Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi
Kerugian Djasa Rahardja
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
Asuransi Kerugian Jasa Raharja Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor
AHU-0937972.AH.01.02 Tahun 2015 tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Tambahan Berita Negara R.I. tanggal 18/8 - 2015
No. 66)
Akte Pendirian: Akta Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, yg telah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan
Akta Nomor 18 tanggal 2 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Yulius Purnawan, SH. MSi.,
Notaris Jakarta.
Kegiatan Usaha: Melaksanakan Asuransi Kecelakaan penumpang alat angkutan umum dan
asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga sebagaimana diatur UU No. 33
dan 34 tahun 1964 berikut peraturan pelaksanaannya.
Jaringan Kantor:Jasa Raharja memiliki 29 kantor cabang, 62 kantor perwakilan dan 63 Kantor
Pelayanan Jasa Raharja (KPJR), dan 1.285 SAMSAT yang tersebar diseluruh Indonesia.
Kantor Pusat:
Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-2
Kuningan-Jakarta 12920
Telp. (021) 5203454,
Fax. (021) 5220284
Website : www.jasaraharja.co.id
Email : pusat@jasaraharja.com
Misi:
1. Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar dan pelayanan prima
sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
2. Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara Program
Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara.
4. Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.
1960
Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk melakukan
nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda dengan diundangkannya Undang-
Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda.
Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang asuransi kerugian, pemerintah
melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asuransi kerugian Belanda berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian
Belanda yang dikenakan Nasionalisasi.
Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960, namun berlaku surut sampai
tanggal 3 Desember 1957.
Selanjutnya, beberapa perusahaan yang telah dinasionalisasi tersebut ditetapkan dengan status
badan hukum Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara yang seluruh modalnya merupakan
kekayaan Negara Republik Indonesia.
Perusahaan Asuransi
N.V. Assurantie Kantoor
2 Kerugian Negara "IKA
Langveldt-Schroder di Jakarta
DHARMA"
1961
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara
Asuransi Kerugian Eka Karya, keempat PNAK tersebut yang semula berdasarkan Pengumuman
Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda)
No.12631/B.U.M. II. tanggal 9 Februari 1960 yang nama perusahaannya disebut dengan Ika
menjadi Eka.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah itu pula, keempat PNAK tersebut yaitu Eka Bhakti, Eka
Dharma, Eka Mulya dan Eka Sakti pada tanggal 1 Januari 1961 dilebur untuk menjadi satu
perusahaan dengan nama PNAK Eka Karya. Dengan peleburan tersebut, maka segala hak dan
kewajiban, kekayaan, pegawai dan usaha keempat perusahaan tersebut beralih kepada PNAK
Eka Karya.
PNAK Eka Karya yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai
kantor cabang, kantor perwakilan, agen atau koresponden di dalam dan/atau di luar negeri,
bergerak dalam bidang usaha perasuransian yaitu:
1965
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara
Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965 PNAK Eka Karya dilebur menjadi
perusahaan baru dengan nama Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharjadan seluruh
kekayaan, pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya dialihkan kepada PNAK Jasa
Raharja.
Sebagaimana PNAK Eka Karya, PNAK Jasa Raharja pun berkedudukan dan berkantor pusat di
Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, sedangkan untuk agen atau
koresponden hanya diperkenankan di dalam negeri.
Berbeda dengan PNAK Eka Karya yang memberikan pertanggungan yang bersifat umum untuk
segala jenis asuransi, maka PNAK Jasa Raharja didirikan dengan kekhususan memberikan
pertanggungan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan
penumpang termasuk reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab
kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang.
Beberapa bulan sejak pendirian PNAK Jasa Raharja, tepatnya tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan No.
B.A.P.N. 1-3-3 yang menunjuk PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai
Undang-Undang Nomor 33 dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964.
1970
Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa
Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak
lanjut dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-Bentuk Usaha
Negara Menjadi Undang-Undang. Pasal 2 ayat 2 dari UU tersebut menyatakan bahwa PERUM
adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
termaktub dalam Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960.
1978
Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Umum Asuransi Kerugian Jasa
Raharja, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja
mendapat mandat tambahan untuk menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond.
Penunjukan tersebut menjadikan Jasa Raharja sebagai pionir penyelenggara surety bond di
Indonesia, di saat perusahaan asuransi lain umumnya masih bersifat fronting office dari
perusahaan surety di luar negeri sehingga terjadi aliran devisa ke luar negeri untuk kepentingan
tersebut.
Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya
bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34
tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.
1980
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum Jasa
Raharja semakin berkembang sehingga diperlukan pengelolaan usaha yang lebih terukur dan
efisien, maka pada tahun 1980 berdasarkan PP No.39 tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum Asuransi Kerugian Jasa Raharja menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja.
1981
Anggaran Dasar Jasa Raharja yang semula diatur dalam Peraturan Pemerintah pendiriannya,
maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan
(PERSERO) pengaturannya harus dipisahkan. Anggaran Dasar Jasa Raharja tersebut selanjutnya
dituangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981.
Dengan adanya perubahan nomenklatur kementerian, pada tahun ini pula, Pemerintah melalui
Menteri Keuangan memperbaharui penunjukan Jasa Raharja dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan No: 337/KMK.011/1981 tanggal 2 Juni 1981 tentang Penunjukan Perusahaan
Perseroan (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja untuk Menyelenggarakan Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
1994 - Sekarang
Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai penjabaran UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur antara lain ketentuan yang melarang
Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan
asuransi lain selain program asuransi sosial.
Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 hingga saat ini
Jasa Raharja melepaskan usaha asuransi non wajib dan surety bond untuk lebih fokus dalam
menjalankan program asuransi sosial yaitu menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang sebagaimana diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964.
DEWAN KOMISARIS
SULISTYO ISHAK
Komisaris Utama
Lahir di Solo pada tahun 1956. Lulus dari AKABRI tahun 1978, PTIK tahun 1986, Sarjana
Hukum tahun 1999 dan S2 pada tahun 2002.
Beliau memulai karier di kepolisian di Polres Inhil Polda Riau pada tahun 1984 dan menjadi
Kapolres Blitar pada tahun 1997-1999. Pada tahun 2004-2005 menjabat sebagai Direktur Lalu
Lintas Polda Metro Jaya, menjabat Wakadiv Humas Polri pada tahun 2008-2010, serta Kapolda
Lampung tahun 2010-2011. Pada tahun 2012 beliau menjabat sebagai Asrena Kapolri. Selama
karier beliau aktif mengikuti berbagai penugasan ke luar negeri seperti di Belanda, Jepang,
Kolombia, dan Mexico. Mulai 27 Mei 2013 beliau dipercaya mengemban tugas sebagai salah
satu Komisaris PT Jasa Raharja (Persero).
