Вы находитесь на странице: 1из 77

1

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


i

KATA PENGANTAR

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman (TPT) merupakan praktikum wajib


yang harus diambil oleh mahasiswa PS Agroekoteknologi dan PS Agribisnis Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya. Mata kuliah dan praktikum TPT ini diberikan pada
semester ganjil di tiap tahun ajaran, sebanyak 6 sks yang terdiri dari 4 sks untuk kuliah
dan 2 sks untuk praktikum. Praktikum TPT merupakan kegiatan intra kuliah untuk
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan budidaya/produksi berbagai jenis
tanaman. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar yang membentuk kemampuan
dasar mahasiswa pertanian, sehingga materi yang diberikan merupakan gabungan
dari Jurusan Budidaya Pertanian, Jurusan Tanah dan Jurusan Hama Penyakit
Tanaman. Dengan pemberian praktikum studio ini diharapkan setiap mahasiswa :
Merencanakan dengan terampil tata letak (layout) kebun untuk optimalisasi
kegiatan budidaya tanaman
Menerapkan teknik budidaya tanaman padi, jagung, kacang-kacangan,
ubi-ubian, hortikultura (buah, sayur dan hias) dan perkebunan dan industri
dengan baik
Modul praktikum ini merupakan panduan mahasiswa untuk memenuhi
sebagian besar dari kebutuhan yang diinginkan sesuai dengan tujuan instruksional
umum (TIU) mata kuliah TPT. Diharapkan semua praktikum yang dilakukan dapat
memberikan acuan dan manfaat lebih besar bagi calon profesional pertanian. Untuk
menambah pengetahuan praktis dan ketrampilan dalam mata kuliah TPT ini
mahasiswa dianjurkan untuk mempelajari beberapa buku sumber yang disajikan
dalam daftar pustaka modul ini.
Bersama ini, Tim Penyusun mengucapkan terima kasih pada Jurusan
Budidaya Pertanian, Jurusan Tanah dan Jurusan Hama Penyakit Tanaman serta
Fakultas Pertanian atas kepercayaannya dalam penyusunan modul ini. Tim Penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan modul ini dimasa
mendatang sehingga dapat lebih bermanfaat dan sesuai sasaran yang diharapkan.
Terima kasih.

Malang, September 2009

Tim Penyusun

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


ii

DAFTAR KOORDINATOR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

1. Nur Azizah SP, MP.


Jurusan Budidaya Pertanian FP UB

2. Wiwin Sumiya D. SP, MP.


Jurusan Budidaya Pertanian FP UB

3. Medha Baskara SP, MT.


Jurusan Budidaya Pertanian FP UB

4. Sisca Fajriani SP, MP.


Jurusan Budidaya Pertanian FP UB

DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

1. Ari Kiswanto
NIM : 0610420006
Alamat : Jl. Kertosentono No.12 Malang
Telp : 085648086101
E-mail : kiswanto_88@yahoo.com
2. Aprinta Surya Ramadhani
NIM : 0610410003-41
Alamat : Jl.Intan No.2 Malang
Telp. : (0341) 552703/ 085646712218
E-mail : aprintasurya@yahoo.com
3. Candra Perdana Kusuma
NIM : 0610420010
Alamat : Jl.Bendungan Sutami 1C Malang
Telp : 085692512343
E-mail : koe_soema@yahoo.com
4. Defi Ari Susanti
NIM : 0710420040
Alamat : Jl.Sumbersari Gg.3 No. 253 Malang
Telp : 081334252290/ 085732213659
E-mail : www.de_susantie@yahoo.co.id

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


iii

5. Dewi Puspita Sari


NIM : 0610420013
Alamat : Perum.Griya Asri
Jl.Batu Amaril N-9 Jambangan Malang
Telp : 085646352643
E-mail : inipipit@gmail.com/ separuh_saja@telkom.net
6. Erry Winda Dwi R
NIM : 0610423005
Alamat : Jl.Kertowaluyo No.15 Malang
Telp : (0341)561811/ 085746163774/ 081330470590
E-mail : Winda_imoet87@yahoo.com
7. Devisca Herdian Kurnia Sari
NIM : 0610420012
Alamat : Jl.Sumbersari Gg.IV 259 B Malang
Telp : (0341) 570142 / 085645113434
E-mail : devis_ca@yahoo.com
8. F.Arie Dewi Astanti
NIM : 0610420017
Alamat : Jl.Sumbersari Gg 2a No.78 Malang
Telp : 085648339896/087859857749
E-mail : fransisca_imoet@yahoo.com
9. Fani Rakhmania
NIM : 0610410016
Alamat : Jl.Kertosari 15 Malang
Telp : (0341) 560308/ 085259299222
E-mail : fani.rokhmania@yahoo.com
10. Heny Novitasari
NIM : 0610420022
Alamat :Jl. Sumbersari Gg IV/55B Malang
Telp : 085233579966/085645875080
E-mail : vitachu_24@yahoo.com

11. Mety Fitria Ningrum


NIM : 0610410025

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


iv

Alamat : Jl.MT.Haryono Gg7 No 286B


Telp : 085649197120/ 085259369995
E-mail : kagame_ety@yahoo.com
12. Nano Dwi Prasetyo
NIM : 0610410029
Alamat : Jl.Kertosariro No.34
Telp : (0341)9265844/085649358444
E-mail : nano_dwi_p@yahoo.com
13. Muhammad Riduwan
NIM : 0610420029
Alamat :-
Telp : (0341)9341085/ 085259444069
E-mail : edellways_rid_one@yahoo.com
14. Retno Tri
Telp. :

15. Yunita Tri L.


Telp : 0857550400009

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


v

DAFTAR ISI

I. Perencanaan tata letak kebun.. 1

II. Teknologi produksi tanaman padi.. 4

III. Produksi tanaman jagung. 12

IV. Produksi tanaman kacang-kacangan 16

V. Produksi tanaman ubi-ubian 22

VI. Prroduksi tanaman buah... 29

VII. Produksi tanaman sayuran.. 32

VIII. Produksi tanaman perkebunan dan industry... 42

IX. Produksi tanaman hias. 56

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


1

I. PERENCANAAN TATA LETAK (LAYOUT) KEBUN


(Medha Baskara, SP.MT)

1.1 Pendahuluan
Penggunaan lahan pertanian umumnya terdiri dari persawahan, tegalan,
perkebunan, pekarangan, kebun campuran dan hutan. Setiap bentuk penggunaan
lahan pertanian mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga penerapan
perlakuan kegiatan budidaya di setiap jenis lahan juga berbeda. Sebagian lahan
pertanian memerlukan kegiatan budidaya yang intensif sedangkan bentuk lahan
pertanian yang lain dilakukan dengan tidak terlalu intensif. Keberhasilan budidaya
tanaman pertanian sangat tergantung dari berbagai faktor diantaranya faktor
lingkungan (cahaya, suhu, air dan zat hara dalam tanah) maupun faktor tanaman
budidaya sendiri. Khusus penggunaan lahan pertanian yang bersifat campuran,
pengaturan tata letak jenis tanaman budidaya menjadi sangat penting guna
memperoleh hasil budidaya yang maksimal.
Pengaturan tata letak (layout) kebun dapat dipengaruhi oleh beberapa
pertimbangan diantaranya adalah pertimbangan sifat tumbuh tanaman, efisiensi
kegiatan budidaya dan konservasi lahan. Pertimbangan sifat tumbuh tanaman
berkaitan dengan sifat ekologi tanaman yang berbeda-beda antar tanaman budidaya
terutama respon terhadap faktor lingkungan. Sebagian tanaman membutuhkan
penyinaran matahari penuh serta kebutuhan air yang tinggi di bagian atau keseluruhan
masa pertumbuhan, namun beberapa jenis tanaman lain membutuhkan naungan
untuk memperoleh hasil maksimal. Faktor lain yang mempengaruhi tata letak kebun
adalah aktivitas/kegiatan budidaya yang terdiri dari aktivitas pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan (pemupukan, pengairan, penyiangan dll), pemanenan serta
kegiatan pasca panen. Disamping kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan di petak
kebun, diperlukan pula ruang tersendiri untuk aktivitas penunjang diantaranya jalur
sirkulasi, gudang penyimpanan sarana produksi, serta ruang lainnya. Oleh karena itu
pengenalan detail aktivitas budidaya sangat menentukan tata letak kebun.
Pertimbangan konservasi lahan merupakan pertimbangan penting lainnya
dalam pengaturan tata letak kebun. Kendala penggunaan lahan pertanian diantaranya
terjadinya erosi yang sangat berpengaruh pada keberlanjutan budidaya pertanian.
Terkikisnya lapisan subur tanah pertanian sampai bencana longsor besar lahan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


2

pertanian dapat mempengaruhi hasil pertanian secara keseluruhan. Bentukan -


bentukan erosi umumnya dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan, tanah, dan
kemiringan lereng. Tingkat kerentanan akan semakin besar jika penggunaan
lahannya tidak sesuai dengan kemampuan lahan termasuk tata letak tanaman.

1.2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami hubungan tata letak tanaman dengan sifat tumbuh beberapa jenis
tanaman budidaya,
2. Menafsirkan program kegiatan/aktifitas kebun serta kebutuhan luas ruangnya dalam
struktur area kebun,
3. Merencanakan dengan terampil tata letak (layout) kebun dengan pertimbangan sifat
tumbuh tanaman, efisiensi dan optimalisasi kegiatan budidaya serta konservasi
lahan untuk mendapatkan hasil produk pertanian yang maksimal.

1.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum adalah semua kelompok dari masing-masing kelas A-G,
yaitu: kelompok A1-7, B1-7, C 1-7, D1-7, E1-7, F1-7 dan G1-7.
2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi : kertas A3 dan A4, pita
meter 50m, penggaris dan peralatan tulis
3. Metode pelaksanaan
Melaksanakan perencanaan tata letak (layout) kebun praktikum Ngijo yang
meliputi kegiatan pengamatan lapangan (survei lahan), perencanaan komoditi
tanaman budidaya, pembuatan tata letak ruang kegiatan dan penanaman, serta
pembuatan denah kebun Ngijo. Untuk menunjang kegiatan diatas dilakukan
metode:
a. Observasi dan kunjungan lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran, merasakan suasana dan mengenali kondisi lingkungan nyata kebun,
b. Menyusun program aktivitas/kegiatan kebun berdasarkan standar dan
persyaratan terkait hingga menghasilkan indikasi besaran luas ruang bersama-
sama pembimbing kelompok,
c. sketsa ide/gagasan tata letak kegiatan dan tanaman budidaya
d. merancang/desain kebun praktikum

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


3

4. Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan praktikum perencanaan tata letak (layout) kebun praktikum
Ngijo urutan yang harus dilakukan praktikan adalah sebagai berikut :
1. Lakukan inventarisasi berupa pengukuran untuk mencari dimensi panjang,
lebar, luas dan bentuk lahan, serta komponen-komponen eksisting kebun
seperti fasilitas aksesibilitas (jalan kendaraan, jalan setapak, jembatan, dll),
fasilitas pengairan (irigasi), bangunan, vegetasi (tata letak pohon eksisting) dll.
2. Lakukan perekaman informasi lahan di kertas kerja dengan symbol atau
ukuran-ukuran yang mudah dimengerti sesuai skala gambar.
3. Tentukan aktivitas/kegiatan yang akan dilakukan dalam pengelolaan kebun
praktikum dari proses persiapan lahan (pengolahan tanah), penanaman,
pemeliharaan (pemupukan, pengairan, penyiangan dll), pemanenan serta
kegiatan pasca panen. Tambahkan pula aktivitas/kegiatan penunjang kegiatan
utama budidaya pertanian.
Ketentuan kebun Ngijo minimal terdapat fasilitas diantaranya :
Lahan parkir mobil (10 mobil, dan 150 motor)
Jalur service/pelayanan yang dapat dilewati Traktor ukuran sedang dan
mobil pik-up saat panen.
Bangunan gazebo (kapasitas 50 orang), pos penjaga, kantor kebun dan
gudang alat-bahan.
Lahan budidaya tanaman (komoditi sesuai praktikum TPT)
4. Cari informasi kebutuhan ruang masing-masing aktivitas/kegiatan pada butir c.
5. Gambarkan kebutuhan ruang masing-masing kegiatan dalam guntingan kertas
sesuai skala dan coba letakkan dalam peta kebun sampai mendapatkan tata
letak (layout) terbaik berdasarkan berbagai pertimbangan (lihat latar belakang).
6. Pindahkan tata letak pada butir e ke dalam kertas A3 dengan penggambaran
yang lebih rapi serta buat penjelasan berupa teks di kertas A4 yang diketik rapi.

1.4 Hasil Praktikum (Keluaran)


1. Gambar Rencana Kebun Ngijo Skala 1 :100 yang dilengkapi informasi tanaman
budidaya dan fasilitas kebun lainnya (kertas A3)
2. Penjelasan gambar rencana Kebun Ngijo berupa teks maksimal 800 kata (diketik
di kertas A4)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


4

II. TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)


(Dr.Ir.Agus Suryanto, MS)

2.1 Pendahuluan

Tanaman padi (Oryza sativa L.) ditanam dalam tiga sistem utama budidaya
tanaman, yakni sistem budidaya lahan sawah sebagaimana banyak dilakukan petani
di pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi, sistem budidaya lahan rawa pasang
surut yang dominan di pulau Kalimantan serta sistem budidaya lahan kering
sebagaimana dilakukan kebanyakan petani di Nusa Tenggara. Terdapat ratusan
varietas padi inbrida maupun hibrida dengan daya hasil tinggi yang telah dilepas oleh
Departemen Pertanian sejak tahun 1970 an. Di Jawa Timur saja saat ini terdapat 52
varietas padi unggul lokal yang masing-masing mempunyai keunggulan di habitatnya.
Namun varietas yang sangat populer sampai dengan saat ini dan ditanam pada area
lebih dari 6 juta ha adalah IR 64 dan belakangan ini, Ciherang (Suryanto, 2005).
Panjang fase pertumbuhan tanaman padi, dari perkecambahan hingga panen
berkisar 3 6 bulan tergantung varietas dan lingkungan pertumbuhan tanaman.
Secara agronomis, fase pertumbuhan tanaman padi terbagi menjadi dua, yakni fase
vegetatif dan generatif. Fase vegetatif dimulai dari perkecambahan benih hingga
inisiasi primordia malai. Pada fase ini ditandai dengan pertumbuhan anakan,
peningkatan tinggi tanaman dan perkembangan daun. Pada fase generatif, terbagi
menjadi dua, yaitu fase reproduktif dan pemasakan. Fase reproduktif dimulai dari
inisiasi primordia malai hingga pertumbuhan malai maksimal dan dilanjutkan fase
pemasakan yaitu awal pengisian butir gabah sampai butir gabah yang ada di malai,
penuh berisi. Pada varietas yang berumur 120 hari, panjang fase vegetatif berkisar
60 hari, fase reproduksi 30 hari dan fase pemasakan 30 hari (Yoshida, 1981 dan
Zeigler, 2005)
Dalam upaya peningkatan produksi, digunakan beberapa teknologi, yakni
perbaikan varietas dan teknik budidaya. Perbaikan varietas antara lain penggunaan
varietas unggul, varietas unggul baru, dan hibrida. Teknik budidaya antara lain
dengan TABELA (Tanam Benih Langsung), penggunaan jarak tanam, penanaman
jajar legowo, metode (SRI) System of Rice Intensification, pemupukan berimbang dan
pengedalian hama dan penyakit tanaman.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


5

2.2 Tujuan
Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman padi sawah

2.3 Metode

1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A1, B1, C1, D1, E1, F1, dan G1.
2. Persiapan lahan dan pematang.
Lahan diolah dengan bajak singkal yang akan membalik tanah pada
kedalaman 30 cm. Bajak singkal digerakkan dengan hewan atau traktor (Gambar
1). Bersamaan dengan pengolahan lahan dilakukan juga perbaikan pematang.
Pematang yaitu tanah dipinggir lahan sawah yang berfungsi untuk menahan air di
lahan sawah agar tidak bocor keluar. Perbaikan tersebut antara lain membersihkan
pematang dari gulma, membongkar pematang untuk menutup lubang tikus
sekaligus membasmi tikus, dan akhirnya menutupi pematang dengan tanah yang
baru.

