Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
1. Ari Kiswanto
NIM : 0610420006
Alamat : Jl. Kertosentono No.12 Malang
Telp : 085648086101
E-mail : kiswanto_88@yahoo.com
2. Aprinta Surya Ramadhani
NIM : 0610410003-41
Alamat : Jl.Intan No.2 Malang
Telp. : (0341) 552703/ 085646712218
E-mail : aprintasurya@yahoo.com
3. Candra Perdana Kusuma
NIM : 0610420010
Alamat : Jl.Bendungan Sutami 1C Malang
Telp : 085692512343
E-mail : koe_soema@yahoo.com
4. Defi Ari Susanti
NIM : 0710420040
Alamat : Jl.Sumbersari Gg.3 No. 253 Malang
Telp : 081334252290/ 085732213659
E-mail : www.de_susantie@yahoo.co.id
DAFTAR ISI
1.1 Pendahuluan
Penggunaan lahan pertanian umumnya terdiri dari persawahan, tegalan,
perkebunan, pekarangan, kebun campuran dan hutan. Setiap bentuk penggunaan
lahan pertanian mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga penerapan
perlakuan kegiatan budidaya di setiap jenis lahan juga berbeda. Sebagian lahan
pertanian memerlukan kegiatan budidaya yang intensif sedangkan bentuk lahan
pertanian yang lain dilakukan dengan tidak terlalu intensif. Keberhasilan budidaya
tanaman pertanian sangat tergantung dari berbagai faktor diantaranya faktor
lingkungan (cahaya, suhu, air dan zat hara dalam tanah) maupun faktor tanaman
budidaya sendiri. Khusus penggunaan lahan pertanian yang bersifat campuran,
pengaturan tata letak jenis tanaman budidaya menjadi sangat penting guna
memperoleh hasil budidaya yang maksimal.
Pengaturan tata letak (layout) kebun dapat dipengaruhi oleh beberapa
pertimbangan diantaranya adalah pertimbangan sifat tumbuh tanaman, efisiensi
kegiatan budidaya dan konservasi lahan. Pertimbangan sifat tumbuh tanaman
berkaitan dengan sifat ekologi tanaman yang berbeda-beda antar tanaman budidaya
terutama respon terhadap faktor lingkungan. Sebagian tanaman membutuhkan
penyinaran matahari penuh serta kebutuhan air yang tinggi di bagian atau keseluruhan
masa pertumbuhan, namun beberapa jenis tanaman lain membutuhkan naungan
untuk memperoleh hasil maksimal. Faktor lain yang mempengaruhi tata letak kebun
adalah aktivitas/kegiatan budidaya yang terdiri dari aktivitas pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan (pemupukan, pengairan, penyiangan dll), pemanenan serta
kegiatan pasca panen. Disamping kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan di petak
kebun, diperlukan pula ruang tersendiri untuk aktivitas penunjang diantaranya jalur
sirkulasi, gudang penyimpanan sarana produksi, serta ruang lainnya. Oleh karena itu
pengenalan detail aktivitas budidaya sangat menentukan tata letak kebun.
Pertimbangan konservasi lahan merupakan pertimbangan penting lainnya
dalam pengaturan tata letak kebun. Kendala penggunaan lahan pertanian diantaranya
terjadinya erosi yang sangat berpengaruh pada keberlanjutan budidaya pertanian.
Terkikisnya lapisan subur tanah pertanian sampai bencana longsor besar lahan
1.2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami hubungan tata letak tanaman dengan sifat tumbuh beberapa jenis
tanaman budidaya,
2. Menafsirkan program kegiatan/aktifitas kebun serta kebutuhan luas ruangnya dalam
struktur area kebun,
3. Merencanakan dengan terampil tata letak (layout) kebun dengan pertimbangan sifat
tumbuh tanaman, efisiensi dan optimalisasi kegiatan budidaya serta konservasi
lahan untuk mendapatkan hasil produk pertanian yang maksimal.
1.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum adalah semua kelompok dari masing-masing kelas A-G,
yaitu: kelompok A1-7, B1-7, C 1-7, D1-7, E1-7, F1-7 dan G1-7.
2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi : kertas A3 dan A4, pita
meter 50m, penggaris dan peralatan tulis
3. Metode pelaksanaan
Melaksanakan perencanaan tata letak (layout) kebun praktikum Ngijo yang
meliputi kegiatan pengamatan lapangan (survei lahan), perencanaan komoditi
tanaman budidaya, pembuatan tata letak ruang kegiatan dan penanaman, serta
pembuatan denah kebun Ngijo. Untuk menunjang kegiatan diatas dilakukan
metode:
a. Observasi dan kunjungan lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran, merasakan suasana dan mengenali kondisi lingkungan nyata kebun,
b. Menyusun program aktivitas/kegiatan kebun berdasarkan standar dan
persyaratan terkait hingga menghasilkan indikasi besaran luas ruang bersama-
sama pembimbing kelompok,
c. sketsa ide/gagasan tata letak kegiatan dan tanaman budidaya
d. merancang/desain kebun praktikum
4. Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan praktikum perencanaan tata letak (layout) kebun praktikum
Ngijo urutan yang harus dilakukan praktikan adalah sebagai berikut :
1. Lakukan inventarisasi berupa pengukuran untuk mencari dimensi panjang,
lebar, luas dan bentuk lahan, serta komponen-komponen eksisting kebun
seperti fasilitas aksesibilitas (jalan kendaraan, jalan setapak, jembatan, dll),
fasilitas pengairan (irigasi), bangunan, vegetasi (tata letak pohon eksisting) dll.
2. Lakukan perekaman informasi lahan di kertas kerja dengan symbol atau
ukuran-ukuran yang mudah dimengerti sesuai skala gambar.
3. Tentukan aktivitas/kegiatan yang akan dilakukan dalam pengelolaan kebun
praktikum dari proses persiapan lahan (pengolahan tanah), penanaman,
pemeliharaan (pemupukan, pengairan, penyiangan dll), pemanenan serta
kegiatan pasca panen. Tambahkan pula aktivitas/kegiatan penunjang kegiatan
utama budidaya pertanian.
Ketentuan kebun Ngijo minimal terdapat fasilitas diantaranya :
Lahan parkir mobil (10 mobil, dan 150 motor)
Jalur service/pelayanan yang dapat dilewati Traktor ukuran sedang dan
mobil pik-up saat panen.
Bangunan gazebo (kapasitas 50 orang), pos penjaga, kantor kebun dan
gudang alat-bahan.
Lahan budidaya tanaman (komoditi sesuai praktikum TPT)
4. Cari informasi kebutuhan ruang masing-masing aktivitas/kegiatan pada butir c.
5. Gambarkan kebutuhan ruang masing-masing kegiatan dalam guntingan kertas
sesuai skala dan coba letakkan dalam peta kebun sampai mendapatkan tata
letak (layout) terbaik berdasarkan berbagai pertimbangan (lihat latar belakang).
6. Pindahkan tata letak pada butir e ke dalam kertas A3 dengan penggambaran
yang lebih rapi serta buat penjelasan berupa teks di kertas A4 yang diketik rapi.
2.1 Pendahuluan
Tanaman padi (Oryza sativa L.) ditanam dalam tiga sistem utama budidaya
tanaman, yakni sistem budidaya lahan sawah sebagaimana banyak dilakukan petani
di pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi, sistem budidaya lahan rawa pasang
surut yang dominan di pulau Kalimantan serta sistem budidaya lahan kering
sebagaimana dilakukan kebanyakan petani di Nusa Tenggara. Terdapat ratusan
varietas padi inbrida maupun hibrida dengan daya hasil tinggi yang telah dilepas oleh
Departemen Pertanian sejak tahun 1970 an. Di Jawa Timur saja saat ini terdapat 52
varietas padi unggul lokal yang masing-masing mempunyai keunggulan di habitatnya.
