Вы находитесь на странице: 1из 32

METODE PELAKSANAAN

A. Pendekatan Umum

Sesuai dengan maksud dan tujuan serta ruang lingkup pekerjaan Verifikasi, Survey
dan Pemetaan Objek PBB yang tertuang dalam TOR, pemahaman lokasi pekerjaan
selama persiapan penulisan usulan teknis, maka pendekatan pelaksanaan
pekerjaan mulai tahap persiapan, implementasi dan penyelesaian pekerjaan
didasarkan kepada kondisi dan permasalahan yang ada seperti yang tertuang
dalam TOR.

Disamping itu, pelaksana pekerjaan Verifikasi, Survey dan Pemetaan Objek PBB
juga harus mengikuti tata cara kerja dan semua persyaratan teknis yang masih
berlaku di Direktorat Jendral Pajak, di antaranya:

a. Surat Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-533/PJ.6/2000 tanggal 20 Desember


2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendataan dan Penilaian Objek dan
Subjek PBB.
b. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-33/PJ.6/1993 tanggal 14 Juni 1993 tentang
Petunjuk Teknis Pemetaan PBB.
c. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-38/PJ.6/1993 tanggal 30 Juni 1993 tentang
Petunjuk Teknis Pengukuran dan Identifikasi Obyek PBB.
d. Surat edaran Dirjen Pajak No. SE-19/PJ.6/2003 tanggal 26 mei 2003 tentang
petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembentukan Basis Data SIG PBB
e. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-16/PJ.6/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang
Peningkatan Kualitas Peta Digital dan Pembentukan Bank Data Nilai Pasar.
f. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-34/PJ.6/2002 tanggal 27 September 2002
tentang LSPOP Info Rinci Objek Pajak.
g. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-28/PJ.6/1992 tanggal 12 Juni 1992 tentang
Petunjuk Teknis Nomor Objek Pajak (NOP) PBB dan Peraturan-peraturan lain
yang masih berlaku..

PT. GEOMATIK CONSULTANT 1


B. Pelaksanaan Pekerjaan Verifikasi, Survey dan Pemetaan Objek PBB

Agar semua kegiatan ini dapat berjalan dengan tepat dan tidak keluar dari
maksud dan tujuan, serta ruang lingkup pekerjaan, maka perlu disusun
tahapan pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan pelaksanaan pekerjaan ini sangat
penting bagi kontraktor pelaksana sebagai pedoman untuk memobilisasi
tenaga-tenaga ahli maupun tenaga-tenaga pendukung lainnya, serta dapat
memonitoring dan mengevaluasi setiap tahapan-tahapan pekerjaan. Mengingat
beragam dan besarnya volume pekerjaan, maka kontraktor pelaksana mencoba
menyusun tahapan pelaksanaan kegiatan Verifikasi, Survey dan Pemetaan
Objek PBB seperti :

1. VERIFIKASI DAN PEMBENTUKAN BASIS DATA SPASIAL (PETA)

A. Kompilasi Peta dan Orientasi Lapangan;


secara garis besar kegiatan ini terdiri dari :
1. Melakukan kompilasi peta yang ada di wilayah pekerjaan apakah sudah
lengkap dan memenuhi spesifikasi teknis yang dikehendaki;
2. Melakukan orientasi dan identifikasi lapangan untuk mengetahui kondisi
lapangan wilayah pekerjaan sehingga diperoleh informasi yang lengkap dan
sesungguhnya yang akan dimanfaatkan dalam proses pengadaan dan atau
updating peta.

Secara lebih detail, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

1. Berdasarkan peta dan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik peta dan
data hasil pendataan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun peta dan data
dari instansi lain, dilakukan kompilasi untuk mengetahui kelengkapan peta
dan data yang diperlukan;
2. Berdasarkan peta dan data yang telah berhasil dikumpulkan, baik peta dan
data hasil pendataan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun peta dan data
dari instansi lain, dilakukan kompilasi untuk mengetahui kesesuaian teknis
peta yang bersangkutan dengan spesifikasi yang diinginkan;
3. Peta yang telah dikompilasi selanjutnya digunakan sebagai peta kerja dalam
pelaksanaan orientasi dan identifikasi lapangan untuk mengetahui kondisi

PT. GEOMATIK CONSULTANT 2


lapangan wilayah pekerjaan sehingga diperoleh informasi yang lengkap dan
sesungguhnya yang akan dimanfaatkan dalam proses pengadaan dan atau
updating peta. Dalam kegiatan ini dilakukan :
i. identifikasi geografis batas wilayah administrasi pemerintahan,
ii. identifikasi batas blok,
iii. meneliti ketersambungan antar peta blok yang berbatasan dan antar
desa/kelurahan yang berbatasan;
iv. identifikasi sebaran titik pasti yang dapat digunakan sebagai titik ikat,
v. melakukan uji petik ketelitian peta yang ada;
vi. mencatat semua perubahan detil medan yang terjadi dan
menggambarkan sket posisinya dalam peta kerja,
vii. mencocokkan detail-detail utama yang diperlukan untuk pembuatan
peta desa/kelurahan seperti jalan-jalan, sungai, parit, dsb.,
viii. merencanakan tempat-tempat berdiri instrumen jika ada detail medan
yang perlu diukur dengan theodolit.

Sekiranya dalam orientasi lapangan atau identifikasi peta lama terdapat


perubahan detail medan yang sangat mencolok misalnya kompleks
perumahan atau kompleks industri yang yang baru dan perlu dibuatkan blok
baru maka konsep sementara batas blok baru ini harus segera dimintakan
persetujuan Kantor Pelayanan PBB setempat untuk dilegalisir dengan paraf
petugas yang berwenang.

B. Pengadaan Peta.

Jika di wilayah tersebut belum tersedia peta (baik peta garis maupun digital)
atau peta yang ada belum lengkap ditinjau dari segi coverage wilayahnya,
maka harus dilakukan pengadaan peta wilayah pekerjaan dengan cara
pengukuran lapangan atau interpretasi foto udara/citra sehingga diperoleh
peta garis wilayah pekerjaan. Peta juga dapat diperoleh dari instansi yang
kompeten di bidang pemetaan.

Adapun jenis dan tahapan pengadaan peta adalah:

PT. GEOMATIK CONSULTANT 3


1. Pengadaan peta desa/kelurahan
a. Untuk wilayah yang sudah mempunyai peta desa/kelurahan
1. Kerangka peta diperoleh dari hasil lay out peta-peta yang dapat
dipertanggungjawabkan ketelitiannya;
2. Terhadap peta tersebut kemudian dilakukan transformasi koordinat
peta ke dalam sistem proyeksi U.T.M. elipsoid WGS 84;
3. Memberi tanda batas-batas blok;
4. Apabila peta yang ada tidak lengkap, atau sudah tidak sesuai lagi
dengan kondisi lapangan, atau tidak memenuhi spesifikasi teknis
maka terhadap perubahan tersebut harus dilaksanakan pengukuran
lapangan.