Gambar 1. Pengolahan lahan sawah dengan bajak singkal

3. Persemaian bibit
Padi ditanam dengan bibit. Bibit padi berasal dari benih yang disemai
terlebih dahulu. Pada sistem biasa (konvensional), persemaian dilakukan pada
suatu tempat (nursery). Tempat persemaian dibuat pada lahan, lebar 1 m, panjang

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


6

sesuai kebutuhan dan tinggi disesuaikan dengan tinggi air pengairan. Persemaian
harus bisa digenangi air dengan ketinggian minimal 10 cm. tanah untuk
persemaian diolah dengan cangkul sampai halus dan berlumpur (Gambar 2).
Varietas yang digunakan Ciherang dan Hibrida Sembada. Benih direndam
dalam air garam untuk mengetahui benih bernas. Benih yang mengapung dibuang.
Benih selanjutnya direndam dalam air bersih selama 24 48 jam, kemudian benih
di kering anginkan selama 24 jam. Benih disebar di persemaian dengan rapat,
tetapi tidak bertumpukan. Benih siap dicabut untuk dipindahtanam ketika berumur
21 hari atau ketika telah berdaun 2 -4 helai.

Gambar 2. Tempat persemaian bibit padi sistem konvensional. Insert : bibit padi
berumur 21 hari berdaun 3 siap dipindahtanamkan

Pada metode SRI, persemaian dilakukan dengan menggunakan wadah


khusus, yakni dilakukan dalam wadah plastik (baki) berukuran 40 x 30 cm. Baki
diberi alas daun pisang yang telah dilemaskan, kemudian diisi media tanam, yaitu
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1, setebal 4 cm. Benih ditebar
diatas media secukupnya atau sampai rata, kemudian ditutup tanah tipis. Bibit
dipindahtanam ke lahan ketika berumur 7 hari atau ketika berdaun 2.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


7

Gambar 3. Tempat persemaian bibit padi sistem SRI dengan menggunakan wadah
(baki).

4. Persiapan Lahan Tanam


Lahan sawah dilumpurkan dengan dibajak singkal ulang pada arah
berlawanan dengan saat bajak singkal pertama. Pelumpuran dapat dilakukan
dengan penggunaan rotary (dengan traktor) atau garu (bila menggunakan alat
bajak sapi) (Gambar 4 dan 5). Pada saat pengolahan lahan ini diperlukan air yang
menggenang agar proses pelumpuran berjalan dengan baik dan cepat. Sambil
dilumpurkan, lahan diratakan. Setelah rata, lahan dikeringkan 1 hari untuk
memudahkan penanaman. Sebelum tanam dibuat garis atau jejak jarak tanam
dengan alat pembuat jarak tanam (Gambar 6).
Alat pembuat jejak (garis) jarak tanam bisa berukuran 20 x 20 cm, atau 40 x
20 x 15 cm pada pola tanam jajar legowo 2 : 1. Alat ini ditari maju sehingga akan
menimbulkan bekas/jejak dalam garis horizontal dan vertikal untuk memandu jarak
tanam bibit.

Gambar 4. Pelumpuran dengan menggunakan garu (insert) yang ditarik sapi

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


8

Gambar 5. Pelumpuran dengan menggunakan rotary yang digerakkan dengan


traktor

Gambar 6. Alat pembuat jejak jarak tanam jajar legowo 2 : 1

5. Pelaksanaan
a. Kelompok A1.
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi konvensional. Jarak Tanam 20 x
20 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman.
b. Kelompok B1
Varietas Hibrida Sembada, ditanam dengan teknologi konvensional. Jarak
Tanam 20 x 20 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 2 tanaman

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


9

c. Kelompok C1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 2 : 1. Jarak Tanam
40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman
d. Kelompok D1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 4 : 1. Jarak Tanam
40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 3 tanaman.
e. Kelompok E1
Varietas Hibrida Sembada, ditanam dengan teknologi Jajar Legowo 2 : 1. Jarak
Tanam 40 x 20 x 15 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 2 tanaman
f. Kelompok F1
Varietas Ciherang, ditanam dengan teknologi SRI. Jarak Tanam 30 x 30 cm.
Jumlah bibit per lubang tanam 1 tanaman. Setiap 6 baris diberi jarak tidak
ditanami (legowo).
g. Kelompok G1
Varietas Hibrida Sembada , ditanam dengan teknologi SRI. Jarak Tanam 30 x
30 cm. Jumlah bibit per lubang tanam 1 tanaman. Setiap 6 baris diberi jarak
tidak ditanami (legowo).

6. Penanaman
Pada sistem konvensional dan jajar legowo, penanaman dilakukan dengan
bibit yang berumur 21 hari. Cabut bibit dari persemaian dengan hati-hati dan
usahakan akar terikut semua.
Penanaman dilakukan dengan menanam bibit pada pertemuan garis vertikal
dan horisontal. Bibit padi ditanam sedalam 5 cm. Jumlah bibit sesuai perlakuan
masing-masing kelompok. Penanaman dilakukan dengan berjalan maju.
Pada sistem SRI, penanaman dilakukan dengan mencabut bibit saat
berumur 7 hari. Wadah atau baki dibawah ke lahan kemudian bibit langsung
dicabut satu-satu dan ditanam.
Penanaman dilakukan dengan menanam bibit pada pertemuan garis vertikal
dan horisontal. Bibit padi ditanam dangkal dengan menempelkan bagian akar di
tanah, tepat di pertemuan garis vertikal dan horisontal. Bibit ditanam 1 tanaman per
lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan berjalan maju.

7. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman, penyiangan, pemupukan,
pengairan dan pengendalian hama dan penyakit.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


10

1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu pada tanaman mati
atau pada lubang tanam yang tidak ada tanaman
2. Penyiangan
Penyiangan pada sistem konvensional dan jajar legowo dilakukan pada 14 dan
35 hst. Penyiangan dilakukan dengan alat penyiang (landak) dan bila masih
ada gulma yang tertinggal dilanjutkan dengan pencabutan.
Pada sistem SRI, penyiangan dilakukan pada 10, 20 dan 30 hst. Bila dirasa
perlu bisa dilakukan lagi pada 40 dan 50 hst.
3. Pemupukan
Pemupukan terdiri 3 tahap :
a. Pemupukan awal atau dasar
Dosis pupuk : 100 kg Urea/ha, 100 kg SP 36/ha dan 50 kg KCl/ha
Pada sistem konvensional dan jajar legowo diberikan setelah 7 hst. Pada
SRI diberikan setelah penyiangan 1 (10 hst).
b. Pemupukan susulan 1
Dosis pupuk 150 kg urea/ha. Pada sistem konvensional dan jajar legowo
diberikan setelah penyiangan 1 (14 hst). Pada SRI diberikan setelah
penyiangan 2 (20 hst)
c. Pemupukan susulan 2
Dosis pupuk 150 kg urea/ha. Pada sistem konvensional dan jajar legowo
diberikan setelah penyiangan 2 (35 hst). Pada SRI diberikan setelah
penyiangan 3 (30 hst)
4. Pengairan
Pengairan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada SRI dilakukan
pengairan macak-macak dari tanam hingga 30 hst, kemudian dikeringkan 1-2
hari, diairi lagi macak-macak sampai 50 hst, dikeringkan 1 2 hari, dan diairi
lagi macak-macak hingga panen.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Disesuaikan dengan kondisi hama dan penyakit

2.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah anakan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


11

c. Jumlah dan Luas daun


Pengamatan dilakukan sejak 21 hst hingga 56 hst. Interval pengamatan 14 hari
sekali.
2. Pengamatan organ generatif
a. Saat pembungaan
b. Persentase anakan produktif
c. Saat panen
d. Berat gabah kering per lubang tanam atau per tanaman
e. Berat 1000 butir gabah

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


12

III. PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS


(Wiwin Sumiya D.Y, SP, MP)

3.1 Pendahuluan

Jagung (Zea mays L.) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang penting,
selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indoensia seperti di Madura
dan Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai tanaman pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat dari tepung (dari biji), dan
bahan baku industri. Tongkol jagung mengandung banyak pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika saat
ini juga ditanam sebagai bahan penghasil farmasi.
Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus hidup 80 150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah
bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif dan disebut sebagai varietas profilik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga
betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah daun dengan
rambut. Pada jagung manis kandungan gula relatif lebih tinggi daripada jagung
biasa.

3.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini aialah:
1. Mahasiswa bisa menerapkan prinsip teknologi produksi jagung manis
2. Mahasiswa dapat membandingkan produksi jagung manis yang di tanam
dengan jarak tanam dan kepadatan populasi yang berbeda
3. Mahasiswa dapat melakukan panen dan pasca panen tanaman jagung manis

3.3 Metode
1. Pelaksana Praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing masing kelas A G,
yaitu kelompok A2, B2, C2, D2, E2, F2 dan G2.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


13

2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand
traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu
hingga gembur.
3. Pelaksanaan
a. Kelompok A2.
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 25 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
b. Kelompok B2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 25 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
c. Kelompok C2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
d. Kelompok D2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 70 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
e. Kelompok E2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
f. Kelompok F2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 30 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 2 benih.
g. Kelompok G2
Menanam jagung manis dengan Jarak tanam 80 x 40 cm. Jumlah benih per
lubang tanam 1 benih.
4. Penanaman
Lubang tanam ditugal sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang
tanam.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan,
penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


14

1. Penjarangan
Penjarangan dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam, disisakan sesuai
dengan perlakuan.
2. Pemupukan
Pemupukan I : Pupuk dasar diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100 150
kg /ha. Pupuk yang digunakan adalah NPK (Ponska).
Pemupukan II : Pupuk susulan I diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu
HST, dengan dosis 150 kg/ha
3. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila tanah
telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, diperlukan air yang lebih banyak sehingga peril di alirkan air
pada parit=parit di antara bumbunan tanaman jagung.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanamn dan
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat.
Penyiangan diusahan tidak mengganggu perakaran tanaman.
5. Pembumbunan
Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas tanah karena adanya aerasi. Pembumbunan
berikutnya dilakukan saat tanaman berusia 6 minggu setelah tanam, bersamaan
dengan kegiatan pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman
diuruk dengan cangkul kemudian ditimbun di barisan tanaman.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama dan penyakit
yang ada
6. Panen
Pemanenan dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam. Jagung yang
sudah dapat di panen mempunyai kenampakan kelobot yang sudah berwarna
kuning, biji sudah cukup keras dan mengkilap, apabila biji di tusuk dengan kedua
ibu jari maka biji tersebut tidak berbekas dan mempunyai kadar air biji sekitar 25
%.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


15

3.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Jumlah daun
b. Tinggi Tanaman
Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst, dengan interval
pengamatan 7 hari
2. Pengamatan organ generatif
a. saat berbunga
b. jumlah tongkol per tanaman
c. bobot tongkol pertanaman
d. produksi per ha
Pengamatan dilakukan pada saat panen

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


16

IV. PRODUKSI TANAMAN KACANG-KACANGAN


(Sisca Fajriani, SP,MP)

4.1 Pendahuluan
Meskipun Indonesia sudah berswasembada beras, akan tetapi swasembada
pangan masih belum sepenuhnya tercapai. Salah satu komoditi yang masih belum
mencapai produksi yang optimal ialah kacang-kacangan. Upaya peningkatan
produktivitas kacang-kacangan tidak bisa hanya mengandalkan budidaya kacang-
kacangan pada lahan sawah saja, akan tetapi lahan kering dan tegalan juga
mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai lahan penghasil kacang-kacangan.
Indonesia sebagai Negara yang kaya akan plasma nutfah, juga mempunyai
banyak komoditi kacang-kacangan. Beberapa diantaranya ialah kacang kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang dan lain sebagainya. Hingga saat ini
masih dikembangkan berbagai macam teknologi produksi untuk tanaman kacang-
kacangan sehingga bisa diproduksi dengan optimal.