Namun varietas yang sangat populer sampai dengan saat ini dan ditanam pada area
lebih dari 6 juta ha adalah IR 64 dan belakangan ini, Ciherang (Suryanto, 2005).
Panjang fase pertumbuhan tanaman padi, dari perkecambahan hingga panen
berkisar 3 6 bulan tergantung varietas dan lingkungan pertumbuhan tanaman.
Secara agronomis, fase pertumbuhan tanaman padi terbagi menjadi dua, yakni fase
vegetatif dan generatif. Fase vegetatif dimulai dari perkecambahan benih hingga
inisiasi primordia malai. Pada fase ini ditandai dengan pertumbuhan anakan,
peningkatan tinggi tanaman dan perkembangan daun. Pada fase generatif, terbagi
menjadi dua, yaitu fase reproduktif dan pemasakan. Fase reproduktif dimulai dari
inisiasi primordia malai hingga pertumbuhan malai maksimal dan dilanjutkan fase
pemasakan yaitu awal pengisian butir gabah sampai butir gabah yang ada di malai,
penuh berisi. Pada varietas yang berumur 120 hari, panjang fase vegetatif berkisar
60 hari, fase reproduksi 30 hari dan fase pemasakan 30 hari (Yoshida, 1981 dan
Zeigler, 2005)
Dalam upaya peningkatan produksi, digunakan beberapa teknologi, yakni
perbaikan varietas dan teknik budidaya. Perbaikan varietas antara lain penggunaan
varietas unggul, varietas unggul baru, dan hibrida. Teknik budidaya antara lain
dengan TABELA (Tanam Benih Langsung), penggunaan jarak tanam, penanaman
jajar legowo, metode (SRI) System of Rice Intensification, pemupukan berimbang dan
pengedalian hama dan penyakit tanaman.
2.2 Tujuan
Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman padi sawah
2.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A1, B1, C1, D1, E1, F1, dan G1.
2. Persiapan lahan dan pematang.
Lahan diolah dengan bajak singkal yang akan membalik tanah pada
kedalaman 30 cm. Bajak singkal digerakkan dengan hewan atau traktor (Gambar
1). Bersamaan dengan pengolahan lahan dilakukan juga perbaikan pematang.
Pematang yaitu tanah dipinggir lahan sawah yang berfungsi untuk menahan air di
lahan sawah agar tidak bocor keluar. Perbaikan tersebut antara lain membersihkan
pematang dari gulma, membongkar pematang untuk menutup lubang tikus
sekaligus membasmi tikus, dan akhirnya menutupi pematang dengan tanah yang
baru.
3. Persemaian bibit
Padi ditanam dengan bibit. Bibit padi berasal dari benih yang disemai
terlebih dahulu. Pada sistem biasa (konvensional), persemaian dilakukan pada
suatu tempat (nursery). Tempat persemaian dibuat pada lahan, lebar 1 m, panjang
sesuai kebutuhan dan tinggi disesuaikan dengan tinggi air pengairan. Persemaian
harus bisa digenangi air dengan ketinggian minimal 10 cm. tanah untuk
persemaian diolah dengan cangkul sampai halus dan berlumpur (Gambar 2).
Varietas yang digunakan Ciherang dan Hibrida Sembada. Benih direndam
dalam air garam untuk mengetahui benih bernas. Benih yang mengapung dibuang.
Benih selanjutnya direndam dalam air bersih selama 24 48 jam, kemudian benih
di kering anginkan selama 24 jam. Benih disebar di persemaian dengan rapat,
tetapi tidak bertumpukan. Benih siap dicabut untuk dipindahtanam ketika berumur
21 hari atau ketika telah berdaun 2 -4 helai.
Gambar 2. Tempat persemaian bibit padi sistem konvensional. Insert : bibit padi
berumur 21 hari berdaun 3 siap dipindahtanamkan
Gambar 3. Tempat persemaian bibit padi sistem SRI dengan menggunakan wadah
(baki).
5. Pelaksanaan
a. Kelompok A1.
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi konvensional. Jarak Tanam 20 x
20 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman.
b. Kelompok B1
Varietas Hibrida Sembada, ditanam dengan teknologi konvensional. Jarak
Tanam 20 x 20 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 2 tanaman
c. Kelompok C1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 2 : 1. Jarak Tanam
40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman
d. Kelompok D1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 4 : 1. Jarak Tanam
40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman.
e. Kelompok E1
Varietas Hibrida Sembada, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 2 : 1. Jarak
Tanam 40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 2 tanaman
f. Kelompok F1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi SRI. Jarak Tanam 30 x 30 cm.
Jumlah bibit per lubang tanam 1 tanaman. Setiap 6 baris diberi jarak tidak
ditanami (legowo).
g. Kelompok G1
Varietas Hibrida Sembada , ditanam dengan teknologi SRI. Jarak Tanam 30 x
30 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 1 tanaman. Setiap 6 baris diberi jarak
tidak ditanami (legowo).
6. Penanaman
Pada sistem konvensional dan jajar legowo, penanaman dilakukan dengan
bibit yang berumur 21 hari. Cabut bibit dari persemaian dengan hati-hati dan
usahakan akar terikut semua.
Penanaman dilakukan dengan menanam bibit pada pertemuan garis vertikal
dan horisontal. Bibit padi ditanam sedalam 5 cm. Jumlah bibit sesuai perlakuan
masing-masing kelompok. Penanaman dilakukan dengan berjalan maju.
Pada sistem SRI, penanaman dilakukan dengan mencabut bibit saat
berumur 7 hari. Wadah atau baki dibawah ke lahan kemudian bibit langsung
dicabut satu-satu dan ditanam.
Penanaman dilakukan dengan menanam bibit pada pertemuan garis vertikal
dan horisontal. Bibit padi ditanam dangkal dengan menempelkan bagian akar di
tanah, tepat di pertemuan garis vertikal dan horisontal. Bibit ditanam 1 tanaman per
lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan berjalan maju.
7. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman, penyiangan, pemupukan,
pengairan dan pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu pada tanaman mati
atau pada lubang tanam yang tidak ada tanaman
2. Penyiangan
Penyiangan pada sistem konvensional dan jajar legowo dilakukan pada 14 dan
35 hst. Penyiangan dilakukan dengan alat penyiang (landak) dan bila masih
ada gulma yang tertinggal dilanjutkan dengan pencabutan.
Pada sistem SRI, penyiangan dilakukan pada 10, 20 dan 30 hst. Bila dirasa
perlu bisa dilakukan lagi pada 40 dan 50 hst.