b. Untuk wilayah yang belum mempunyai peta desa/kelurahan


1) Alternatif dengan pengukuran terestris - Poligon
a) Berdasarkan hasil orientasi lapangan, pertama kali dilakukan
pengukuran poligon utama yang diikatkan kepada titik pasti
yang ada (bentuk poligon terbuka terikat sempurna atau
poligon tertutup);
b) Pengukuran poligon cabang dimulai dari titik poligon utama
dan diakhiri pada titik poligon utama yang lain menyilang
wilayah yang dipetakan;
c) Melakukan pengukuran :
i. batas desa/kelurahan,
ii. batas blok
iii. detil medan, seperti : jalan, sungai, selokan, dsb.
d) Batas blok harus mempunyai karakteristik fisik permanen atau
dalam jangka waktu lama tidak akan berubah;
e) Idealnya sebuah blok di perkotaan mempunyai luas sekitar 10
hektar dan di pedesaan sekitar 15 hektar atau jumlah objek
pajaknya sekitar 200 objek pajak;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 4


f) Selanjutnya dilakukan penghitungan koordinat titik poligon
utama dan cabang (lebih baik penghitungan sudah dilakukan
dalam sistem proyeksi UTM elipsoid WGS 84)
g) Terhadap hasil hitungan tersebut selanjutnya dilakukan
opdracht (penggambaran) untuk mempersiapkan format peta
desa/kelurahan;
h) Berdasarkan hasil opdracht poligon utama dan cabang,
selanjutnya dilakukan penggambaran hasil pengukuran detil;

2) Alternatif dengan pengukuran GPS

a) Pengukuran kerangka peta desa/kelurahan menggunakan


GPS harus dilakukan minimal dengan GPS tipe mapping.
Pengukuran dengan GPS tipe navigasi tidak diperkenankan;
b) Pengukuran harus diikatkan kepada minimal satu titik
pasti/ikat;
c) Pengukuran dilakukan dengan cara continuous tracking
terhadap batas desa/kelurahan, batas blok, dan detil medan;
d) Hasil pengukuran GPS diolah dengan software paket alat
yang bersangkutan dalam sistem proyeksi UTM elipsoid WGS
84;

3) Alternatif dengan interpretasi citra satelit atau foto udara

a) Citra atau foto yang dapat digunakan adalah citra/foto yang


telah terektifikasi dan benar secara geometris;
b) Jika suatu wilayah pekerjaan terdiri atas beberapa
scene/exposure maka scene tersebut harus dimozaik
terlebih dahulu;
c) Melakukan tracing/plotting/digitasi atas batas
desa/kelurahan, batas blok, dan detil medan;
d) Melakukan verifikasi lapangan untuk mencocokkan peta
dengan kondisi lapangan.

PT. GEOMATIK CONSULTANT 5


4) Alternatif dengan kombinasi beberapa teknik pembuatan peta,
yaitu dengan mengkombinasikan dua atau lebih metode
pengukuran. Misal, titik poligon diukur dengan GPS, sementara
detil diukur secara teristris.

2. Pengadaan Peta blok

Peta blok menggambarkan letak dan ukuran dari masing-masing


Objek Pajak di dalam satu Blok. Batas blok harus mempunyai
karakteristik fisik permanen atau dalam jangka waktu lama tidak
akan berubah. Idealnya sebuah blok di perkotaan mempunyai luas
sekitar 10 hektar dan di pedesaan sekitar 15 hektar atau jumlah
objek pajaknya sekitar 200 objek pajak.

a. Untuk wilayah yang sudah mempunyai peta blok


1) Melakukan uji petik ketelitian peta blok menggunakan peta
desa/kelurahan hasil pengukuran atau hasil kompilasi
sebagai peta dasar;
2) Apabila peta yang ada tidak lengkap, atau sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi lapangan, maka terhadap
perubahan tersebut harus dilaksanakan pengukuran
lapangan;
3) Pemberian NOP harus dilakukan berpedoman pada NOP
yang lama/sudah ada dan dikonsultasikan dengan KPP
PRATAMA

b. Untuk wilayah yang belum mempunyai peta blok

1) Pembuatan peta blok dapat dilaksanakan dengan


pengukuran teristris (dengan pita ukur atau pesawat ukur),
dengan interpretasi citra satelit IKONOS/QUICKBIRD, atau
interpretasi foto udara;
2) Citra atau foto yang dapat digunakan adalah citra/foto yang
telah terektifikasi dan benar secara geometris;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 6


3) Pembuatan peta blok dengan interpretasi citra satelit/foto
udara harus disertai dengan verifikasi lapangan untuk
mencocokkan dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan;
4) Pengukuran peta blok harus berpedoman dan menggunakan
peta desa/kelurahan yang sudah ada hasil tahapan pekerjaan
sebelumnya sebagai peta dasar;
5) Batas blok harus mempunyai karakteristik fisik permanen
atau dalam jangka waktu lama tidak akan berubah;
6) Idealnya sebuah blok di perkotaan mempunyai luas sekitar
10 hektar dan di pedesaan sekitar 15 hektar atau jumlah
objek pajaknya sekitar 200 objek pajak;
7) Pemberian NOP harus dilakukan berpedoman pada NOP yang
lama/sudah ada dan dikonsultasikan dengan Kantor
Pelayanan PBB setempat;
8) Untuk blok baru yang sebelumnya belum terdaftar di basis
data SISMIOP KPP PRATAMA setempat, maka pemberian
NOP terhadap objek pajak di dalam blok tersebut harus
dikoordinasikan dengan KPP PRATAMA yang bersangkutan.

A. Digitasi dan Editing,

yaitu suatu proses konversi dari peta garis menjadi peta digital.
Dilaksanakan terhadap peta garis hasil pengadaan peta. Terdiri dari :

1. Scanning peta garis (peta desa/kelurahan dan peta blok)


a) Scanning adalah proses mentransfer peta garis ke dalam bentuk digital
format raster. Pekerjaan scanning dilakukan dengan menggunakan alat
scanner dengan spesifikasi sebagai berikut :
Full scale scanner
Dapat men-scan lembar peta blok secara utuh
b) Peta di-scan secara tegak lurus sehingga akan ditampilkan secara tegak
lurus pula dalam monitor komputer;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 7


c) Setiap lembar peta di-scan satu persatu, diberi nama sesuai dengan
nomor bloknya, dan disimpan dalam suatu folder yang diberi nama
sesuai dengan desa/kelurahan yang bersangkutan;
d) Peta yang terdiri dari beberapa lembar peta (lebih dari satu lembar),
maka pemberian nama filenya dibuat sedemikian rupa sehingga urutan
lembar peta dan nomor bloknya dapat teridentifikasi dengan jelas.
Contoh : Peta Blok 1 lembar 1 dapat diberi nama Blok1_1 atau Blok 1a;
e) Melakukan editing raster dengan cara :
1) Membersihkan speckle (titik-titik) pada peta yang mengganggu
tampilan dan tidak diperlukan dalam proses selanjutnya;
2) Melakukan pemotongan terhadap unsur-unsur peta yang tidak
diperlukan dalam proses digitasi peta, seperti : frame peta, legenda,
dan keterangan peta lainnya;
3) Melakukan penggabungan lembar-lembar peta sehingga untuk blok
yang terdiri dari beberapa lembar peta dapat tersusun menjadi satu
kesatuan blok utuh. Penggabungan lembar peta juga dapat
dilakukan untuk lembar-lembar peta blok sehingga tersusun menjadi
satu desa/kelurahan utuh;
f) Kontraktor harus selalu membuat backup harian hasil pekerjaan
scanning serta harus membuat sistem penyimpanan data raster
sedemikian rupa sehingga mempermudah di dalam melakukan
pencarian data.

