Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ARSITEKTUR DEKONTRUKSI
KESAN MANIPULASI PADA FASAD
[1] PENDAHULUAN
[1.1]Latar belakang
Dekonstruktivisme dalam arsitektur telah menjadi suatu fenomena yang
berpengaruh dalam perkembangan perancangan sejak awal kemunculannya. prinsip
dekonstruksi telah melahirkan bangunan-bangunan luar biasa dengan bentukan dan
gubahan massa yang tidak teratur, terdistorsi, abstrak dan bahkan antigravitasi.
Arsitektur dekontruksi memberikan kesempatan untuk menampilkan realisasi dari
model atau ide apapun menjadi bangunan yang dapat digunakan untuk menambah
nilai estetika dan menyampaikan pesan.
Arsitektur dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung
berbentuk aneh. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan
keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal.
Massa bangunan pada arsitektur dekontruksi didesain dengan mengedepankan
imajinasi dan inovasi dalam penggunaan material maupun struktur dan konstruksinya.
Untuk dapat menghasilkan bentukan dari bentuk bentuk geometris yang ditonjolkan
dengan tidak beraturan dan berkesan dimanipulasi tentunya juga mengandalkan
kemampuan teknologi dan pemilihan bahan yang tepat dan memiliki spesifikasi yang
tepat dan tentunya berkualitas tinggi.
Dekontruksi telah memberi perspektif baru dalam dunia rancang bangun, namun
rancangan dekontruksi memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Tanpa
itu semua yang terjadi adalah rancangan yang betul-betul semrawut baik tampilan
maupun konsep dan logika berpikirnya.
Aspek manipulasi fasasd pada arsitektur dekonstruksi yang menarik untuk
diterapkan sebagai salah satu substansi dalam perancangan objek arsitektural.
perkembangan pembangunan yang secara global telah semakin pesat. Melalui
berbagai macam media massa baik cetak, elektronik, kita dapat menyaksikan
kehadiran berbagai jenis bangunan dengan variasi langgam arsitektur yang beberapa
diantaranya mengacu pada prinsip-prinsip dekonstruksi yang menjadikannya sebagai
karya masterpiece yang selain mempopulerkan nama arsitek perancangnya, juga
mampu menjadi bagian penting yang menggantikan peran bangunan pendahulunya
sebagai ikon yang turut membangun citra kota tempatnya dibangun terhadap dunia.
1. Purna Modern
a. Purna Modern merupakan penggunaan unsur arsitektur tradisional
b. Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut
diproses dengan bentuk dan ruang.
c. Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.
2. Neo Modern
a. Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The
Art of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan
yang mutakhir terutama teknologi.
b. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan
tampilan geometri.
c. Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra
(misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan
yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra).
d. Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.
3. Dekonstruksi
a. Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D
bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.
b. Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank OGehry.
Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas
berbeda dengan Modern. Karakteristik post modern:
model atau ide apapun menjadi bangunan yang dapat digunakan untuk menambah
nilai estetika dan menyampaikan pesan.
atau merepresentasikan yang tidak hadir (absence). Menurut Derrida, kata atau
tanda kini tidak mampu lagi menghadirkan makna sesuatu yang dimaksud secara
serta-merta. Makna harus dicari dalam rangkaian tanda yang lain yang mendahului
tanda yang pertama. Derrida menciptakan konsep differance, yang secara
etimologis berasal dari paduan dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu to differ
(membedakan) dan to defer (menunda). Dalam sistem tanda, konsep differance
melihat bahwa antara yang hadir dan yang absen berada dalam kondisi saling
tergantung, bukannya saling meniadakan. Kehadiran baru mempunyai makna bila
ada kemungkinan absen yang setara.
Pembalikan Hierarki
Dalam memahami suatu fenomena, Strukturalisme selalu mengadakan
pemilahan (differensiasi) ke dalam elemenelemen yang merupakan hasil abstraksi.
Differensiasi secara ketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan
secara diamatral yang dikenal sebagai oposisi biner (binary opposition). Derrida
melakukan dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan
kedua elemen tersebut tidak secara hierarki yang satu di bawah yang lain, tetapi
sejajar sehingga secara bersamasama dapat menguak makna (kebenaran) yang lebih
luas.
Pusat Dan Marjinal
Perbedaan antara pusat dengan marjinal merupakan konsekwensi dari
adanya hierarki yang ditimbulkan oposisi biner. Marjinal adalah segala sesuatu yang
berada pada batas, pada tepian, maupun diluar (outside), karena itu dianggap tidak
penting. Sementara pusat adalah yang terdalam, pada jantung daya tarik dan makna
dimana setiap gerakan berasal dan merupakan tujuan gerakan dari yang marjinal.
Derrida mempertanyakan keabsahan posisi ini dalam konsep parergon (para: tepi,
ergon: karya), yaitu bingkai lukisan. Sebagai yang marjinal, parergon oleh Derrida
diberi peranan yang penting untuk menunjukkan sikap pembalikan hierarki,
sehingga memiliki posisi setara dengan yang utama dan mempunyai otonominya
sendiri.
Pengulangan Dan Makna
Suatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang
(iterative) pada konteks yang berbeda. Dalam arsitektur, penggunaan metafora
secara berulang-ulang akan membuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna
yang dimaksudkan oleh suatu objek arsitektural.
Utopia merupakan mitos yang selalu ada pada setiap kurun waktu, karena tiada
harapan tanpa utopia. Utopia arsitektur modern adalah dunia yang satu, utuh dan
nyaris sama (international style), yang telah gagal memenuhi misi kemanusiaannya.