3. Pemupukan
Pemupukan terdiri 3 tahap :
a. Pemupukan awal atau dasar
Dosis pupuk : 100 kg Urea/ha, 100 kg SP 36/ha dan 50 kg KCl/ha
Pada sistem konvensional dan jajar legowo diberikan setelah 7 hst. Pada
SRI diberikan setelah penyiangan 1 (10 hst).
b. Pemupukan susulan 1
Dosis pupuk 150 kg urea/ha. Pada sistem konvensional dan jajar legowo
diberikan setelah penyiangan 1 (14 hst). Pada SRI diberikan setelah
penyiangan 2 (20 hst)
c. Pemupukan susulan 2
Dosis pupuk 150 kg urea/ha. Pada sistem konvensional dan jajar legowo
diberikan setelah penyiangan 2 (35 hst). Pada SRI diberikan setelah
penyiangan 3 (30 hst)
4. Pengairan
Pengairan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada SRI dilakukan
pengairan macak-macak dari tanam hingga 30 hst, kemudian dikeringkan 1-2
hari, diairi lagi macak-macak sampai 50 hst, dikeringkan 1 2 hari, dan diairi
lagi macak-macak hingga panen.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Disesuaikan dengan kondisi hama dan penyakit
2.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah anakan
3.1 Pendahuluan
Jagung (Zea mays L.) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang penting,
selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indoensia seperti di Madura
dan Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai tanaman pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat dari tepung (dari biji), dan
bahan baku industri. Tongkol jagung mengandung banyak pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika saat
ini juga ditanam sebagai bahan penghasil farmasi.
Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus hidup 80 150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah
bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif dan disebut sebagai varietas profilik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga
betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah daun dengan
rambut. Pada jagung manis kandungan gula relatif lebih tinggi daripada jagung
biasa.
3.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini aialah:
1. Mahasiswa bisa menerapkan prinsip teknologi produksi jagung manis
2. Mahasiswa dapat membandingkan produksi jagung manis yang di tanam
dengan jarak tanam dan kepadatan populasi yang berbeda
3. Mahasiswa dapat melakukan panen dan pasca panen tanaman jagung manis
3.3 Metode
1. Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing masing kelas A G,
yaitu kelompok A2, B2, C2, D2, E2, F2 dan G2.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand
traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu
hingga gembur.
3. Pelaksanaan
a. Kelompok A2.
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 25 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
b. Kelompok B2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 25 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
c. Kelompok C2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
d. Kelompok D2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
e. Kelompok E2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
f. Kelompok F2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
g. Kelompok G2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 40 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
4. Penanaman
Lubang tanam ditugal sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang
tanam.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan,
penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.
1. Penjarangan
Penjarangan dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam, disisakan sesuai
dengan perlakuan.
2. Pemupukan
Pemupukan I : Pupuk dasar diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100 150
kg /ha. Pupuk yang digunakan adalah NPK (Ponska).
Pemupukan II : Pupuk susulan I diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu
HST, dengan dosis 150 kg/ha
3. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila tanah
telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, diperlukan air yang lebih banyak sehingga peril di alirkan air
pada parit=parit di antara bumbunan tanaman jagung.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanamn dan
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat.
Penyiangan diusahan tidak mengganggu perakaran tanaman.
5. Pembumbunan
Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas tanah karena adanya aerasi. Pembumbunan
berikutnya dilakukan saat tanaman berusia 6 minggu setelah tanam, bersamaan
dengan kegiatan pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman
diuruk dengan cangkul kemudian ditimbun di barisan tanaman.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama dan penyakit
yang ada
6. Panen
Pemanenan dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam. Jagung yang
sudah dapat di panen mempunyai kenampakan kelobot yang sudah berwarna
kuning, biji sudah cukup keras dan mengkilap, apabila biji di tusuk dengan kedua
ibu jari maka biji tersebut tidak berbekas dan mempunyai kadar air biji sekitar 25
%.
3.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Jumlah daun
b. Tinggi Tanaman
Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst, dengan interval
pengamatan 7 hari
2. Pengamatan organ generatif
a. saat berbunga
b. jumlah tongkol per tanaman
c. bobot tongkol pertanaman
d. produksi per ha
Pengamatan dilakukan pada saat panen
4.1 Pendahuluan
Meskipun Indonesia sudah berswasembada beras, akan tetapi swasembada
pangan masih belum sepenuhnya tercapai. Salah satu komoditi yang masih belum
mencapai produksi yang optimal ialah kacang-kacangan. Upaya peningkatan
produktivitas kacang-kacangan tidak bisa hanya mengandalkan budidaya kacang-
kacangan pada lahan sawah saja, akan tetapi lahan kering dan tegalan juga
mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai lahan penghasil kacang-kacangan.
Indonesia sebagai Negara yang kaya akan plasma nutfah, juga mempunyai
banyak komoditi kacang-kacangan. Beberapa diantaranya ialah kacang kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang dan lain sebagainya. Hingga saat ini
masih dikembangkan berbagai macam teknologi produksi untuk tanaman kacang-
kacangan sehingga bisa diproduksi dengan optimal.
4.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kacang tanah
2. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kedelai
3. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kacang hijau
4.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A3, B3, C3, D3, E3, F3 dan G3.
2. Persiapan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan membajak tanah yang akan digunakan
sedalam 15 20 cm. Bedengan dibuat dengan lebar 3 m, dengan tinggi 30 cm
dan dibuatkan parit sedalam dan selebar 25 cm
3. Pelaksanaan
Pada praktikum ini digunakan 3 komoditas kacang-kacangan, yaitu: kacang
tanah, kedelai dan kacang hijau dengan pembagian kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok A3 : menanam kedelai varietas wilis
b. Kelompok B3 : menanam kedelai hitam
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Kegiatan
penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu. Kegiatan penyulaman dilakukan pada 7 10 hari
setelah tanam.
3. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan pada usia 2 4 minggu setelah tanam
bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan harus
dilakukan setelah proses permbungaan selesai agar tidak mengganggu
proses penyerbukan.
4. Pengairan
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Air
yang cukup dibutuhkan sejak fase awal pertumbuhan hingga periode
pengisian polong. Setelah periode pengisian polong yaitu periode polong
tua, petakan harus dikeringkan. Pemberian air dapat dilakukan dengan
petakan digenangi air selama 15 30 menit kemudian air dikeluarkan
kembali.
Pengairan dilakukan 1 minggu sekali atau melihat kondisi tanah.
Tanah tidak boleh terlalu becek, agar benih kedelai tidak busuk. Tanah
juga tidak boleh terlalu kering, karena dapat mengakibatkan gagal panen.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi di lahan.
c. Kacang hijau
1. Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan
dosis 25 kg urea, 60 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar. Pupuk dicampur
dan diberikan secara larikan di samping baris tanaman. Pemupukan kedua
dilakukan pada usia 3 minggu setelah tanam dengan dosis 25 kg urea per
hektar yang juga diberikan secara larikan disamping tanaman.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Kegiatan
penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu.
4.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif :
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan mulai umur tanaman selama masa pertumbuhan vegetatif
dengan interval pengamatan 7 hari
5.1. Pendahuluan
5.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini ialah:
1. Mahasiswa bisa menerapkan prinsip teknologi produksi ubi jalar
2. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi budidaya ubi kayu
5.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A4, B4, C4, D4, E4, F4 dan G4
2. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand
traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu
hingga gembur, kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Tahap berikutnya, tanah
dibentuk bedengan (guludan).
3. Pelaksanaan
Komoditas yang digunakan ialah ubi jalar, ubi kayu dan talas, dengan pembagian
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok A4, menanam ubi jalar kuning varietas Prambanan
b. Kelompok B4, menanam ubi jalar ungu
c. Kelompok C4, menanam ubi jalar putih
d. Kelompok D4, menanam ubi kayu varietas Faroka
d. Kelompok E4, menanam ubi kayu kuning
e. Kelompok F4, menanam ubi kayu mukibat
f. Kelompok G4, menanam talas bentul
4. Persiapan bibit
a. Ubi jalar
Bahan tanam ubi jalar menggunakan stek batang atau stek pucuk.
Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
Bahan tanam di buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi
penguapan yang berlebihan, kemudian disimpan pada tempat yang teduh 7
hari.
b. Ubi kayu
Syarat stek ubi kayu adalah:telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-
3cm, telah berkayu, lurus dan masih segar. Panjang stek 20 - 25 cm, bagian
b. Ubi kayu
Jarak tanam yang digunakan adalah 100 x 50 cm. Cara penanaman
adalah batang stek ditanam agak miring dengan kedalaman 8-12 cm. Perlu
diperhatikan jangan sampai terbalik pada saat penanaman. Mata tunas berada
di atas, yang dibawah adalah bekas tangkai daun
c. Talas (bentul)
Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit talas tegak lurus di
tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar dapat
berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak
seluruhnya tertutup oleh tanah.
6. Pemeliharaan
a. Ubi jalar
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan
bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun
tanah.
2. Pemupukan
Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-
200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg
K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan
(alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula dibuat
larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman,
sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk
3. Pengairan
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Setelah
tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga
tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan
perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan
dikurangi atau dihentikan. Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan
pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air
menggenang).
4. Penyiangan dan pembumbunan
Kegiatan penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan,
yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan
tersebut.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
b. Ubi kayu
1. Penyulaman
Penyulaman dapat kita lakukan 2-3 minggu setelah tanam. Agar
tanaman dapat tumbuh baik dan optimal dilakukan dengan mengurangi mata
tunas saat awal tunas itu muncul atau 1-1,5 bulan setelah tanam. Sisakan
maksimal 2 tunas yang paling baik dan sehat dalam satu tanaman.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N,
P, K dengan dosis Urea=133200 kg/ha; SP 36=60100 kg/ha dan KCl=120
200 kg/ha. Cara pemberian pupuk adalah:
a. Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCl dan seluruh dosis P (SP 36)
diberikan pada saat tanam
b. Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat
tanaman berumur 3 - 4 bulan
3. Pengairan
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur 45 bulan
hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah
yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang
terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara
menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang
baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan.
4. Penyiangan dan pembubunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah tumbuh gulma. Penyiangan kedua
dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan
pembumbunan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
c. Talas (bentul)
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah 1 3 minggu setelah pindah tanam.
2. Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan
pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan
menggunakan sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar.
3. Pengairan
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air.
4. Penyiangan dan pembubunan
7. Panen
a. Ubi jalar
Panen dilakukan pada umur 90 hst, dengan cara memangkas batang ubi jalar.
b. Ubi kayu
Kriteria ubi kayu yang optimal adalah pada saaat kadar pati optimal, ketika
tanaman berumur 6-9 bulan untuk konsumsi dan umur 10 bulan untuk produksi
tepung. Ciri saat panen adalah warna daun menguning dan banya yang rontok.
c. Talas (bentul)
Panen talas bentul dilakukan setelah tanaman berumur 8-10 bulan.
5.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan mulai umur 21 hst sampai dengan 70 hst, dengan interval
pengamatan 7 hari
2. Pengamatan organ generatif (hanya untuk ubi jalar)
a. jumlah umbi pertanaman
b. bobot umbi
c. bobot umbi pertanaman
d. produksi per ha
Pengamatan dilakukan pada saat panen
6.1 Pendahuluan
Kontribusi tanaman hortikultura terhadap manusia tidak dapat dipandang
sebelah mata. Manfaat tanaman hortikultura tidak hanya sebagai sumber pangan dan
gizi akan tetapi juga sebagai pendapatan keluarga, mempunyai nilai estetika, terdapat
konservasi genetik yang sekaligus berperan sebagai penyangga kelestarian alam.
Idonesia yang dikenal sebagai Negara yang mempunyai beragam plasma nutfah, juga
termasuk di dalamnya mempunyai berbagai jenis tanaman hortikultura, yaitu buah -
buahan.
Tanaman hortikultura terutama buah-buahan dapat dikonsumsi dalam kondisi
segar, sehingga kandungan kadar air menentukan kualitas produk. Salah satu
tanaman buaha-buahan yang digemari masyarakat ialah semangka dan blewah.
Semangka dan blewah termasuk tanaman buah semusim yang tumbuh merambat.
Semangka dan blewah dibudidayakn untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, namun
ada juga yang dimanfaatkan daun dan buah semangka mudanya untuk bahan sayur
mayur. Buah-buahan ini banyak ditanam di Indonesia.
6.2 Tujuan
1. Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman buah semangka
2. Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman buah blewah
6.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A5, B5, C5, D5, E5, F5 dan G5.
2. Persiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan membuat bedengan selebar 3 m dan
bagian yang diolah hanya pada 80 cm dari pinggir, sedangkan bagian tengahnya
cukup dibabat saja. Tanah yang diolah dibuat guludan dan pada pinggir guludan
dibuat saluran drainase dengan lebar 40 cm dan kedalaman 15 cm, yang nantinya
akan digunakan untuk pengairan.
3. Pelaksanaan
Komoditi yang digunakan adalah semangka dan blewah dengan pembagian
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok A5
Menanam semangka menggunakan mulsa jerami, penjarangan buah dengan
menyisakan 2 buah pertanaman.
b. Kelompok B5
Menanam semangka menggunakan mulsa jerami, penjarangan buah dengan
menyisakan 4 buah pertanaman.
c. Kelompok C5
Menanam semangka menggunakan mulsa plastik, penjarangan buah dengan
menyisakan 2 buah pertanaman.
d. Kelompok D5
Menanam semangka menggunakan mulsa plastik, penjarangan buah dengan
menyisakan 4 buah pertanaman.
e. Kelompok E5
Menanam blewah menggunakan mulsa jerami
f. Kelompok F5
Menanam blewah menggunakan mulsa plastik
g. Kelompok G5
Menanam blewah tanpa menggunakan mulsa
4. Persiapan bibit
Agar benih dapat tumbuh dengan baik, sehat dan cepat beradaptasi dengan
lingkungan maka perlu dilakukan beberapa kegiatan pembibitan sebagai berikut :
a. Benih direndam dalam larutan Dithane M-45 (0,5 gram/liter) selama 6 jam
b. Siapkan 3 lembar kertas Koran yang telah dibasahi, kemudian susun benih yang
telah direndam dan tutup dengan dengan 3 lembar kertas Koran yang telah
dibasahi. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari dan kertas Koran harus selalu
dalam kondisi lembab.
c. Setelah benih berkecambah, dapat dipindah ke polibag dengan media semai
terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1.
d. Persemaian ditempatkan pada tempat terbuka dan ternaungi dari sinar matahari
langsung.
e. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan pengendalian
hama dan penyakit.
5. Penanaman
Bibit semangka siap dipindah apabila telah berdaun 4 lembar (berumur sekitar
14 hari). Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan dengan menanam
2 bibit per lubang tanam. Bibit ditanam sebatas leher akar tanaman.
6. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada tabel berikut
Dosis/lubang tanam
7 hari Saat 14 hari 28 hari 42 hari
Jenis Pupuk
sebelum tanam setelah setelah setelah
tanam tanam tanam tanam
Pupuk kandang 2 3 kg - - - -
Urea - 10 g 10 g 10 g 10 g
SP - 36 - 10 g 10 g 10 g -
KCl - 10 g 10 g 10 g 10 g
b. Penyiraman
Kegiatan penyiraman dilakukan setiap 4 hari sekali dengan mengalirkan air
dari tendon air ke selokan dan dibiarkan sampai selokan penuh dan air meresap
ke petakan tanaman.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma tumbuh di petakan lahan dan
sebaiknya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan tanaman.
d. Pengendalian hama dan penyakit
e. Pemangakasan dan pemilihan buah
Dalam satu tanaman cukup dipelihara 1-2 buah saja, untuk mendapatkan
bush yang berukuran besar. Setiap tanaman dipilih dua cabang lateral ditambah
satu cabang utama. Bakal buah yang dipertahankan yaitu bakal bush yang
tumbuh pada jarak 1,5-2 m dari pangkal batang atau antara ruas 8 15.