4.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kacang tanah
2. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kedelai
3. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi produksi tanaman kacang hijau

4.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A3, B3, C3, D3, E3, F3 dan G3.
2. Persiapan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan membajak tanah yang akan digunakan
sedalam 15 20 cm. Bedengan dibuat dengan lebar 3 m, dengan tinggi 30 cm
dan dibuatkan parit sedalam dan selebar 25 cm
3. Pelaksanaan
Pada praktikum ini digunakan 3 komoditas kacang-kacangan, yaitu: kacang
tanah, kedelai dan kacang hijau dengan pembagian kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok A3 : menanam kedelai varietas wilis
b. Kelompok B3 : menanam kedelai hitam

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


17

c. Kelompok C3 : menanam kacang tanah varietas 1


d. Kelompok D3 : menanam kacang tanah varietas 2
e. Kelompok E3 : menanam kacang hijau varietas 1
f. Kelompok F3 : menanam kacang hijau varietas 2
g. Kelompok G3 : menanam kacang hijau varietas 2
4. Penanaman
a. Kacang tanah
Kacang tanah tidak perlu dibibitkan sebelum tanam. Pena naman
dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan 2 butir biji per
lubang, kemudian lubang tanam ditutup tanah secara tipis. Jarak tanam yang
digunakan ialah 40 x 10 cm
b. Kedelai
Benih yang akan ditanam pada lahan yang belum pernah ditanami
kacang-kacangan perlu mendapat perlakuan inokulum rhizobium. Pemberian
inokulum rhizobium (dapat berupa legin, rhizogen atau nitragin) dilakukan
dengan dosis 5 g/kg benih kedelai.
Benih kedelai terlebih dahulu dibasahi dengan air gula 30% hingga
lembab lalu campurkan inokulum rhizobium dengan benih kedelai hingga
merata kemudian benih dikeringanginkan. Proses pencampuran sebaiknya
dilakukan di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Benih yang telah kering harus ditanam sesegera mungkin dan tidak boleh
ditunda lebih dari 6 jam.
Cara tanam benih kedelai dengan menggunakan sistem tugal. Lubang
tugal dibuat sedalam 3 cm, setiap lubang diisi 2 butir kemudian ditutup dengan
tanah halus dan tipis.
c. Kacang hijau
Benih yang akan ditanam perlu diperlakukan dengan Marshal 25ST
dengan takaran 10-15 g/kg benih dengan tujuan untuk mencegah serangan
lalat bibit dan semut. Benih ditanam secara tugal dengan memasukkan 3 biji
per lubang tanam dengan kedalaman 3 cm. Jarak tanam yang digunakan ialah
40 x 30 cm.
5. Pemeliharaan
a. Kacang tanah
1. Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan untuk pemenuhan unsure hara yang
dibutuhkan oleh tanaman agar dapat berproduksi dengan optimal.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


18

Pemupukan dilakukan pada usia 10-15 hari setelah tanam. Pemberian


pupuk dilakukan dengan cara disebar dalam larikan antara barisan. Dosis
pupuk yang diberikan sebanyak 50 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 50 kg
KCl/ha.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Kegiatan
penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu.
3. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali. Penyiangan pertama dilakukan
pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan penyiangan kedua
dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam. Pada penyiangan kedua juga
dilakukan kegiatan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk
memudahkan bakal buah menembus permukaan tanah sehingga
pertumbuhannya optimal.
4. Pengairan
Tanaman kacang tanah tidak menyukai air yang tergenang. Fase kritis
untuk tanaman kacang tanah ialah pada fase perkecambahan, fase
pertumbuhan dan fase pengisian polong. Waktu pengairan yang baik ialah
pada pagi atau sore hari dengan cara dileb hingga tanah cukup basah.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi di lahan.
b. Kedelai
1. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan kegiatan tanam. Pupuk
dasar diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang tugal di sisi
lubang tanam sejauh 5 cm lalu menutup kembali lubang agar tidak terjadi
penguapan ataupun erosi. Dosis yang diberikan ialah campuran dari 50
kg/ha urea, 75 kg/ha SP-36 dan 50 kg/ha KCl.
Pupuk susulan diberikan pada saat tanaman berumur 20 30 hari
setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanya pupuk urea saja dengan dosis
50 kg/ha.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


19

2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Kegiatan
penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu. Kegiatan penyulaman dilakukan pada 7 10 hari
setelah tanam.
3. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan pada usia 2 4 minggu setelah tanam
bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan harus
dilakukan setelah proses permbungaan selesai agar tidak mengganggu
proses penyerbukan.
4. Pengairan
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Air
yang cukup dibutuhkan sejak fase awal pertumbuhan hingga periode
pengisian polong. Setelah periode pengisian polong yaitu periode polong
tua, petakan harus dikeringkan. Pemberian air dapat dilakukan dengan
petakan digenangi air selama 15 30 menit kemudian air dikeluarkan
kembali.
Pengairan dilakukan 1 minggu sekali atau melihat kondisi tanah.
Tanah tidak boleh terlalu becek, agar benih kedelai tidak busuk. Tanah
juga tidak boleh terlalu kering, karena dapat mengakibatkan gagal panen.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi di lahan.
c. Kacang hijau
1. Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan
dosis 25 kg urea, 60 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar. Pupuk dicampur
dan diberikan secara larikan di samping baris tanaman. Pemupukan kedua
dilakukan pada usia 3 minggu setelah tanam dengan dosis 25 kg urea per
hektar yang juga diberikan secara larikan disamping tanaman.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Kegiatan
penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


20

3. Penyiangan dan pembumbunan


Selama masa pertumbuhan tanaman kacang hijau perlu dilakukan
penyiangan sebanyak 2 kali, yaitu pada umur 10 hari setelah tanam dan
pada umur 25 hari setelah tanam.
4. Pengairan
Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan
air, akan tetapi kelembaban tanah harus tetap terjaga. Pengairan terutama
perlu dilakukan pada periode kritis yaitu pada saat tanam, saat berbunga
dan saat pengisian biji.
5. Pengairan hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi di lahan.
6. Panen
a. Kacang tanah
Panen tanaman kacang tanah dilakukan antar umur 100 110 hst.
Kacang tanah sudah dapat dipanen dengan ciri kulit polong mengeras dan
berwarna kehitaman, polong berisi penuh, kulit biji tipis mengkilat dan tidak
berair serta sebagian daun telah rontok
b. Kedelai
Panen tanaman kacang kedelai dilakukan berdasarkan varietas, untuk
varietas wilis kedelai dipanen pada usia 88 hari setelah tanam sedangkan
varietas tengger dipanen pada usia 79 hari setelah tanam. Cirri-ciri umum
kedelai yang sudah dapat dipanen ialah polong secara merata sudah berwarna
kekuning-kecoklatan, batang-batangnya sudah kering dan sebagian daunnya
sudah kering dan rontok
c. Kacang hijau
Kacang hijau sudah dapat dipanen pada usia 55 hari setelah tanam.

4.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif :
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan mulai umur tanaman selama masa pertumbuhan vegetatif
dengan interval pengamatan 7 hari

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


21

2. Pengamatan organ generatif :


a. Saat muncul bunga
b. Jumlah polong per tanaman
c. Jumlah biji per tanaman (pengamatan panen)
d. Produksi per petak, kemudian dikonversi per hektar (pengamatan dilakukan
saat panen)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


22

V. PRODUKSI TANAMAN UBI-UBIAN


(Wiwin Sumiya D.Y, SP. MP)

5.1. Pendahuluan

5.1.1 Ubi jalar ( Ipomoea batatas )


Ubi jalar termasuk tanaman semusim. Tanaman ini cocok ditanam didaerah
dengan ketinggian 500 s/d 1.000 dpl dan suhu 21 s/d 27 derajat Celcius serta
mendapat sinar matahari 10 jam per-hari. Kelembapan udara ( RH ) 50% - 60%
dengan curah hujan 750 mm- 1.500 mm pertahun. Ubi jalar ideal ditanam ditanah
pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik dengan PH 5,5 - 7.
Tanaman ubi jalar sudah membentuk ubi saat berumur 3 minggu sejak tanam.
Varietas ubi jalar cukup banyak diantaranya mendut, kalasan, lampeneng, sawo,
cilembu, Rambo, gedang, tumpuk, klenang, Georgia, borobudur, dan lain-lain. Varitas
dikatakan unggul apabila berdaya hasil minimal 30 ton / hektar dan berumur pendek 3
s/d 4 bulan.
Teknologi yang dapat diterapkan pada penanaman ubi jalar ialah pengunaan
mulsa. Mulsa yang digunakan bisa berupa mulsa jerami. Dengan penggunaan mulsa
dapat meningkatkan produksi ubi jalar.

5.1.2 Ubi kayu ( Manihot utilissima Pohl )


Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi
kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari
negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika,
Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang
terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah
beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein
cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa
digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu
bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan
bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu
digunakan pula pada industri obat-obatan.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


23

5.1.3 Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott


Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih
dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, Dash(e)en dan Eddo (e). Di beberapa negara
dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India),
Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu -tao (China).
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China
dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa
pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di
jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan
di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim
perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi
dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15
cm, berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50
cm panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah
bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai. Bunga
jantan dan bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantan di
bagian atasnya, dan pada puncaknya terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah buni.
Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya 2 mm.
Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas
Bentul dan Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan
dan berbulu halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan
yang dapat berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih
besar dengan warna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul
dapat dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan
berwarna lebih muda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua
kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas
Gambir/Talas Hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap.

5.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini ialah:
1. Mahasiswa bisa menerapkan prinsip teknologi produksi ubi jalar
2. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi budidaya ubi kayu

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


24

3. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi budidaya talas bentul

5.3 Metode

1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A4, B4, C4, D4, E4, F4 dan G4

2. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand
traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu
hingga gembur, kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Tahap berikutnya, tanah
dibentuk bedengan (guludan).

3. Pelaksanaan
Komoditas yang digunakan ialah ubi jalar, ubi kayu dan talas, dengan pembagian
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok A4, menanam ubi jalar kuning varietas Prambanan
b. Kelompok B4, menanam ubi jalar ungu
c. Kelompok C4, menanam ubi jalar putih
d. Kelompok D4, menanam ubi kayu varietas Faroka
d. Kelompok E4, menanam ubi kayu kuning
e. Kelompok F4, menanam ubi kayu mukibat
f. Kelompok G4, menanam talas bentul
4. Persiapan bibit
a. Ubi jalar
Bahan tanam ubi jalar menggunakan stek batang atau stek pucuk.
Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
Bahan tanam di buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi
penguapan yang berlebihan, kemudian disimpan pada tempat yang teduh 7
hari.
b. Ubi kayu
Syarat stek ubi kayu adalah:telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-
3cm, telah berkayu, lurus dan masih segar. Panjang stek 20 - 25 cm, bagian

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


25

pangkal diruncingi, agar memudahkan penanaman, usahakan kulit stek tidak


terkelupas, terutama pada bakal tunas.
Bagian batang ubi kayu yang tidak dapat di gunakan untuk ditanam
adalah 15- 20cm pada bagian pangkal batang dan 20 - 25 cm pada bagian
ujung atau pucuk tanaman.
c. Talas (bentul)
Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi. Bila
bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur
57 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi,
sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan
tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu
disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2 -3
lembar, umbi siap ditanam.
5. Penanaman
a. Ubi jalar
Penanaman ubi jalar dapat dilakukan dengan cara pertama - tama
membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan
dengan cangkul sedalam 10 cm atau membuat lubang dengan tugal, jarak antar
lubang 30 cm. Kemudian bibit ubi jalar di tanam dalam lubang atau larikan
hingga pangkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian
padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit). Bibit sebaiknya ditanam mendatar
dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.

b. Ubi kayu
Jarak tanam yang digunakan adalah 100 x 50 cm. Cara penanaman
adalah batang stek ditanam agak miring dengan kedalaman 8-12 cm. Perlu
diperhatikan jangan sampai terbalik pada saat penanaman. Mata tunas berada
di atas, yang dibawah adalah bekas tangkai daun
c. Talas (bentul)

Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit talas tegak lurus di
tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar dapat
berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak
seluruhnya tertutup oleh tanah.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


26

6. Pemeliharaan
a. Ubi jalar
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan
bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun
tanah.
2. Pemupukan
Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-
200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg
K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan
(alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula dibuat
larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman,
sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk
3. Pengairan
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Setelah
tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga
tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan
perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan
dikurangi atau dihentikan. Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan
pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air
menggenang).
4. Penyiangan dan pembumbunan
Kegiatan penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan,
yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan
tersebut.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

b. Ubi kayu

1. Penyulaman
Penyulaman dapat kita lakukan 2-3 minggu setelah tanam. Agar
tanaman dapat tumbuh baik dan optimal dilakukan dengan mengurangi mata

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


27

tunas saat awal tunas itu muncul atau 1-1,5 bulan setelah tanam. Sisakan
maksimal 2 tunas yang paling baik dan sehat dalam satu tanaman.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N,
P, K dengan dosis Urea=133200 kg/ha; SP 36=60100 kg/ha dan KCl=120
200 kg/ha. Cara pemberian pupuk adalah:
a. Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCl dan seluruh dosis P (SP 36)
diberikan pada saat tanam
b. Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada saat
tanaman berumur 3 - 4 bulan
3. Pengairan
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur 45 bulan
hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah
yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang
terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara
menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang
baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan.
4. Penyiangan dan pembubunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah tumbuh gulma. Penyiangan kedua
dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan
pembumbunan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

c. Talas (bentul)
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah 1 3 minggu setelah pindah tanam.
2. Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan
pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan
menggunakan sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar.
3. Pengairan
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air.
4. Penyiangan dan pembubunan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


28

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan pada umur 1 bulan


setelah tanam.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

7. Panen
a. Ubi jalar
Panen dilakukan pada umur 90 hst, dengan cara memangkas batang ubi jalar.
b. Ubi kayu
Kriteria ubi kayu yang optimal adalah pada saaat kadar pati optimal, ketika
tanaman berumur 6-9 bulan untuk konsumsi dan umur 10 bulan untuk produksi
tepung. Ciri saat panen adalah warna daun menguning dan banya yang rontok.
c. Talas (bentul)
Panen talas bentul dilakukan setelah tanaman berumur 8-10 bulan.

5.4 Pengamatan
1. Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan mulai umur 21 hst sampai dengan 70 hst, dengan interval
pengamatan 7 hari
2. Pengamatan organ generatif (hanya untuk ubi jalar)
a. jumlah umbi pertanaman
b. bobot umbi
c. bobot umbi pertanaman
d. produksi per ha
Pengamatan dilakukan pada saat panen

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


29

VI. PRODUKSI TANAMAN BUAH


(Sisca Fajriani, SP,MP)

6.1 Pendahuluan
Kontribusi tanaman hortikultura terhadap manusia tidak dapat dipandang
sebelah mata. Manfaat tanaman hortikultura tidak hanya sebagai sumber pangan dan
gizi akan tetapi juga sebagai pendapatan keluarga, mempunyai nilai estetika, terdapat
konservasi genetik yang sekaligus berperan sebagai penyangga kelestarian alam.
Idonesia yang dikenal sebagai Negara yang mempunyai beragam plasma nutfah, juga
termasuk di dalamnya mempunyai berbagai jenis tanaman hortikultura, yaitu buah -
buahan.
Tanaman hortikultura terutama buah-buahan dapat dikonsumsi dalam kondisi
segar, sehingga kandungan kadar air menentukan kualitas produk. Salah satu
tanaman buaha-buahan yang digemari masyarakat ialah semangka dan blewah.
Semangka dan blewah termasuk tanaman buah semusim yang tumbuh merambat.
Semangka dan blewah dibudidayakn untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, namun
ada juga yang dimanfaatkan daun dan buah semangka mudanya untuk bahan sayur
mayur. Buah-buahan ini banyak ditanam di Indonesia.

