Вы находитесь на странице: 1из 38

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka perineum adalah robekan pada jalan rahim maupun karena

episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi secara

spontan maupun robekan melalui tindakan episiotomi. Robekan perineum

terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi

pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2006). Selama ini yang terjadi

adalah masih kurangnya berpengalaman bagi ibu nifas terkait dengan

perawatan luka perineum karena mereka kurag mengetahui cara perawatan

luka perineum, sehingga dalam melakukan perawatan luka perineum banyak

ibu yang enggan melakukan perawatan luka perineum (Manuaba, 2010.

Selain melakukan perawatan pada masa nifas juga diperlukan nutrisi yang

bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein, cairan serta vitamin.untuk

mempercepat penyembuhan luka perineum (Saleha, 2009).

Menurut WHO (2015) dalam penelitian ang dilakukan oleh Dian

(2015) data Diantara resiko masa nifas terdapat dua hal yang paling sering

mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. World

Health Organization, bahwa angka kematian ibu (AKI) di negara berkembang

masih tinggi 500 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI)

di Indonesia masih berada pada angka 357 per 100.000 kelahiran hidup,

1
2

sedangkan pada tahun 2015 AKI menjadi 263 per 100.000 kelahiran

hidup.Secara nasional angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7%

dan 0,7% diantaranya berkembang kearah infeksi akut (Nassarudin, 2016).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan agustus

tahun 2016 di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi

Mojokerto Kecamatan Tulangan Sidoarjo didapatkan jumlah ibu nifas

primipara sebanyak 32 ibu sebanyak 19 ibu (59,3%) kurang mengetahui

perawatan luka perineum, menurut informasi karena sebagian besar adalah

ibu yang berpendidikan rendah dan tidak bekerja sehingga sulit untuk

mendapatkan informasi terkait dengan pewrawatan luka perineum. Dan

sebanyak 13 ibu (40,6%) mengetahui dan melakukan perawatan luka

perineum namun masih dalam pengawasan bidan.

Faktor yang menyebabkan ibu enggan melakukan perawatan luka

perineum adalah usia yang relatif masih muda dan masih mempunyai 1 anak

atau baru pertama kali mempunyai anak sehingga takut untuk melakukan hal-

hal yang belum pernah diketahui, dalam hal ini adalah perawatan luka

perineum, dismaping itu pendidikanya juga masih tergolong rendah yaitu SD

dan SMP dan hanya sedikit yang berpendidikan SMA, semakin rendah

pendidikan seseorang maka akan semakin sedikit pengetahuanya yang

diperolehnya, dan juga sulit untuk menerima informasi baik dari tenaga

kesehatan maupun dari media (Notoatmodjo, 2011). Sedangkan factor

predisposisi meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama,

rupture membrane, episotomi, dan resiko sesarea (Bahiyatun, 2009).


3

Perawatan luka perineum dapat dilakukan, saat mandi, setelah buang air kecil,

dan Setelah buang air besar. Karena saat-saat itulah ibu melepaskan pembalut

sehingga perawatan luka perineum dapat dilakukan saat itu juga, kurangnya

pengetahuan itu tentang cara perawatan luka perineum menyebabkan

munculnya respon negative terhadap pelaksanaan perawatan luka perineum

hal ini dapat mengakibatkan keengganan ibu untuk melakukan perawatan

yang berdampak pada terjadinya infeksi bekas luka perineum yang berujung

pada kematian. Kurangnya perawatan masa pasca persalinan berhubungan

erat dengan kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu

komplikasi pascasalin yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia

(Azzahra, 2013).

Upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan luka

perineum perlu adanya penyuluhan dari pihak tenaga kesehatan pada

masyarakat, terkait dengan persalinan dan masa nifas. Ibu post partum selalu

menjaga kebersihan dan menjaga agar bekas luka perineum tetap kering

sehingga tidak menimbulkan adanya kuman yang menyebabkan terjadinya

infeksi pada luka perineum. Perawatan perineum juga dapat dilakukan dengan

latihan perineum hal ini dapat mempercepat penyembuhan luka perineum

(Marshall, 2009). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Gambaran tingkat pengetahuan tentang perawatan

luka perineum pada ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa

Japanan Kemlagi Mojokerto


4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan tentang perawatan luka perineum

pada ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi

Mojokerto?.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang perawatan luka

perineum pada ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan

Kemlagi Mojokerto

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menjadi wawasan baru tentang cara perawatan luka

perineum dan berguna untuk acuan dalam mengaplikasikan ilmu yang

peneliti dapatkan melalui perkuliahan.

1.4.2 Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Dapat lebih memperhatikan tentang pentingnya pelayanan pada ibu

nifas di rumah, serta untuk masukan dalam menentukan kebijakan

operasional dan strategi yang efisien sebagai upaya menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian ibu pasca persalinan. Dan sebagai bahan

masukan bagi Puskesmas, untuk lebih meningkatkan peran petugas dalam

memberikan asuhan masa nifas di rumah pada ibu dengan luka perineum

sesuai dengan peran dan tanggungjawab bidan.


5

1.4.3 Bagi Responden

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang cara melakukan

perawatan luka perineum sebagai upaya dalam mencegah terjadinya

infeksi dan mempercepat penyembuhan luka perineum.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan

terjadi melalui panca indera yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman

rasa dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan seseorang didapat

melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja mAlipun tidak disengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Mubarok, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku seseorang (over behavior) pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

6
7

1. Know (Tahu) C1

Yaitu mengingat, menghafal suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Comprehension (Pemahaman)C2

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat diinterpretasi dengan benar.

3. Application (Penerapan) C3

Yaitu kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip dan

prosedur materi yang telah dipelajari pada waktu, situasi atatu kondisi

sesungguhnya.

4. Analysis (Analisis) C4

Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam

bentuk komponen-komponen. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan

kata-kata kerja, dapat menggambarkan/membuat bagan, membedakan

atAli memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.

5. Synthesis (Sintesis) C5

Yaitu kemampuan untuk melakukan/menghubungkan bagian-

bagian kedalam satu bentuk keselarasan yang baru dengan kata lain.

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulir baru dengan

formasi yang ada.


8

6. Evaluasi (Evaluation) C6

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

atAli menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keselarasan yang baru dengan kata lain evaluasi adalah kemampuan

untuk menilai dan menyusun formulir dari formula-formula yang ada.

Berdasarkan hal tersebut diatas disebutkan bahwa pengetahuan

adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya

mampu melanjutkan ,menjabarkan dan mampu untuk menilai dari

suatu objek atau stimulus tertentu (Notoadmojo, 2012).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok

(2007):

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada

orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak

dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang

tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.
9

1. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

2. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik

secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan

ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama,

keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin

matang dan dewasa.

3. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

4. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan

berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan


10

yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan

akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

5. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan

maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat

berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

6. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua :

1. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperolah

kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau

metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu


11

seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan

ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini

disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau

metode coba-salah/coba-coba.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atAli

tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa

harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa

ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak

boleh makan telur dan sebagainya.

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan

tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal


12

maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan

sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau deduksi.

Induksi yaitu : proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

Deduksi yaitu : pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum

kepada khusus.

2. Cara modern

Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut metode


13

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian

yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-mula

mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklasifikasikan,

akhirnya diambil kesimpulan umum.

Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung

dan membuat pencatatan. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok

yakni :

1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

2) Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian

ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti pada suatu gejala.

Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau

generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan sebagai dasar

untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis.

Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berfikir deduktif-

induktif. Venvikatif sehingga melahirkan suatu cara penelitian yang

dikenal dengan metode penelitian ilmiah.


