Вы находитесь на странице: 1из 14

A.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

1. Pengertian

Undang-Undang Penghapusan KDRT ini menyebutkan bahwa

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan

atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran

rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,

atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).

Pada tahun 1993 pada konsultasi global, mulai di bahas

pengertian kekerasan, oleh WHO. Adapun saat ini menurut WHO (WHO,

2002); kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,

ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok

orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar

mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis,

kelainan perkembangan atau perampasan hak. Dalam Deklarasi

penghapusan segala bentuk kekerasan dalam bentuk kekerasan terhadap

perempuan (PBB 1993), kekerasan domestik atau kekerasan dalam rumah

tangga termasuk kejahatan. Ada sejumlah alasan mengapa kekerasan

domestik disebut sebagai kejahatan, antara lain karena kejahatan domestik

ini umumnya terjadi karena masih adanya diskriminasi posisi antara

mereka yang melakukan kekerasan dengan mereka yang menjadi korban

kekerasan. Biasanya mereka yang melakukan kekerasan merasa posisinya


dominan dibandingkan mereka yang menjadi korban, dan jika ini terjadi di

rumah tangga yang seharusnya mengayomi setiap individu, maka ini dapat

digolongkan sebagai kejahatan.

Didalam rumah tangga ketegangan maupun konflik merupakan

hal yang bisa terjadi. Tak ada satupun keluarga yang tidak mengalaminya.

Pada tingkatan yang wajar pertengkaran bahkan bisa menjadi pewarna

yang dapat menambah semarak dan hangatnya hubungan antara suami

istri. Akan tetapi kadang-kadang konflik dan ketegangan tersebut

berkembang menjadi tindak kekerasan yang terjadi didalam rumah tangga

atau disebut KDRT. Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang atau

beberapa orang terhadap orang lain, yang berakibat kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual dan atau psikologis,termasuk ancaman

perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara

sewenang-wenang atau penekanan secara ekonomis yang terjadi dalam

lingkup keluarga. Seseorang dikatakan sebagai korban kekerasan apabila

menderita kerugian fisik, mengalami luka atau kekerasan psikologis,

trauma emosional, tidak hanya dipandang dari aspek legal, tetapi juga

sosial dan kultural.Bersamaan dengan berbagai penderitaan itu, dapat juga

terjadi kerugian harta benda. Tindak kekerasan mempunyai cakupan yang

luas seperti kekerasan psikologis, seksual, dan pembatasan kebebasan

secara seksual.

Karakteristik korban dan pelaku KDRT, antara lain :

a. Pasangan
b. Korban adalah wanita antara usia 26-35 tahun.

c. Berasal dari seluruh ras dan etnik.

d. 90% dari pelaku kekerasan memiliki catatan kriminal lain.

e. 30-35% pelaku kekerasan memiliki masalah kronis yang

berhubungan alkohol dengan 10% diantaranya menjalani perawatan

aktif akibat kekerasan mereka,kaum wanita dengan problem yang

sama,berjumlah sekitar 10%.

f. 16% pelaku kekerasan menggunakan narkoba, 20% menjalani

pengobatan.

g. Sindrom ini kebanyakan didapatkan pada kelompok sosial ekonomi

rendah.

h. Hubungan

i. Biasa dimulai pada usia dewasa tua atau dewasa muda.

j. Kekerasan terjadi pada 15 tahun pertama dalam hubungan dan

seringkali 70% kasus dimulai pada awal hubungan.

k. Hubungan selanjutnya hanya didukung oleh ikatan.

l. Sindrom ini menjadi hal yang biasa dalam perkawinan dan legal

dalam hubungan.

m. Sekitar 50% wanita hamil trimester kedua atau ketiga saat mereka

mengalami kekerasan.

n. Riwayat Dahulu
o. 80%wanita memiliki riwayat kekerasan dalam rumah tangga pada

masa anak-anak dan melihat ayahnya melakukan kekerasan terhadap

ibu mereka.

p. 30% pasangan yang melakukan kekerasan memiliki riwayat yang

sama.

q. Sekitar sepertiga korban diceraikan atau ditelantarkan.

2. Bentuk Bentuk KDRT

Tindakan kekerasan pada dasarnya dapat dibagi dalam empat

kategori, yaitu kekerasan yang bersifat fisik dan nonfisik

(psikologis),kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi (penelantaran

rumah tangga).

a. Kekerasan Fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit, atau luka berat. Misalnya perbuatan memukul, menempeleng,

meninju, menampar, menendang, mendorong, melempar sesuatu,

menjambak rambut, mencekik, dan penggunaan senjata tajam.

b. Kekerasan Psikologis, yaitu perbuatan yang bersifat verbal yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan

psikis berat pada seseorang. Misalnya mengejek, mencela, menghina,

memaki dengan kata-kata kotor, mengancam akan menyiksa,

membawa pergi anak-anak, akan membunuh, melarang berhubungan

dengan keluarga, atau dengan kawan dekat, atau melakukan intimidasi

bahkan isolasi.
c. Kekerasan Seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga,

dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam

lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial

dan atau tujuan tertentu. Misalnya pemerkosaan.

d. Penelantaran Rumah Tangga (Kekerasan Ekonomi), yaitu perbuatan

menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal

menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau

perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau

pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga

berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan

ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja

yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di

bawah kendali orang tersebut (pasal 9). Misalnya: membatasi

pemberian nafkah, tidak merawat anak-anak, meninggalkan rumah

tangga dengan tidak bertanggung jawab, memaksa anak-anak

mengemis, memaksa anak atau istri melakukan prostitusi.