6.2 Tujuan
1. Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman buah semangka
2. Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman buah blewah
6.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A5, B5, C5, D5, E5, F5 dan G5.
2. Persiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan membuat bedengan selebar 3 m dan
bagian yang diolah hanya pada 80 cm dari pinggir, sedangkan bagian tengahnya
cukup dibabat saja. Tanah yang diolah dibuat guludan dan pada pinggir guludan
dibuat saluran drainase dengan lebar 40 cm dan kedalaman 15 cm, yang nantinya
akan digunakan untuk pengairan.
3. Pelaksanaan
Komoditi yang digunakan adalah semangka dan blewah dengan pembagian
kelompok sebagai berikut:

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


30

a. Kelompok A5
Menanam semangka menggunakan mulsa jerami, penjarangan buah dengan
menyisakan 2 buah pertanaman.
b. Kelompok B5
Menanam semangka menggunakan mulsa jerami, penjarangan buah dengan
menyisakan 4 buah pertanaman.
c. Kelompok C5
Menanam semangka menggunakan mulsa plastik, penjarangan buah dengan
menyisakan 2 buah pertanaman.
d. Kelompok D5
Menanam semangka menggunakan mulsa plastik, penjarangan buah dengan
menyisakan 4 buah pertanaman.
e. Kelompok E5
Menanam blewah menggunakan mulsa jerami
f. Kelompok F5
Menanam blewah menggunakan mulsa plastik
g. Kelompok G5
Menanam blewah tanpa menggunakan mulsa
4. Persiapan bibit
Agar benih dapat tumbuh dengan baik, sehat dan cepat beradaptasi dengan
lingkungan maka perlu dilakukan beberapa kegiatan pembibitan sebagai berikut :
a. Benih direndam dalam larutan Dithane M-45 (0,5 gram/liter) selama 6 jam
b. Siapkan 3 lembar kertas Koran yang telah dibasahi, kemudian susun benih yang
telah direndam dan tutup dengan dengan 3 lembar kertas Koran yang telah
dibasahi. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari dan kertas Koran harus selalu
dalam kondisi lembab.
c. Setelah benih berkecambah, dapat dipindah ke polibag dengan media semai
terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1.
d. Persemaian ditempatkan pada tempat terbuka dan ternaungi dari sinar matahari
langsung.
e. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan pengendalian
hama dan penyakit.
5. Penanaman
Bibit semangka siap dipindah apabila telah berdaun 4 lembar (berumur sekitar
14 hari). Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan dengan menanam
2 bibit per lubang tanam. Bibit ditanam sebatas leher akar tanaman.
6. Pemeliharaan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


31

a. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada tabel berikut
Dosis/lubang tanam
7 hari Saat 14 hari 28 hari 42 hari
Jenis Pupuk
sebelum tanam setelah setelah setelah
tanam tanam tanam tanam
Pupuk kandang 2 3 kg - - - -
Urea - 10 g 10 g 10 g 10 g
SP - 36 - 10 g 10 g 10 g -
KCl - 10 g 10 g 10 g 10 g

b. Penyiraman
Kegiatan penyiraman dilakukan setiap 4 hari sekali dengan mengalirkan air
dari tendon air ke selokan dan dibiarkan sampai selokan penuh dan air meresap
ke petakan tanaman.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma tumbuh di petakan lahan dan
sebaiknya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan tanaman.
d. Pengendalian hama dan penyakit
e. Pemangakasan dan pemilihan buah
Dalam satu tanaman cukup dipelihara 1-2 buah saja, untuk mendapatkan
bush yang berukuran besar. Setiap tanaman dipilih dua cabang lateral ditambah
satu cabang utama. Bakal buah yang dipertahankan yaitu bakal bush yang
tumbuh pada jarak 1,5-2 m dari pangkal batang atau antara ruas 8 15.

6.4 Pengamatan
1. Saat muncul bunga
2. Jumlah bunga per tanaman
3. Jumlah buah per tanaman
4. Bobot buah (saat panen)
Pengamatan 1-3 dilakukan setiap minggu

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


32

VII. PRODUKSI TANAMAN SAYURAN


(Nur Azizah, SP,MP)

7.1 Pendahuluan
Tanaman sayuran ialah salah satu komoditas hortikultura yang bermanfaat
sebagai sumber vitamin dan mineral. Permintan sayuran terus meningkat, sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk,dan peningkatan kesadaran masyarakat akan
manfaat mengkonsumsi sayuran. Produk sayuran biasanya dikonsumsi dalam bentuk
segar, namun sifat dari komoditas ini adalah mudah rusak. Oleh karena itu dalam
produksi tanaman sayuran diperlukan penanganan khusus mulai dari proses budidaya
hingga panen dan pasca panen.
Tanaman sayuran dapat diklasifikasikan berdasarkan famili dan bagian yang
dikonsumsi. Berdasarkan famili, terdapat empat famili tanaman sayuran dari jenis
monokotil, yaitu:
1. Amaryllidaceae (famili amarylis), contoh: Allium cepa (bawang merah)dan Allium
sativum (bawang putih)
2. Araceae(famili arum), contoh: Colocasia esculenta
3. Gramineae (famili grass), contoh: Zea mays var praecox (jagung pop corn) dan
Zea mays var rugosa (jagung manis)
4. Liliaceae, contoh: Asparagus officinalis (asparagus)
Adapun famili tanaman sayuran dari golongan dikotil,antara lain:
1. Chenopodiaceae, contoh: Beta vulgaris (bit) dan Spinacia oleracea
2. Composite, contoh : Lactuca sativa
3. Convulaceae, contoh: Ipomea batata
4. Crucefera, contoh: Brassica oleraceae (kol), Brassica rapa (sawi pak-choi) dan
Raphanus satvus (Radish)
5. Cucurbitaceae, contoh: Cucumis sativus (timun) dan Cucurbita pepo (labu)
6. Leguminosae, contoh: Pisum sativum (buncis) dan Vigna radiate (ercis)
7. Malvaceae, contoh: Abelmoschus esculentus
8. Polygonaceae, contoh: Rheum rhabarbarum
9. Solanaceae, contoh: Capsicum annum (cabe besar), Capsicum frutescens (cabe
rawit), Lycopersicum esculentum (tomat), Solanum melongena (terung), Solanum
tuberosum (kentang)
10. Umbelliferae, contoh: Apium graveolens (seledri) dan Daucus carota (wortel)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


33

Berdasarkan bagian yang dikonsumsi, pengelompokan tanaman sayuran


adalah sebagai berikut:
1. Sayuran daun, contoh: bayam, kangkung, selada dan kubis
2. Sayuran buah, contoh: tomat, cabe, mentimun, terung dan labu
3. Sayuran bunga, contoh: kembang kol dan brokoli
4. Sayuran batang, contoh: asparagus
5. Sayuran umbi, contoh: kentang, wortel dan bawang
6. Sayuran biji, contoh: kacang ercis dan buncis

7.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. mengenal jenis-jenis tanaman sayuran
2. melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai jenisnya

7.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A6, B6, C6, D6, E6, F6 dan G6.
2 Pelaksanaan
Komoditas yang digunakan adalah kangkung darat, tomat, cabe, kubis bunga,
bawang merah, kacang panjang dan baby corn. Setiap kelompok melakukan satu
budidaya tanaman. Adapun pembagian kelompok adalah:
a. Kelompok A5: tanaman kangkung darat
b. Kelompok B5 : tanaman tomat
c. Kelompok C5 : tanaman cabe
d. Kelompok D5 : tanaman kubis bunga
e. Kelompok E5 : tanaman bawang merah
f. Kelompk F5 : tanaman kacang panjang
g. Kelompok G5 : tanaman kubis

a. Kelompok A5 : tanaman kangkung darat


1. Perlakuan : Bahan tanam
Menggunakan bahan tanam dengan stek batang
Menggunakan bahan tanam dari benih
2. Penanaman:

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


34

Jarak tanam 20 x 20 cm
Stek batang berasal dari tanaman kangkung yang mempunyai batang besar,
tua dan daun besar
Penanaman dengan benih, benih disebar dalam baris-baris berjarak 15x5 cm
3. Pemeliharaan
penyiraman : dua kali sehari pada pagi dan sore hari
Pemupukan : urea, SP-36 dan KCl
Penjarangan dan penyulaman
Penyiangan setiap 2 minggu sekali
Pembumbunan pada 2 MST (minggu setelah tanam)
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
4. Panen
Panen dapat dilakukan beberapa kali. Panen pertama dapat dilakukan pada 27
hst (hari setelah tanam), dengan cirri-ciri panjang batang sekitar 20-25 cm.
Panen selanjutnya dapat dilakukan setiap 2-3 minggu sekali.
5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah batang per
rumpun tanaman (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot/tan Ket/
(hst) batang/ tan (g) Ciri-ciri
1
2
3
4

b. Kelompok B5 : tanaman tomat


1. Perlakuan : pewiwilan (pembuangan tunas liar)
Kontrol (tanpa pewiwilan)
Pewiwilan semua tunas air yang tumbuh di bawah cabang pertama (ketiak
daun)
2. Penyemaian benih
Benih tomat disemai dalam kantong plastik kecil yang sudah diisi media
tanah:pasir:kompos=1:1:1. Satu kantong plastik berisi 1 benih tomat

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


35

Persemaian juga dapat dilakukan dalam bedeng persemaian yang telah


diolah dan dicampur kompos atau pupuk kandang. Benih tomat ditanam
secara larikan dalam bedengan tersebut.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 3-4 minggu atau bibit telah
memiliki 3-5 helai daun
Jarak tanam yang dipakai adalah double row (dua baris tanaman) dengan
jarak 30 cm dan 70 cm jarak antar tanaman dalam barisan
Satu lubang tanam diisi satu bibit
4. Pemeliharaan
Penyulaman, dilakukan satu minggu setelah tanam
Pengajiran, dilakukan 3-4 minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bamboo
ukuran 2x100 cm, ditancapkan 10 cm dari tanaman
Pemupukan (urea, SP-36 dan KCl) pada awal tanam, 2, 5 dan 7 MST
Penyiangan
Penyiraman, dilakukan setiap hari. Pada saat berbunga penyiraman
dilakukan 2 hari sekali hingga saat berbuah
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
5. Panen
Panen dapat dilakukan beberapa kali mulai 3 bulan setelah tanam. Panen
berikutnya dapat dilakukan seminggu sekali
Buah yang dipanen jangan terlalu masak supaya dapat disimpan lebih lama
6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman saat
berbunga, jumlah bunga per tanaman, umur tanaman saat berbuah pertama
dan jumlah buah per tanaman (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot/tan Ket/
(hst) buah/ tan (g) Ciri-ciri
1
2
3
4
5

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


36

c. Kelompok C5 : Tanaman Cabe


1. Perlakuan : mulsa
Kontrol (tanpa mulsa)
Mulsa perak
2. Penyemaian benih
Benih cabe disemai dalam kantong plastik kecil yang sudah diisi media
tanah:pasir:kompos=1:1:1. Satu kantong plastik berisi 1 benih tomat
Persemaian juga dapat dilakukan dalam bedeng persemaian yang telah diolah
dan dicampur kompos atau pupuk kandang. Benih cabe ditanam secara larikan
dalam bedengan tersebut.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 3 -4 minggu atau bibit telah
memiliki 3-5 helai daun
Jarak tanam yang dipakai adalah double row (dua baris tanaman) dengan jarak
60 cm dan 50 cm jarak antar tanaman dalam barisan
Satu lubang tanam diisi satu bibit
4. Pemeliharaan
Penyulaman, dilakukan satu minggu setelah tanam
Pengajiran, dilakukan 3-4 minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bamboo
ukuran 2x100 cm, ditancapkan 10 cm dari tanaman
Pemupukan (urea, SP-36 dan KCl) pada awal tanam, 2, 4, 6 dan 8 MST
Penyiangan
Pewiwilan terhadap semua tunas air di bawah cabang pertama dan bunga I dan
II setelah cabang pertama
Penyiraman, dilakukan setiap hari. Pada saat berbunga penyiraman dilakukan 2
hari sekali hingga saat berbuah
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
5. Panen
Panen dapat dilakukan beberapa kali mulai 3 bulan setelah tanam. Panen
berikutnya dapat dilakukan seminggu sekali
Buah yang dipanen jangan terlalu masak supaya dapat disimpan lebih lama

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


37

6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman saat
berbunga, jumlah bunga per tanaman, umur tanaman saat berbuah pertama dan
jumlah buah per tanaman (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot/tan Ket/
(hst) buah/ tan (g) Ciri-ciri
1
2
3
4
5

d. Kelompok D5 : tanaman kubis bunga (cauliflower)


1. Perlakuan : Jarak tanam
Jarak tanam 50 x 50 cm
Jarak tanam 45 x 65 cm
2. Penyemaian benih
Benih kubis bunga disemai dalam polibag ukuran 7x10 cm yang sudah diisi
media tanah:pupuk kandang=2:1. Satu kantong plastik berisi 1 benih kubis
bunga
Tindakan yang dilakukan selama persemaian: penyiraman, pengaturan naungan,
penyiangan dan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0.5 g per liter
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 3 -4 minggu atau bibit telah
memiliki 3-4 helai daun
Jarak tanam yang dipakai sesuai dengan perlakuan
Satu lubang tanam diisi satu bibit
4. Pemeliharaan
Penyulaman, dilakukan 1 -2 minggu setelah tanam
Pengajiran, dilakukan 3-4 minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bambu ukuran
2x100 cm, ditancapkan 10 cm dari tanaman
Pemupukan (urea, SP-36 dan KCl) pada awal tanam, 2, 3 dan 7 MST
Penyiangan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