6.4 Pengamatan
1. Saat muncul bunga
2. Jumlah bunga per tanaman
3. Jumlah buah per tanaman
4. Bobot buah (saat panen)
Pengamatan 1-3 dilakukan setiap minggu
7.1 Pendahuluan
Tanaman sayuran ialah salah satu komoditas hortikultura yang bermanfaat
sebagai sumber vitamin dan mineral. Permintan sayuran terus meningkat, sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk,dan peningkatan kesadaran masyarakat akan
manfaat mengkonsumsi sayuran. Produk sayuran biasanya dikonsumsi dalam bentuk
segar, namun sifat dari komoditas ini adalah mudah rusak. Oleh karena itu dalam
produksi tanaman sayuran diperlukan penanganan khusus mulai dari proses budidaya
hingga panen dan pasca panen.
Tanaman sayuran dapat diklasifikasikan berdasarkan famili dan bagian yang
dikonsumsi. Berdasarkan famili, terdapat empat famili tanaman sayuran dari jenis
monokotil, yaitu:
1. Amaryllidaceae (famili amarylis), contoh: Allium cepa (bawang merah)dan Allium
sativum (bawang putih)
2. Araceae(famili arum), contoh: Colocasia esculenta
3. Gramineae (famili grass), contoh: Zea mays var praecox (jagung pop corn) dan
Zea mays var rugosa (jagung manis)
4. Liliaceae, contoh: Asparagus officinalis (asparagus)
Adapun famili tanaman sayuran dari golongan dikotil,antara lain:
1. Chenopodiaceae, contoh: Beta vulgaris (bit) dan Spinacia oleracea
2. Composite, contoh : Lactuca sativa
3. Convulaceae, contoh: Ipomea batata
4. Crucefera, contoh: Brassica oleraceae (kol), Brassica rapa (sawi pak-choi) dan
Raphanus satvus (Radish)
5. Cucurbitaceae, contoh: Cucumis sativus (timun) dan Cucurbita pepo (labu)
6. Leguminosae, contoh: Pisum sativum (buncis) dan Vigna radiate (ercis)
7. Malvaceae, contoh: Abelmoschus esculentus
8. Polygonaceae, contoh: Rheum rhabarbarum
9. Solanaceae, contoh: Capsicum annum (cabe besar), Capsicum frutescens (cabe
rawit), Lycopersicum esculentum (tomat), Solanum melongena (terung), Solanum
tuberosum (kentang)
10. Umbelliferae, contoh: Apium graveolens (seledri) dan Daucus carota (wortel)
7.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. mengenal jenis-jenis tanaman sayuran
2. melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai jenisnya
7.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A6, B6, C6, D6, E6, F6 dan G6.
2 Pelaksanaan
Komoditas yang digunakan adalah kangkung darat, tomat, cabe, kubis bunga,
bawang merah, kacang panjang dan baby corn. Setiap kelompok melakukan satu
budidaya tanaman. Adapun pembagian kelompok adalah:
a. Kelompok A5: tanaman kangkung darat
b. Kelompok B5 : tanaman tomat
c. Kelompok C5 : tanaman cabe
d. Kelompok D5 : tanaman kubis bunga
e. Kelompok E5 : tanaman bawang merah
f. Kelompk F5 : tanaman kacang panjang
g. Kelompok G5 : tanaman kubis
Jarak tanam 20 x 20 cm
Stek batang berasal dari tanaman kangkung yang mempunyai batang besar,
tua dan daun besar
Penanaman dengan benih, benih disebar dalam baris-baris berjarak 15x5 cm
3. Pemeliharaan
penyiraman : dua kali sehari pada pagi dan sore hari
Pemupukan : urea, SP-36 dan KCl
Penjarangan dan penyulaman
Penyiangan setiap 2 minggu sekali
Pembumbunan pada 2 MST (minggu setelah tanam)
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
4. Panen
Panen dapat dilakukan beberapa kali. Panen pertama dapat dilakukan pada 27
hst (hari setelah tanam), dengan cirri-ciri panjang batang sekitar 20-25 cm.
Panen selanjutnya dapat dilakukan setiap 2-3 minggu sekali.
5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah batang per
rumpun tanaman (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot/tan Ket/
(hst) batang/ tan (g) Ciri-ciri
1
2
3
4
6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman saat
berbunga, jumlah bunga per tanaman, umur tanaman saat berbuah pertama dan
jumlah buah per tanaman (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot/tan Ket/
(hst) buah/ tan (g) Ciri-ciri
1
2
3
4
5
Penyiraman, dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman pada fase
pertumbuhan awal dan pembentukan bunga
5. Panen
Panen dapat dilakukan pada 55-100 hst
6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : jumlah daun dan umur tanaman saat berbunga,
(seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Umur panen Diameter Bobot Ket/
(hst) bunga (cm) bunga/tan (g) Ciri-ciri
b. Pengamatan panen
Perlakuan Umur Bobot segar Jumlah Ket/
panen umbi per umbi per Ciri-ciri
(hst) tanaman (g) tanaman
5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : jumlah daun dan umur tanaman saat berbunga
pertama kali, jumlah bunga dan jumlah polong (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot Panjang Ket/
(hst) polong/ polong/tan polong Ciri-ciri
tan (g)
1
2
3
4
5
8.1 Pendahuluan
Indonesia memiliki luasan areal perkebunan lebih dari 16 juta hektar pada
tahun 2002 (Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan) yang ditanami tanaman
perkebunan semusim maupun tahunan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun untuk kepentingan ekspor. Namun produktivitas perkebunan nasional masih
tertinggal dari perkebunan negara tetangga, khususnya Malaysia dan Thailand .
Produktivitas kelapa sawit misalnya di Malaysia rata-rata berkisar antara 18 21
ton/ha/tahun. Sementara produktivitas kelapa sawit di Indonesia baru berkisar 14 16
ton/ha/tahun. Produktivitas rata-rata karet di Thailand mencapai 1 2 ton/ha,
sementara di Indonesia berkisar antara 0,6 1 ton/ha (Drajat, 2004).
Potensi Indonesia untuk mengembangkan sektor perkebunan masih sangat
besar. Diperlukan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman
perkebunan di Indonesia terutama tanaman perkebunan yang memiliki potensi seperti
tembakau, tebu, dan kenaf untuk tanaman perkebunan semusim serta jarak pagar,
kopi dan coklat untuk tanaman perkebunan tahunan.
American Tobacco Ltd. dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tembakau pabrik
rokok putih di Indonesia. Dengan majunya industri rokok kretek ternyata tembakau
virginia dapat digunakan untuk bahan campuran rokok kretek. Kebutuhannya
diperkirakan 25 35 % dari kebutuhan tembakau secara keseluruhan (Rachman et
al., 1997).
