Вы находитесь на странице: 1из 4

Prinsip Tertib Adminitrasi

Prinsip ini sangat kuat dipegang oleh Pondok sejak lama. Pondok ini bukan milik
probadi, melainkan milik umat yang sudah diwakafkan oleh para pendiri Pondok kepada umat
melalui Badan Wakaf. Oleh sebab itu semua asset Pondok yang telah diwakafkan oleh para
pendiri serta asset-aset lain yang dihasilkan dari berbagai usaha Pondok adalah milik lembaga
dan digunakan untuk kepentingan lembaga. Karenaya asset-aset itu dikelola atas dasar prinsip
manajemen kelembagaan yang mencangkup tertib adminitrasi, pengawasan, dan control yang
ketat. Itu dilakukan dengan tujuan menghindari penyelewengan yang dapat brakibat ngatif bagi
kelangsungan lembaga dan system yang diperjuangkanya.
Prinsip Pendidikan Sikap mental (Mental Attitude)
Penting untuk dicatat, bahwa betapapun pentingnya dana atau sumber-sumber material
dalam menjamin keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan, masih ada hal yang jauh lebih
penting, yaitu komitmen pada nilai-nilai yang mendasari pengelolaan sumber-sumber material
itu. Mengapa demikian ? Jawabanya karena tujuan dari pengelolaan sumber-sumber ekonomi di
Pondok bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, melainkan lebih dari itu adalah bagin
dari pendidikan dalam pengertian yang luas. Ini sejalan dengan falsafah pendidikan di Pondok
yang berbunyi; segala yang dilihat, didengar, dirasakan, dikerjakan, dan dialami santri adalah
pendidikan. dan guru-guru yang mengelola unit-unit usaha di Pondok memang diharapkan
untuk mendatangkan keuntungan. Namun, itu bukan segala-galanya. Yang terpenting adalah
menumbuhkan jiwa kemandirian.
Sesungguhnya kegiatan-kegiatan pengelolaan dana ini hanyalah sebagian dari kegiatan di
Pondok Modern Gontor yang bertujuan mendidik. Pola pendidikan ini mengarah kepada suatu
konsep bahwa totalitas kehidupan dan kegiatan-kegiatan di Pondok, baik di luar atau di dalam,
adalah sarana pendidikan bagi santri dan semua warga Pondok, termasuk keluarganya.
Dengan demikian bukan santri saja yang terdidik, melainkan para guru yang mengajar
pun ikut terdidik. Hal ini tidak mengherankan karena di Pondok berlaku falsafah; al-Mudarris
yuallimuli al-talamidzi wa yuallimu linafsihi. Artinya, Guru sesungguhnya mengajar murid-
muridnya dan juga mengajar dirinya sendiri. Demikian pula halnya dengan keluarga dan bahkan
Pimpinan Pondok akan diwarnai oleh nilai dan lingkungan kehidupan Pondok yang disadari oleh
falsafah tersebut.
Prinsip Etika Kerja
Tarbiyah (pendidikan) dan ibadah talab al-ilmi ( menuntut ilmu) adalah tujuan para santri
ke Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Sedang ibadah itu sendiri adalah pengabdian
dan penghambaan diri seseorang abd (hamba) kepada sang mabud (Allah SWT). Dalam
pengertian ini, ibadah meliputi seluruh kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, baik
antarmanusia, alam, diri sendiri, dan Allah sebagai rabb-nya.
Dalam kerangka ini, kegiatan kehidupan di Pondok merupakan ibadah. Mulai dari tidur,
belajar, makan, olahraga, bekerja adalah ibadah. Maka tujuan para santri di PMDGharus
memiliki dua dimensi ini, yaitu ibadah dan pendidikan.
Prinsip Kemandirian dalam Kebersamaan
Kerja sama dalam mengurus Pondok merupakan awal dari terbentuknya prinsip ukhuwah
(persaudaraan). Semua pemimpin dan pejuang pendidikan hendaknya mampu bekerja sama
dengan rekan-rekanya. Hal ini penting mengingat untuk meraih sebuah kesuksesan, baik besar
maupun kecil, disyaratkankebersamaan. Melalui kebersamaan ini akan timbul saling kenal dan
penegrtian, yang pada giliranya dapat menumbuhsuburkan rasa persaudaraan (ukhuwah). Bahkan
tidak jarang rasa persaudaraan ini menciptakan semacam rasa kesetiakawanan (group feeling)
dalam diri para santri. Hingga setelah mereka menjadi alumni sekalipun suatu ukhuwah yang
dinamis masih tetap terjalin di antara mereka.
INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN
Setelah dipahami definisi kualitas, maka harus diketahui apa saja yang termasuk dalam
dimensi kualitas. Garvin seperti yang dikutip oleh M.N.Nasution mendefinisikan delapan
dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, yaitu:
1. Kinerja/performa (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli
suatu produk yaitu karakteristik pokok dari produk inti.
2. Features merupakan aspek kedua dari performa yang menambahkan fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya, yaitu ciri-ciri atau keistimewaan
tambahan atau karakteristik pelengkap/tambahan.
3. Keandalan (reliability) berkaitan dengan kemungkinan suatu porduk berfungsi secara
berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian,
keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat
keberhasilan dalam penggunaan suatu produk
4. Konformitas (comfortmance) berkaitan dengan tingkat kesesuaian prodeuk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Menurut
Tjiptono yaitu sejarah mana karakteristik desain dan opersi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta penanganan keluhan yang
memuaskan.
7. Estetika (aesthetics) merupakan karakteristik mengenaikeindahan yang bersifat subjektif
sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan
individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), karakteristik berkaitan dengan reputasi
(brand nama, image).

Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan, yaitu:
1. Hasil akhir pendidikan.
2. Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolak
pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, misalnya tes tertulis, daftar
cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap.
3. Proses pendidikan.
4. Instrument input, yaitu alat interaksi dengan raw input (siswa).
5. Raw input dan lingkungan.

Adapun V. Gasparez mengemukakan bahwa dimensi mutu produk atau jasa meliputi,
yaitu;
1. Berwujud; setting fisik dari jasa tersebut, lokasi, karyawan, materiel, komunikasi, dan
peralatanya.
2. Keandalan; kemampuan untuk melakukan jasa yang dijanjikan secara andal dan
akurat.
3. Kecepattanggapan; sejauh mana karyawan menolong konsumen dan menyediakan
jasa yang teapt dan cepat.
4. Jaminan; pengetahuan, kemampuan karyawan untuk menjaga kepercayaan, dan
keyakinan.
5. Empati; perhatian dan kepedulian terhadap konsumen secara individual.

Menurut Bounds, seperti yang dikutip oleh Mulyadi mengatakan bahwa


manajemen mutut terpadu atau dikenal dengan TQM (Total Quality management )
adalah suatu system manajemen yang befokus kepada orang yang bertujuan untuk
meningkatkan secara berkelanjutan terus menurun. Lebih lanjut, Mulyadi
menegemukakan bahwa Total Quality management (TQM) merupakan pendekatan
system secara menyeluruh (bukan suatu bidang atau program terpisah) dan
merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi. System ini bekerja secara horizontal
menembus fungsi dan departemen, melibatkan semua karyawan dari atas sampai
bawah, meluas ke hulu dan hilir, mencangkup mata rantai pemasok dan customer.

Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan


berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dan guru, antara
siswa dan kepala sekolah, anatara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah
kebebasan berpendapat dan keterbukaan anatara seluruh warga sekolah. Pentrasferan
ilmu pengetahuan tidak alagi besifat one way communication, melainkan two way
communication. Proses dua arah ini merupakan bagian dari substansi Total Quality
Managament (TQM) dalam meningkatkan kualitas di lembaga pendidikan.
Sehingga dilingkungan organisasi nonprofit, khususnya pendidikan, penetapan
kualitas produk dan kualitas proses untuk mewujudkanya, merupakan bagian yang
tidak mudah dalam pengimplementasian Manajemen Mutu Terpadu (TQM).
Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya tidak sekadar bersifat
kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah local dan gedung sekolah atau laboratorium
yang berhasil dibangun , tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang
menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkanya.
Demikian juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang
kualitasnya sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di
lingkungan organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari
Nawari, ukuran produktivitas organisasibidang pendidikan dapat dibedakan sebagai
berikut;
1. Produktivitas internal, berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif,
seperti jumlah atau presentase lulusan sekolah, atau jumlah gedung dan local
yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Produktivitas eksternal, berupa hasil yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif, karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah
melewati tenggang waktu tertentu ccukup lama.

Вам также может понравиться