Вы находитесь на странице: 1из 7

HOMETASK

MENGANALISIS INDIVIDU MENGGUNAKAN KONSEP


HOLISTIK, SEHAT SAKIT, CARING, DAN KOMUNIKASI
SECARA TERAUPETIK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Holistik

Nama : Aryani Wahyuningsih

NIM : 22020114120013

KELAS : A.14.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DESEMBER 2014
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Holistik memiliki arti komprehensif atau menyeluruh yang terdiri dari body,
mind, and spirit. Keperawatan holistik adalah masalah kesehatan global saat ini karena
ada berbagai permasalahan yang dialami oleh pasien misalnya resisten antibiotik
mikroba meningkat dan faktor-faktor ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
mempengaruhi kesehatan. Pengertian lain tentang pelayanan menyeluruh adalah
melihat pasien secara holistik yang terdiri dari masalah fisik, psikososial, spiritual, dan
kultural yang mempengaruhi persepsi tentang sakit. Dari dua pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa pasien adalah manusia yang terdiri dari body, mind, dan spirit,
pasien yang sehat adalah pasien yang sehat secara fisik, mental, emosi, dan spiritual
sehingga berpusat pada kebutuhan pasien. Pola hidup seseorang akan berdampak pada
kesehatan mereka. Pandangan tiap individu tentang kesehatan yang berbeda akan
berpengaruh kepada setiap perilaku sehat-sakit tiap individu. Perilaku sehat-sakit
individu dipengaruhi oleh status sosial, budaya, dan kultural. Pola hidup yang sudah
menjadi kebiasaan dalam sebuah kelompok sosial akan berkembang menjadi sebuah
budaya. Pengaturan pola hidup yang baik dari setiap individu harus berasal dari
kesadaran dalam diri individu sendiri. Holistik sangat terkait dengan kesejahteraan yang
diyakini mempunyai dampak pada status kesehatan seseorang. Keperawatan holistik
berkaitan erat dengan perilaku caring. Caring adalah sikap peduli, menghargai, dan
menghormati orang lain dengan memberikan perhatian, dukungan, maupun bantuan
kepada pasien saat proses penyembuhan. Memberikan caring secara sederhana tidak
hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring
merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring
bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur
setiap orang yg berbeda pada satu tempat. Peduli terhadap pasien secara holistik dan
berusaha memahami pasien dengan komunikasi teraupetik. Komunikasi teraupetik
merupakan kemampuan atau ketrampilan perawat dalam membantu pasien
beradaptasi dan menyentuh pasien sehingga membuat pasien merasa dipahami oleh
perawat.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui keadaan individu secara holistik
2. Mengetahui pola pikir individu tentang sehat sakit
3. Memahami penerapan konsep sehat sakit individu
C. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup makalah ini adalah individu yang dipahami secara holistik dengan
tetap memperhatikan konsep sehat sakit individu menggunakan sentuhan caring dan
komunikasi teraupetik.
BAB II