WINATA SUPRIATNA
Lahir di Karawang, 1959. Setelah lulus Sarjana Ekonomi Unpad tahun 1984.
Beliau mengawali karir sebagai Staf Pembantu Sekretaris Menteri Sekretaris Negara Bidang
Pengawas Pelayan Administrasi dan Keuangan pada tahun 1985. Pada saat menjabat sebagai
Kepala Bagian Anggaran Pembangunan di Biro Anggaran Sekretaris Negara, Beliau
menyelesaikan pendidikan Program Magister Manajemen pada tahun 1999. Pada tahun 2010,
Beliau menjabat sebagai Kepala Rumah Tangga Kepresidenan dan dilanjutkan sebagai Kepala
Sekretariat Presiden. Di Tahun 2012, beliau dipercaya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang
Administrasi dan Keuangan dan menjabat Komisaris di PT. Jasa Raharja (Persero).
YUNI SURYANTO
Lahir di Yogyakarta, 1964. Beliau lulus dari UGM pada tahun 1990.
Mengawali karir sebagai Pj.Kasi Analisis Perencanaan Perusahaan Industri Kimia Departemen
Keuangan pada tahun 1997, setelah itu menjabat sebagai Pj. Kasi Industri Kimia & Semen I
Departemen Keuangan di Tahun 1998. Menjabat sebagai Pj.Kasi Semen Departemen Keuangan
pada tahun 1999, lalu menjabat PPT Kasubdit Perusahaan Jasa Konsultan Kementerian BUMN
di tahun 2000, menjabat sebagai PPT Kasubdit Perkebunan II Kementerian BUMN pada tahun
2001. Menjabat sebagai Pj.Kabid Usaha Perkebunan II Kementerian BUMN di tahun 2002, lalu
menjabat Kabid Usaha Perkebunan 1A Kementerian BUMN di Tahun 2006. Dan pada tahun
2013 menjabat Asisten Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II Kementerian BUMN
serta dipercaya sebagai Komisaris PT. Jasa Raharja (Persero).
AHMAD SOFYAN
Lahir di Cianjur. Jawa Barat, Lulus dari , Jakarta tahun 1987. Lulus Master of Business
Administration (MBA) Saint Marys University (SMU), Halifax, Nova Scotia, Canada, tahun
1992.
Pada tahun 2000, Beliau diperbantukan sebagai Kepala Biro Keuangan Departemen Kehutanan
selama tahun 2000-2001. Mulai tahun 2002 Beliau menjabat Kepala Biro Perencanaan
Pengawasan BPKP, lalu pada tahun 2003 menjabat sebagai Kepala Pusat Informasi Pengawasan
BPKP Ciawi Bogor. Setelah itu, Beliau menjabat sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengawasan BPKP di Tahun 2004. Pada tahun 2005, Beliau menjabat Kepala Perwakilan BPKP
Provinsi DKI II. Mulai Tahun 2007, Beliau menjabat Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan
Negara. Dan di tahun 2013, Beliau dipercaya menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Jasa
Raharja (Persero).
SETYA UTAMA
Lahir di Blora, Jawa Tengah. Lulus pada tahun 1993 dari Universitas
Gadjah Mada Jurusan Administrasi dan tahun 2002 dari Universitas
Indonesia, Jurusan Administrasi Negara.
Mengawali karir sebagai Kepala Subbagian Kenaikan Pangkat dan Gaji Tahun 1998 s.d 2000 di
Sekretariat Kabinet. Lalu di tahun 2000 s.d 2004 sebagai Kepala Subbagian Kepangkatan Non
Departemen, Sekretariat Kabinet. Di tahun 2004 s.d 2005, menjabat sebagai Kepala Bagian
Pengadaan dan Mutasi Kepegawaian dan di Tahun 2005 s.d 2011 sebagai Kepala Bagian Mutasi
Kepegawaian, Biro Kepegawaian, Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Sumber Daya
Manusia.
Di tahun 2011 s.d 2015, sebagai Kepala Biro Kepegawaian, Deputi Bidang Sumber Daya
Manusia Kementerian Sekretariat Negara, dan di Tahun 2015 s.d Sekarang, beliau menjabat
sebagai Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara
DEWAN DIREKSI
BUDI SETYARSO
Direktur Utama
Lahir di Madiun Jawa Timur tahun 1957. Meraih Strata Satu (S1) Ekonomi dari Universitas
Brawijaya Malang pada tahun 1982, dan Magister Manajemen (S2) di Universitas Sriwijaya
(Unsri), Palembang tahun 1997.
Lahir di Cirebon Jawa Barat tahun 1959. Meraih Strata Satu (S1) Ekonomi dari Universitas
Krisnadwipayana Jakarta, dan Magister Management Keuangan (S2) di Universitas Gajayana,
Malang tahun 1998.
ZAYAD GHANI
Direktur Keuangan
Lahir di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1955, Meraih Strata Satu (S1) Ekonomi dari
Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1981, meraih gelar Magister Management
(S2) pada tahun 1997 dari Universitas Pancasila.
Riwayat Pekerjaan :
Tahun 1983 bergabung dengan Jasa Raharja di Kantor Pusat, kemudian dipercaya sebagai Kepala
Bagian Surety Bond Kantor Pusat pada tahun 1994. Ditugaskan di anak perusahaan PT
Jasaraharja Putera tahun 1999 hingga Januari tahun 2013. Mendapat kepercayaan sebagai
Direktur Keuangan di PT Jasa Raharja (Persero) pada bulan Januari 2013.
M. WAHYU WIBOWO
Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi
Lahir di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958 Meraih Strata Satu (S1) Ekonomi dari Universitas
Udayana Bali pada tahun 1986, Magister Manajemen (S2) di Sekolah Tinggi Manajemen
Prasetiya Mulya, Jakarta Tahun 1994.
WIRANTO
Direktur SDM dan Umum
Lahir di Batang pada tahun 1958 Meraih Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi UNDIP pada tahun
1982, kemudian mengambil S2 Finance, di University of Miami, Florida Amerika Serikat tahun
1995.