2. Registrasi/Transformasi koordinat peta. Walaupun peta garis yang di-


scan sudah berkoordinat, namun pada format raster koordinat tersebut
akan berubah menjadi koordinat pixel. Untuk mengembalikan nilai koordinat
bumi tersebut, perlu dilakukan proses registrasi/transformasi koordinat.

a) Registrasi dilakukan untuk memberikan nilai koordinat bumi dalam


sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan elipsoid World
Geodetic System 1984 pada peta yang yang sebelumnya tidak
berkoordinat (non earth) atau berkoordinat lokal;
b) Registrasi minimal harus menggunakan empat titik sekutu;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 8


c) Metode yang dapat digunakan dalam registrasi peta adalah :
1) Registrasi titik ke titik (point to point). Metode ini digunakan jika
dalam peta yang akan ditransformasikan diketahui/tergambar lokasi
titik-titik yang dapat dijadikan titik sekutu, dan titik tersebut diketahui
koordinatnya;
2) Registrasi peta ke titik (map to point). Metode ini digunakan jika
diketahui koordinat beberapa titik sekutu yang walaupun tidak
tergambar dalam peta yang akan ditransformasikan, tetapi lokasi
titik tersebut dapat diidentifikasikan;
3) Registrasi peta ke peta (map to map). Metode ini digunakan jika
tidak diketahui koordinat titik-titik yang dapat dijadikan titik sekutu
tetapi tersedia peta garis, peta foto, atau peta citra dalam sistem
proyeksi yang ditentukan untuk wilayah yang sama dengan peta
yang akan ditransformasikan. Transformasi ini sama dengan proses
overlay antara dua peta pada wilayah yang sama;
d) Dalam prakteknya pekerjaan registrasi/transformasi koordinat dapat
dilakukan terhadap peta raster ataupun terhadap peta berformat vektor.

3. Digitasi (vektorisasi) Peta bidang objek pajak dan Editing Peta


Digital

a. Digitasi (vektorisasi) peta raster dimaksudkan untuk mengubah peta


raster hasil scanning menjadi data model/format vektor;
b. Proses ini dapat dilaksanakan melalui dua macam cara:
1) Vektorisasi, konversi format dilaksanakan secara otomatis
dengan memanfaatkan perangkat lunak pengolah data raster
yang mempunyai kemampuan untuk itu;
2) Digitasi on screen, yaitu proses digitasi di atas layar monitor
komputer dengan perangkat lunak yang mempunyai
kemampuan untuk itu;
c. Hasil pekerjaan ini adalah peta digital dengan sistem proyeksi yang
telah ditentukan dan mempunyai spesifikasi teknis.
Peraturan yang dapat diacu adalah:

PT. GEOMATIK CONSULTANT 9


1. Surat Keputusan Dirjen Pajak Nomor: KEP-533/PJ.6/2000 tanggal 20
Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendataan dan
Penilaian Objek dan Subjek PBB,
2. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-19/PJ.6/2003 tanggal 26 Mei
2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembentukan Basis Data
SIG PBB,
3. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-16/PJ.6/2003 tanggal 6 Juni
2003 tentang Peningkatan Kualitas Peta Digital dan Pembentukan
Bank Data Nilai Pasar;

B. Verifikasi Lapangan

Walaupun di awal pekerjaan pengadaan peta sudah dilakukan orientasi


lapangan, namun kadang-kadang pekerjaan tersebut belum dilakukan secara
detil objek per objek.
1. Berdasarkan peta blok hasil pekerjaan sebelumnya dilakukan identifikasi
lapangan untuk memilih atau menentukan Objek Pajak yang tetap atau
tidak mengalami perubahan dan Objek Pajak yang berubah yang harus
dilakukan pengukuran;
2. Melakukan identifikasi lapangan untuk mengetahui objek pajak yang belum
tergambar pada peta;
3. Melakukan pengukuran bidang objek pajak yang berubah atau belum
tergambar;
4. Melakukan updating peta hasil verifikasi lapangan dengan cara melengkapi
peta yang sudah ada dengan gambar/peta objek pajak yang berubah (tidak
sesuai kondisi lapangan) atau yang tadinya belum tergambar, baik dalam
peta garis maupun dalam peta digital.

2. VERIFIKASI DAN PEMBENTUKAN BASIS DATA TEKSTUAL SISMIOP

1. Verifikasi Data SISMIOP

PT. GEOMATIK CONSULTANT 10


a. Melakukan kegiatan pendataan objek dan subjek PBB ke lapangan dengan
cara menyebarkan SPOP dan LSPOP kepada wajib pajak dan
mengumpulkannya setelah diisi secara lengkap, benar, dan ditandatangani;
b. Pada saat pengukuran objek pajak juga dilakukan penyampaian dan
pengisian SPOP dan LSPOP, serta penempelan sticker NOP;
c. SPOP yang diberikan kepada subjek/wajib pajak adalah SPOP perseorangan
untuk diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Khusus untuk pekerjaan
ini sket/denah lokasi objek pajak pada formulir SPOP halaman 2 tidak perlu
digambar;
d. Untuk pendataan objek bangunan, digunakan formulir LSPOP yang diisi oleh
petugas pada waktu pengukuran objek pajak;
e. Apabila pada waktu pengukuran Objek pajak SPOP belum dapat
ditandatangani oleh Subjek/wajib pajak atau kuasanya, maka petugas
menyediakan 2 (dua) lembar SPOP. Satu lembar SPOP disampaikan kepada
subjek/wajib pajak beserta tanda terima penyampaian SPOP (KP.PBB 1.4),
dan SPOP tersebut terlebih dahulu diisi NOP pada kolom yang telah
disediakan. SPOP yang kedua digunakan untuk mencatat data Objek pajak
sebagai dokumen sementara hasil pendataan;
f. Jika pada waktu pengukuran objek pajak SPOP dapat ditandatangani oleh
subjek/wajib pajak atau kuasanya, maka tidak perlu diberikan Tanda Terima
penyampaian SPOP (KP.PBB 1.4);
g. Data luas yang diisikan ke dalam SPOP dan LSPOP dapat bersumber dari
subjek/wajib pajak, sepanjang data tersebut dapat dipertanggungjawabkan
dan berdasarkan pada bukti-bukti yang sah seperti sertifikat, IMB, ataupun
surat resmi dari instansi lain yang berwenang. Jika luas hasil ukuran berbeda
jauh dengan luas yang tertulis pada sertifikat maka kedua-duanya dicatat
dan dilaporkan kepala Kantor Pelayanan PBB;
h. Informasi luas yang dicantumkan dalam SPOP adalah luas hasil ukuran,
sedang luas sertifikat/IMB ditulis di sampingnya dengan warna lain. Copy
sertifikat/IMB harus disertakan;
i. Dalam hal terdapat sengketa batas, objek pajak tersebut tetap diukur tetapi
dikurangi batas yang disengketakan, sehingga luas masing-masing objek