Tiap varietas tembakau mempunyai perbedaan fisiologis yang cukup jelas
pada daun dan batang. Ukuran daun pada tembakau sangat bervariasi tergantung
jenisnya. Daun merupakan bagian terpenting dari tanaman, karena bagian tersebut
yang nantinya akan dipanen. Setiap tanaman biasanya mempunyai 24 helai daun,
bahkan pada kondisi yang baik mampu mencapai jumlah daun sebanyak 28-32
helai (Matnawi,1997). Selain kuantitas, produksi daun tembakau juga ditentukan
oleh kualitasnya. Kualitas daun tembakau ditentukan oleh curah hujan. Curah hujan
yang tinggi dapat menurunkan kadar nikotin dan gula yang terkandung di dalam
daun tembakau (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
b. Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan baku pembuatan
gula. Tanaman ini merupakan famili rerumputan, Gramineae, yang memiliki batang
yang beruas-ruas. Tebu merupakan tanaman tropis yang tidak dapat beradaptasi
terhadap suhu dingin dan memerlukan sinar matahari untuk tumbuh dengan baik.
Pertumbuhan tanaman tebu merupakan hasil dari konversi energi radiasi dari
matahari menjadi serat dan gula dari tanaman. Tebu merupakan tanaman C4 yang
memiliki mekanisme fotosintesis yang memfiksasi CO2 menjadi gula (Barnes,
1974).
Umur panen tanaman tebu bervariasi tergantung varietasnya. Untuk varietas
genjah, masak optimalnya kurang dari 12 bulan. Varietas sedang masak optimalnya
antara 12 sampai 14 bulan. Sedangkan varietas dalam masak optimalnya lebih dari
14 bulan. Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke
ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan.
Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang
seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Tanaman
tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau
tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose
10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %. Proses kemasakan
tebu dapat terganggu oleh munculnya tunas-tunas muda yang muncul dari ruas
bawah tanah akbat tanaman tebu roboh atau pada musim penghujan. Hal ini
dikarenakan gula akan dialokasikan untuk pembentukan sel-sel baru pada tunas
muda (Sutardjo, 1994)
c. Kenaf
Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah salah satu jenis tanaman
serat sebagai bahan baku karung goni (Kangiden et al., 2000). Sebelumnya bahan
baku karung goni diperoleh dari tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Namun
tanaman rosela berumur 6-7 bulan sehingga kurang sesuai untuk dimasukkan
dalam pola tanam dengan tanaman pangan. Keunggulan tanaman kenaf dibanding
tanaman rosela adalah umurnya yang genjah (4 bulan), sehingga dapat
dimasukkan dalam pola tanam dengan tanaman pangan terutama tanaman jagung
(Heliyanto et al., 2000). Tumpang sari jagung + kenaf sangat ideal mengingat: a)
tidak perlu mengubah jarak tanam jagung sehingga populasi jagung tetap, b)
habitus jagung dan kenaf yang keduanya tidak bercabang sehingga tidak saling
mengganggu, c) jagung berakar serabut dan kenaf berakar tunggang. Akar kenaf
lebih dalam daripada akar jagung, sehingga efek kompetisinya kecil (Sastrosupadi
et al., 2000).
Kelebihan lain dari tanaman kenaf adalah tahan genangan sampai kedalaman
1-1,5 m, sehingga mampu ditanam di lahan banjir di sepanjang daerah aliran
sungai (Heliyanto et al., 2000). Namun demikian drainase pada stadia awal
pertumbuhan harus baik, dan baru pada stadia lanjut kenaf dapat tumbuh dalam
keadaan tergenang (Sastrosupadi et al., 2000).
Tanaman kenaf diambil batangnya yang mengandung serat, oleh karena itu
fase vegetatif dari pertumbuhan tanaman kenaf sangat penting dalam penentuan
mutu serat kenaf. Pada fase vegetatif, tanaman kenaf harus ditanam pada bulan-
bulan yang mempunyai fotoperiode yang panjang agar tanaman bisa berbatang
tinggi. Jika ditanam pada bulan-bulan dengan fotoperiode pendek maka tanaman
akan cepat berbunga, batang menjadi pendek dan produktivitas seratnya rendah.
Selain itu umur panen sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas serat.
Pembentukan sel-sel serat hanya terjadi pada fase vegetatif. Bila panen terlambat
atau kelewat masak, akan terjadi perombakan karbohidrat serat untuk dikirimkan ke
organ generatif (Sastrosupadi et al., 2000).
menyukai sinar matahari langsung. Oleh karena itu tanaman kopi sangat
membutuhkan tanaman naungan. Untuk selama fase pembibitan, naungan 75%
memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap tinggi tanaman, diameter batang,
tingkat kehijauan daun dan luas sepasang daun (Yulianti et al., 2007).
c. Kakao (Theobroma cacao L.)
Tanaman kakao/coklat adalah tanaman yang memiliki sifat perkecambahan
secara epigeal. Epigeal artinya kotiledon terangkat dan membuka di atas tanah,
dan pertumbuhannya secara subterminal vertical, yang artinya pertumbuhan ke
atas dilakukan oleh tunas yang berkembang di bawah jorquette. Jenis tanaman
kakao pertama yang masuk ke Indonesia adalah jenis Criollo yang terkenal dengan
rasanya yang enak, tetapi produktivitasnya rendah dan rentan terhadap hama
penyakit (Heddy, 1990).
Penanaman kakao di Indonesia memerlukan naungan karena tanaman kakao
ditanam di tanah-tanah yang berasal dari konversi dari tanaman lain. Naungan
untuk tanaman kakao bisa ditiadakan asal ditanam di lahan yang subur dan
berlingkungan hutan. Berdasarkan fungsinya naungan dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: a) naungan sementara, yang diperlukan pada masa-masa tanaman
kakao masih belum menghasilkan, dan b) naungan permanen, yaitu naungan yang
dipertahankan sepanjang hidup tanaman cokelat (Heddy, 1990).
Penerapan teknologi baik berupa perbaikan varietas dan teknik budidaya
untuk tanaman perkebunan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman. Diciptakannya varietas tahan penyakit lanas untuk tembakau, varietas
yang tahan terhadap genangan dan toleran terhadap fotoperiodisitas untuk
tanaman kenaf, serta berbagai macam rekomendasi pemberian pupuk, jarak
tanam, pemberian naungan maupun metode penyiraman merupakan contoh
pengaplikasian teknologi untuk mendapatkan produksi tanaman perkebunan yang
lebih baik.
8.2 Tujuan
Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman perkebunan baik
tanaman perkebunan semusim khususnya tembakau, tebu, dan kenaf maupun
tanaman perkebunan tahunan khususnya jarak pagar, kopi dan kakao.
8.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A7, B7, C7, D7, E7, F7, dan G7.
2. Pelaksanaan praktikum
Tiap kelompok bertugas menanam satu jenis tanaman perkebunan yang diatur
sebagai berikut:
a. Kelompok A7: Tembakau lokal
b. Kelompok B7: Tembakau virginia
c. Kelompok C7: Tebu
d. Kelompok D7: Kenaf
e. Kelompok E7: Jarak pagar
f. Kelompok F7: Kopi
g. Kelompok G7: Kakao
3. Penanaman
Pencabutan bibit untuk dipindahtanamkan ke dalam tanah dilakukan saat bibit
berumur 40 hari. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 70 cm.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan terdiri atas ZA, SP-36 dan ZK yang diberikan sesuai
dengan dosis rekomendasi dengan pengaplikasian sebagai berikut:
- Tahap I: pupuk SP-36 dengan dosis penuh, yaitu 6,3 g/tanaman saat dilakukan
penanaman (transplanting).
