sarana prasarana dalam program KF

Dalam program keaksaraan fugsional (KF) yang sudah terselengara masih


menyisakan banyak sekali persoalan yang mendasar salah satunya adalah sarana
prasarana yang kurang memadai dalam pelaksanaan program keaksaraan fugsional ini
sebagai contoh gedung untuk menyeleggarakan program ini sangat kurang bahkan
terlihat dari tempat pelaksanaanya yang terkesan seadanya atau. Dan juga media
pembelajaran yang sangat kurang memadai yang di gunakan tutur dalam mengajar

13
warga belajarnya. Seharusnya tutuor lebih inovatif lagi dalam mengadakan media-
media pembalajaran seperti contoh memmanfaatkan potensi yang ada di sekitar
program keaksaraan fugsional di adakan.Seperti dalam proses belajar membaca tutor
harus lebih berfareasi lagi dalam penyampain materi bisa dengan dengan membaca
cerita-cerita pendek, tutor bisa menyuruh menilis identitas dirinnya dan masih banyak
lagi.
3.4 Penyelengaraan program keaksaraan fugsional

Penyelenggaraan keaksaraan fungsional memiliki prinsip-prinsip yang tidak


sama dengan penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah yang lain.
Penyelenggaraan keaksaraan fungsional mengacu pada prinsip adalah (Kusnadi,
2003b): (1) Konteks Lokal, (2) Desain lokal, (3) Proses Partisipatif, dan (4)
Fungsionalisasi Hasil Belajar. Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh tutor dan pengelola keaksaraan fungsional dalam
melaksanakan proses pembelajaran (Kusnadi, 2003b), yaitu :

warga belajar akan termotivasi untuk belajar jika sesuai dengan pengalaman,
minat dan kebutuhan mereka
orientasi belajar berhubungan erat dengan kehidupannya
pengalaman adalah sumber yang paling kaya yang harus diakui
keberadaannya bagi pembelajaran program keaksaraan fungsiona
setiap warga belajar mempunyai kebutuhan untuk mengarahkan diri
perbedaan individu di antara warga belajar meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.

Secara keseluruhan, proses penyelenggaraan model Pemberdayaan Perempuan


melalui Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional ini dapat digambarkan
sebagaimana diagram berikut

14
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses yang dilakukan mengikuti input
proses output outcome. Sebagai raw input dari kegiatan ini adalah warga belajar
yaitu perempuan usia 20 40 tahun berlatar dengan pekerjaan petani atau buruh tani,
sedangkan instrumental input meliputi materi/bahan ajar yang terdiri dari materi
calistung, keterampilan fungsional dan manajerial, pengelola, tutor/NST, pendamping
serta stimulan yang berupa dana dan bersifat revolving. Sementara itu environmental
input dikemas dalam ujud multichannel yang melibatkan semua potensi lingkungan
untuk proses pembelajaran.

Proses kegiatan terdiri dari pembelajaran dengan materi calistung dan keterampilan,
kegiatan usaha dalam wadah kelompok belajar usaha (KBU) serta pendampingan.
Dalam proses ini tutor, NST dan pendamping merupakan 3 komponen yang saling
memperkuat, sehingga dari ketiganya dituntut kerjasama dan sinergisitas. Selain
penguasaan kemampuan calistung dan keterampilan, output kegiatan ini adalah
adanya sebuah kegiatan usaha yang dijalani oleh warga belajar. Sedangkan outcome
kegiatan adalah adanya peningkatan penghasilan warga belajar. Selain itu,
penggunaan pola dana bergulir diharapkan akan menumbuhkan kelompok-kelompok
baru, minimal terjadi pengembangan usaha atau anggota kelompok. Proses
pembelajaran dan pembentukan kelompok belajar usaha (KBU) dapat digambarkan
sebgaimana alur berikut

Penjelasan Alur: WB pada kejar KF yang baru terbentuk dikenakan


pembelajaran dengan materi calistung sedemikian rupa sehingga WB menguasai
keterampilan dasar calistung. Setelah calistung dasar sudah dikuasai WB (sudah
dalam tahap pemberantasan), diberikan keterampilan yang bersesuaian dengan
kehidupan sehari-hari WB. Pemberian keterampilan ini dimaksudkan juga sebagai
penguatan terhadap kemampuan dasar calistung. Dalam pembelajaran calistung dan
keterampilan fungsional, juga dimasukkan achievement motivation sebagai upaya
memberikan motivasi bagi WB dalam mengikuti pembelajaran pada
KF.Pembentukan kelompok belajar usaha (KBU) dibentuk setelah kemampuan dasar

15
calistung dan keterampilan fungsional dikuasai WB. Pembentukan kelompok belajar
usaha (KBU) ini juga dimaksudkan sebagai media penguatan bagi penguasaan
calistung.

kelompok belajar usaha (KBU) yang dibentuk merupakan embrio bagi


terwujudnya Kelompok usaha bersama (KUB) yang merupakan tindak lanjut bagi
penyelenggaraan kejar KF dengan bentuk usaha dapat beragam. Penyelenggaraan
program pemberdayaan perempuan melalui Kejar KF ini dilakukan dalam 3 tahap
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Tahap persiapan
mencakup kegiatan identifikasi, penyiapan sarana dan prasarana, orientasi dan
pembentukan kelompok belajar KF. Tahap pelaksanaan mencakup kegiatan
pembelajaran dengan materi calistung dan keterampilan fungsional, pembentukan
kelompok belajar usaha (KBU) serta kegiatan pendampingan. Sementara itu tahap
tindak lanjut berkaitan dengan pelestarian kelompok.

16
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendidikan keaksaraan dan kesetaraan sangat penting dalam dunia pendidikan


non formal karena pendidikan keaksaraan dan kesetaraan memberi kesempatan bagi
orang-orang yang tidak sekolah di sektor formal ataupun yang tidak melanjutkan
sekolah karena droup out ataupun tidak mempunyai biaya, dengan adanya pendidikan
kesetaraan dan keaksaraan ini mereka bisa mendapatkan pendidikan dan mereka bisa
setara seperti orang-orang yang bersekolah secara formal

4.1 Saran

pendidikan kesetaraan dan keaksaraan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan


warga belajarnya disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang mata pencaharian
mereka. metode-metode pembelajarannya juga disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lingkungan sekitar dimana mereka tingga, supaya pengetahuan yang didapat
selama mengikuti program kesetaraan dan keaksaraan warga belajar bisa
menggunakan pengalamannya itu di dalam kehidupannya sehari-hari

17
DAFTAR PUSTAKA

http://denawanto.blogspot.co.id/2016/06/makalah-keaksaran-fungsional-
pendidikan.html?m=1#ixzz4jCbGooxt
https://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-program-keaksaraan-
fungsional.html

https://erasupra.wordpress.com/pls/modul-pembelajaran-keaksaraan-
fungsional-bagi-aksarawan-baru/

18

Вам также может понравиться