14

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Nursalam (2013), tingkat pengetahuan dibedakan menurut

kriterianya sebagai berikut :

1. Baik : 76 - 100%

2. Cukup : 57 - 75%

3. Kurang : < 56%.

2.2 Perawatan Luka Perineum

2.2.1 Pengertian

Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan

rahim maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan

perineum terjadi secara spontan maupun robekan melalui tindakan

episiotomi. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya

(Wiknjosastro, 2006). Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai

keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan.

Menurut Wiknjosastro (2006), pada proses persalinan sering terjadi

rupturperineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir

terlalu cepat, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat

jahitan perineum, pada persalinan dengan distosia bahu. Berdasarkan

pernyataan Mochtar (2005), bahwa penyebab terjadinya robekan jalan

lahir adalah kepala janin besar, presentasi defleksi, primipara, letak

sunsang, pimpinan persalinan yang salah, dan pada tindakan ekstraksi


15

vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi.

2.2.2 Klasifikasi Luka (Ruptur) Perineum

Klasifikasi ruptur perineum menurut Prawiroharjo (2008) terbagi

dua bagian yaitu

1. Ruptur perineum spontan

Ruptur perineum spontan luka pada perineum yang terjadi karena sebab-

sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka

ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.

2. Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi)

Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) adalah luka perineum yang

terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada

perineum. Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk

memperbesar saluran keluar vagina.

Wiknjosastro (2006), menyebutkan bahwa robekan perineum

dapat di bagi dalam 4 tingkatan yaitu:

1. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan

atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

2. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama

mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei

transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.

3. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai

mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa

kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan


16

derajat III atau IV.

4. Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum

tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam

klasifikasi diatas

Penelitian Sleep et al dalam Boyle (2009), menunjukkan bahwa

episiotomi rutin yang dilakukan tidak bermanfaat bagi ibu dan bayi, dan

bahkan menyebabkan banyak komplikasi potensial pada ibu. Temuan ini

tidak hanya diterima di Inggris, tetapi juga diuji oleh pengujian

Internasional (Carroli dan Belizan dalam Boyle, 2009). Garcia et al

dalam Boyle (2009), menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan

pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan; 28% karena episiotomi dan 29%

karena robekan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suatu robekan

akan sembuh lebih baik dari pada episiotomi.

Episiotomirutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :

meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma, sering meluas

menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan laserasi

derajat tiga atau empat yang terjadi tanpa episiotomi, meningkatnya

nyeri pasca persalinan, dan meningkatnya risiko infeksi (JNPK-KR,

2012). Episiotomi dapat dilakukan atas indikasi/pertimbangan pada

persalinan pevaginam pada penyulit (sunsang, distosia bahu, ekstraksi

cunam, vakum), penyembuhan ruptur perineum tingkat III-IV yang kurang

baik, gawat janin, dan perlindungan kepala bayi prematur jika perineum

ketat/kaku (Saifuddin, 2004)


17

2.2.3 Perawatan Luka Perineum

Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk

menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang

dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ

membran seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Menurut

Ismail, 2002 dalam Suparyanto (2009), bahwa perawatan luka merupakan

suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa

atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka

operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

Luka perineum yang bengkak, merah dan mengeluarkan pus (nanah)

dapat disebabkan karena faktor ketidaktahuan dalam perawatan

perineum, juga kecerobohan tindakan episiotomi dapat mengakibatkan

infeksi dan berakibat besar meningkatkan angka kematian ibu (Saifuddin,

2005).

Menurut Rajab (2009), bahwa perjalanan penyakit dapat dibagi

menjadi lima kategori yaitu: tahap prapatogenesis, tahap inkubasi, tahap

penyakit dini, tahap penyakit lanjut, dan tahap akhir penyakit. Menurut

Prasetyawati (2011) menyebutkan bahwa penyakit adalah kegagalan

mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat

terhadap rangsangan atau tekanan maka timbullah gangguan pada fungsi

atau struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh.

2.2.4 Tujuan Perawatan Luka Perineum

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton, 2002 dalam


18

Suparyanto (2009), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan

penyembuhan jaringan.