- Tahap II: pupuk ZA dan ZK diaplikasikan dengan jumlah 1/2 dari total dosis
pupuk yang harus diberikan. Pemupukan ini dilaksanakan saat tanaman
berumur 7 hari, adapun dosis pupuk ZA adalah 8,4 g/tanaman, sedangkan ZK
sebanyak 2,1 g/tanaman.
- Tahap III: pemberian 1/2 sisanya, dilaksanakan pada saat tanaman berumur 21
hari, dengan dosis pupuk ZA sebanyak 8,4 g/tanaman, sedangkan pupuk ZK
sebanyak 2,1 g/tanaman.
b. Penyiraman
Untuk tanaman umur 1-7 hari setelah tanam, penyiraman dilakukan setiap hari.
Setelah tanaman berumur 7 hari penyiraman dilakukan setiap 3-5 hari sekali,
dan tidak membutuhkan penyiraman pada saat tanaman berumur 40 hari
setelah tanam.
c. Penyulaman
Penyulaman dilaksanakan saat tanaman berumur 3 hari sampai tanaman
berumur 7 hari.
d. Pendangiran dan penyiangan
Pendangiran yang pertama. dilakukan pada waktu tanaman berumur 14 hari,
dan pendangiran selanjutnya dilakukan selang 2 minggu. Penyiangan juga
dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
e. Pemangkasan pucuk
Pemangkasan dilakukan saat tanaman memasuki fase akhir vegetatif, yang
ditandai dengan mekarnya bunga pertama pada bagian pucuk tanaman dengan
cara menggunting 3 daun dari pucuk tanaman.
f. Pewiwilan
Wiwil merupakan penghilangan tunas ketiak (tunas samping) tanaman
tembakau yang dilakukan dengan interval 5 hari sekali.
g. Pengendalian hama dan penyakit
got malang. Posisi got ini tegak lurus dengan juringan. Lebar got malang 80 cm,
dan kedalamanya 70 cm. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang
tanam membentuk guludan, Jarak antar pucuk ke pucuk (PKP) sejauh 110 cm.
Kemudian dilakukan kebruk/turun tanah dengan memasukkan tanah guludan ke
cemplongan sebagai kasuran setebal 15 cm. Kasuran untuk bibit tebu harus halus
dan rata.
2. Penanaman
Tanah kasuran digaris dengan kedalaman 5 cm. Bibit dimasukkan ke dalam
aluran dengan jarak antar bibit 10 cm kemudian ditutup dengan tanah setebal 3 cm
dan disiram.
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali.
- Pemupukan pertama pada saat awal tanam pupuk yang diberikan ialah SP-36
dengan dosis 10 gram pertanaman yang ditambah dengan kompos.
- Pupuk kedua ialah ZA dengan dosis 10 gram pertanaman dan KCL dengan
dosis 15 gram pertanaman yang diberikan pada 3-7 hari setelah tanam.
- Pemupukan yang terakhir diberikan pada 30-37 hari setelah tanam (satu bulan
setelah pemupukan kedua) pupuk yang diberikan adalah ZA dengan dosis 10
gram pertanaman dan KCL dengan dosis 20 gram pertanaman.
b. Penyiraman
Penyiraman pertama dilakukan pada lahan tanam hingga agregat tanah menjadi
hancur, sehingga dapat digunakan sebagai alas pertumbuhan awal bibit tebu.
Kemudian dilakukan siram sirat yakni bersamaan dengan pemupukan kedua (3-7
hst) dan siram boyor yang dilakukan setelah pemupukan ketiga (30-37 hst).
Penyiraman juga dilakukan pada saat sebelum dilakukannya pembumbunan.
c. Penyiangan
Penyiangan terhadap tanaman penggangu (gulma) dilakukan jika gulma tersebut
dianggap telah menggangu pertumbuhan tanaman tebu.
d. Pembumbunan
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah
tidak rusak. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3 minggu.
Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5 cm secara merata. Ruas bibit harus
2. Pembibitan
Biji tanaman jarak disemaikan pada nampan berisi pasir yang diberi air hingga
keadaan jenuh dan kandungan air dalam nampan tetap dijaga agar tetap dalam
keadaan jenuh. Setelah bakal hipokotil muncul dari ujung biji, biji dapat dipindahkan
ke dalam polybag ukuran 15 x 25 cm yang berisi media tanah, pasir dan pupuk
kotoran sapi dengan rasio 1:1:1. Pembibitan tanaman jarak dilakukan di bawah
naungan.
3. Penanaman
Setelah bibit berusia 2 bulan,bibit dapat dipindah ke tanah dengan jarak tanam 2 x
2 m.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pada saat penanaman, tanaman jarak diberikan 3 kg pupuk kandang/tanaman.
Pupuk Urea 72 g/tanaman, SP-36 33 g/tanaman dan KCl 20 g/tanaman diberikan
pada saat penanaman dan pada saat 1,5 bulan setelah tanam.
b. Penyiraman
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 20 hari setelah tanam.
d. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman memiliki tinggi 1 m.
e. Pengendalian hama dan penyakit
jarak tanam 5 x 5 cm. Selanjutnya benih dipelihara dengan disiram tiap pagi dan
sore.
3. Pembibitan
Bibit yang telah memasuki fase serdadu ( 6 minggu) siap untuk dipindahkan
ke polybag. Sebelum dipindahkan ke polybag dilakukan pemotongan akar dengan
disisakan 6 cm. Selanjutnya bibit ditanam di dalam polybag berukuran 15 x 25
cm dengan menggunakan media tanah, pasir dan pupuk kandang dengan rasio
1:1:1. Lubang tanam diuat dengan diameter 5 cm sedalam 10 cm. Bibit kemudian
diletakkan di bawah naungan paranet 75%.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Setiap 2 bulan bibit diberi pupuk ZA dengan dosis 2 g/tanaman, SP-36 dengan
dosis 1 g/tanaman dan KCl dengan dosis 1 g/tanaman.
b. Penyiraman
c. Penyiangan
d. Pengendalian hama dan penyakit
8.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dari awal pembibitan hingga akhir masa praktikum
dengan interval pengamatan 7 hari sekali. Adapun parameter yang diamati:
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Diameter batang
d. Jumlah cabang (untuk tanaman jarak)
9.1 Pendahuluan
Tanaman hias adalah tanaman yang memiliki nilai estetika sehingga
dapat menjadi komoditi yang bernilai ekonomi. Indonesia yang kaya akan
keragaman plasma nutfah flora sangat potensial dalam pengembangan tanaman
hias. Beberapa tanaman hias Indonesia sudah diakui secara internasional
seperti berbagai jenis anggrek, bambu, anthurium, dan sebagainya.
Berdasarkan daya tariknya, tanaman hias terdiri dari tanaman hias bunga
dan tanaman hias daun. Berdasarkan umurnya, tanaman hias terdiri dari
tanaman hias tahunan dan semusim, sedangkan berdasarkan fungsinya
tanaman hias terdiri dari tanaman indoor (tanaman dalam ruang), tanaman
outdoor atau lanskap (tanaman untuk taman) dan tanaman hias potong (untuk
dekorasi dan rangkaian).
Kenikir/tahi kotok/telekan (Tagetes erecta) merupakan salah satu
tanaman hias semusim yang banyak digunakan baik sebagai tanaman dalam
taman maupun bunga untuk dekorasi. Warnanya yang cerah dan beragam
menjadi daya tarik utama tanaman ini. Sifat lain tanaman ini adalah baunya yang
khas sehingga tidak disukai serangga. Tanaman ini termasuk Familia:
Compositae (Asteracea) dengan ciri-ciri fisik sebagai berikut: Herba, tegak, tinggi
60 70 cm, lebih menyukai tempat tempat yang terkena sinar matahari, dan
lembab. Bunga berbentuk bonggol (flower head), yang dikelilingi daun pelindung.