38

Penyiraman, dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman pada fase
pertumbuhan awal dan pembentukan bunga
5. Panen
Panen dapat dilakukan pada 55-100 hst
6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : jumlah daun dan umur tanaman saat berbunga,
(seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Umur panen Diameter Bobot Ket/
(hst) bunga (cm) bunga/tan (g) Ciri-ciri

e. Kelompok E5 : tanaman bawang merah


1. Perlakuan: ukuran umbi
Umbi besar
Umbi kecil
2. Penanaman
Umbi yang digunakan sebagai bibit telah disimpan minimal selama 2 bulan
Umbi bibit ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi
Jarak tanam yang digunakan adalah 20x20 cm
3. Pemeliharaan
Penyiraman, dilakukan sesuai dengan umur tanaman: umur 0-10 hst=2x (pagi
dan sore), umur 11-35 hst= 1x (pagi), umur 36-50 hst= 1x (pagi atau sore)
Pemupukan (urea, SP-36 dan KCl) pada awal tanam, 2 dan 5 MST
Penyiangan
Pengendalian OPT
4. Panen
Waktu Panen ditandai dengan 60-70% daun telah rebah
5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : saat muncul tunas, tinggi tanaman, jumlah anakan
pertanaman (seminggu sekali)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


39

b. Pengamatan panen
Perlakuan Umur Bobot segar Jumlah Ket/
panen umbi per umbi per Ciri-ciri
(hst) tanaman (g) tanaman

f. Kelompok F5: tanaman kacang panjang


1. Perlakuan : Jumlah benih per lubang tanam
1 benih per lubang tanam
2 benih per lubang tanam
2. Penanaman
Benih kacang panjang dapat langsung ditanam di bedengan tanpa persemaian
terlebih dahulu.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 4-5 cm. Jarak antar lubang tanam
sekitar 25-30 cm dan antar barisan 60-75 cm
3. Pemeliharaan
Penyulaman, dilakukan 1-2 minggu setelah tanam
Pengajiran, dilakukan 3-4 minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bambu yang
panjangnya 100-200cm, lebar 2-3 cm. Pemasangan ajir dilakukan pada umur 2
MST atau tanaman mencapai sekitar 25 cm,
Pemupukan (urea, SP-36 dan KCl) pada awal tanam dan 3 MST
Penyiangan
Penyiraman, dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman pada fase
pertumbuhan awal dan pembentukan bunga
Pemangkasan, bagian yang dipangkas adalah pucuk cabang sekitar 2-3 ruas.
Pemangkasan dilakukan satu kali sebelum tanaman berbunga atau saat
tanaman berumur 3-4 MST
4. Panen
Panen dapat dilakukan beberapa kali. Panen pertama dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 45 hari
Polong muda kacang panjang dipanen sesudah terisi penuh dan warna
polongnya hijau merata atau hijau agak putih

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


40

5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : jumlah daun dan umur tanaman saat berbunga
pertama kali, jumlah bunga dan jumlah polong (seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Panen ke Umur Jumlah Bobot Panjang Ket/
(hst) polong/ polong/tan polong Ciri-ciri
tan (g)
1
2
3
4
5

g. Kelompok G5: tanaman kubis


1. Perlakuan : Kultivar
Kultivar 1
Kultivar 2
2. Penyemaian
Benih disemaikan dalam polibag yang ditata di bedengan penyemaian
Jarak antar barisan 10 cm
3. Penanaman
Bibit ditanam setelah berdaun 5-6 helai daun
Bibit dimasukkan dalam lubang tanam sehingga leher akar ikut sedikit terbenam
ke dalam tanah, supaya krop yang terbentuk tidak mudah roboh
Satu lubang tanam diisi satu bibit
4. Pemeliharaan
Penyulaman, dilakukan 1 -2 minggu setelah tanam
Pemupukan (urea, ZA,SP-36 dan KCl) pada awal tanam, 2, 4 dan 8 MST
Penyiangan
Penyiraman, dilakukan sesaat setelah penanaman benih. Selanjutnya dilakukan
sehari sekali dalam minggu pertama. Penyiraman selanjutnya dilakukan pada 4
MST (saat pembentukan tongkol).

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


41

Pembuangan bunga jantan (detasseling), dilakukan pada 40 hst untuk dataran


rendah dan 55 hst untuk dataran tinggi. Caranya dengan membuang tangkai
bunga jantan
Pendangiran, dilakukan bersama dengan penyiangan
5. Panen
Panen dapat dilakukan pada umur 3-5 bulan
6. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan : jumlah daun, saat muncul krop(seminggu sekali)
b. Pengamatan panen
Perlakuan Umur Bobot krop/tan Diameter Ket/
(hst) (g) krop Ciri-ciri

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


42

VIII. PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI


(Bram Hadiwijaya, SP, MP, MSc.)

8.1 Pendahuluan
Indonesia memiliki luasan areal perkebunan lebih dari 16 juta hektar pada
tahun 2002 (Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan) yang ditanami tanaman
perkebunan semusim maupun tahunan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun untuk kepentingan ekspor. Namun produktivitas perkebunan nasional masih
tertinggal dari perkebunan negara tetangga, khususnya Malaysia dan Thailand .
Produktivitas kelapa sawit misalnya di Malaysia rata-rata berkisar antara 18 21
ton/ha/tahun. Sementara produktivitas kelapa sawit di Indonesia baru berkisar 14 16
ton/ha/tahun. Produktivitas rata-rata karet di Thailand mencapai 1 2 ton/ha,
sementara di Indonesia berkisar antara 0,6 1 ton/ha (Drajat, 2004).
Potensi Indonesia untuk mengembangkan sektor perkebunan masih sangat
besar. Diperlukan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman
perkebunan di Indonesia terutama tanaman perkebunan yang memiliki potensi seperti
tembakau, tebu, dan kenaf untuk tanaman perkebunan semusim serta jarak pagar,
kopi dan coklat untuk tanaman perkebunan tahunan.

8.1.1 Tanaman perkebunan semusim


a. Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)
Tanaman tembakau masuk ke Indonesia seiring datangnya bangsa Portugis
dan Spanyol pada tahun 1550-an. Perkembangan penanaman tembakau di
Indonesia sangat pesat yang mengakibatkan muculnya berbagai jenis tembakau
lokal di Indonesia. Tembakau varietas lokal yang terkenal adalah tembakau Deli,
tembakau Madura, tembakau cerutu Besuki dan tembakau Temanggung.
Tembakau Madura banyak digunakan dalam industri rokok kretek ringan karena
kandungan nikotinnya yang rendah 2-3,5% dengan komposisi penggunaan dalam
racikan rokok kretek sebesar 25-30% (Suwarso, 2007). Sedangkan tembakau
Temanggung memiliki mutu yang sangat tinggi dan harganya lebih tinggi dibanding
tembakau rajangan jenis lain. Pada tembakau Temanggung jenis tembakau hitam
terdapat mutu khusus dan langka yang disebut srintil dengan mutu dan harga
tertinggi (Basuki et al., 2000).
Selain tembakau varietas lokal, di Indonesia juga berkembang tembakau
virginia yang mulai ditanam di Bojonegoro pada tahun 1928 oleh PT. British

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


43

American Tobacco Ltd. dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tembakau pabrik
rokok putih di Indonesia. Dengan majunya industri rokok kretek ternyata tembakau
virginia dapat digunakan untuk bahan campuran rokok kretek. Kebutuhannya
diperkirakan 25 35 % dari kebutuhan tembakau secara keseluruhan (Rachman et
al., 1997).
Tiap varietas tembakau mempunyai perbedaan fisiologis yang cukup jelas
pada daun dan batang. Ukuran daun pada tembakau sangat bervariasi tergantung
jenisnya. Daun merupakan bagian terpenting dari tanaman, karena bagian tersebut
yang nantinya akan dipanen. Setiap tanaman biasanya mempunyai 24 helai daun,
bahkan pada kondisi yang baik mampu mencapai jumlah daun sebanyak 28-32
helai (Matnawi,1997). Selain kuantitas, produksi daun tembakau juga ditentukan
oleh kualitasnya. Kualitas daun tembakau ditentukan oleh curah hujan. Curah hujan
yang tinggi dapat menurunkan kadar nikotin dan gula yang terkandung di dalam
daun tembakau (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
b. Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan baku pembuatan
gula. Tanaman ini merupakan famili rerumputan, Gramineae, yang memiliki batang
yang beruas-ruas. Tebu merupakan tanaman tropis yang tidak dapat beradaptasi
terhadap suhu dingin dan memerlukan sinar matahari untuk tumbuh dengan baik.
Pertumbuhan tanaman tebu merupakan hasil dari konversi energi radiasi dari
matahari menjadi serat dan gula dari tanaman. Tebu merupakan tanaman C4 yang
memiliki mekanisme fotosintesis yang memfiksasi CO2 menjadi gula (Barnes,
1974).
Umur panen tanaman tebu bervariasi tergantung varietasnya. Untuk varietas
genjah, masak optimalnya kurang dari 12 bulan. Varietas sedang masak optimalnya
antara 12 sampai 14 bulan. Sedangkan varietas dalam masak optimalnya lebih dari
14 bulan. Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke
ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan.
Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang
seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Tanaman
tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau
tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose
10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %. Proses kemasakan
tebu dapat terganggu oleh munculnya tunas-tunas muda yang muncul dari ruas

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


44

bawah tanah akbat tanaman tebu roboh atau pada musim penghujan. Hal ini
dikarenakan gula akan dialokasikan untuk pembentukan sel-sel baru pada tunas
muda (Sutardjo, 1994)
c. Kenaf
Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah salah satu jenis tanaman
serat sebagai bahan baku karung goni (Kangiden et al., 2000). Sebelumnya bahan
baku karung goni diperoleh dari tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Namun
tanaman rosela berumur 6-7 bulan sehingga kurang sesuai untuk dimasukkan
dalam pola tanam dengan tanaman pangan. Keunggulan tanaman kenaf dibanding
tanaman rosela adalah umurnya yang genjah (4 bulan), sehingga dapat
dimasukkan dalam pola tanam dengan tanaman pangan terutama tanaman jagung
(Heliyanto et al., 2000). Tumpang sari jagung + kenaf sangat ideal mengingat: a)
tidak perlu mengubah jarak tanam jagung sehingga populasi jagung tetap, b)
habitus jagung dan kenaf yang keduanya tidak bercabang sehingga tidak saling
mengganggu, c) jagung berakar serabut dan kenaf berakar tunggang. Akar kenaf
lebih dalam daripada akar jagung, sehingga efek kompetisinya kecil (Sastrosupadi
et al., 2000).
Kelebihan lain dari tanaman kenaf adalah tahan genangan sampai kedalaman
1-1,5 m, sehingga mampu ditanam di lahan banjir di sepanjang daerah aliran
sungai (Heliyanto et al., 2000). Namun demikian drainase pada stadia awal
pertumbuhan harus baik, dan baru pada stadia lanjut kenaf dapat tumbuh dalam
keadaan tergenang (Sastrosupadi et al., 2000).
Tanaman kenaf diambil batangnya yang mengandung serat, oleh karena itu
fase vegetatif dari pertumbuhan tanaman kenaf sangat penting dalam penentuan
mutu serat kenaf. Pada fase vegetatif, tanaman kenaf harus ditanam pada bulan-
bulan yang mempunyai fotoperiode yang panjang agar tanaman bisa berbatang
tinggi. Jika ditanam pada bulan-bulan dengan fotoperiode pendek maka tanaman
akan cepat berbunga, batang menjadi pendek dan produktivitas seratnya rendah.
Selain itu umur panen sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas serat.
Pembentukan sel-sel serat hanya terjadi pada fase vegetatif. Bila panen terlambat
atau kelewat masak, akan terjadi perombakan karbohidrat serat untuk dikirimkan ke
organ generatif (Sastrosupadi et al., 2000).

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


45

8.1.2 Tanaman perkebunan tahunan


a. Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu komoditas sumber energi
terbarukan yang mudah dibudidayakan di kawasan pedesaan. Rendemen minyak
dalam biji jarak pagar 27,5-37% (Basuki dan Tirtosuprobo, 2008). Biji jarak pagar
merupakan sumber minyak nabati yang potensial untuk penghasil biodiesel karena:
a) relatif mudah dibudidayakan oleh petani kecil, dapat ditanam sebagai batas
kebun, dapat ditanam secara monokultur atau tumpang sari, cocok di daerah
beriklim kering, dan dapat ditanam sebagai konservasi lahan, b) tidak berkompetisi
dengan minyak makan atau industri oleokimia, sehingga harganya relatif stabil, c)
Crude jatropha oil dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sebagai
pengganti minya tanah dan pembakaran tungku boiler, d) Memiliki kurang dari 78%
emisi CO2 dibandingkan solar e) dapat mengurangi efek rumah kaca dengan
mengurangi kadar CO2 pada atmosfer dengan meningkatkan carbon sequestration
(Syakir et al., 2008; Thongbai et al., 2006; Wood, 2006; Heller, 1996).
Tinggi tanaman jarak pagar bisa mencapai 7 meter. Oleh karena itu
pemangkasan sangat diperlukan untuk menjaga agar tinggi tanaman tidak terlalu
tinggi. Selain itu dengan pemangkasan akan merangsang munculnya cabang baru
dengan menghambat hormon apikal dominan. Semakin banyak cabang yang
tumbuh maka diharapkan akan semakin banyak buah yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan inflorescence tanaman jarak terdapat di tiap ujung cabang (Francis,
2007).
b. Kopi (Coffea sp.)
Pada awalnya ada 3 jenis tanaman kopi yang ditanam di areal perkebunan di
Indonesia, yaitu: a) Liberika (Coffea liberica), b) Arabika (Coffea arabica), dan c)
Robusta (Coffea canephora). Namun pada perkembangannya kebanyakan kopi
yang ditanam di Indonesia hanya Arabika dan Robusta. Kopi Liberika tidak begitu
diminati karena rasanya terlalu masam. Kopi Robusta sangat diminati karena
produtivitasnya yang tinggi, lebih tahan terhadap penyakit karat daun, dan memiliki
kadar kafein yang tinggi. Sedangkan kopi Arabika diminati karena memiliki kadar
keasaman yang rendah sehingga sangat cocok sebagai campuran kopi dari
Amerika tengah dan Afrika timur yang masam (Mulyana, 1982).
Faktor cahaya mempunyai peranan yang penting dalam budidaya tanaman
kopi, baik kualitas maupun intensitasnya. Pada umumnya tanaman kopi tidak

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


46

menyukai sinar matahari langsung. Oleh karena itu tanaman kopi sangat
membutuhkan tanaman naungan. Untuk selama fase pembibitan, naungan 75%
memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap tinggi tanaman, diameter batang,
tingkat kehijauan daun dan luas sepasang daun (Yulianti et al., 2007).
c. Kakao (Theobroma cacao L.)
Tanaman kakao/coklat adalah tanaman yang memiliki sifat perkecambahan
secara epigeal. Epigeal artinya kotiledon terangkat dan membuka di atas tanah,
dan pertumbuhannya secara subterminal vertical, yang artinya pertumbuhan ke
atas dilakukan oleh tunas yang berkembang di bawah jorquette. Jenis tanaman
kakao pertama yang masuk ke Indonesia adalah jenis Criollo yang terkenal dengan
rasanya yang enak, tetapi produktivitasnya rendah dan rentan terhadap hama
penyakit (Heddy, 1990).
Penanaman kakao di Indonesia memerlukan naungan karena tanaman kakao
ditanam di tanah-tanah yang berasal dari konversi dari tanaman lain. Naungan
untuk tanaman kakao bisa ditiadakan asal ditanam di lahan yang subur dan
berlingkungan hutan. Berdasarkan fungsinya naungan dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: a) naungan sementara, yang diperlukan pada masa-masa tanaman
kakao masih belum menghasilkan, dan b) naungan permanen, yaitu naungan yang
dipertahankan sepanjang hidup tanaman cokelat (Heddy, 1990).
Penerapan teknologi baik berupa perbaikan varietas dan teknik budidaya
untuk tanaman perkebunan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman. Diciptakannya varietas tahan penyakit lanas untuk tembakau, varietas
yang tahan terhadap genangan dan toleran terhadap fotoperiodisitas untuk
tanaman kenaf, serta berbagai macam rekomendasi pemberian pupuk, jarak
tanam, pemberian naungan maupun metode penyiraman merupakan contoh
pengaplikasian teknologi untuk mendapatkan produksi tanaman perkebunan yang
lebih baik.