Adapun lingkup, bentuk dan akibat dari kekerasan dalam rumah

tangga dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Lingkup, Bentuk dan Akibat dari Kekerasan dalam Rumah Tangga

Lingkup Akibat KDRT


No Bentuk KDRT
KDRT
Kekerasan 1. Menampar 1. Rasa sakit atau luka
fisik 2. Memukul fisik cacat pada
3. Menjabak tubuh seseorang
4. Mendorong 2. Matinya seseorang
5. Meginjak
6. Melempar dengan
barang- barang
Kekerasan 1. Ucapan yang menyakitkan 1. Ketakutan
Psikologis 2. Kata-kata kotor 2. Hilangnya rasa
3. Bentakan percaya diri
4. Penghinaan 3. Hilangnya
5. Ancaman kemampuan untuk
bertindak dan rasa
tidak berdaya
4. Penderita psikis berat
hingga kegilaan pada
seseorang
Kekerasan 1. Perkosaan
Seksual 2. Pemaksaan hubungan
seksual
3. Pemukulan dan bentuk-
bentuk kekerasan yang
mendahului saat atau
setelah hubungan seksual
4. Pornografi
5. Pemaksaan pada istri
untuk terus menerus hamil
6. Pelecehan seksual
7. Memaksakan korban
untuk melakukan
hubungan seksual tanpa
persetujuannya atau disaat
korban tidak menghendaki
Kekerasan 1. Untuk mengontrol
Ekonomi perilaku istri,suami tidak
memberikan atau
pendapatan untuk
memenuhi uang atau
pendapatan untuk
memenuhi kehidupan
keluarga sementara itu
istri dilarang bekerja
2. Suami memaksa istri
untuk mencari uang
3. Suami tidak bertanggung
jawab menafkahi keluarga
dan membiarkan istri
untuk mencari nafkah
untuk anak dan keluarga
4. Suami menguasai uang
atau barang milik istri
dengan berbagai cara dan
alasan
5. Ketergantungan korban
kepada pelaku secara
ekonomi dengan
membatasi atau atau
melarang korban untuk
bekerja di dalam atau di
luar rumah
6. Membiarkan korban untuk
dieksploitasi di luar atau
didalam rumah
7. Melantarkan anggota
keluarga
Sumber: Peta kekerasan pengalaman perempuan Indonesia.2002.

3. Faktor Penyebab kekerasan dalam rumah tangga, yaitu :

a. Sosial Budaya
b. Budaya patriarkhi yang menduduki laki-laki sebagai makhluk superior

dan perempuan sebagai makhluk inferior

c. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agam sehingga menganggap

bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan

d. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul,

biasanya akan meniru perilaku ayahnya.

e. Faktor Masyarakat

f. Kemiskinan

g. Urbanisasi yang terjadi disertainya kesenjangan pendapat diantara

penduduk kota

h. Masyarakat keluarga ketergantungan obat

i. Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas yang tinggi

j. Faktor Keluarga

1) Adanya keluarga yang sakit yang membutuhkan bantuan terus

menerus, misalnya anak dengan kelainan mental.

2) Kehidupan keluarga yang kacau tidak saling mencinta dan

menghargai, serta tidak menghargai peran wanita

3) Kurang ada keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga

4) Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas

a. Faktor Individu

Di Amerika Serikat mereka yang mempuunyai resiko lebih besar

mengalami kekerasan dalam rumah tangga yaitu :

1) Wanita yang singel, bercerai atau ingin bercerai


2) Berumur 17-28 tahun

3) Ketergantungan obat atau alkohol atau riwayat ketergantungan

kedua zat itu

4) Sedang hamil

5) Mempunyai partner dengan sifat memiliki dan cemburu yang

berlebihan

6) Faktor Komunikasi

a) Salah ucapan atau tulisan yang menyebabkan salah pengertian

b) Hambatan pada media yang digunakan, misalnya suara telepon

yang

c) krotokan, ketikan huruf yang buram pada surat

d) Prasangka yang tidak baik

e) Salah pengertian mengenai pesan yang disampaikan

f) Gangguan lingkungan seperti suara riuh orang-orang atau

kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat

terbang yang lewat dan lain- lain.