Menurut Ismail,2002 dalam Suparyanto (2009) menyebutkan

tujuan perawatan luka adalah :

1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan

membran mukosa

2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris

5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

2.2.5 Pelaksanaan Perawatan Perineum

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi

organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari

perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut)

(Feerer, 2001 dalam Cendikia, 2008)

Menurut Rajab (2009), seorang individu yang merasa dirinya

sedang sakit, perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.

Perilaku sakit (illness behavior) merupakan perilaku orang sakit yang

meliputi cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan

menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan,

dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Pada masa nifas asuhan kebidanan lebih ditujukan kepada upaya


19

pencegahan (preventif) terhadap infeksi, karena pada akhir hari kedua nifas

kuman-kuman di vagina dapat mengadakan kontaminasi, tetapi tidak semua

wanita mengalami pertahanan leukosit dan kuman-kuman relatif tidak

virulen serta penderita mempunyai kekebalan terhadap infeksi

(Prawirohardjo, 2008). Salah satu upaya preventif untuk menurunkan angka

kejadian infeksi pada ibu nifas dengan melakukan perawatan luka

perineum. Umumnya bersamaan dengan perawatan vulva. Yang perlu

diperhatikan adalah mencegah kontaminasi dengan rektum, menangani

dengan lembut jaringan luka, membersihkan darah yang menjadi sumber

infeksi dan bau (Saifuddin, 2007).

2.2.6 Cara Perawatan Luka Perineum

Perawatan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

infeksi dengan cara menjaga kebersihan perineum caranya sebagai berikut:

1) Persiapan :

a) Siapkan air hangat

b) Sabun dan washlap

c) Handuk kering dan bersih

d) Celana dalam yang bersih

2) Cara merawatnya :

a) Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang

b) Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap

yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan.

Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar
20

maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi tempat

kuman berkembang biak.

c) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka

benar benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.

d) Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan

menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan

perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.

e) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang

bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa

menimbulkan reaksi alergi.

f) Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih

luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering.

g) Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat

sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam

dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan

semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.

h) Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau

bidan.

3) Lamanya jahitan mengering

Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang

dari satu minggu. Bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu

panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka

jahitan bernanah.
21

Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:

a) Luka jahitan terasa sedikit nyeri

Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf

dan jaringan otot , namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan

berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak

karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah

pada luka menjadi tidak lancar.

b) Luka terlihat sedikit bengkak dan merah

Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan

memproduksi zat zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap

kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit

pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas.

Bengkak dan merah ini bersifat sementara.

(Wahyu, 2012)

2.3 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Pengertian

Masa Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai

dan berakhir setelah kira kira 6 minggu (Mansjoer, 2009).

Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu berikutnya (Bahiyatun, 2009).

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
22

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Prawirohardjo, 2005).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Masa nifas

adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut

hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting untuk terus

dipantau karena merupakan masa pembersihan rahim (Saleha, 2009).

2.3.2 Tahapan masa nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Puerperium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.

Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40

hari.

2. Puerperium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat alat genitalia yang lamanya 6 - 8 minggu.

3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu

untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan atau tahun

(Suherni, 2009).
23

2.3.3 Fase Nifas

1. Fase Taking In (Perilaku Dependen)

1) Fase ini merupakan periode ketergantungan ketika ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi oleh orang lain.

2) Berlangsung selama 1 2 hari setelah melahirkan, ketika fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri (lebih berfokus pada

dirinya).

3) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan

keterlibatannya dalam tanggung jawabnya.

4) Disebut fase Taking In (fase menerima) selama 1 2 hari pertama

karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan

perlindungan dan perawatan.

5) Adapun dikirakan sebagai fase dependen selama 1 2 hari pertama

ini karena pada waktu ini ibu menunjukkan kebahagiaan/

kegembiraan yang sangat senang untuk menceritakan

pengalamannya ketika melahirkan.

6) Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif

terhadap lingkungannya disebabkan fktor kelelahan. Oleh karena

itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.