ILUSTRASI KASUS

Narasumber saya adalah teman 1 kost saya. Ia berinisial Nn. L. Keadaan fisik
yang dimiliki oleh Nn. L cukup kuat. Hanya saja jika ia kelelahan ia akan mudah untuk
mimisan. Menurut penuturan Nn. L dulu sejak ia masih TK setiap malam ia mengalami
mimisan. Saat ia dipriksa di dokter THT menurut dokter Nn. L tidak mengalami penyakit
yang serius hanya saja pembuluh darah di dalam hidungnya sensitive sehingga mudah
pecah jika tersenggol sedikit. Nn. L hanya diberi obat dan tidak disarankan untuk
menjalani rawat inap. Walaupun Nn. L mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter ia
tetap saja mimisan. Saat mimisan orang tua Nn. L memberinya daun sirih yang
dimasukkan ke dalam lubang hidung sehingga membuat darah berhenti keluar. Mimisan
yang Nn. L alami mulai berkurang intensitasnya saat ia beranjak SD. Saat ini jika Nn. L
merasa lelah dan pusing maka ia akan mimisan namun darah yang keluar volumenya
sedikit. Saat ini Nn. L belum memeriksakan kembali tentang penyebab mimisan yang ia
alami karena menurut Nn. L keadaan tersebut tidak mengganggu aktivitasnya. Nn. L juga
hampir setiap bulan merasakan dismenorea saat datang bulan hari pertama. Nn. L
merasakan begitu sakit pada perut dan nyeri pada punggung. Hal tersebut dialami Nn. L
sejak ia duduk di bangku kelas 1 SMA. Saat dismenorea Nn. L tidak pernah
mengkonsumsi obat-obat kimia karena Nn. L takut jika nanti mengalami ketergantungan
dan mengganggu kesehatan rahimnya. Biasanya saat dismenorea Nn. L tidak bisa
melakukan aktifitas yang banyak membutuhkan gerak karena rasa sakit yang amat ia
rasakan. Pernah suatu hari Nn. L mengalami dismenorea di tempat kost. Saat itu saya
juga berada di kost. Saya merasa kasian melihat kondisi Nn. L. Saya berinisiatif untuk
membuatkannya bulli-bulli. Bulli-bulli ialah semacam wadah yang berisi air panas untuk
mengompres. Nn. L juga sering mengompres perutnya saat dismenorea dan merasa
lebih nyaman. Saat Nn. L berada di rumah ia sering mengkonsumsi kunyit asam untuk
mengurangi dismenorea yang ia rasakan tetapi semenjak ia menjadi anak kost Nn. L
jarang mengkonsumsi kunyit asam. Hal itu karena saat di rumah sang Ibu sering
membuatkannya kunyit asam. Menurut Ibu Nn. L kunyit asam berkhasiat untuk
menurunkan rasa nyeri saat dismenorea. Menurut Nn. L di dalam keluarganya terjadi
perbedaan pandangan dalam hal pengobatan. Ayah Nn. L adalah seorang yang sangat
meyakini bahwa obat medis adalah obat yang paling aman dan memberikan efek yang
nyata. Sehingga dari kecil saat Nn. L sakit Ayahnya pasti akan membawanya ke dokter.
Berbeda dengan sang Ayah, Ibu dari Nn. L lebih memilih obat tradisional daripada obat-
obatab medis atau kimia. Nn. L merupakan tipe orang yang terbuka. Nn. L mudah untuk
beradaptasi dan mudah untuk bergaul namun ia memiliki sifat yang cuek terhadap
keadaan dirinya sendiri. Walaupun keadaan fisiknya sudah tidak mendukung ia akan
tetap memaksa untuk beraktivitas karena Nn. L selalu bersemangat menjalani hidup.
Nn. L tidak ingin ia terlihat lemah di depan orang lain. Nn. L memiliki kebiasaan buruk
yaitu mengkonsumsi jajanan yang mengandung banyak MSG, pengawet, dan terasa
pedas. Kebiasaan tersebut tidak dibarengi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
bernutrisi sehingga Nn. L bermasalah dengan ususnya. Awalnya ia hanya merasa sakit
pada perut namun Nn. L hanya menggap sakit biasa. Hingga lama-kelamaan sakit itu
semakin terasa dan semakin sering intensitasnya. Kemudian Nn. L dibawa ke rumah sakit
oleh Ayahnya. Sesampai di rumah sakit dokter memberitahu bahwa Nn. L menderita
penyakit usus buntu akut. Mengetahui hal tersebut Nn. L merasa takut dan cemas. Nn. L
menjadi pribadi yang pendiam dan lebih suka sendiri. Ia tidak mau makan dan lebih
banyak melamun. Ketika dokter memberitahu jalan terbaik adalah operasi membuat Nn.
L semakin cemas dan kaget. Keluarga Nn. L berusaha memberi dukungan dan perhatian
agar Nn. L menjadi semangat kembali. Keluarga merasa bingung terhadap perilaku Nn. L
yang berubah. Keluarga meminta bantuan kepada petugas medis agar membuat Nn. L
lebih tenang dan semangat. Setelah mendapat penjelasan dan dukungan dari perawat
maupun dokter bahwa operasi itu tidak menakutkan dan dapat membuat keadaannya
membaik Nn. L terlihat lebih tenang dan bersemangat kembali. Nn. L memiliki sifat