Riwayat Pekerjaan :
Menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Direktorat Pembinaan BUMN Departemen
Keuangan pada tahun 1989, lalu pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Perkebunan Wilayah B
tahun 1990, Kepala Seksi Analis Pendanaan dan Sumber Daya pada tahun 1993. Selain itu,
pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Organisasi pada tahun 1995 di Direktorat Jenderal
Pembinaan BUMN, Departemen Keuangan. Pernah menjabat Kepala Sub Direktorat Monitoring
Pelaksanaan Usaha, Departemen Keuangan pada tahun 1996. Setelah itu, beliau juga pernah
dipercaya menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Privatisasi BUMN Jasa Umum, Departemen
Keuangan pada tahun 1998. Pada tahun 1998-2001 menjabat sebagai Kepala Bagian Pembinaan
BUMN I, BTU-BUMN Departemen Keuangan, pada tahun 2001-2002 menjabat sebagai Kepala
Sub Direktorat Asuransi Jiwa, Direktorat Persero Jasa Keuangan, Departemen Keuangan. Beliau
juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Usaha Asuransi Kementerian BUMN tahun 2002-
2006. Setelah itu beliau dipercaya menjabat sebagai Asisten Deputi Urusan Usaha Jasa
Keuangan, Kementerian BUMN tahun 2006-2010 , mulai tahun 2010-sekarang beliau menjabat
Asisten Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III, Kementerian BUMN. Pada bulan
Januari 2013, Beliau dipercaya menjabat Direktur SDM dan Umum PT. Jasa Raharja
(Persero).Disamping itu, Beliau juga pernah mendapat penugasan sebagai Komisaris
PT.Asuransi Jiwasraya pada tahun 2000-2004, Komisaris PT.Asuransi Ekspor Indonesia tahun
2004-2009, Komisaris PT. Asuransi Kesehatan tahun 2008-2011, dan Komisaris PT. Pegadaian
pada tahun 2009-sekarang.
JP- ASTOR
JP- BONDING
JP- GRAHA
JP-ASPRI
JP-ASKRED
JP-INSURANCE melalui produk ini menjamin risiko yang tidak dijamin pada produk asuransi
lainnya, seperti risiko kecelakaan diri risiko kerugian keuangan, sampai dengan risiko kerugian
pada perabotan . Jenis asuransi ini terdiri dari:
2. Money Insurance
Menjamin risiko kerugian uang atau yang disamakan dengan uang atau barang-barang
yang sesuai dengan uang yang dimiliki tertanggung, melalui perampokan. Pencurian
dengan kekerasan, penodongan, kebakaran atau sebab-sebab kecelakaan lain yang
dilakukan pihak ketiga, baik terhadap uang yang dikirim dari suatu tempat ke tempat lain
(Cash in transit / CIT ) maupun uang yang disimpan dalam tempat penyimpanan/strong
room ( Cash in Save / CIS) atau yang berada di ruangan kasir. (Cash In Cashier Box)
5. Bilboard Insurance
Menjamin biaya penggantian kerusakan pada Bilboard / papan reklame yang terpasang
serta kemungkinan tuntutan pihak ketiga baik orang maupun benda sebagai akibat dari
robohnya papan reklame.
BERITASATU.COM
REKOR DUNIA
Piagam Penghargaan Rekor Dunia Museum Rekor Mudik Gratis Pengendara Sepeda Motor
Terbanyak Dari MURI, Tahun 2013
LINGKUP JAMINAN
Kehadiran PT Jasa Raharja (Persero) sebagai Asuransinya Masyarakat Indonesia,
memberikanperlindungan kepada masyarakat melalui 2(dua) program asuransi sosial, yaitu
AsuransiKecelakaan Penumpang Alat Angkutan Umum yangdilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang No. 33Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan WajibKecelakaan Penumpang serta
Asuransi TanggungJawab Menurut Hukum Terhadap Pihak Ketiga yangdilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang No. 34Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu LintasJalan.
UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965
UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
menjelaskan bahwa korban yang berhak atas santunan adalah setiap orang yang berada di luar
angkutan lalu lintas jalan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan
lalu lintas jalan serta setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor
dan ditabrak, dimana pengemudi kendaraan bermotor yang penyebab kecelakaan, termasuk
dalam hal ini para penumpang kendaraanbermotor dan sepeda motor pribadi. Bagi pengemudi
yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya tabrakan dua atau lebih kendaraan
bermotor, maka baik pengemudi maupun penumpang kendaraan tersebut tidak dijamin dalam
UU No 34/1964 jo PP no 18/1965 termasuk korban pejalan kaki atau pengemudi/penumpang
kendaraan bermotor yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang
difungsikan.
Nilai Santunan Kecelakaan Penumpang
Nilai santunan yang dibayarkan bagi korban kecelakaan lalulintas jalan telah diatur berdasarkan
keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: KEP.36/ PMK.010/2008 tanggal 26 Pebruari 2008.
Nilai santunan untuk korban yang meninggal dunia sebesar Rp. 25 juta, korban yang mengalami
cacat tetapp maksimum sebesar Rp. 25 juta, korban yang memerlukan biaya perawatan
maksimum sebesar Rp. 10 juta dan bagi korban yang tidak memiliki ahli waris diberikan biaya
penguburan sebesar Rp. 2 juta.
JUMLAH SANTUNAN
TARIF SWDKLLJ
Tarif Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai Peraturan Menteri
Keuangan RI Nomor 36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008, ditetapkan
sebagai berikut :
TARIF KD /
GOL JENIS KENDARAAN JUMLAH
SWDKLLJ SERT
Sepeda motor 50 cc ke bawah, mobil ambulance, mobil jenazah
A 0 3000 3000
dan mobil pemadam kebakaran.
Pick up/mobil barang s/d 2.400 cc, sedan, jeep, dan mobil
DP 140000 3000 143000
penumpang bukan angkutan umum
UU No.33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang jo. PP No.17
Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.
UU No.34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo. PP No.18 Tahun 1965
tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Jenis Premi
Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa Raharja dikenal dengan 2
(dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan Wajib (SW). Iuran Wajib dikutip atau
dikenakan kepada penumpang alat transportasi umum seperti kereta api, pesawat terbang, bus
dan sebagainya (pasal 3 (1) a UU No.33/1964 jo pasal 2 (1) PP No.17/1965). Sedangkan khusus
penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota dan Kereta Api jarak pendek (kurang dari
50 km) dibebaskan dari pembayaran iuran wajib tersebut. Sumbangan Wajib dikutip atau
dikenakan kepada pemilik / pengusaha kendaraan bermotor (pasal 2 (1) UU No.34/1964 jo pasal
2 (1) PP No.18/1965).
- Untuk Iuran Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut dan
Udara.
- Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib
yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan
pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut
- Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran
atau perpanjangan STNK
Sejak di leburnya PNAK Eka Karya menjadi perusahaan baru dengan nama PNAK Asuransi
Kerugian Jasa Raharja sejak tanggal 1 Januari 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja, sejak awal
PNAK Jasa Raharja didirikan dengan tugas dan fungsi khusus memberikan pertanggungan dalam
bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk
reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan
kecelakaan penumpang. Namun sejak tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan Nomor B.A.P.N. 1-3-3
yang menunjuk PNAK Jasa
Dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara
Asuransi Kerugian Jasa Raharja disebutkan: Perusahaan berusaha di dalam negeri khusus dalam
lapangan asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang, dalam mata
uang rupiah yaitu:
1. mengadakan dan menutup perjanjian asuransi termasuk reasuransi dalam bidang asuransi
tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang.
2. Member perantaraan dalam penutupan asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan
kecelakaan penumpang.
Selain itu dalam Pasal 7 Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara
Asuransi Kerugian Jasa Raharja disebutkan, tujuan didirikannya Perusahaan Jasa Raharja yaitu
untuk turut membangun ekonomi nasional dalam lapangan perasuransian kerugian sesuai dengan
ekonomi terpimpin dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan
kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan adanya program asuransi sosial sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964
dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tersebut, maka tugas dan fungsi utama PT. Jasa
Raharja ialah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengadakan iuran wajib yang
dipungut dari penumpang umum berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, dimana iuran diambil dari setiap
penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum sesuai Pasal 3 sub 1a dan sumbangan wajib
dari para pihak pemilik kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964
tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, dimana pemilik angkutan lalu
lintas diharuskan memberi sumbangan wajib setiap tahunnya sesuai Pasal 2 sub 1 , dimana
pembayaran dilakukan pada saat pendaftaran dan perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor (STNK), yang mana dana iuran dan sumbangan wajib tersebut akan disalurkan
kembali kepada masyarakat yang menjadi korban dari kerugian yang timbul akibat kecelakaan
lalu lintas untuk mengurangi beban masyarakat sesuai dengan yang di atur di dalam Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964, yang mana jaminan
sosial untuk masyarakatlah yang menjadi tujuan pokoknya.
Tujuan
Dalam sebuah perusahaan, penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Government) adalah sangat penting sebagai salah satu proses untuk menjaga kesinambungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang dengan mengutamakan kepentingan para pemegang
saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholders). Secara teoritis, praktek good
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja
keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung
menguntungkan diri sendiri serta dapat meningkatkan kepercayaan investor. BUMN sebagai
salah satu pilar perekonomian Indonesia dituntut untuk dapat menjadi pelopor implementasi
GCG. PT Jasa Raharja (Persero) sebagai salah satu BUMN mengambil posisi utama untuk
mendorong terlaksananya pengelolaan perusahaan dengan berupaya merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Penerapan prinsip-prinsip ini
sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan
yang semakin kuat.
Kementerian BUMN pada tahun 2010-2012 telah menerbitkan serangkaian kebijakan dalam
bentuk peraturan/keputusan Menteri Negara BUMN diantaranya Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: KEP-01/MBU/2011 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance
pada BUMN, yang secara signifikan berpengaruh terhadap kebijakan GCG pada PT Jasa Raharja
(Persero) serta Keputusan Sekretaris Menteri BUMN No. SK-16/S.MBU/2012 Tanggal 6 Juni
2012 Tentang Indikator/Parameter Penilaian Dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada BUMN
b. Ditujukan Untuk
1. Menjadi rujukan/pedoman bagi insan Jasa Raharja untuk melakukan pengelolaan
Perusahaan sesuai dengan ketentuan sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian finansial dan non finansial serta merusak
citra Perusahaan.
2. Menjadi sebuah kebijakan yang berlaku bagi segenap insan Jasa Raharja dimana
Perusahaan akan menginformasikan kebijakan ini kepada semua pihak yang
berkepentingan agar memahami dan memaklumi apa yang menjadi standar kerja
Perusahaan.
3. Menjadi sebuah dokumen yang dinamis dimana Perusahaan akan selalu mengkaji
pedoman GCG secara berkesinambungan sebagai upaya mencapai standar kerja yang
terbaik bagi Perusahaan. Untuk itu Perusahaan akan selalu menerbitkan setiap perubahan
dan tambahan yang terjadi pada Pedoman GCG.
4. Memudahkan manajemen untuk menangani secara efektif penyimpangan terhadap
kebijakan Perusahaan mengenai penerapan pedoman GCG.
5. Memperoleh persamaan persepsi dan pemahaman antar insan Jasa Raharja dalam
menerapkan tata nilai etika Perusahaan.
STRUKTUR
Sesuai Peraturan Menteri Negara Badan Usaha No. PER- 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 152/PMK.01/2012 Tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian, terdapat Organ Perseroan yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi beserta Unit
Kerjanya yang memainkan peran kunci dalam keberhasilan pelaksanaan GCG. Masing-masing
Organ Perseroan tersebut mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam memastikan
bahwa penerapan GCG di perusahaan berjalan dengan optimal.
ORGAN UTAMA
Pemegang saham/Pemilik Modal melaksanakan GCG sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya. RUPS Perusahaan Perasuransian wajib diselenggarakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar operasional prosedur Perusahaan Perasuransian yang
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam mengambil keputusan, RUPS wajib
berupaya menjaga keseimbangan kepentingan semua pihak, khususnya kepentingan pemegang
saham minoritas, kepentingan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak
memperoleh manfaat.
DEWAN KOMISARIS
DIREKSI
Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan BUMN dan sesuai
dengan maksud dan tujuan BUMN, serta memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung
jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai Pemangku Kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah seorang anggota Direksi ditunjuk oleh
Rapat Direksi sebagai penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di BUMN
yang bersangkutan.
ORGAN PENDUKUNG
SEKRETARIAT PERUSAHAAN
KOMITE INVESTASI
Direksi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib membentuk Komite Investasi.
Komite Investasi bertugas membantu Direksi dalam merumuskan kebijakan investasi dan
memantau pelaksanaan kebijakan investasi yang telah ditetapkan.
KOMITE AUDIT
Komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam memantau dan memastikan efektifitas
sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal dengan
melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian.
PEDOMAN
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) di PT Jasa Raharja
(Persero) berpedoman kepada beberapa aturan formal yang sumber dasar penerapannya yaitu:
3. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 06
Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.
4. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor: DK/I/SP/2014 dan Nomor:
P/31.1/SP/2014 tentang Panduan (Guidelines) Untuk Mendukung Implementasi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
5. Keputusan Direksi Nomor KEP/7/2015 Tentang Petunjuk Teknis Sosialisasi Good Corporate
Governance PT Jasa Raharja (Persero)
Untuk mendukung implementasi nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) di PT
Jasa Raharja (Persero), telah disusun 9 Buku Pedoman Penerapan GCG sebagaimana diatur
dalam Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor: DK/I/SP/2014 dan Nomor:
P/31.1/SP/2014 tentang Panduan (Guidelines) Untuk Mendukung Implementasi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) , yaitu :
4. Pedoman Gratifikasi
IMPLEMENTASI
1. Sosialisasi dan Penerapan GCG
Program sosialisasi pedoman GCG dilakukan kepada pihak internal dan eksternal. Bagi pihak
internal, sosialisasi diarahkan untuk menumbuhkan adanya pemahaman mengenai GCG serta
kesadaran dan kebutuhan untuk menerapkan GCG secara konsisten. Implementasi GCG
dikaitkan dengan sistem reward and punishment yang dikembangkan oleh perusahaan. Bagi
pihak eksternal, sosialisasi diarahkan untuk memberikan pemahaman tentang cara kerja
perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, sehingga terjadi proses bisnis yang sehat serta
terbebaskan aktivitas perusahaan dari kegiatan-kegiatan yang dapat merugikan perusahaan.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa perusahaan telah memiliki Buku Pedoman Penerapan
GCG sebagaimana diatur dalam Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor:
DK/I/SP/2014 dan Nomor: P/31.1/SP/2014 tentang Panduan (Guidelines) Untuk Mendukung
Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance). Berkaitan
dengan hal tersebut telah dilakukan berbagai kegiatan sosialisasi atas penerapan GCG melalui :
1. Kegiatan Training of Trainers (ToT) GCG sebagai langkah awal sosialisasi pedoman GCG yang
diikuti oleh semua Kepala Cabang dan Kepala Perwakilan seluruh Indonesia.
2. Pembuatan Petunjuk Teknis Sosialisasi GCG PT Jasa Raharja (Persero) sesuai keputusan Direksi
No. KEP/7/2015 Tanggal 23 Januari 2015.
3. Pada tahun 2015, telah melaksanakan kegiatan Sosialisasi GCG bagi pegawai di 28 Kantor
Cabang dan 61 Kantor Perwakilan serta Penandatangan Pernyataan Komitmen Pedoman perilaku
(Code of Conduct) oleh seluruh pegawai Perusahaan
4. Melakukan uji tingkat pemahaman pegawai atas pedoman dan penerapan GCG di lingkungan
perusahaan
5. Pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG), sebagaimana diatur dalam Keputusan Direksi
No. KEP/240/2015 Tanggal 31 Desember 2015
2. Evaluasi Penerapan GCG
PT Jasa Raharja (Persero) telah melakukan assessment GCG sejak tahun 2008, berikut ini adalah
pencapaian skor GCG dalam kurun lima (5) tahun terakhir:
Sebagai wujud akuntabilitas dan pertanggungjawaban atas penerapan GCG perusahaan harus
menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada Pemegang Saham dan
stakeholders lainnya pada setiap akhir tahun yang dimuat dalam laporan manajemen dan laporan
tahunan.
Laporan sekurang-kurangnya mengungkap praktik Tata kelola Perusahaan yang baik minimal
mencakup informasi mengenai:
7. Uraian tentang aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan
8. Akses informasi dan data perusahaan yaitu uraian mengenai tersedianya akses informasi
dan data perusahaan kepada publik (website, media massa, mailing list, buletin dan
sebagainya).
9. Etika Perusahaan
o Penyaluran Program Kemitraan Pinjaman oleh seluruh Cabang yang terdiri dari 25(dua
puluh lima) Cabang di seluruh Indonesia sebesar Rp.5.794.000.000,- yang disalurkan
kepada 337 Mitra Binaan.
o Penyaluran Program Kemitraan Pinjaman oleh Kantor Pusat unit PKBL menyalurkan dana
sebesar Rp.115.000.000,- yang disalurkan kepada 5 Mitra Binaan.
B. Metode penyaluran melalui BUMN Lain (sinergi), dengan melakukan penyaluran kembali kepada
PT SHS sebesar Rp.10.000.000.000,- kepada 490 Mitra Binaan merupakan penyaluran sejak
tahun 2010 dengan tambahan sebanyak 408 Mitra Binaan.
C. Penyaluran Hibah Program Kemitraan yang telah terealisasi sebesar Rp.704.402.000,- pada
tahun 2013 diberikan kepada mitra binaan dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi mereka serta memperluas pasar untuk menjual hasil produksi yang telah
mereka buat.
D. Metode Penyaluran dalam rangka mendukung dilaksanakannya Program GP3K sesuai dengan
perjanjian kerja sama Nomor: P/26/SP/2012 dan Nomor: 354/SHS.05/Sp/X/2012 tanggal 10
Oktober 2012 sebesar Rp.28.000.000.000 PT SHS mengajukan reschedulling kepada PKBL PT Jasa
Raharja (Persero) dan sudah mendapatkan kesepakatan mengenai reschedulling atas pinjaman
yang diberikan melalui PT SHS ini.
E. Tahun 2013 PT Jasa Raharja tidak melakukan penyaluran dengan metode cluster dikarenakan
adanya penghentian penyaluran pinjaman oleh Kementerian BUMN. Sedangkan akumulasi dana
Program Kemitraan (Pinjaman dan Hibah) yang telah disalurkan oleh PKBL PT Jasa Raharja
(Persero) sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 555.637.015.316,-
dengan rincian sebagai berikut:
o Hingga saat ini total Mitra Binaan sebanyak 64.452 unit Mitra Binaan.
Sebagai salah satu kontribusi terhadap pelestarian alam dan mengurangi tingkat polusi
serta menghindari bencana alam/banjir, PT Jasa Raharja (Persero) berkomitmen dan
berperan aktif dalam program penghijauan. Dalam tahun 2013 dana bantuan pelestarian
alam leboh diprioritaskan kepada pohon-pohon produktif, seperti pohon mangga, nangka,
dan lain-lain. Namun khusus untuk daerah yang tandus PT Jasa Raharja memberikan
bantuan berupa pohon trembesi dan bantuan untuk penenaman 1.000 pohon produktif di
Bingkat, Sumatera Utara. Jumlah bantuan pelestarian alam yang direalisasikan sampai
dengan tahun 2013 sebesar Rp 4.510.881.484,- sedangkan realisasi penyaluran pada
tahun 2013 sebesar Rp 350.673.700,- atau sebesar 17,53% dari jumlah dana yang
dialokasikan sebesar Rp 2.000.000.000,
4. ProgramBinaLingkungan
Penyediaan telepon bebas pulsa dan SMS Center (0812 10 500 500) untuk
membantu penanganan kecelakaan lalu lintas.
2. Pemberian pendidikan khusus bagi para pengemudi kendaraan umum dan awak
angkutan teladan tentang tata cara mengemudi dengan baik dan menurut ketentuan
Undang-Undang Lalu lintas.