PT. GEOMATIK CONSULTANT 11


berkurang dari semestinya. Pada masing-masing nama subjek pajak
tersebut diberi keterangan "sengketa batas";
j. Dalam hal terdapat sengketa pemilikan, Objek pajak tersebut tetap diukur
dan pihak yang menguasai dan/atau memanfaatkan objek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak. Pada nama subjek pajak yang menguasai
Objek tersebut supaya diberi keterangan "sengketa pemilikan";
k. Untuk memperlancar perekaman data, bagi SPOP yang ditinggal karena
belum ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya, waktu pengambilan
SPOP sebaiknya ditetapkan oleh petugas ukur dengan memperhitungkan
lamanya SPOP diisi oleh subjek/wajib pajak. Pada saat
pengembalian/pengambilan SPOP kepada wajib pajak diberikan Tanda
Terima Pengembalian SPOP (KP.PBB 1.5);
l. SPOP yang diterima kembali dari subjek/wajib pajak diteliti kebenaran
pengisiannya oleh Koordinator Lapangan Verifikasi Data SISMIOP, dan
dibandingkan dengan hasil pendataan/pengukuran. Jika terdapat
perbedaan yang besar, perlu dilakukan penelitian ulang terhadap objek
tersebut.
m. SPOP yang sudah diterima kembali dari subjek/wajib pajak dihimpun dan
diberkas dalam beberapa berkas dalam satu desa/kelurahan. Pemberkasan
dan pembendelannya mengacu peraturan yang berlaku;
n. Apabila terdapat objek pajak yang terlewat diukur, maka objek tersebut
harus diukur dan ditempel sticker NOP pada objek bangunannya, dan
apabila terdapat kekeliruan administrasi, maka kekeliruan tersebut harus
dibetulkan sebagaimana mestinya. NOP bagi objek pajak yang terlewat
merupakan urutan NOP terakhir pada blok yang bersangkutan, tanpa harus
mengubah NOP yang sudah terlanjur diberikan pada objek pajak
sebelumnya, misalnya NOP terakhir 200 maka NOP yang terlewat tersebut
adalah 201;
o. Sticker harus ditempelkan pada objek bangunan yang berubah. Jika
sebidang tanah dengan satu NOP memiliki beberapa bangunan yang
berubah. maka masing-masing bangunan agar di tempeli dengan stiker

PT. GEOMATIK CONSULTANT 12


NOP dengan nomor NOP yang sama ditambah dengan tulisan 1, 2, 3 dan
seterusnya sesuai dengan nomor urut bangunannya;
p. Sebelum sticker ditempelkan, terlebih dahulu diisi lengkap unsur NOP yaitu
unsur propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, desa/kelurahan, nomor
blok, dan nomor objek pajak. Di balik stiker agar dituliskan nama WP dan
alamat RT/RW atau Lingkungannya. Hal ini perlu untuk mencegah
kekeliruan pemasangan dan tanda bukti bahwa stiker NOP sudah dipasang;
q. Konfirmasi kebenaran hasil ukuran harus sudah selesai dilakukan sebelum
penggambaran konsep Peta Blok;
r. Penandatanganan SPOP oleh subjek/wajib pajak dilakukan setelah selesai
pengukuran objek pajak tersebut.

3. PEMBENTUKAN MASTER FILE BASIS DATA PAJAK

A. Editing dan Prosesing Foto Objek Pajak

1. Memproses foto objek pajak ke dalam bentuk digital, serta mengatur dan
memperjelas tampilan foto. Apabila foto objek pajak diambil dengan kamera
biasa (analog), maka untuk mengubah format foto hasil cetak ke dalam
bentuk digital harus dilakukan proses scanning foto;

2. Berdasarkan daftar penjagaan yang dibuat pada saat di lapangan, dilakukan


pemberian nama file foto objek pajak sesuai NOP yang bersangkutan;

3. Membentuk file foto dengan format yang sesuai dan dapat dibuka dengan
aplikasi SIG PBB (MapInfo);

B. Perekaman dan Updating Data SISMIOP

1. Melakukan data entry terhadap seluruh data SISMIOP hasil verifikasi data
SISMIOP ke dalam server SISMIOP menggunakan program SISMIOP;

2. Melakukan data entry terhadap seluruh data tambahan info rinci ke dalam
server SISMIOP menggunakan program SISMIOP;

3. Melakukan data entry terhadap seluruh data harga jual yang diperoleh;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 13


4. Lembar-lembar SPOP/LSPOP yang sudah diproses harus diparaf dan diberi
tanggal pemrosesan oleh petugas operator komputer;

5. Setelah perekaman data selesai dalam satu kecamatan kemudian hasilnya


dicetak dalam bentuk daftar hasil rekaman (DHR) sementara untuk
divalidasi;

6. Melakukan validasi hasil perekaman data yang telah dicetak (DHR) terhadap
data asli di formulir SPOP/LSPOP;

7. Apabila terjadi kekeliruan dalam perekaman, maka dilakukan pembetulan


dengan cara sebagai berikut:

a) Petugas pemeriksa memberi tanda dalam bentuk lingkaran dengan


warna merah setiap kesalahan yang terdapat pada DHR;
b) Petugas pemeriksa harus menyelesaikan pemeriksaan DHR dalam satu
wilayah desa/kelurahan;
c) Petugas pemeriksa membuat daftar hasil pemeriksaan DHR yang
memuat nomor urut, NOP, jenis kesalahan, dan keterangan. Daftar
tersebut ditandatangani oleh pemeriksa dan diserahkan kepada petugas
perekam data;
d) Petugas perekam data bertugas melakukan updating data dengan cara
memperbaiki kesalahan perekaman, memberi tanda bahwa telah
dilakukan koreksi dan menyerahkan hasil validasi DHR kepada petugas
pemeriksa;
8. Meng-copy seluruh file foto objek pajak ke dalam server SIG PBB.

4. IMPLEMENTASI SIG PBB DAN PENCETAKAN PETA PBB

A. Link Basis Data Menggunakan Aplikasi SIG PBB, yaitu mengintegrasikan


seluruh jenis data PBB (data spasial: peta desa/kelurahan dan peta blok, data
tekstual : grafis/foto dan data SISMIOP) menggunakan aplikasi SIG PBB
sehingga terbentuk Basis Data Pajak yang terintegrasi. Dengan kata lain, hasil
dari tahapan ini adalah aplikasi SIG PBB wilayah pekerjaan yang dapat dijalankan
secara online.

PT. GEOMATIK CONSULTANT 14


a. Aplikasi SIG PBB dan peta digital di-install/copy di server SIG PBB yang ada
di Kantor Pelayanan PBB setempat;
b. Menghubungkan peta digital dengan data atribut yang ada di server
SISMIOP menggunakan aplikasi SIG PBB;
c. Melakukan uji coba dan tes program sehingga aplikasi dapat berjalan
dengan lancar untuk setiap menunya.

B. Pencetakan Peta-Peta PBB

a. Pencetakan peta blok dan peta desa/kelurahan menggunakan program


cetak aplikasi SIG PBB;
b. Melakukan pencetakan peta blok warna wilayah pekerjaan dan menjilidnya
sesuai desa/kelurahan masing-masing;
c. Melakukan pencetakan peta desa/kelurahan warna dan menjilidnya sesuai
kecamatan masing-masing;
d. Menggandakan peta blok sebanyak 2 (dua) rangkap dan menjilidnya sesuai
desa/kelurahan masing-masing.

5. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN

1. Ketentuan Umum Pengukuran

a. Lingkup pekerjaan identifikasi dan pengukuran objek pajak meliputi objek


pajak yang dikenakan pajak maupun yang tidak dikenakan pajak.
Pengukuran bidang objek pajak meliputi pengukuran bumi dan bangunan
yang belum dipetakan atau objek pajak yang mengalami perubahan,
termasuk kantor-kantor pemerintah, tempat ibadah, kuburan, tanah
negara, maupun objek pajak tidak kena pajak lainnya;

b. Sebelum dilakukan pengukuran objek pajak harus sudah tersedia kerangka


format konsep Peta Blok sebagai peta kerja. Kerangka format konsep Peta
Blok ini diperoleh dari hasil pembesaran peta batas blok pada peta
desa/kelurahan;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 15


c. Peta dasar yang digunakan pada pengukuran Objek pajak dengan pesawat
ukur adalah peta dari hasil pemetaan standar, atau peta lain yang
memenuhi standar pemetaan;

d. Skala pembesaran kerangka peta blok untuk wilayah perkotaan dan


perkampungan atau perumahan adalah 1 : 1.000 atau lebih besar,
sedangkan untuk wilayah pedesaan yang hanya terdiri dari sawah dan
tegalan saja adalah 1 : 2.500. Dalam hal terdapat objek pajak yang
ukurannya terlalu kecil misalnya daerah pemukiman yang sangat padat
yang petanya susah dibaca jika skalanya 1 : 1.000, dapat digunakan skala
yang lebih besar (misalnya 1 : 500);

e. Pengukuran Objek Pajak semaksimal mungkin dilakukan secara


sistematis, tidak boleh dilakukan secara acak, dilakukan secara
spiral, diusahakan sedapat mungkin agar dimulai dari ujung utara barat
ke timur dan seterusnya, dengan hasil berupa peta blok dengan tiap objek
pajak telah diberi NOP sesuai ketentuan yang berlaku;

f. Pengukuran objek dan pemberian NOP/pemasangan sticker pada objek


pajak bangunan dilakukan secara bersamaan dan dapat dilakukan
bersamaan pula dengan kegiatan verifikasi data SISMIOP dan pengumpulan
data tambahan info rinci;

Jangan meninggalkan blok yang didata sebelum sticker NOP-nya


terpasang

g. Pengukuran objek pajak dengan pita ukur dilaksanakan dengan cara


mengukur semua sisi-sisi tiap objek pajak dan mencatatnya dalam buku
ukur, menggambarkan dan mencatat ukuran sisinya dalam sket ukur
dengan skala tersebut di atas;

h. Buku ukur lapangan untuk pengukuran objek pajak harus menggunakan


kolom-kolom yang sesuai dengan formulir yang sudah ditentukan Direktorat
PBB yaitu "FORMULIR Pengukuran dan Identifikasi Objek Pajak
Bumi dan Bangunan (FPIOP)" ;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 16


i. Untuk objek pajak yang berbentuk segi empat tetapi sudut-sudutnya tidak
tegak lurus maka selain mengukur keempat sisinya juga harus diukur salah
satu diagonalnya atau salah satu sudutnya. Angka atau data hasil ukuran
sisi dan diagonal tersebut dicantumkan secara jelas dan mudah dibaca pada
sisi garis yang diukur. Pengambaran sket hasil ukuran agar menggunakan
penggaris skala.

j. Pengukuran objek pajak dengan pesawat ukur dilaksanakan dengan


membidik titik sudutnya;

k. Jarak yang digunakan untuk perhitungan luas adalah jarak di bidang datar
(jarak proyeksi);

l. Pada saat pengukuran objek pajak juga dilakukan verifikasi data SISMIOP
dengan cara penyampaian dan pengisian SPOP, LSPOP, dan LSPOP Info
Rinci;

m. Penentuan batas objek pajak harus berdasarkan penunjukan dari


subjek/wajib pajak atau yang dikuasakan;

n. Dalam hal terdapat sengketa batas, objek pajak tersebut tetap diukur tetapi
dikurangi batas yang disengketakan, sehingga luas masing-masing objek
akan berkurang dari semestinya. Pada masing-masing nama subjek pajak
tersebut diberi keterangan "sengketa batas";

o. Dalam hal terdapat sengketa pemilikan, Objek pajak tersebut tetap diukur
dan pihak yang menguasai dan/atau memanfaatkan objek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak. Pada nama subjek pajak yang menguasai
Objek tersebut supaya diberi keterangan "sengketa pemilikan";

p. Dalam hal wajib pajak mempunyai data luas tanah/bangunan yang


berdasarkan surat resmi dari instansi yang berwenang (misalnya sertifikat
atau IMB), maka data tersebut dapat digunakan. Jika luas hasil ukuran
berbeda jauh dengan luas yang tertulis pada sertifikat maka kedua-duanya
dicatat dan dilaporkan kepala Kantor Pelayanan PBB;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 17


q. Informasi luas yang dicantumkan dalam SPOP adalah luas hasil ukuran,
sedang luas sertifikat/IMB ditulis di sampingnya dengan warna lain. Copy
sertifikat/IMB harus disertakan;

r. Setiap sore atau malam agar selalu dilakukan penyempurnaan hasil ukuran,
melakukan opdracht hasil ukuran, menghitung luas hasil ukuran, meninta
gambar sket lapangan dalam FPIOP, melengkapi isian SPOP dan LSPOP. Hal
ini perlu dilakukan secara terus menerus agar pekerjaan tidak menumpuk;

2. Pengukuran Objek Pajak dengan Pita Ukur

a. Pengukuran objek pajak dengan pita ukur dilakukan jika


kondisi blok di lapangan sebagai berikut :

- Blok yang diukur merupakan perkampungan/daerah tempat tinggal


yang padat, dan letak objek pajaknya tidak teratur.

- Blok-blok yang relatif tidak luas. Untuk bidang-bidang OP yang


ukurannya terlalu besar atau yang bentuknya tidak teratur misalnya
sawah, tambak, tegalan, ladang, kebun d.s.b. pengukuran luasnya
tidak diizinkan dengan hanya menggunakan pita ukur melainkan
harus dengan pesawat ukur (theodolit)

b. Tata cara pengukuran objek pajak dengan pita ukur adalah


sebagai berikut:

1) Pengukuran dimulai dari objek pajak yang terletak di sebelah utara


barat (pada kerangka konsep peta blok terletak di sebelah kiri atas),
ke timur dan dilanjutkan secara spiral;
2) Semua data hasil ukuran sisi bidang dan diagonal objek pajak atau
sudut yang diukur ditulis dalam sket hasil ukuran pada sket sisi atau
sudut yang diukurnya.
3) Perhitungan luas objek pajak sedapat mungkin dilakukan pada saat
pengukuran dengan menggunakan kalkulator berprogram.

PT. GEOMATIK CONSULTANT 18


4) Untuk pengukuran objek pajak dengan pita ukur ini, baik untuk
Buku Ukur lapangan maupun Konsep Peta Blok harus
digunakan Formulir Pengukuran dan Identifikasi Objek PBB. (Tidak
diizinkan menggunakan lembaran kertas kosong atau formulir atau
Buku Ukur bentuk lain).

c. Tahapan pelaksanaan pekerjaan terdiri dari :

1. Persiapan Kantor
Persiapan yang harus dilakukan di kantor meliputi persiapan perangkat
kerja dan lain-lain yang diperlukan dalam pengukuran, antara lain :
a. Formulir ukur yang di dalamnya telah digambarkan kerangka peta
blok hasil pembesaran peta desa/kelurahan dengan skala yang telah
disesuaikan dan akan menjadi peta kerja;
b. Formulir lain yang diperlukan dalam kegiatan pendataan misal :
SPOP/LSPOP dan LSPOP;
c. Alat ukur (pita ukur dan kompas);
d. Kalkulator berprogram sebagai alat penghitung luas OP;
e. Alat-alat tulis;
f. Surat tugas dari Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan.