8.2 Tujuan
Pengenalan dan pemahaman teknologi budidaya tanaman perkebunan baik
tanaman perkebunan semusim khususnya tembakau, tebu, dan kenaf maupun
tanaman perkebunan tahunan khususnya jarak pagar, kopi dan kakao.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


47

8.3 Metode
1. Pelaksana praktikum
Peserta praktikum diwakili oleh 7 kelompok dari masing-masing kelas A G,
yaitu kelompok A7, B7, C7, D7, E7, F7, dan G7.
2. Pelaksanaan praktikum
Tiap kelompok bertugas menanam satu jenis tanaman perkebunan yang diatur
sebagai berikut:
a. Kelompok A7: Tembakau lokal
b. Kelompok B7: Tembakau virginia
c. Kelompok C7: Tebu
d. Kelompok D7: Kenaf
e. Kelompok E7: Jarak pagar
f. Kelompok F7: Kopi
g. Kelompok G7: Kakao

a. Kelompok A7: Tembakau lokal


1. Pengolahan lahan
Tanah diolah dengan mencangkul sedalam 30 cm. Setelah 3 minggu dilakukan
penggemburan dan pembuatan guludan.
2. Pembibitan
Persemaian dilakukan dengan sistem tray dengan menggunakan nampan
dengan kedalaman 4 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah yang
dicampur dengan pupuk kandang 25 % dari volume tanah. Untuk pencegahan
serangan hama dan penyakit maka dilakukan desinfektasi tanah dengan
menggunakan terusi (CuSO4) 2 % atau dengan fumigasi tanah yaitu penggunaan
metil bromida. Kemudian media tanam tersebut ditambahkan pupuk kimia ZA, SP-
36 dan ZK, dengan dosis setiap 5 kg adalah 15 gram.
Benih yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dalam air hangat selama
20 menit. Benih ditanam pada setiap lubang tanam yang terdapat pada nampan
dengan kedalaman sekitar 0,5 cm dengan jarak tanam 5 x 5 cm. Setiap lubang
nampan diisi 2-3 benih tembakau. Nampan berisi benih harus dilindungi dari terik
cahaya matahari. Benih yang telah disemaikan di tempat persemaian setiap saat
disiram secukupnya agar tetap lembab sehingga benih tidak kekeringan.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


48

3. Penanaman
Pencabutan bibit untuk dipindahtanamkan ke dalam tanah dilakukan saat bibit
berumur 40 hari. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 70 cm.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan terdiri atas ZA, SP-36 dan ZK yang diberikan sesuai
dengan dosis rekomendasi dengan pengaplikasian sebagai berikut:
- Tahap I: pupuk SP-36 dengan dosis penuh, yaitu 6,3 g/tanaman saat dilakukan
penanaman (transplanting).
- Tahap II: pupuk ZA dan ZK diaplikasikan dengan jumlah 1/2 dari total dosis
pupuk yang harus diberikan. Pemupukan ini dilaksanakan saat tanaman
berumur 7 hari, adapun dosis pupuk ZA adalah 8,4 g/tanaman, sedangkan ZK
sebanyak 2,1 g/tanaman.
- Tahap III: pemberian 1/2 sisanya, dilaksanakan pada saat tanaman berumur 21
hari, dengan dosis pupuk ZA sebanyak 8,4 g/tanaman, sedangkan pupuk ZK
sebanyak 2,1 g/tanaman.
b. Penyiraman
Untuk tanaman umur 1-7 hari setelah tanam, penyiraman dilakukan setiap hari.
Setelah tanaman berumur 7 hari penyiraman dilakukan setiap 3-5 hari sekali,
dan tidak membutuhkan penyiraman pada saat tanaman berumur 40 hari
setelah tanam.
c. Penyulaman
Penyulaman dilaksanakan saat tanaman berumur 3 hari sampai tanaman
berumur 7 hari.
d. Pendangiran dan penyiangan
Pendangiran yang pertama. dilakukan pada waktu tanaman berumur 14 hari,
dan pendangiran selanjutnya dilakukan selang 2 minggu. Penyiangan juga
dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
e. Pemangkasan pucuk
Pemangkasan dilakukan saat tanaman memasuki fase akhir vegetatif, yang
ditandai dengan mekarnya bunga pertama pada bagian pucuk tanaman dengan
cara menggunting 3 daun dari pucuk tanaman.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


49

f. Pewiwilan
Wiwil merupakan penghilangan tunas ketiak (tunas samping) tanaman
tembakau yang dilakukan dengan interval 5 hari sekali.
g. Pengendalian hama dan penyakit

b. Kelompok B7: Tembakau virginia


1. Pengolahan lahan
Tanah diolah dengan mencangkul sedalam 30 cm. Setelah 3 minggu
dilakukan penggemburan dan pembuatan guludan.
2. Pembibitan
Persemaian dilakukan dengan sistem tray dengan menggunakan nampan
dengan kedalaman 4 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah yang
dicampur dengan pupuk kandang 25 % dari volume tanah. Untuk pencegahan
serangan hama dan penyakit maka dilakukan desinfektasi tanah dengan
menggunakan terusi (CuSO 4) 2 % atau dengan fumigasi tanah yaitu penggunaan
metil bromida. Kemudian media tanam tersebut ditambahkan pupuk kimia ZA, SP-
36 dan ZK, dengan dosis setiap 5 kg adalah 15 gram. Benih yang akan ditanam
direndam terlebih dahulu dalam air hangat selama 20 menit. Benih ditanam pada
setiap lubang tanam yang terdapat pada nampan dengan kedalaman sekitar 0,5
cm dengan jarak tanam 5 x 5 cm. Setiap lubang nampan diisi 2-3 benih tembakau.
Nampan berisi benih harus dilindungi dari terik cahaya matahari. Benih yang telah
disemaikan di tempat persemaian setiap saat disiram secukupnya agar tetap
lembab sehingga benih tidak kekeringan.
3. Penanaman
Pencabutan bibit untuk dipindah tanamkan ke dalam tanah dilakukan saat
bibit berumur 40 hari. Adapun jarak tanam yang digunakan adalah 90 x 70 cm.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan terdiri atas ZA, SP-36 dan ZK yang diberikan sesuai
dengan dosis rekomendasi dengan pengaplikasian sebagai berikut:
- Tahap I: pupuk SP-36 dengan dosis penuh, yaitu 9,45 g/tanaman saat
dilakukan penanaman (transplanting).
- Tahap II: pupuk ZA dan ZK diaplikasikan dengan jumlah 1/2 dari total dosis
pupuk yang harus diberikan. Pemupukan ini dilaksanakan saat tanaman

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


50

berumur 7 hari, adapun dosis pupuk ZA adalah 12,6 g/tanaman, sedangkan


ZK sebanyak 3,15 g/tanaman.
- Tahap III: pemberian 1/2 sisanya, dilaksanakan pada saat tanaman berumur
21 hari, dengan dosis pupuk ZA sebanyak 12,6 g/tanaman, sedangkan
pupuk ZK sebanyak 3,15 g/tanaman.
b. Penyiraman
Untuk tanaman umur 1-7 hari setelah tanam, penyiraman dilakukan setiap hari.
Setelah tanaman berumur 7 hari penyiraman dilakukan setiap 3-5 hari sekali,
dan tidak membutuhkan penyiraman pada saat tanaman berumur 40 hari
setelah tanam.
c. Penyulaman
Penyulaman dilaksanakan saat tanaman berumur 3 hari sampai tanaman
berumur 7 hari.
d. Pendangiran dan penyiangan
Pendangiran yang pertama. dilakukan pada waktu tanaman berumur 14 hari,
dan pendangiran selanjutnya dilakukan selang 2 minggu. Penyiangan juga
dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
e. Pemangkasan pucuk
Pemangkasan dilakukan saat tanaman memasuki fase akhir vegetatif, yang
ditandai dengan mekarnya bunga pertama pada bagian pucuk tanaman
dengan cara menggunting 3 daun dari pucuk tanaman.
f. Pewiwilan
Wiwil merupakan penghilangan tunas ketiak (tunas samping) tanaman
tembakau yang dilakukan dengan interval 5 hari sekali.
g. Pengendalian hama dan penyakit

c. Kelompok C7: Tebu


1. Pengolahan lahan
Lahan diolah dan kemudian membuat cemplongan/juringan berupa parit
dengan panjang 7,5 m dan kedalaman 35 cm. Setelah juringan terbentuk,
dilakukanlah pembuatan got malang, got mujur, got keliling, serta jalan kontrol. Got
keliling yaitu got yang mengelilingi lahan. Got ini mempunyai lebar 60 cm dengan
kedalaman 90 cm. Got mujur yaitu got yang posisinya sejajar dengan juringan.
Ukuran got mujur adalah lebar 60 cm, dan kedalaman 80 cm. Got terakhir adalah

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


51

got malang. Posisi got ini tegak lurus dengan juringan. Lebar got malang 80 cm,
dan kedalamanya 70 cm. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang
tanam membentuk guludan, Jarak antar pucuk ke pucuk (PKP) sejauh 110 cm.
Kemudian dilakukan kebruk/turun tanah dengan memasukkan tanah guludan ke
cemplongan sebagai kasuran setebal 15 cm. Kasuran untuk bibit tebu harus halus
dan rata.
2. Penanaman
Tanah kasuran digaris dengan kedalaman 5 cm. Bibit dimasukkan ke dalam
aluran dengan jarak antar bibit 10 cm kemudian ditutup dengan tanah setebal 3 cm
dan disiram.
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali.
- Pemupukan pertama pada saat awal tanam pupuk yang diberikan ialah SP-36
dengan dosis 10 gram pertanaman yang ditambah dengan kompos.
- Pupuk kedua ialah ZA dengan dosis 10 gram pertanaman dan KCL dengan
dosis 15 gram pertanaman yang diberikan pada 3-7 hari setelah tanam.
- Pemupukan yang terakhir diberikan pada 30-37 hari setelah tanam (satu bulan
setelah pemupukan kedua) pupuk yang diberikan adalah ZA dengan dosis 10
gram pertanaman dan KCL dengan dosis 20 gram pertanaman.
b. Penyiraman
Penyiraman pertama dilakukan pada lahan tanam hingga agregat tanah menjadi
hancur, sehingga dapat digunakan sebagai alas pertumbuhan awal bibit tebu.
Kemudian dilakukan siram sirat yakni bersamaan dengan pemupukan kedua (3-7
hst) dan siram boyor yang dilakukan setelah pemupukan ketiga (30-37 hst).
Penyiraman juga dilakukan pada saat sebelum dilakukannya pembumbunan.
c. Penyiangan
Penyiangan terhadap tanaman penggangu (gulma) dilakukan jika gulma tersebut
dianggap telah menggangu pertumbuhan tanaman tebu.
d. Pembumbunan
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah
tidak rusak. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3 minggu.
Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5 cm secara merata. Ruas bibit harus

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


52

tertimbun tanah. Pembumbunan ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.


Pembumbunan ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bul an.
e. Klentek
Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas -ruas tebu bersih dari daun
tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun
kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan dilakukan
pada saat 4 bulan setelah tanam.
f. Pengendalian hama dan penyakit

d. Kelompok D7: Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)


1. Pengolahan lahan
Lahan yang akan ditanami dicangkul dan dibersihkan dari semak belukar.
Lahan tanam dicampur dengan kompos sebanyak 0.5 kg/m 2 dan kemudian dibuat
lubang tanam sedalam 2,5 cm dengan jarak 20 x 20 cm.
2. Penanaman
Benih kenaf direndam dalam air selama 24 jam. Kemudian biji dimasukkan ke
dalam lubang tanam sebanyak 2-3 benih per lubang. Penjarangan dilakukan
hingga hanya terdapat 1 tanaman per lubang tanam.
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
- Pupuk SP-36 dengan dosis 0.5 g/tanaman dan KCl 0.5 g/tanaman diberikan
pada waktu tanam.
- Pupuk Urea dengan dosis 1 g/tanaman diberikan pada saat tanaman berumur
7 hari dan 35 hari.
b. Penyiraman
c. Penyiangan
d. Pengendalian hama dan penyakit

e. Kelompok E7: Jarak pagar (Jatropha curcas L.)