Kelebihan :
Kekurangan :
Ahli waris :
1. Janda atau dudanya yang sah
2. Anak anaknya yang sah
3. Orangtuanya yang sah
Sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat (1) Peraturan No. 17 & 18 Tahun 1965, bahwa hak atas dana
santunan menjadi gugur (kadaluarsa) dalam hal :
1. Jika tuntutan pembayaran dana santunan tidak diajukan dalam waktu enam bulan setelah terjadi
kecelakaan yang bersangkutan.
2.Jika tidak diajukan gugatan terhadap perusahaan pada pengadilan perdata yang berwenang, dalam
waktu enam bulan sesudah tuntutan pembayaran dana snatunan ditolak secara tertulis oleh Direksi
Perusahaan.
3. Jika hak atas dana santunan tidak direalisir dengan suatu penagihan kepada perusahaan, dalam
waktu tiga bulan sesudah hak tersebut diakui, ditetapkan atau disahkan.
Asuransi jasa raharja adalah jaminan (Asuransi) yang diberikan oleh pemerintah melalui PT Jasa
Raharja yang di atur berdasarkan UU No. 33 dan 34 Tahun 1964. Jika kita mengalami
kecelakaan di jalan umum, maka kita bisa melakukan penngajuan santunan (Klaim) ke PT Jasa
Raharja. Jika saat terjadi kecelakaan kita memenuhi syarat-syarat dalam pengajuan santunan,
maka kita berhak mendapatkan santunan seperti biaya berobat hingga biaya paska insiden.
Jika anda pengguna kendaraan umum baik itu darat, laut, maupun udara, maka dari setiap insiden
yang terjadi, anda berhak mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja. Adapun undang-undang
yang mengatur besar kecilnya santunan adalah UU No 33 dan 34 tahun 1964 yang didasarkan
pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 36/PMK.010/2008 dan nomor
37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008.
Rincian besar santunan tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori kendaraan umum
Darat/Laut dan kategori Kendaraan umum udara. Adapun besar santunan dari dua kategori
tersebut adalah :
Jika terjadi kecelakaan disaat menggunakan angkutan umum darat/laut, maka anda
berhak mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja. Adapun besar nominal santunan
tersebut adalah :
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban dinyatakan cacat tetap, maka maksimal
bisa mendapatkan santunan sebesar 25.000.000 (25 Juta) Rupiah.
o Jika di dalam kecelakaan tersebut korban tidak meninggal dunia dan tidak
mengalami cacat tetap atau cacat seumur hidup, maka berhak mendapatkan
santunan biaya perawatan yang nilai maksimalnya adalah sebesar 10.000.000 (10
Juta) Rupiah.
Jika terjadi kecelakaan disaat menggunakan kendaraan umum udara seperti pesawat
publik, maka berdasarkan undang-undang yang tersebut diatas korban berhak
mendapatkan santunan yang dibagi menjadi 3 kategori.
o Jika terjadi kecelakaan dan korban dinyatakan meninggal dunia, maka berhak
mendapatkan santunan sebesar 50.000.000 (50 Juta) Rupiah serta mendapatkan
biaya penguburan sebesar 2.000.000 (2 Juta) Rupiah.
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban dinyatakan cacat permanen (cacat tetap)
maka berhak mendapatkan santunan maksimal 50.000.000 (50 Juta) Rupiah.
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban hanya mengalami luka-luka parah maupun
ringan, dan tidak dinyatakan meninggal maupun cacat tetap, maka berhak
mendapatkan santunan maksimal 10.000.000 (10 Juta) Rupiah.
1. Jika terjadi kecelakaan baik itu tunggal atau non tunggal, segera mintalah laporan tentang
kecelakaan lalu lintas dari Unit Laka Satlantas yang biasanya ada di Polres setempat atau
juga bisa menghubungi instansi yang berwenang lainnya.
2. Jika sudah mendapatkan keterangan atau laporan tentang kecelakaan dari Polres
setempat, mintalah keterangan kesehatan dari dokter/rumah sakit yang merawat.
3. Adapun yang perlu disiapkan berikutnya adalah KTP Identitas korban atau identitas ahli
waris korban.
4. Isilah formulir pengajuan dari Asuransi Jasa Raharja (Gratis). Formulir tersebut bisa
didapatkan di kantor Jasa Raharja terdekat atau mendownloadnya dari situs resmi
5. Setelah mengisi formulir tersebut, maka serahkan formulir beserta laporan kepolisian,
laporan kesehatan, dan identitas tersebut ke kantor Asuransi Jasa Raharja terdekat.
o Jika korban mengalami luka-luka mintalah kuitansi biaya perawatan dan biaya
pengobatan yang asli dan sah.
o Jika korban meninggal dunia, bawalah Kartu Keluarga dan Surat Nikah jika
korban telah menikah.
Jika terjadi kecelakaan, maka segeralah melakukan pengajuan santunan ke dinas Asuransi Jasa
Raharja. Sebab, kita tidak bisa meng-klaim santunan jika pengajuan santunan ini dianggap sudah
kadaluarsa. Permintaan pengajuan ini dianggap kadaluarsa atau gugur jika :
2. Uang santunan tidak diambil atau tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah
hak santunan disetujui oleh Jasa Raharja.
Semoga artikel ini dapat membantu kita dalam mengajukan santunan saat terjadi kecelakaan atau
kita dapat membantu teman atau saudara yang tidak tahu bagaimana cara mengajukan santunan
ke Jasa Raharja.
UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965
2. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry di maksud
mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda
Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan yang
menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut,
contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana
pengemudi kendaran bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab
kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor
pribadi
Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian dinyatakan bahwa pengemudi yang
mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik pengemudi
mapupun penumpang kendaraan tersebut tidak terjamin dalam UU No 34/1964 jo PP no
18/1965
Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian belum diketahui pihak-pihak
pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan dan atau dapat disamakan kedua pengemudinya
sama-sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan
UU No 34/1964 jo PP No 18/1965 santunan belum daat diserahkan atau ditangguhkan sambil
menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan
1. Kasus Tabrak Lari
Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran kasus kejadiannya
Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau menyebrang sehingga tertabrak kereta
api serta pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan akibat lalu
lintas perjalanan kerata api, maka korban terjamin UU No 34/1964
Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang dengan sengaja menerobos
palang pintu kereta api yang sedang difungsikan sebagaimana lazimnya kerata api akan lewat ,
apabila tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin oleh UU No 34/1964
PENGECUALIAN
Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan berdasarkan UU No 33 atau 34/1964
Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban atau ahli
waris
Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang dalam keadaan mabuk atau tak
sadar, melakukan perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban
memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa lain.
1. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan resiko kecelakaan
penumpang umum atau lalu lintas jalan
Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan sedang dipergunakan untuk turut
serta dalam suatu perlombaan kecakapan atau kecepatan
Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor penumpang umum yang
bersangkutan ternyata ada akibat gempa bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh, atau
sesuatu gejala geologi atau metereologi lain.
Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan,
bencana, perang atau sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun Indonesia
tidak termasuk dalam negara-negara yang turut berperang, pendudukan atau perang saudara,
pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan kaum buruh, perbuatan sabotase,
perbuatan teror, kerusuhan atau kekacauan yang bersifat politik atau bersifat lain.
Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan sesuatu perintah, tindakan
atau peraturan dari pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung dengan sesuatu keadaan
tersebut di atas, atau kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian sesuatu perbuatan dalam
penyelenggaraan tersebut.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang umum yang dipakai atau dikonfliksi
atau direkuisisi atau disita untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti tersebut di atas
Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum yang khusus dipakai oleh atau
untuk tujuan-tujuan tugas angkatan bersenjata.
Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya yang sah
Dalam hal tidak ada janda/dudanya dan anak-anaknya yang sah kepada orangtuanya yang sah
Pengertian dari anak dan orangtau sah tidak selalu pengertian anak kandung dan orangtua
kandung, akan tetapi anak tiri dan orangtua tiri disamakan kedudukannya sebagai ahliwaris sah
Demikian juga anak angkat dan orangtua angkat disamakan kedudukannya sebagai ahliwaris sah
apabila telah mendapat putusan dari pengadilan Negeri atau instansi berwenang lainnya
Prosedur Santunan
o Keterangan kecelakaan Lalu Lintas dari Kepolisian dan atau dari instansi berwenang
lainnya.
Jenis Santunan
o Santunan kematian
Ahli Waris
Kadaluarsa
Hak santunan menjadi gugur / kadaluwarsa jika :
o Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah terjadinya kecelakaan.
o Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak dimaksud disetujui oleh jasa
raharja
UU No.33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang jo. PP No.17
Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.
UU No.34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo. PP No.18 Tahun 1965
tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa Raharja dikenal dengan 2
(dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan Wajib (SW).
Iuran Wajib dikutip atau dikenakan kepada penumpang alat transportasi umum seperti kereta
api, pesawat terbang, bus dan sebagainya (pasal 3 (1) a UU No.33/1964 jo pasal 2 (1) PP
No.17/1965). Sedangkan khusus penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota dan
Kereta Api jarak pendek (kurang dari 50 km) dibebaskan dari pembayaran iuran wajib tersebut
Sumbangan Wajib dikutip atau dikenakan kepada pemilik/pengusaha kendaraan bermotor (pasal
2 (1) UU No.34/1964 jo pasal 2 (1) PP No.18/1965).
Untuk Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan Santunannya di atur berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Sumbangan
Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Untuk Iuran Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau,
Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara.
Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib
yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan
dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut
Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran
atau perpanjangan STNK
Untuk Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan Santunannya di atur berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Sumbangan
Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Untuk Iuran Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau,
Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara.
Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib
yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan
dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut
Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran
atau perpanjangan STNK
Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib
yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan
dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut
Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran
atau perpanjangan STNK
a. Iuran Wajib ( Berdasarkan UU. No. 33/ 1964 PP. No. 17 tahun 1965 ):
Premi Iuran Wajib yang sudah dijadikan satu dengan ongkos tambang (Karcis/ticket) baik
angkutan penumpang darat, laut dan udara yang dibayarkan oleh penumpang pada saat naik
kendaraan angkutan umum baik darat, laut dan udara dan dikumpulkan melalui pemilik angkutan
umum(AKAP/AKDP), Pelni dan Maskapai penerbangan.
Khusus angkutan umum dalam kota tidak dikenakan premi Iuran Wajib.
a. Tepat Informasi.
1) Diperolehnya informasi tentang kecelakaan alat angkutan umum dan lalu lintas jalan
sedini mungkin serta diberitahukan kepada korban atau ahli waris korban tentang haknya
dengan tepat dan jelas.
2) Penjabaran prinsip tepat informasi adalah :
a) Terpeliharanya pembinaan hubungan kerja yang baik dan berkesinambungan dengan mitra
kerja yang secara langsung menangani kasus kecelakaan.
b) Menyampaikan informasi kepada korban atau ahliwaris korban dengan cepat dan bahasa
yang jelas serta mudah dipahami.
c) Monitoring terhadap kasus-kasus kecelakaan angkutan umum dan lalu lintas jalan
dilakukan secara rutin pada Instansi berwenang.
d) Ketentuan mengenai hak dan prosedur penyelesaian pelayanan santunan harus dipahami
secara menyeluruh dan dilaksanakan secara seragam dan konsisten.
b. Tepat Jaminan.
1) Pemberian santunan kepada korban atau ahliwaris korban dipastikan sesuai dengan ruang
lingkup dan nilai jaminan
2) Penjabaran prinsip tepat Jaminan adalah :
a) Laporan tentang ruang lingkup kecelakaan harus sesuai dengan kondisi kecelakaan yang
sebenarnya terjadi.
b) Dalam prosedur pengajuan santunan tidak dikenai biaya apapun atau potongan lainnya.
c) Santunan rawatan yang diberikan harus diyakini merupakan biaya perawatan secara medis.
d) Penyelesaian santunan sesuai dengan sistim dan prosedur serta ketentuan yang berlaku.
c. Tepat Subjek.
1) Pemberian santunan kepada korban atau ahliwaris korban dipastikan sesuai dengan ruang
lingkup dan nilai jaminan
2) Penjabaran prinsip tepat Subjek adalah :
a) Bertindak pro aktif untuk menghimbau korban atau ahli waris korban agar mengurus
sendiri santunannya.
b) Penelitian yang cermat atas kelengkapan data pada setiap tahapan prosedur pelayanan.
c) Sebelum penyerahan santunan harus dilakukan wawancara untuk meyakini keabsahan
korban atau ahliwaris korban.
d) Melakukan survey bila diperlukan dan pelaksanaannya dilakukan secara teliti dan akurat
d. Tepat Waktu.
1) Pelayanan penyelesaian santunan mulai dari proses pengajuan sampai dengan penyerahan
santunan dilakukan dalam batasan waktu yang tepat
2) Penjabaran prinsip tepat waktu adalah :
a) Melakukan pencatatan waktu pada setiap tahapan proses penyelesaian penyerahan
santunan.
b) Mekanisme kerja dilakukan secara wajar dan konsisten dan selalu dikembangkan dengan
menggunakan fasilitas komputer.
c) Tidak ada perbedaan pelayanan terhadap korban atau ahliwaris korban
e. Tepat Tempat.