2. Persiapan di lapangan

a. Kantor Pelayanan PBB mengadakan rapat penyuluhan dengan


aparat desa/kelurahan dan kecamatan;

b. Team Leader mengadakan penyuluhan tentang maksud dan tujuan


pengukuran objek pajak kepada subjek/wajib pajak (termasuk
instansi pemerintah) yang memiliki tanah di daerah yang akan
dilakukan pengukuran;

c. Melaksanakan pelatihan teori dan praktek seluruh calon surveyor


pelaksana oleh Team Leader dengan bantuan Kantor Pelayanan PBB
dan Staf Supervisi;

d. Menyusun tim kecil pengukuran yang terdiri dari :

PT. GEOMATIK CONSULTANT 19


i. 1 (satu) orang surveyor (petugas teknis pengukuran tanah
dan bangunan),
ii. 1 (satu) orang petugas pendata untuk kegiatan verifikasi data
SISMIOP;
iii. 1 (satu) orang staf desa/kelurahan;
iv. 1 (satu ) atau 2 (dua) orang penarik pita ukur.

3. Mencocokkan batas blok di lapangan


Batas blok yang tergambar pada peta kerja dicocokkan dengan batas
blok di lapangan. Jika kerangka blok ternyata tidak sesuai dengan
keadaan lapangan yang ada maka kerangka blok tersebut harus
dibetulkan dengan cara melakukan pengukuran kembali.

Pencocokkan batas blok yang juga merupakan batas wilayah


administrasi (propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan),
harus disaksikan dan disetujui oleh masing-masing kepala
desa/kelurahan atau petugas desa/kelurahan yang ditunjuk dari
masing-masing desa/kelurahan yang berbatasan. Jika terdapat
perbedaan pendapat tentang batas blok yang merupakan batas
wilayah administrasi, maka batas blok dapat ditentukan sepihak
dahulu. Perbaikan batas blok dapat dilakukan kembali jika sudah
terdapat kesepakatan atau surat resmi dari pihak yang berwenang.

Apabila terdapat batas blok di lapangan yang berubah, maka pada


peta kerja dan peta dasar, batas blok yang berubah dibetulkan sesuai
dengan perubahan yang terjadi di lapangan.

4. Pelaksanaan Pengukuran

a) Sehari sebelum pengukuran objek pajak dimulai, terlebih dahulu


harus sudah disiapkan kerangka peta blok/peta kerja. Dengan
diantar oleh aparat desa/kelurahan, surveyor membuat sket OP
sementara, memasang tanda ukur (patok, paku dsb.) dan
merencanakan NOP pada sket sementara tersebut;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 20


b) Buku ukur untuk mencatat hasil ukuran harus dalam bentuk
buku yang berisi Formulir Pengukuran Objek Pajak
Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan. Gambar sket hasil
ukuran di halaman sebelah kanan, data ukuran di halaman
sebelah kiri;

c) Sistematika kerja :

i. Surveyor, asisten surveyor, pendamping/petugas dari


desa/kelurahan penunjuk batas, dan pembantu penarik pita
ukur membawa alat ukur, buku ukur (FPIOP sudah
berbentuk buku), SPOP dan LSPOP, LSPOP Info Rinci, dan
stiker NOP ke lapangan;

ii. Surveyor melakukan pengukuran bidang tanah dan


bangunan. Hasil ukuran dicatat di halaman kiri buku ukur
sedangkan sket bidang OP yang diukur digambar di
halaman sebelah kanan. Jika halaman sebelah kanan hanya
mampu memuat 10 bidang tanah maka halaman sebelah
kiri juga hanya diisi 10 data bidang tanah yang diukur
tersebut;

iii. Dalam pengukuran OP ini yang membaca jarak pada pita


ukur harus Surveyor sendiri, tidak dibenarkan pembacaan
dilakukan oleh orang lain;

iv. Surveyor melakukan penghitungan luas OP yang diukur dan


hasilnya ditulis dalam buku ukur dan dalam SPOP;

v. Asisten surveyor mendata bangunan dan identitas wajib


pajak, dan diisikan pada SPOP, LSPOP;

vi. Asisten surveyor menuliskan hasil hitungan luas OP dalam


SPOP;

vii. Dalam hal WP memiliki sertifikat tanah/IMB maka luas OP


dibandingkan dengan luas hasil ukuran. Jika selisih luasnya

PT. GEOMATIK CONSULTANT 21


dengan hasil ukuran kurang dari 2%, maka luas berdasar
sertifikat/IMB tersebut dapat dipakai, tetapi jika selisih
luasnya lebih dari 2% maka ukuran surveyor perlu diulangi.
Luas yang dituliskan dalam SPOP adalah luas hasil ukuran.
Luas OP dari sertifikas/IMB dituliskan dengan warna merah
diluar kotak luas dalam SPOP dan juga dalam buku ukur
(FPIOP). Nomor dan tanggal sertifikat/IMB dicatat di buku
ukur dan di SPOP;

viii. Setelah luas OP diisikan ke dalam SPOP maka asisten


surveyor memintakan tanda tangan dari WP atau kuasanya.
Pada saat tersebut Asisten Surveyor sekaligus memasang
Stiker NOP;

ix. Setiap sore/malam sehabis mendata di lapangan Surveyor


meninta sket hasil lapangan (buku ukur tidak boleh
disalin ulang di kertas lain), menghitung luas bidang
yang belum dihitung di lapangan, melakukan opdracht hasil
ukuran pada format kerangka blok yang sudah disiapkan
sebelumnya. Asisten Surveyor menyempurnakan isian
SPOP dan LSPOP.

d) Pengukuran objek pajak dan pemberian NOP sedapat mungkin


dimulai dari arah utara barat dan diusahakan menuju arah timur
dan dilanjutkan ke objek pajak lainnya secara spiral;

e) Hasil pengukuran semua sisi bidang dan diagonal objek pajak


atau besar sudut, ditulis pada peta kerja pada setiap sisi dan
sudutnya yang berkenaan, sehingga mempermudah dalam
penggambaran konsep peta blok. Angka ukuran ini harus
jelas dapat dibaca oleh petugas lain;

f) Untuk pengukuran bidang tanah yang tidak rata (berbukit atau


bergelombang), pita ukur harus selalu didatarkan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan unting-unting;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 22


g) Objek bumi digambar dengan garis penuh, sedangkan objek
bangunan dengan garis terputus-putus. Sket objek pajak pada
peta kerja harus berskala, gambar letak relatif sebuah objek
pajak harus sesuai dengan posisi objek pajak di lapangan;

5. Perhitungan luas

Perhitungan luas dilakukan setelah ukuran sisi-sisi dan diagonal atau


salah satu sudut tiap objek pajak diketahui. Penghitungan luas sedapat
mungkin dilakukan di lapangan, jika hal tersebut tidak/belum dapat
dilakukan maka setiap sore penghitungan luas OP harus diselesaikan.