Utopia kedua adalah kebalikannya; Dystopia atau vision of self-destruction yang
tidak berkembang karena kesadaran manusia untuk tetap mempertahankan
kehidupan. Kelompok ini ingin menciptakan suatu utopia sebagai suatu mitologi
baru, suatu dunia lain yang lokasi dan kaitannya dengan masa lalu, masa kini dan
masa mendatang tidak dikenali. Diilhami cerita dan film-film fiksi seperti Star Wars,
Blade Runner dan Star Trek, kelompok ini menggagas proyek-proyek imajiner yang
menerobos kungkungan gravitasi, iklim, langgam dan semua tatanan yang ada.
Arsitek-arsitek yang termasuk dalam kelompok ini adalah Paulo Soleri, Lebbeus
Woods, serta Hodgetts & Fung Design Associates.
Technomoprisme
Pada mulanya manusia menciptakan teknologi hanya sebagai perpanjangan
tangannya, namun seiring dengan perkembangannya, hubungan manusia dengan
teknologi telah menjadi sedemikian menyatu. Sebagai penerus proyek arsitektur
modern yang belum selesai, kelompok ini mengakomodasi teknologi dan
membuatnya menjadi artefak yang tidak hanya menjadikan teknologi sebagai usaha
untuk menciptakan ekstensi, manipulasi, mediasi, representasi serta memetakan
kembali self-nya. Arsitek-arsitek yang termasuk dalam kelompok ini adalah
MacDonald +Salter, Toyo Ito, Morphosis Architects, Holt, dan Hinshaw.
Dekonstruksi konstruksi massa, seperti pada Chora L Works karya Peter Eisenman
dan Jacques Derrida.
Dekonstruksi konstruksi bidang, seperti pada Best Products karya James Wines
atau Jewish Museum karya Daniel Libeskind.
Dekonstruksi konstruksi baja, seperti pada karya-karya Coop Himme(l)blau.
Dekonstruksi konstruksi kulit, yangmasih jarang ditemukan.
[3] Kesimpulan
Dalam merancang dengan berpegang pada kaidah kaidah dekonstruksi, suatu objek akan
mengalami dua proses utama secara garis besar, yang pertama adalah objek objek itu akan
diuraikan (deconstructing), ataupun dihancurkan (destroy) ke dalam potongan-potongan
(fragment). Yang kedua adalah potongan potongan tersebut dirangkaikan kembali
(reconstructing) menjadi suatu bentuk baru yangidentitasnya sama sekali berbeda dengan
sebelumnya
Dekonstruktivisme dalam arsitektur telah menjadi suatu fenomena yang berpengaruh
dalam perkembangan perancangan sejak awal kemunculannya. prinsip dekonstruksi telah
melahirkan bangunan-bangunan luar biasa dengan bentukan dan gubahan massa yang tidak
teratur, terdistorsi, abstrak dan bahkan antigravaitasi. Arsitektur dekontruksi memberikan
kesempatan untuk menampilkan realisasi dari model atau ide apapun menjadi bangunan yang
dapat digunakan untuk menambah nilai estetika dan menyampaikan pesan.
REFERENSI
Ikhwanuddin. (2005). Menggali Pemikiran Postmodernisme Dalam Arsitektur.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.[Jenis ref: Buku]
Culler, jonathan D. 1982. Chapter Two Deconstruction. On Deconstruction : Theory and Critism
After Structuralism. Cornell University Press. Halaman 85.
(http://books.google.co.id/books?
id=YxY5DV0UCIQC&pg=PA85&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 27/12/2013)
Derrida, Jacques & John D. Caputo. 1997. Deconstruction in a Nutshell: A conversation with
Jaques Derrida. Fordham University Press, (http://books.google.co.id/books?
id=ETbfOXdyd1EC&hl=id&source=gbs_book_similarbooks, diakses tanggal 27/12/2013)
Gasch, Rodolphe. 2001. Deconstruction, Post-Modernism and the visual arts. Deconstruction :
A Reader. Taylor & Francis publication. (http://books.google.co.id/books?
id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA126&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 27/12/2013)
Mantiri , Hyginus J. & Indradjaja Makainas. 2011. Eksplorasi Terhadap Arsitektur Dekonstruksi.
[pdf]. vol8 No2,. (http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_20305085-
ssm_ftsp.pdf , diakses tanggal 23/11/2013)
McQuillan, Martin. 2001. Introduction : Five Strategies For Deconstruction. Deconstruction : A
Reader. Taylor & Francis publication. (http://books.google.co.id/books?
id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA1&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 27/12/2013)
Norris, Christopher & AndrewBenjamin. 1988. What is deconstruction? London, Academy
Editions,(http://books.google.co.id/books/about/What_is_Deconstruction.html?
id=9sRPAAAAMAAJ&redir_esc=y, diakses tanggal 27/12/2013)
Nugraha, Adiaksa S & Meydian S. Dewi, ST., M Ars. 2008.Langgam dekontruksivisme pada
arsitektur post Modern: Study Kasus karya frank o gehry. [pdf]. Penulisa Ilmiah. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
(http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_20305085-ssm_ftsp.pdf ,
diakses 26/12/2013)
Tschumi, Bernard. 2001. Violence Of Architecture. Deconstruction : A Reader. Taylor & Francis
publication. (http://books.google.co.id/books?
id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA126&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 27/12/2013)