4. Korban Kekerasan dalam rumah tangga

Dalam UU RI No 23 Tahun 2004, Pasal 1 ayat 3 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menjelaskan bahwa :

Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau ancaman

kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Korban kekerasan dalam rumah

tangga yaitu: (Dokumentasi WCC,2012)

a. Istri
Istri yang sering menjadi korban pemukulan adalah istri yang tidak

melakukan kegiatan produktif. Istri yang banyak mengalami

kekerasan dari suaminya dalah pasangan yang berusia kawin 1-10

tahun.

b. Anak berusia 20-24 tahun

c. Pembantu rumah tangga berusia sekitar 50 tahun

5. Dampak Kekerasan Domestik Atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Dampak Medis

Keluarga yang mengalami kekerasan domestik akan pergi ke

ruang gawat darurat 6 kali lebih banyak dengan mereka yang tidak

mengalaminya dan pergi ke dokter 8 kali lebih banyak dari mereka

yang tidak mengalami. Tentu mereka membutuhkan biaya kesehatan

yang lebih besar.

b. Dampak Emosional

Depresi, penyalahgunaan obat dan alkohol, kecemasan,

percobaan bunuh diri, keadaan stress pasca trauma, rendahnya

kepercayaan diri.

c. Dampak Secara Profesional

Kinerja yang buruk, lebih banyak waktu yang digunakan untuk

mengatasi persoalan, antara lain karena membutuhkan dampingan

(konseling), ketakutan kehilangan pekerjaan dan sementara bekerja,

korban terus mendapat kekerasan.

d. Dampak Pribadi
Anak-anak yang hidup dalam lungkungan kekerasan

berpeluang lebih besar bahwa hidupnya akan dibimbing oleh

kekerasan, peluang terjadinya kekejaman terhadap anak lebih tinggi

dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan domestik dan anak-

anak yang menjadi saksi kekerasan akan menjadi truma didalamnya

anti sosial dan depresi.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh banyak faktor,

diantaranya yaitu : faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, cemburu dan

bisa juga disebabkan adanya salah satu orang tua dari kedua belah pihak,

yang ikut ambil andil dalam sebuah rumah tangga.

a. Faktor Ekonomi

Kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan faktor

ekonomi, bisa digambarkan misalnya minimnya penghasilan suami

dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga. Terkadang ada seorang

istri yang terlalu banyak menuntut dalam hal untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga, baik dari kebutuhan sandang pangan

maupun kebutuhan pendidikan. Dari situlah timbul pertengkaran

antara suami dan istri yang akhirnya menimbulkan kekerasan dalam

rumah tangga. Kedua belah pihak tidak lagi bisa mengontrol emosi

masing-masing. Seharusnya seorang istri harus bisa memahami

keuangan keluarga. Naik turunnya penghasilan suami sangat

mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk


keluarga. Disamping pendapatan yang kecil sementara pengeluaran

yang besar seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun

keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat

mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim. Cara itu bisa

menghindari pertengkaran dan timbulnya KDRT di dalam sebuah

keluarga.

b. Faktor Pendidikan

Dari faktor pendidikan bisa disebabkan oleh tidak adanya

pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana cara mengimbangi dan

mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya. Mungkin di

dalam sebuah rumah tangga ada suami yang memiliki sifat arogan dan

cenderung menang sendiri, karena tidak adanya pengetahuan. Maka

sang istri tidak tahu bagaimana cara mengatasi sifat suami yang

arogan itu sendiri. Sehingga, sulit untuk menyatukan hal yang

berbeda. Akhirnya tentulah kekerasan dalam rumah tangga. Kalau di

dalam rumah tangga terjadi KDRT, maka perempuan akan menjadi

korban yang utama. Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak

bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang memang isi bukunya

itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga

yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

c. Faktor Komunikasi

Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik

antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun
dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada

keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa

menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.

Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan

psikis, di mana kebutuhan itu sangat mempengaruhi keinginan kedua

belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa

saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing.

Seperti halnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan

sebuah hubungan, butuh rasa saling percaya, pengertian, saling

menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga

harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling

percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas.

d. Faktor Cemburu

Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat

cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga

berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu,

terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar

rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang

lainnya. Jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang

bergaul dan berbaur dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap

seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi.

Banyak contoh yang kita lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu.

Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam rumah tangga.


Kekerasan dalam rumah tangga juga bisa disebabkan tidak

adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya, karena

mungkin perkawinan mereka terjadi dengan adanya perjodohan

diantara mereka tanpa didasari dengan rasa cinta terlebih dahulu. Itu

bisa membuat seorang suami menyeleweng dari garis-garis menjadi

seorang suami yang baik dan lebih bertanggung-jawab. Suami sering

bersikap kasar dan ringan tangan. Untuk menghadapi situasi yang

seperti ini, istri butuh kesabaran yang sangat amat besar. Berusaha

berbuat semanis mungkin agar suami bisa berubah dan bersikap manis

kepada

Вам также может понравиться