Warna bunga kuning atau orange.
Beberapa ahli menemukan bahwa akar tanaman ini mengandung zat
alelopati yang dapat mengendalikan gulma tertentu sehingga dapat digunakan
dalam sistem companion planting. Tagetes (Tagetes sp.) sebagai mulsa, dapat
menurunkan populasi nematoda parasit pada tanaman kopi. Tanaman tagetes
mengandung senyawa thiophenic yang memiliki resistensi tinggi terhadap
nematoda parasit (Wiryadiputra,1987).
9.2 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan teknik budidaya tanaman kenikir (Tagetes erecta)
9.3 Metode
Stimulasi Pembungaan
57
Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga
pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih
diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah, ia mudah
berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit, cukup
menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar, semaikan di
bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 - 20
cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak
tanam sekurang - kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan
berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil.
Tanaman sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Di awal penanaman,
taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu)
per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang.
Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan
saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan,
bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang - cabang di ruas - ruas
daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 - 12 tangkai
bunga.
Untuk pemeliharaan lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari.
Spesies pokok hiasan ini mampu menarik serangga yang turut membantu proses
pendebungaan untuk menghasilkan biji benih bagi pertumbuhan anak benih
baru.
A. STIMULASI PEMBUNGAAN
57
58
7. Aplikasi ZPT
Perhitungan ZPT
1. Cara perhitungan ZPT pada dasarnya hampir sama dengan cara perhitungan
pemupukan.
1 ppm = 1 mg/L
Contoh soal :
1. Berapa gram calcium nitrate Ca(NO3)2 yang perlu dilarutkan dalam drum
bervolume 100 L, agar larutan tersebut mengandung 300 ppm Ca(NO3)2?
1 ppm = 1 mg/L
300 ppm = 300 mg/L
Drum berisi 100 L
Ca(NO3)2 yang diperlukan = 100 x 300 mg = 30 gram
2. Berapa gram pupuk NPK ( 15 :15:15) yang harus dilarutkan dalam drum
bervolume 200 L, agar air yang digunakan mengandung 200 ppm NPK?
1 ppm = 1 mg/L
100 ppm NPK = 100 mg/L
59
60
A3. Tujuan
A5. Metode
1. Lakukan pemangkasan pada ujung tanaman
2. Kemudian beri perlakuan ZPT yang disemprot (spray) pada tanaman dengan
konsentrasi ....ppm
3. Amati setiap minggu dan isi tabel pengamatan
4. Bandingkan hasil perlakuan ZPT disemprot (spray) dan dan yang dispray
dengan air, lanjutkan dengan pembahasan
Lembar Kerja
Tabel Pengamatan
Pangkas + ZPT
1
2
3
4
5
Rata rata
Pangkas + tanpa ZPT
3
4
Rata-rata
63
64
B3. Metode
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan
2. Gunting tangkai bunga potong yang masih segar di dalam air yang berada di
dalam ember
3. Masukkan tangkai bunga ke dalam masing-masing botol aqua sesuai dengan
perlakuan masing-masing.
4. Amati vaselife selama 2 hari sekali, untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kesegaran bunga potong tersebut.
Lembar Kerja
Tabel Pengamatan
Anyelir Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Mawar Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Gladiol Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin
Keterangan : Beri tanda V apabila kondisi bunga masih prima (tangkai tegak,
petal bunga segar)
65
66
Tabel Pengamatan
Perlakuan 1
Keterangan : Pada kolom diisi sejauh mana tingkat kesegaran dan keawetan bunga potong tersebut setiap waktu pengamatan 2 hari
sekali
C.2 Tujuan
1. Mengetahui morfologi tanaman anggrek
2. Mengetahui syarat tumbuh tanaman anggrek.
3. Mengetahui cara transplanting tanaman anggrek dari botol ke compot.
4. Mengetahui pemeliharaan tanaman anggrek dengan baik dan benar.
C3. Metode
1. Alat dan Bahan
Alat: kawat yang ujungnya dibentuk U, bak, sprayer. Bahan yang diperlukan
adalah : anggrek botolan, compot, fungisida, air dan media pakis cacah
2. Alur Kerja
Praktikum dilakukan secara demonstrasi mengeluarkan anggrek dari botol ke
compot. (Baca petunjuk pelaksanaan pada gambar di bawah: keluarkan bibit anggrek
dari dalam botol dengan menggunakan alat bantu kawat lengkung, selanjutnya akar
bibit anggrek harus dibersihkan dari media agar dengan menggunakan air, hal ini
akan menentukan keberhasilan pertumbuhan bibit selanjutnya. Tanam bibit pada
compot yang telah ada media pakisnya)
67
68
Lembar Kerja
Nama Anggrek :
Tanggal Tranplanting :
Jumlah awal :
6. Pembahasan
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, A.C. 1974. The Sugarcane. 2nd ed. Hill Books, London. 572 p.
Basuki, S., Rochman, F., dan Yurikah, S. 2000. Biologi Tembakau Temanggung.
Monograf. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. pp. 1.
Basuki, T. dan Tirtosuprobo, S. 2008. Analisa Ekonomi Penggunaan Biji Jarak Pagar
untuk BBN Aplikatif. Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi
Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi. BALITTAS. Malang, 6
Novermber 2008. pp. 287-290.
Drajat, B. 2004. Dinamika Lingkungan Nasional dan Global Perkebunan: Implikasi
Strategis Bagi Pembangunan Perkebunan. Diambil dari
http://www.ipard.com/art_perkebun/0040804DD.asp
Francis, G. 2007. Jatropha curcas: Prospects for Crop Management. Proceeding. The
International Workshop on the Feasibility of Non-edible Oil Seed Crops for
Biofuel Production. May 25-27, 2007. Mae Fah Luang University. Chiang
Rai. pp. 119-128.
Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Angkasa. Bandung.
Heliyanto, B., Sudjindro, dan Marjani. 2000. Pemuliaan Tanaman Kenaf dan Hasilnya.
Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 19.
Heller, J. 1996. Physic Nut (Jatropha curcas L.). Promoting the Conservation and
Use of Underutilized and Neglected Crops I. Institute of Plant Genetics and
Crop Plant Research. Rome and Germany.
Kangiden, D.I., Sudjindro, dan Setyo-Budi, U. 2000. Biologi Tanaman Kenaf.
Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 2.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyana, W. 1982. Segi Praktis Bercocok Tanam Kopi. Aneka. Semarang.
Rachman, A., Kartamidjaja, M.A., dan Machfudz. 1997. Iklim dan Tanah untuk
Tembakau Virginia. Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 22 34.
Sastrosupadi, A., Santoso, B., dan Sudjindro. 2000. Budi Daya Kenaf (Hibiscus
cannabinus L.). Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 29-41.
Setiawan, A.I. dan Trisnawati, Y. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran
Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryanto, Agus. 2005. Perspektif Pangan Beras Indonesia Kedepan Ditinjau Dari
Sumberdaya Lahan. Seminar Perhimpunan Agronomi Indonesia.
Universitas Brawijaya. Malang
Sutardjo, E. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwarso. 2007. Akselerasi Alih Teknologi Tembakau Madura Rendah Nikotin. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29(3):10-11.
Zeigler, Robert S. 2005. Rice Research and Development : Supply, Demand, Water,
Climate and Research Capacity. IRRI. International Rice Conference 2005,
Bali, Indonesia, September, 2005.
71