3. Pengukuran Objek Pajak dengan Pesawat Ukur

a. Pengukuran Objek pajak dengan pesawat ukur dilakukan jika kondisi


blok di lapangan sebagai berikut :

- Bidang tanah yang diukur bentuknya tidak teratur atau merupakan


daerah sawah, tambak, tegalan, ladang, kebun dan sejenisnya, atau
daerah yang tidak padat bangunan;

- Bidang tanah yang arealnya cukup luas;

b. Tata cara pengukuran objek pajak dengan pesawat ukur

1) Menentukan dan memberi tanda titik-titik sudut dan tikungan yang akan
diukur, merencanakan/menentukan jalur pengukuran. Usahakan
memilih tempat berdiri instrumen yang dapat membidik sebanyak
mungkin titik-titik sudut objek pajak;

2) Pengukuran dimulai dari objek pajak yang terletak di sebelah utara barat
(pada kerangka konsep peta blok terletak di sebelah kiri atas), ke timur
dan dilanjutkan secara spiral;

3) Data ukuran lapangan dicatat dalam buku ukur terestris. Selanjutnya


dari Buku Ukur tersebut dilakukan pekerjaan hitung poligon yang

PT. GEOMATIK CONSULTANT 23


hasilnya di-opdracht dalam "Formulir Pengukuran dan Identifikasi Objek
PBB" sebagai konsep akhir peta blok.

c. Tahapan-tahapan

1) Persiapan kantor
Persiapan yang harus dilakukan di kantor meliputi persiapan perangkat
kerja dan lain-lain yang diperlukan dalam pengukuran, antara lain :
a) Peta kerja/sket konsep batas blok dengan skala yang telah
disesuaikan;
b) Formulir yang diperlukan dalam kegiatan pendataan :
- Buku ukur terrestris,
- Formulir Pengukuran dan Identifikasi Objek PBB,
- SPOP/LSPOP;
c) Alat ukur (pesawat ukur, rambu ukur, yalon, payung, kompas, dan
pita ukur);
d) Alat-alat tulis;
e) Surat tugas dari Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan.

2) Persiapan di lapangan
a) Mengadakan rapat koordinasi dengan aparat desa/kelurahan dan
kecamatan setempat;
b) Mengadakan penyuluhan tentang maksud dan tujuan pengukuran
kepada subjek/wajib pajak (termasuk instansi pemerintah) yang
memiliki/ menguasai tanah di daerah yang akan dilakukan
pengukuran;
c) Menyusun tim pengukuran yang terdiri dari :
- 1 (satu) orang juru ukur,
- 1 (satu) orang staf desa/kelurahan,
- 2 (dua) orang pemegang rambu/penarik pita ukur,
- 1 (satu) orang pembawa pesawat ukur dan pemegang
payung,

PT. GEOMATIK CONSULTANT 24


- 1 (satu) orang asisten juru ukur yang bertugas membantu
pengukuran dan mengisi SPOP.

3) Mencocokan batas blok di lapangan

Batas blok yang tergambar pada peta kerja dicocokkan dengan batas
blok di lapangan. Jika kerangka blok ternyata tidak sesuai dengan
keadaan lapangan yang ada maka kerangka blok tersebut harus
dibetulkan dengan cara melakukan pengukuran kembali.
Pencocokkan batas blok yang juga merupakan batas wilayah
administrasi (propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan), harus
disaksikan dan disetujui oleh masing-masing kepala desa/kelurahan
atau petugas desa/kelurahan yang ditunjuk dari masing-masing
desa/kelurahan yang berbatasan. Jika terdapat perbedaan pendapat
tentang batas blok yang merupakan batas wilayah administrasi, maka
batas blok dapat ditentukan sepihak dahulu. Perbaikan batas blok dapat
dilakukan kembali jika sudah terdapat kesepakatan atau surat resmi dari
pihak yang berwenang.
Apabila terdapat batas blok di lapangan yang berubah, maka pada peta
kerja dan peta dasar, batas blok yang berubah dibetulkan sesuai dengan
perubahan yang terjadi di lapangan.

4) Pelaksanaan Pengukuran
a) Mempersiapkan sket konsep peta blok/peta kerja yang objek
pajaknya akan di ukur. Pada konsep peta blok ini telah tergambar
bentuk kasar tiap bidang serta rencana kedudukan pesawat;
b) Pengukuran objek pajak dilakukan dengan membidik titik-titik sudut
tiap objek pajak;
c) Jika pengukuran dilakukan dengan cara spring station (lompat
katak), urutan pekerjaannya adalah sebagai berikut :
i. Memilih tempat untuk mendirikan pesawat ukur,

PT. GEOMATIK CONSULTANT 25


ii. Pesawat ukur dipasang sedemikian rupa dalam blok yang
sedang diukur, sehingga dari tempat tersebut dapat
dibidik/diukur titik sudut objek pajak sebanyak mungkin;
iii. Rambu ukur dipasang pada salah satu titik sudut objek pajak
yang sedang diukur sebagai rambu belakang;
iv. Rambu ukur dipasang pada titik-titik sudut objek pajak secara
bergantian dan diukur pembacaan ke samping (zyslag) dengan
membaca :
- arah/azimuth atau sudut horisontal,
- jarak,
- sudut vertikal/sudut lereng,
Hasil pengukuran ditulis dalam "Buku Ukur Terrestris";
v. Setelah semua titik sudut objek pajak telah diukur sebagai
pembacaan ke samping, selanjutnya dilakukan pembacaan ke
muka pada salah satu titik sudut yang lain. Titik ini nantinya
akan menjadi rambu belakang pada tahap pengukuran
berikutnya;
vi. Sebelum alat ukur dipindahkan di titik/posisi berikutnya, dibuat
gambar sket bidang-bidang objek pajak yang sudah diukur
menggunakan pensil, busur derajat, dan penggaris pada buku
ukur;
vii. Pesawat ukur dipindahkan pada titik berikutnya;
viii. Rambu belakang (yang tadinya merupakan rambu muka)
dibidik, dan hasil pengukuran dicatat dalam buku ukur;
ix. Dibaca semua titik-titik sudut objek pajak yang dapat dibidik
dari titik tersebut dan hasil pembacaan dicatat dalam buku ukur
serta dibuat sketnya;
x. Ditentukan lagi salah satu titik sudut pada suatu bidang objek
pajak, dan dijadikan sebagai rambu muka;
xi. Demikian seterusnya sampai semua objek pajak dalam satu
blok selesai diukur;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 26


xii. Bidang-bidang dalam tiap blok digambar sesuai dengan
keadaan di lapangan;
xiii. Panjang sisi-sisi tiap objek pajak (bumi dan/atau bangunan)
dapat diukur dengan pita ukur maupun pesawat ukur.
xiv. Semua hasil ukuran dicatat dalam buku ukur pada kolom-kolom
yang tersedia.
Untuk daerah yang banyak atraksi lokalnya, pengukuran
mempergunakan theodolit boussole dengan cara loncat katak
(spring station) tidak diizinkan, jadi theodolit harus menempati
semua station (nomor ganjil dan nomor genap).
5) Perhitungan luas
Perhitungan luas dilakukan setelah selesainya pengukuran lapangan,
penghitungan proyeksi garis-garis yang diukur, dan pelaksanaan
opdracht hasil penghitungan pada Format Kerangka Blok.