pesimis dan cemas dalam menghadapi suatu hal. Nn. L memikirkan sesuatu terlalu
panjang dan berlebih-lebihan yang pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi.
Keluarga Nn. L tergolong keluarga yang masih menganut adat jawa yang kental. Seperti
tradisi-tradisi jawa yang masih dilakukan terutama oleh sang Ibu. Nn. L sampai saat ini
masih menggunakan semacam tali di perutnya yang dipercaya sebagai pelindung dirinya
dari hal-hal buruk. Saat hari-hari tertentupun sang Ibu masih membuat bubur untuk
dibagikan kepada tetangga sekitar. Walaupun adat Jawa keluarga Nn. L kental namun
mereka tetap menjalankan ibadah sesuai dengan agama Islam. Nn. L sangat bersyukur
memiliki keluarga yang begitu menyayangi dan perhatian terhadapnnya.
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus di atas telah di pahami secara holistik. Kondisi fisik Nn. L memiliki fisik
yang cukup kuat hanya saja saat ia kelelahan ia mudah mengalami mimisan. Hal tersebut
telah ia alami sejak kecil. Hanya saja saat ini intensitasnya mengalami mimisan tidak
sesering dahulu. Hampir setiap bulan Nn. L mengalami dismenorea sejak Nn. L duduk
dibangku kelas 1 SMA. Nn. L akan merasakan sakit yang sangat pada perut dan
punggungnya nyeri saat hari pertama datang bulan. Saat itu Nn. L tidak bisa melakukan
aktivitas yang membuatnya banyak bergerak. Pola makan yang tidak teratur dan
konsumsi makanan yang sembarangan membuat Nn. L pernah mengalami usus buntu
hingga harus dioperasi. Kondisi psikis dar Nn. L adalah semangat dalam menjalani hidup
dan tidak ingin orang lain menggapnya lemah. Namun, psikis dari Nn. L sempat lemah
saat dirinya divonis menderita penyakit usus buntu akut. Hal tersebut membuat Nn. L
menjadi pendiam, takut, dan cemas. Nn. L memiliki sifat pesimis dan cemas dalam
menghadapi suatu hal. Nn. L memikirkan sesuatu terlalu panjang dan berlebih-lebihan
yang pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi. Ditinjau dari kondisi sosial Nn. L
termasuk tipe orang yang terbuka dan mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Nn. L juga termasuk dapat beradaptasi dengan cepat. Namun saat dirinya sedang ada
masalah seperti saat divonis mepunyai penyakit usus buntu akut ia menjadi pribadi yang
pendiam dan lebih suka menyendiri. Hal tersebut dilakukan agar orang lain
menganggapnya baik-baik saja walaupun sebenarnya Nn. L memendam rasa tidak
tenang. Nn. L memiliki tingkat spiritual yang cukup tinggi karena Nn. L rajin dalam
melakukan ibadah. Sedangkan dari keyakinan dan kultur yang dianut oleh Nn. L
termasuk masih kental. Nn. L masih percaya dengan hal-hal di luar nalar yang sesuai
dengan adat budayanya. Seperti ia masih menggunakan tali pada perutnya yang
dipercaya sebagai pelindung diri dan membuatnya terhindar dari hal-hal buruk.
Keyakinan tersebut terpengaruh oleh sang Ibu yang masih kental dengan adat budaya
sampai sekarang. Terpenuhinya semua aspek dalam holistik menggambarkan level
komunikasi yang digunakan didalamnya sudah mulai mencakup komunikasi teraupetik
walaupun belum mencangkup semua level dalam komunikasi teraupetik.
Menurut World Health Organization (WHO) memandang sehat secara lebih
menyeluruh. Undang-Undang WHO mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera
fisik, mental, dan sosial yang utuh dan tidak semata terbebas penyakit atau kelemahan
(WHO, 1948). Definisi tersebut :

Mencerminkan perhatian pada individu sebagai manusia utuh yang berfungsi


secara fisik, psikologis, dan sosial. Proses kejiwaan menentukan hubungan
seseorang dengan lingkungan fisik dan sosial disekitarnya, sikapnya terhadap
kehidupan, dan interaksi mereka terhadap orang lain.
Menempatkan sehat dalam konteks lingkungan. Kehidupan manusia, demikian
juga dengan kesehatannya, dipengaruhi oleh sesuatu yang berinteraksi
dengannya tidak hanya pengaruh lingkungan, seperti iklim dan ketersediaan
makanan bergizi, tempat berlindung yang nyaman, udara bersih untuk dihirup,
dan air bersih untuk diminum, tetapi juga orang lain termasuk keluarga,
pasangan, atasan, rekan kerja, teman, dan berbagai macam hal terkait.
Menyejajarkan sehat dengan kehidupan produktif dan kreatif. Berfokus pada
kehidupan, bukan pada penggolongan penyakit yang dapat menyebabkan sakit
dan kematian.

Вам также может понравиться