1. Pengolahan lahan
Lahan yang akan ditanami dicangkul dan dibersihkan dari semak belukar
terutama disekitar calon tempat tanam. Lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30
cm disiapkan satu bulan sebelum tanam.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


53

2. Pembibitan
Biji tanaman jarak disemaikan pada nampan berisi pasir yang diberi air hingga
keadaan jenuh dan kandungan air dalam nampan tetap dijaga agar tetap dalam
keadaan jenuh. Setelah bakal hipokotil muncul dari ujung biji, biji dapat dipindahkan
ke dalam polybag ukuran 15 x 25 cm yang berisi media tanah, pasir dan pupuk
kotoran sapi dengan rasio 1:1:1. Pembibitan tanaman jarak dilakukan di bawah
naungan.
3. Penanaman
Setelah bibit berusia 2 bulan,bibit dapat dipindah ke tanah dengan jarak tanam 2 x
2 m.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pada saat penanaman, tanaman jarak diberikan 3 kg pupuk kandang/tanaman.
Pupuk Urea 72 g/tanaman, SP-36 33 g/tanaman dan KCl 20 g/tanaman diberikan
pada saat penanaman dan pada saat 1,5 bulan setelah tanam.
b. Penyiraman
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 20 hari setelah tanam.
d. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman memiliki tinggi 1 m.
e. Pengendalian hama dan penyakit

f. Kelompok F7: Kopi (Coffea sp.)


1. Persiapan lahan
Lahan yang digunakan dicangkul sedalam 30 cm lalu dibersihkan dari sisa
akar maupun kerikil. Kemudian lahan dibuat bedengan dengan lebar 50 cm
dengan pembatas bambu di tiap pinggirannya. Di atas bedengan diberikan
naungan paranet 75%. Untuk lapisan tanah atas diberi pasir setebal 5 cm.
Sebelum menyemai benih, pasir harus diberi air hingga jenuh.
2. Penyemaian
Benih direndam dalam larutan Mankozeb 2 g/L selama 5 menit sebelum
disemaikan. Penyemaian benih dilakukan dengan membenamkan benih sedalam
0.5 cm dengan posisi permukaan benih yang rata menghadap ke bawah dengan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


54

jarak tanam 5 x 5 cm. Selanjutnya benih dipelihara dengan disiram tiap pagi dan
sore.
3. Pembibitan
Bibit yang telah memasuki fase serdadu ( 6 minggu) siap untuk dipindahkan
ke polybag. Sebelum dipindahkan ke polybag dilakukan pemotongan akar dengan
disisakan 6 cm. Selanjutnya bibit ditanam di dalam polybag berukuran 15 x 25
cm dengan menggunakan media tanah, pasir dan pupuk kandang dengan rasio
1:1:1. Lubang tanam diuat dengan diameter 5 cm sedalam 10 cm. Bibit kemudian
diletakkan di bawah naungan paranet 75%.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Setiap 2 bulan bibit diberi pupuk ZA dengan dosis 2 g/tanaman, SP-36 dengan
dosis 1 g/tanaman dan KCl dengan dosis 1 g/tanaman.
b. Penyiraman
c. Penyiangan
d. Pengendalian hama dan penyakit

g. Kelompok G7: Kakao (Theobroma cacao L.)


1. Persiapan lahan
Lahan diolah sampai gembur dan bersih dari sisa akar dan gulma. Kemudian
dibuat bedengan untuk persemaian dengan berukuran 1 x 1 m dan di atasnya
dilapisi pasir dengan ketebalan 15 cm. Lahan persemaian diberi naungan.
2. Penyemaian
Biji kakao diletakkan dengan posisi radicle di sebelah bawah. Biji disusun
dengan jarak 3 x 1 cm. Biji dipendam secukupnya, sehingga hanya sebagian kecil
yang muncul di atas permukaan tanah. Bedengan disiram pagi dan sore.
3. Pembibitan
Keping biji dapat dipindahkan ke polybag berukuran 20 x 30 cm setelah biji
berumur 14 hari yang ditandai dengan tersembulnya keping biji ke atas. Polybag
diisi dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan rasio 1:1.
Polybag diletakkan di bawah naungan dengan jarak antar polybag 20 x 20 cm.
4. Pemeliharaan
a. Pemupukan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


55

Seminggu setelah bibit dipindahkan ke polybag, diberikan ZA dengan dosis 2


g/tanaman, SP-36 dengan dosis 1 g/tanaman dan KCl dengan dosis 1
g/tanaman tiap bulan hingga bulan ke 3.
b. Penyiraman
c. Penyiangan
d. Pengendalian hama dan penyakit

8.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dari awal pembibitan hingga akhir masa praktikum
dengan interval pengamatan 7 hari sekali. Adapun parameter yang diamati:
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Diameter batang
d. Jumlah cabang (untuk tanaman jarak)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


IX. PRODUKSI TANAMAN HIAS
(Ir.Sitawati, MS dan Euis Elih Nurlailih, SP.MSi)

9.1 Pendahuluan
Tanaman hias adalah tanaman yang memiliki nilai estetika sehingga
dapat menjadi komoditi yang bernilai ekonomi. Indonesia yang kaya akan
keragaman plasma nutfah flora sangat potensial dalam pengembangan tanaman
hias. Beberapa tanaman hias Indonesia sudah diakui secara internasional
seperti berbagai jenis anggrek, bambu, anthurium, dan sebagainya.
Berdasarkan daya tariknya, tanaman hias terdiri dari tanaman hias bunga
dan tanaman hias daun. Berdasarkan umurnya, tanaman hias terdiri dari
tanaman hias tahunan dan semusim, sedangkan berdasarkan fungsinya
tanaman hias terdiri dari tanaman indoor (tanaman dalam ruang), tanaman
outdoor atau lanskap (tanaman untuk taman) dan tanaman hias potong (untuk
dekorasi dan rangkaian).
Kenikir/tahi kotok/telekan (Tagetes erecta) merupakan salah satu
tanaman hias semusim yang banyak digunakan baik sebagai tanaman dalam
taman maupun bunga untuk dekorasi. Warnanya yang cerah dan beragam
menjadi daya tarik utama tanaman ini. Sifat lain tanaman ini adalah baunya yang
khas sehingga tidak disukai serangga. Tanaman ini termasuk Familia:
Compositae (Asteracea) dengan ciri-ciri fisik sebagai berikut: Herba, tegak, tinggi
60 70 cm, lebih menyukai tempat tempat yang terkena sinar matahari, dan
lembab. Bunga berbentuk bonggol (flower head), yang dikelilingi daun pelindung.
Warna bunga kuning atau orange.
Beberapa ahli menemukan bahwa akar tanaman ini mengandung zat
alelopati yang dapat mengendalikan gulma tertentu sehingga dapat digunakan
dalam sistem companion planting. Tagetes (Tagetes sp.) sebagai mulsa, dapat
menurunkan populasi nematoda parasit pada tanaman kopi. Tanaman tagetes
mengandung senyawa thiophenic yang memiliki resistensi tinggi terhadap
nematoda parasit (Wiryadiputra,1987).

9.2 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan teknik budidaya tanaman kenikir (Tagetes erecta)

9.3 Metode

Stimulasi Pembungaan
57

Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga
pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih
diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah, ia mudah
berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit, cukup
menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar, semaikan di
bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 - 20
cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak
tanam sekurang - kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan
berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil.
Tanaman sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Di awal penanaman,
taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu)
per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang.
Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan
saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan,
bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang - cabang di ruas - ruas
daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 - 12 tangkai
bunga.
Untuk pemeliharaan lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari.
Spesies pokok hiasan ini mampu menarik serangga yang turut membantu proses
pendebungaan untuk menghasilkan biji benih bagi pertumbuhan anak benih
baru.

A. STIMULASI PEMBUNGAAN

A.1 Latar belakang


Para pecinta tanaman (hobiis) tentu akan senang bila tanaman hiasnya
selalu berbunga. Tapi hal ini sering dikeluhkan karena tanamannya hanya
berbunga ketika baru beli, Kemudian hanya semakin rimbun dan tidak pernah
berbunga lagi. Hal tersebut sebenarnya dapat dihindari bila pemahaman tentang
teknik dan seni bubidaya THB (tanaman hias bunga) dikuasai dengan baik.
Banyak cara yang dilakukan untuk menstimulasi THB agar berbunga.
Salah satunya adalah ZPT. Penggunaan ZPT sangat tepat untuk mengatasi
THB yg membutuhkan pembungaan cepat khususnya bila ada moment tertentu.
Syarat umum untuk menstimulasi THB agar berbunga yaitu dengan
mengetahui jenis dan sifat THB tersebut. Selain itu syarat tumbuh THB juga

57
58

harus diperhatikan.Diantaranya kebutuhan cahaya,suhu, RH, curah hujan dan


kesuburan media tanam.

A2. Langkah- langkah menstimulasi THB agar rajin berbunga


1. Pengaturan C/N ratio
Perimbangan C/N ratio akan menentukan perimbangan terjadinya
fase vegetatif dan generatif. C/N ratio tinggi akan lebih mudah masuk ke fase
generatif, dan sebaliknya C/N ratio rendah lebih ke fase vegetatif. Cara ini
dapat diaplikasikan pada metode pemangkasan. Contoh : mawar, lantana.
2. Efek Fotoperiodisme
Perlakuan ini berkolerasi dengan THB menurut panjang hari. Pada
THB hari pendek (short day plant) penambahan cahaya menghambat
pembungaan. Contoh : krisan, salvia. Sedangkan pada THB hari panjang
(long day plant) akan merangsang pembungaan. Dapat juga dengan cara
menempatkan THB pada penyinaran melebihi standar syarat tumbuh THB
tsb. Contoh Orchid.
3. Vernalisasi
Yaitu perlakuan dengan suhu rendah untuk mendorong pembungaan.
Diaplikasikan pada biji /umbi pada THB yang membutuhkan suhu rendah
untuk proses pembungaannya. Pada umumnya selama 6-8 minggu dengan
suhu 1-100 C. Contoh: Amarilis. Pada tanaman annual perlakuan ini tidak
memberikan efek pembungaaan.
4. Cekaman air (stress air)
Pembungaan THB biasanya didahului dengan stres air. Yaitu kondisi
kekurangan air dalam kurun waktu tertentu. Kondisi sters air selama
beberapa hari yang diikuti penyiraman apalagi pemupukan akan memacu
pertumbuhan tanaman ke arah generatif. Contoh : bugenvil
5. Pengaturan Kelembaban
Contohnya adalah rhododendron (azalea) ,tanaman ini membutuhkan
lingkungan tumbuh yang tingkat kelembabannya tinggi, dan juga sinar
matahari yang penuh. Kondisi ini biasanya didataran tinggi. Bila ditanam
didataran rendah tanaman ini tidak akan berbunga.
6. Pemupukan

Pemupukan dengan komposisi P dan K yang tinggi akan


mempercepat tanaman untuk memproduksi bunga. Secara khusus P

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


59

merangsang produksi tunas bunga dan cocok diaplikasikan pada indoor


plants. Sedang K cocock untuk semua tanaman berbunga, umbi- umbian
(arifin,2002)

7. Aplikasi ZPT

Contohnya adalah retardan, yang berfungsi menstimulasi


pembungaan THB hari pendek seperti krisan, Euphorbia. Nama dagang
untuk retardan antara lain A-Rest, Paclobutrasol, B-nine(alar), yang juga
berfungsi untuk memendekkan tanaman. ACCEL merangsang percabangan
pada mawar, dieffenbachia. Sedangkan Giberelin juga dibutuhkan untuk
proses pembungaan.

Perhitungan ZPT

Beberapa contoh merk dagang dan bahan aktifnya :

Merk Dagang Bahan Aktif


Paclobutrazol 15 % Paclobutrazol
Cultar 40 % Paclobutazol
Agrogibb 40 gram GA 3 / liter
Growtone 4,17 % ( 0,17 % NAA + IBA, 4 % Thiuram)

1. Cara perhitungan ZPT pada dasarnya hampir sama dengan cara perhitungan
pemupukan.

1 ppm = 1 mg/L

Contoh soal :
1. Berapa gram calcium nitrate Ca(NO3)2 yang perlu dilarutkan dalam drum
bervolume 100 L, agar larutan tersebut mengandung 300 ppm Ca(NO3)2?
1 ppm = 1 mg/L
300 ppm = 300 mg/L
Drum berisi 100 L
Ca(NO3)2 yang diperlukan = 100 x 300 mg = 30 gram
2. Berapa gram pupuk NPK ( 15 :15:15) yang harus dilarutkan dalam drum
bervolume 200 L, agar air yang digunakan mengandung 200 ppm NPK?
1 ppm = 1 mg/L
100 ppm NPK = 100 mg/L

59
60

Pupuk NPK (15:15:15) mengandung 15 % N, 15 % P, dan 15 % K


Jadi pupuk NPK yang diperlukan = 200 x 100 x 100 mg = 133,3 gram
15

A3. Tujuan

1. Mengetahui langkah / cara menstimulasi THB agar rajin berbunga


2. Mengetahui hubungan antara pola pertumbuhan tanaman dan aplikasi ZPT
3. Dapat menghitung besarnya kebutuhan ZPT untuk tanaman.