2. Ketentuan Penggambaran peta

A. Penggambaran Peta Desa/kelurahan.


1. Ketentuan Umum
a) Peta desa/kelurahan dibuat tiap desa/kelurahan;
b) Skala peta 1 : 2.500 (untuk perkotaan) atau 1 : 5.000 (untuk pedesaan);
c) Peta desa/kelurahan memuat blok-blok yang ada di desa/kelurahan
tersebut beserta nomor blok dan luas dari masing-masing blok. Luas
blok (net area dari blok) adalah luas kubeng (gross area) dari blok
tersebut dikurangi dengan luas area yang tidak diberi NOP misalnya
jalan, sungai, tanggul dan sejenisnya;
d) Nomor Blok ditulis degan huruf Arab, selalu ditulis 3 (tiga) digit,
(misalkan 004, 011, 127) dimulai dari sudut peta kiri atas (barat laut) ke
kanan (timur), dan dilanjutkan secara spiral;
e) Peta desa/kelurahan menggambarkan semua jalan raya, jalan KA,
perairan dan detail medan utama lain, masing-masing dengan
namanya;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 27


f) Ukuran lebar kertas peta kelurahan/peta 80 x 110 cm;
g) Ukuran muka peta 70 x 80 cm;
h) Peraturan yang dapat diacu dalam penggambaran peta adalah Surat
Edaran Dirjen Pajak No. SE-33/PJ.6/1993 tanggal 14 Juni 1993 tentang
Petunjuk Teknis Pemetaan PBB.

2. Isi Peta Desa/Kelurahan


a. Peta desa/kelurahan berisi semua blok, nomor blok, dan luas
masing-masing blok. Nomor blok ditulis dengan huruf Arab, selalu
ditulis dengan 3 (tiga) digit. Contohnya misalnya : 004, 005, 017,
089 dan seterusnya. Masing-masing angka nomor blok ini dituliskan
di dalam sebuah lingkaran;
b. Semua detail-detail alam dan buatan manusia seperti jalan, sungai,
gedung- gedung yang dianggap perlu seperti kantor
desa/kelurahan/polisi/kecamatan /rumah sakit dan tugu-tugu
triangulasi, yang semuanya dalam bentuk lambang/simbol;
c. Dicantumkan nama-nama
desa/kelurahan/kecamatan/kabupaten/propinsi yang berbatasan;
d. Pada bagian kanan bawah peta desa/kelurahan diisi dengan
keterangan :
1) Logo Departemen Keuangan;
2) Nama instansi pembuat (Kantor Pelayanan PBB);
3) Nama kabupaten/kota;
4) Nama kecamatan;
5) Nama desa/kelurahan;
6) Kode wilayah;
7) Jumlah lembar peta dalam desa/kelurahan yang bersangkutan;
8) Nomor lembar peta;
e. Pada bagian tengah bawah peta kelurahan, diisi dengan keterangan-
keterangan :
1) Indeks letak lembar tersebut terhadap lembar-lembar yang lain
di dalam satu kecamatan;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 28


2) Keterangan sistem proyeksi yang digunakan;
3) Keterangan sumber data pembuatan peta;
4) Arah utara;
5) Skala peta numeris dan grafis;
6) Legenda peta, antara lain :
a) Batas Desa/kelurahan
b) Batas kecamatan
c) Batas kabupaten
d) Batas Blok
e) Jalan (utama; protokol, penghubung; komplek; KA. dll)
f) Sungai, kali, selokan dll
g) Detail/simbol lain yang dipergunakan
f. Pada bagian kiri bawah peta kelurahan, diisikan :
1) Tahun pengukuran;
2) Tahun pembuatan peta;
3) Nama pembuat/penggambar peta;
4) Nama dan tanda tangan Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian
Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan;
5) Nama dan tanda tangan Kepala Kantor Pelayanan PBB yang
bersangkutan;
g. Pada bagian tengah atas diisi dengan judul peta, yaitu :
Peta Desa ......................................... (untuk wilayah kabupaten)
atau,
Peta Kelurahan ......................................... (untuk wilayah kota)
h. Pada bagian muka peta digambar garis grid tiap 5 cm dan di setiap
pertemuan antara garis grid dengan garis tepi muka peta dilengkapi
dengan nilai koordinatnya. Di samping kiri dan kanan muka peta
dilengkapi dengan nilai koordinat ordinatnya (Y), sedangkan di
samping atas dan bawah muka peta dilengkapi dengan nilai
koordinat absisnya (X);
i. Pada bagian atas kiri dicantumkan nomor lembar;

PT. GEOMATIK CONSULTANT 29


j. Pada bagian atas kanan dituliskan tahun edisi dan nomor kode
wilayah.

B. Penggambaran Peta Blok

1. Ketentuan Umum
a. Peta blok dibuat tiap blok;
b. Peta blok menggambarkan letak dan ukuran dari masing-masing objek
pajak di dalam satu blok;
c. Peta blok untuk perkotaan berskala 1 : 1.000, dan berskala 1 : 2.500
bagi daerah pedesaan;
d. Ukuran lebar kertas blok adalah :
- Muka peta 50 cm x 50 cm;
- Lebar luar peta 55 cm x 62,5 cm.

2. Isi Peta Blok


a. Gambar-gambar bidang tanah dan bangunan yang ada pada blok yang
bersangkutan;
b. Tiap objek pajak diberi nomor urut NOP. Nomor NOP terakhir diberi
tanda khusus, misal ditulis dengan tinta warna lain, atau dengan diberi
lingkaran, dan lain-lain;
c. Pada batas peta dicantumkan nomor blok, nama-nama desa/kelurahan/
kecamatan/kabupaten/ propinsi yang berbatasan;
d. Detail batas digambar penuh;
e. Jaring grid setiap 10 cm x 10 cm berbetuk garis silang tegak lurus ukuran
1 cm x 1 cm dan di setiap pertemuan antara garis grid dengan garis tepi
muka peta dilengkapi dengan nilai koordinatnya. Di samping kiri dan
kanan muka peta dilengkapi dengan nilai koordinat ordinatnya (Y),
sedangkan di samping atas dan bawah muka peta dilengkapi dengan
nilai koordinat absisnya (X)
f. Pada bagian kanan bawah peta blok diisi dengan keterangan :
1) Logo Departemen Keuangan;
2) Nama instansi pembuat (Kantor Pelayanan PBB);

PT. GEOMATIK CONSULTANT 30


3) Nama kabupaten/kota;
4) Nama kecamatan;
5) Nama desa/kelurahan;
6) Kode wilayah;
7) Nomor blok;
8) Jumlah lembar peta dalam blok yang bersangkutan;
9) Nomor lembar peta;
g. Pada bagian tengah bawah peta kelurahan, diisi dengan keterangan-
keterangan :
1) Indeks letak lembar tersebut terhadap lembar-lembar yang lain di
dalam satu desa/kelurahan;
2) Keterangan sistem proyeksi yang digunakan;
3) Keterangan sumber data pembuatan peta;
4) Arah utara;
5) Skala peta numeris dan grafis;
6) Legenda peta, antara lain :
a) Batas Desa/kelurahan
b) Batas kecamatan
c) Batas kabupaten
d) Batas Blok
e) Jalan (utama; protokol, penghubung; komplek; KA. dll)
f) Sungai, kali, selokan dll
g) Detail/simbol lain yang dipergunakan
h. Pada bagian kiri bawah peta kelurahan, diisikan :
1) Tahun pengukuran;
2) Tahun pembuatan peta;
3) Nama pembuat/penggambar peta;
4) Nama dan tanda tangan Koordinator Pelaksana Kantor Pelayanan
PBB yang bersangkutan;
5) Nama dan tanda tangan Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian
Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan;
i. Pada bagian tengah atas diisi dengan judul peta, yaitu :

PT. GEOMATIK CONSULTANT 31


PETA BLOK ............ DESA .............. (untuk wilayah kabupaten) atau,
PETA BLOK ............ KELURAHAN .............. (untuk wilayah kota);

PT. GEOMATIK CONSULTANT 32

Вам также может понравиться