1) Penyerahan santunan diupayakan sedekat mungkin dengan domisili resmi korban dan atau
ahli waris korban
2) Penjabaran prinsip tepat tempat adalah :
a) Penyerahan santunan dilakukan sampai pada tingkat Kecamatan atau Kelurahan.
b) Kenyamanan dan keamanan tempat / lokasi penyerahan santunan selalu terpelihara
a. Memberikan jaminan biaya perawatan pada korban kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh
kendaraan bermotor lainnya dan penumpang angkutan kendaraan umum baik Darat, Laut &
Udara termasuk pengajuan cacat tetapnya
b. Memberikan pelayanan jemput bola bila ada korban meninggal dunia yang dilindungi oleh U.U.
No. 33 & 34 tahun 1964 jo. PP. No. 17 & 18 tahun 1965 ketempat Ahli Warisnya dengan target 7
hari sudah dibayarkan kepada Ahli Waris.
c. Melakukan koordinasi dengan pihak mitra kerja terkait apabila terjadi kecelakaan lalu lintas baik
di darat, Laut maupun udara ( Polri, LLAJR, Rumah sakit, Syahbandar, Adpel & Bandara ).
d. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pengurusan santunan Jasa Raharja secara kontinyu
baik melalui Media Elektronik, Media Masa dan talk show serta seminar agar masyarakat dapat
memahami apabila terjadi kecelakaan lalu lintas. Serta penyuluhan di Kampus dan di sekolah-
sekolah.
Nilai Santunan.
a. UU. No. 33 Tahun 1964 (Peraturan Menteri Keuangan R.I. No. 37/PMK.010/2008);
Hambatan yang timbul dalam pengelolaan PT Jasa Raharja (persero) adalah berkaitan erat
dengan sistem administrasi personil dan keuangan. Sangat minimnya personil yang menjalankan
tugas operasional di lapangan khususnya yang bergerak dibidang pola sosialisasi jasa raharja,
penarikan
iuran wajib dan penyaluran santunan jasa raharja. Dalam hal sosialisasi dan pelayanan
keselamatan, yang berkaitan dengan pemasangan rambu-rambu peringatan dan berkaitan dengan
anggran terjadi keterbatasan dan pro kontra dalam intern perusahaan itu sendiri terbukti rambu
rambu terpasang oleh jasa raharja sangat minim sekali. Selanjutnya yang berkaitan dengan
penyaluran santunan jasa raharja, PT Jasa Raharja (Persero) sebagai lembaga pertanggungan
yang bersifat sosial terkesan belum iklas dan tulus.
sampai saat ini pelayanan baik penyaluran santunan jasa raharja ataupun sosialisasi tugas dan
tanggung jawab PT Jasa Raharja terkesan sangat lemah dan jauh dari publikasi media cetak
ataupun elektronik, sehingga beranggapan bahwa PT Jasa Raharja (persero) sangat baik dan solid
Sehingga tujuan PT Jasa Raharja (Persero) bukan hanya sebagi pertanggungan sosial secara
mutlak tetapi perlu juga di cermati dampak sosial masyarakat yang memperjuangkan
kehidupannya berkaitan dengan ekonomi yang semakin sulit dewasa ini. PT Jasa Raharja
(Persero) tidak transparan dalam pemupukan dana terhimpun dari iuaran wajib dan sumbangan
wajib atas Undang-undang No. 33 dan 34 Tahun 1964. Sebagai perusahaan yang mendambakan
menjadi perusahaan terkemuka di bidang asuransi dengan mengutamakan penyelenggaraan
program asuransi sosial dan asuransi wajib sejalan dengan kebutuhan masyarakat
Kendala dan Hambatan Eksternal
Hubungan dengan pihak pemerintah daerah dari tingkat pusat sampai pada tingkat operasional
masih dirasa belum optimal, khususnya antar personil pelaksanaan lapangan dan operasional.
Pemeriksaaan oleh akuntan publik, atau badan lain independent yang berhak, agar terjadi
transparansi, jujur dan adil. Hubungan dengan para pengusaha angkutan umum juga sangat
lemah, khususnya dalam hal kontrol penerimaan iuran wajib. Hubungan dengan pihak, Dinas
Perhubungan Darat, Dinas Kesehatan dengan program Pertolongan Pada kecelakaan (P3K) atau
penyuluhan dan pemeriksaan sopir angkutan umum jarak jauh juga sangat lemah, sehingga
kecelakaan dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Hambatan eksternal mendasar adalah
masih adanya korban kecelakaan lalu lintas yang belum berhasil mendapatkan santunan jasa
raharja hanya dikarenakan korban bersalah oleh pihak PT Jasa Raharja dan tidak dijamin
oleh UU No. 33 dan 34 Tahun 1964, kesan ini sangat menghambat hubungan antara masyarakat
dengan pihak PT Jasa Raharja (Persero) dan Kepolisian Lalu Lintas.
Saran
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
a. Bagi pihak jasa raharja
Berdasarkan dari hasil uraian di atas pihak jasa raharja seharusnya pihak jasa raharja
harus lebih sering melakukan sosialisasi dalam bentuk langsung maupun dari publikasi
media cetak ataupun elektronik, sehingga beranggapan bahwa PT Jasa Raharja (persero)
sangat baik dan solid Sehingga tujuan PT Jasa Raharja (Persero) bukan hanya sebagi
pertanggungan sosial secara mutlak tetapi perlu juga di cermati dampak sosial
masyarakat yang memperjuangkan kehidupannya berkaitan dengan ekonomi yang
semakin sulit dewasa ini.
Berdasarkan dari kasus kecelakaan yang di alami para korban seharusnya pihak jasa
raharja Seharusnya korban mendapatkan pelayanan yang tidak berbelit-belit atau petugas
jasa raharja membantu korban dengan tulus agar tercapainya tujuan dari jasa raharja yang
tepat sasaran.
b. Bagi masyarakat
Masyarakat perlu lebih berusaha untuk mencari tahu tentang asuransi kecelakaan Jasa
Raharja agar kedepannya masyarakat mampu untuk memahami proses-proses yang ada
dalam pengajuan klaim jasa raharja.
Perlu adanya identitas yang jelas bagi para korban kecelakaan lalu lintas agar penyaluran
santunan jasa raharja tepat sasaran
PT Jasa Raharja (Persero). 2000, Sejarah Perkembangan PT Jasa Raharja
(Persero). Jakarta
Yang belum
Pengertian jasa raharja
Berapa jumlah cabang kantor jasa raharja