A4. Alat dan Bahan


Alat : Gunting pangkas / cutter, Bak plastik / pot tray, Hand sprayer,
Gelas Ukur, Timbangan
Bahan : Tanaman hias yang digunakan : Gardenia, Kembang Sepatu,
Soka, ZPT Paclobutrazol, Air bersih

A5. Metode
1. Lakukan pemangkasan pada ujung tanaman
2. Kemudian beri perlakuan ZPT yang disemprot (spray) pada tanaman dengan
konsentrasi ....ppm
3. Amati setiap minggu dan isi tabel pengamatan
4. Bandingkan hasil perlakuan ZPT disemprot (spray) dan dan yang dispray
dengan air, lanjutkan dengan pembahasan

Lembar Kerja

1. Pembahasan Pada tanaman tahunan (dengan melihat data pengamatan).


Apakah pemberian ZPT mempengaruhi pertumbuhan vegetaitif dan
generatif? Jelaskan!
Nama tanaman :
Tanggal Tanam :

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


Modul Praktikum MK TEKNIK PRODUKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN UNIBRAW 2009

Tabel Pengamatan

No. Tan Saat Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4


Inisiasi
Bunga TT Bunga TT Bunga TT Bunga TT Bunga

Pangkas + ZPT
1
2

3
4

5
Rata rata
Pangkas + tanpa ZPT

3
4

Rata-rata

Penanganan Pasca panen Bunga Potong


62

B. PENANGANAN PASCA PANEN BUNGA POTONG


(Teknik pasca panen untuk memperpanjang vaselife)

B1. Latar Belakang


Penanganan pasca panen terhadap bunga potong sangat berperan
penting terutama di dalam hal memperpanjang kesegaran dan vaselife dari
bunga potong. Hal yang sering menjadi permasalahan utama adalah, sesaat
setelah bunga dipanen, akan mengalami kelayuan, senescence (menguning,
coklat) dan absisi (gugur). Oleh karenanya, diperlukan suatu penanganan pasca
panen yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga dan diharapkan
dengan adanya beberapa perlakuan khusus dapat memperpanjang vaselife dari
bunga potong tersebut.
Kerusakan bunga setelah dipanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
asal tanaman bunga tersebut. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
adalah suhu, kelembaban dan air, sedangkan dari tanamannya adalah makanan
(metabolit) dan hormon endogen. Hormon endogen yang sangat berpengaruh
terhadap bunga adalah etilen untuk senescence dan ABA ( Absisic Acid ) untuk
gugurnya bunga tersebut. Baik waktu masih berada di tanaman maupun pada
saat bunga berpisah dari induknya, hormon-hormon inhibitor menjadi lebih
dominan bekerjanya dibandingkan dengan promotor. Dalam hal ini, etilen dan
ABA bekerja cukup aktif bilamana tidak dikendalikan.
Berbagai macam perlakuan pasca panen dapat mengurangi waktu
kerusakan bunga setelah dipanen. Selain perlakuan bahan kimia, perlakuan
pengaturan lingkungan seperti suhu sangat berpengaruh terhadap lamanya
masa kesegaran bunga. Suhu rendah sekitar 4-50C dapat menunda kelayuan
bunga. Penyediaan karbohidrat sebagai sumber energi diperlukan sebagai bahan
formula pengawet. Demikian halnya dengan bahan penghambat kerjanya etilen,
dan bakterisida sebagai pencegah timbulnya penyakit yang sangat dibutuhkan
agar kesegaran bunga dapat diperpanjang waktunya.
Upaya penanggulangan secara kimia dengan menggunakan larutan
pengawet biasanya terdiri dari bahan-bahan sumber energi, penurun pH,
bakterisida, senyawa anti etilen. Sumber energi yang digunakan umumnya
sukrosa, tetapi glukosa, fruktosa juga efektif. Gula berperan dalam kesegaran
kuncup bunga karena menyediakan karbohidrat yang digunakan dalam
pertumbuhan dan pemekaran kuncup bunga.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


Keadaan pH yang rendah dapat menanggulangi bunga terhadap
serangan bakteri. Bahan penurun pH yang banyak digunakan adalah asam sitrat
karena tidak menurunkan pH terlalu rendah dan bekerjanya lebih cepat. Pada pH
3-4 penyerapan air baik, tidak terjadi embolism.Yang dimaksud dengan embolism
adalah terperangkapnya gelembung udara dalam xilem pada tangkai bunga.
Pemberian asam sitrat hingga pH mencapai 3-4 akan menyebabkan
berkurangnya perkembangbiakan bakteri, karena pH 3-4 bakteri tidak tahan
hidup.
Pada bunga sedap malam, Menurut Naidu dan Reid (1989), penggunaan
larutan 2 % sukrose sebagai pre treatment atau pulsing selama 15-20 jam atau
dengan 1,5 % larutan pengawet bunga, akan memperpanjang kesegaran bunga.
Penggunaan larutan penyegar yang terdiri dari 3% sukrose, 0,03 % 8-
hydroxyquinoline citrate dan 0,01 % silver nitrate yang dilarutkan dalam air
destilasi akan meningkatkan jumlah kucup yang membuka dan mengurangi
gugurnya bunga dan meningkatkan ketahanan bunga (Khondakar dan
Mazumdar, 1985 dalam Naidu and Reid, 1989). Larutan penyegar pulsing 1,5 %
gula + 200 ppm Sodium benzoat meningkatkan jumlah kuncup mekar dan
ketahanan bunga sampai 7 hari (Suyanti et al dalam Muhajir et al., 2001).
Sedangkan menurut Sunarmani et al., (1997), 300 ppm Na-benzoat sebagai
larutan holding efektif memperpanjang kesegaran bunga sampai 7,9 hari
demikian pula larutan holding 2 % gula+ 200 ppm AgNO3 mampu
mempertahankan kesegaran bunga sampai 9 hari ( Muhajir dam Tisnawati et al
dalam Muhajir et al., 2001).
Untuk bunga potong seperti Calla Lily, Mawar, Gerbera, Snapdragon,
untuk memperpanjang kesegaran bunga yaitu dengan ditambahkan 40 g
gula/liter dan 100 ppm 8-hydroxy quinoline citrate. Bunga yang dipanen dapat
segera dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 8-12 jam.

B2. Alat dan Bahan


Alat: gunting / cutter, 2. bak/ember plastik, 3. botol Aqua. Bahan: bunga
potong segar, air, gula, garam, cuka, asam sitrat, bayclin, zat preservative
buatan (Floralife/ Krysal)

63
64

B3. Metode
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan
2. Gunting tangkai bunga potong yang masih segar di dalam air yang berada di
dalam ember
3. Masukkan tangkai bunga ke dalam masing-masing botol aqua sesuai dengan
perlakuan masing-masing.
4. Amati vaselife selama 2 hari sekali, untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kesegaran bunga potong tersebut.

Lembar Kerja

Tabel Pengamatan

Macam Perlakuan pH Waktu pengamatan


Bunga Potong lar. 1 2 3 4 5 6 7 8
Krisan Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin

Anyelir Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin

Mawar Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin

Gladiol Kontrol
Gula
Ekstrak sirih
Cuka
Asam Sitrat
Bayclin

Keterangan : Beri tanda V apabila kondisi bunga masih prima (tangkai tegak,
petal bunga segar)

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


Teknik Pewarnaan Bunga Sedap Malam

Karena bunga sedap malam di Indonesia hanya berwarna putih, maka


ada upaya untuk memanipulasi warna bunga agar didapat berbagai warna bunga
sesuai dengan keinginan.
Bunga sedap malam termasuk bunga yang mudah menyerap zat warna.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna makanan. Ada beberapa
cara untuk mewarnai bunga sedap malam, sebagai berikut :

Perlakuan 1 : Menggunakan pewarna makanan bentuk bubuk :


Tangkai bunga diletakkan berdiri di dalam wadah tanpa diberi air selama
minimal 2 jam. Setelah itu potong bagian pangkal batang sepanjang 5 cm, agar
air yang terkumpul di bagian bawah batang tidak menghalangi larutan pewarna
naik ke atas. Untuk 50 batang tangkai bunga diperlukan sekitar 25 gram bubuk
pewarna makanan yang dilarutkan ke dalam 2 liter air hangat. Aduk larutan
tersebut sampai rata, lalu masukkan tangkai bunga yang akan diwarnai, biarkan
1 jam dan warna bunga akan berubah sesuai dengan yang diinginkan.

Perlakuan 2 : Upaya pewarnaan bunga ini digunakan jenis pewarna makanan


dan campuran bahan-bahan lainnya :

Campuran bahan pewarna dan cara pembuatannya yaitu dengan 40 g


bahan pewarna + 150 g gula pasir + 500 mg asam sitrat+ 200 mg sodium
benzoat dan 1 liter air matang. Gula dilarutkan dalam air matang kemudian
ditambahkan asam sitrat sampai pH mencapai 3,5, selanjutnya bahan pewarna
dan sodium benzoat dicampurkan dalam larutan tadi dan siap digunakan. Cara
pewarnaan yaitu dengan memilih bunga yang bagus kemudian dihilangkan daun
yang menempel pada tangkai, bunga diseragamkan dan ujung tangkai dipotong
menyerong. Tangkai bunga direndam dalam larutan pewarna, lama perendaman
tergantung warna yang diinginkan, bila menghendaki warna terang cukup 30
menit, bila diinginkan warna yang lebih gelap,waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Setelah warna yang diinginkan tercapai, tangkai bunga dibersihkan dengan dilap
dengan tissue atau dicuci dengan air, kemudian tangkai bunga dipotong
menyerong dan bunga siap dirangkai (Suyanti dalam Muhajir et al., 2001).

65
66

Tabel Pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan (hari ke-)


1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol
(Tidak Diwarnai )

Perlakuan 1

Keterangan : Pada kolom diisi sejauh mana tingkat kesegaran dan keawetan bunga potong tersebut setiap waktu pengamatan 2 hari
sekali

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


C. ANGGREK

C1. Latar Belakang


Banyak yang berpendapat bahwa anggrek adalah tanaman yang sukar
ditumbuhkan, serta pemeliharaannya yang rumit. Tetapi sebenarnya sama saja
dengan pemeliharaan tanaman hias lainnya. Pada umumnya anggrek bersifat epifit,
yaitu tidak mengisap makanan dari tanaman induknya tetapi hanya numpang
menempel saja. Karena sifatnya ini, maka anggrek banyak diusahakan sebagai
tanaman pot.
Pemindahan anggrek dari botol (biasanya hasil kultur jaringan) disebut dengan
transplanting. Transplanting didefinisikan sebagai pemindahan bibit dari persemaian
untuk ditanam ke lahan ataupun pot. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
transplanting pada anggrek tidak hanya sekali dilakukan, tetapi beberapa kali
tergantung fase pertumbuhannya.

C.2 Tujuan
1. Mengetahui morfologi tanaman anggrek
2. Mengetahui syarat tumbuh tanaman anggrek.
3. Mengetahui cara transplanting tanaman anggrek dari botol ke compot.
4. Mengetahui pemeliharaan tanaman anggrek dengan baik dan benar.

C3. Metode
1. Alat dan Bahan
Alat: kawat yang ujungnya dibentuk U, bak, sprayer. Bahan yang diperlukan
adalah : anggrek botolan, compot, fungisida, air dan media pakis cacah
2. Alur Kerja
Praktikum dilakukan secara demonstrasi mengeluarkan anggrek dari botol ke
compot. (Baca petunjuk pelaksanaan pada gambar di bawah: keluarkan bibit anggrek
dari dalam botol dengan menggunakan alat bantu kawat lengkung, selanjutnya akar
bibit anggrek harus dibersihkan dari media agar dengan menggunakan air, hal ini
akan menentukan keberhasilan pertumbuhan bibit selanjutnya. Tanam bibit pada
compot yang telah ada media pakisnya)

67
68

Lembar Kerja

1. Catat jenis anggrek yang digunakan, beserta nama latinnya.

2. Jelaskan morfologi anggrek tersebut

3. Catat syarat tumbuh dan media tanam anggrek yang digunakan

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


4. Gambar dan jelaskan alur transplanting dari botol ke compot

5. Isi tabel pengamatan

Nama Anggrek :
Tanggal Tranplanting :
Jumlah awal :

anggrek setelah transplanting

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

6. Pembahasan

- Bagaimana kondisi anggrek setelah ditransplanting dari botol ke compot dari


minggu ke minggu

- Jelaskan perlakuan dan pemeliharaan anggrek di compot selama aklimatisasi

69
70

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, A.C. 1974. The Sugarcane. 2nd ed. Hill Books, London. 572 p.

Basuki, S., Rochman, F., dan Yurikah, S. 2000. Biologi Tembakau Temanggung.
Monograf. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang. pp. 1.
Basuki, T. dan Tirtosuprobo, S. 2008. Analisa Ekonomi Penggunaan Biji Jarak Pagar
untuk BBN Aplikatif. Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi
Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi. BALITTAS. Malang, 6
Novermber 2008. pp. 287-290.
Drajat, B. 2004. Dinamika Lingkungan Nasional dan Global Perkebunan: Implikasi
Strategis Bagi Pembangunan Perkebunan. Diambil dari
http://www.ipard.com/art_perkebun/0040804DD.asp
Francis, G. 2007. Jatropha curcas: Prospects for Crop Management. Proceeding. The
International Workshop on the Feasibility of Non-edible Oil Seed Crops for
Biofuel Production. May 25-27, 2007. Mae Fah Luang University. Chiang
Rai. pp. 119-128.
Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Angkasa. Bandung.
Heliyanto, B., Sudjindro, dan Marjani. 2000. Pemuliaan Tanaman Kenaf dan Hasilnya.
Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 19.
Heller, J. 1996. Physic Nut (Jatropha curcas L.). Promoting the Conservation and
Use of Underutilized and Neglected Crops I. Institute of Plant Genetics and
Crop Plant Research. Rome and Germany.
Kangiden, D.I., Sudjindro, dan Setyo-Budi, U. 2000. Biologi Tanaman Kenaf.
Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 2.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyana, W. 1982. Segi Praktis Bercocok Tanam Kopi. Aneka. Semarang.
Rachman, A., Kartamidjaja, M.A., dan Machfudz. 1997. Iklim dan Tanah untuk
Tembakau Virginia. Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 22 34.
Sastrosupadi, A., Santoso, B., dan Sudjindro. 2000. Budi Daya Kenaf (Hibiscus
cannabinus L.). Monograf. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. BALITTAS. Malang. pp. 29-41.
Setiawan, A.I. dan Trisnawati, Y. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran
Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryanto, Agus. 2005. Perspektif Pangan Beras Indonesia Kedepan Ditinjau Dari
Sumberdaya Lahan. Seminar Perhimpunan Agronomi Indonesia.
Universitas Brawijaya. Malang
Sutardjo, E. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwarso. 2007. Akselerasi Alih Teknologi Tembakau Madura Rendah Nikotin. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29(3):10-11.

Modul Praktikum Teknologi Produksi Tanaman - 2009


Syakir, M., Heliyanto, B., dan Hastono, A.D. 2008. Teknologi Mendukung
Pengembangan BBN Berbasis Jarak Pagar. Prosiding Lokakarya Nasional
IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi.
BALITTAS. Malang, 6 Novermber 2008. pp. 291-298.
Thongbai, P., O Donnell, A.G., Wood, D., dan Syers, J.K. 2006. Biofuels Research
and Development at Mae Fah Luang University. Proceeding. the 2nd Joint
International Conference on Sustainable Energy Environment (SEE 2006).
21-23 November 2006. King Mongkut University of Technology Thonburi.
Bangkok. pp. 412417.
Wood, D. 2006. The Future of Biofuels in Thailand. Biofuels Research and
Development at Mae Fah Luang University. Proceeding. the 2nd Joint
International Conference on Sustainable Energy Environment (SEE 2006).
21-23 November 2006. King Mongkut University of Technology Thonburi.
Bangkok. pp. 418422.
Yoshida, Shouichi. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. The IRRI. Philiphine.
267 p.
Yulianti, D.F., Alnopri, dan Prasetyo. 2007. Penampilan Bibit Pre-Nursery 10 Kopi
Arabusta Pada Beberapa Tingkat Naungan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Indonesia. 1: 1-10.

Zeigler, Robert S. 2005. Rice Research and Development : Supply, Demand, Water,
Climate and Research Capacity. IRRI. International Rice Conference 2005,
Bali, Indonesia, September, 2005.

71

Вам также может понравиться