Di samping itu, kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga

komunikasi yang baik.

7) Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk

proses pemulihan ibu dan nafsu makan ibu juga sedang meningkat.
24

2. Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)

1) Pada fase Taking Hold ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu

untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan

keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.

2) Fase ini berlangsung antara 3 10 hari setelah melahirkan.

3) Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukkan kepuasan (terfokus

pada bayinya).

4) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.

5) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi

dirinya dan juga bayinya.

6) Ibu mudah sekali didorong untuk melakukan perawatan bayinya.

7) Pada fase ini, ibu berespons dengan penuh semangat untuk

memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara

perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya

secara langsung.

8) Untuk itu, pada fase ini sangatlah tepat bagi bidan/ perawat untuk

memberikan pendidikan kesehatan tentang hal hal yang

diperlukan bagi ibu yang baru melahirkan dan bagi bayinya.

9) Bidan/ perawat perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu

ibu yang baru melahirkan berikut ini :

b) Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.

c) Ibu yang merupakan wanita karier.

d) Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa.


25

e) Ibu yang berusia remaja.

f) Ibu yang tidak bersuami.

Ibu ibu tersebut sering mengalami kesulitan menyesuaikan

diri terhadap isolasi yang dialaminya dan tidak menyukai terhadap

tanggung jawabnya di rumah dan merawat bayi.

3. Fase Letting Go (Perilaku Interdependen)

a) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum.

b) Tahu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya.

c) Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat

pada fase ini.

d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi.

e) Hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian dengan

kehadiran anggota baru (bayi).

f) Depresi postpartum umumnya terjadi pada fase ini.

(Jannah, 2011).

2.3.4 Perawatan Saat Masa Nifas

Perawatan saat masa nifas adalah perawatan kepada ibu yang sedang

menjalani masa nifas atau baru melahirkan, agar organ-organ reproduksi

kembali normal kembali. Fungsinya adalah memberikan perawatan dan juga

fasilitas agar penyembuhan baik psikis maupun fisik dapat berjalan dengan
26

normal. Saat perawatan ini akan diamati berbagai hal diantaranya adalah

rahim harus kembali ke ukuran normal, membantu ibu dalam menyusui dan

juga memberikan petunjuk kepada ibu bagaimana cara merawat bayinya.

Saat perawatan masa nifas dimulai ketika plasenta lahir dan menghindari

pendarahan sehabis melahirkan dan menghindarkan dari infeksi.

Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan ketika menjalani

perawatan masa nifas :

1. Kebersihan Diri

Saat masa nifas, ibu hamil harus pintar-pintar dalam merawat

kebersihan dirinya. Hal itu dikarenakan saat masa nifas ibu hamil rentan

terkena kuman dan bakteri yang akan masuk ke dalam vagina. Berikut ini

cara menjaga dan merawat kebersihan diri ketika masa nifas :

1) Mandi dua kali sehari dengan membersihkan seluruh tubuh.

2) Yang penting diperhatikan adalah kebersihan alat kelamin. Ibu bisa

membersihkannya dengan air yang mengalir, hindari pemakaian

sabun pembersih kewanitaan. Cara membersihkannya di bagian vulva

terlebih dahulu depan ke belakanag jangan kebalikan, barulah setelah

itu membersihkan daerah di sekitar dubur. Sehabis BAB dan BAK

vulva harus selalu bersih.

3) Mengganti pembalut sesering mungkin, mengganti pembalut ini bisa

dilakukan sebanyak 4 jam sekali. Meski belum 4 jam namun jika

pembalut sudah penuh ibu harus segera menggantinya.


27

4) Ketika hendak makan sebaiknya ibu hamil cuci tangan menggunakan

sabun. Ketika akan menyentuh kelamin harus mencuci tangan dengan

sabun begitu pula setelah menyentuh kelamin.

5) Hindari menyentuh luka jahitan atau guntingan.

2. Istirahat
Istirahat sangat penting dilakukan bagi ibu paska melahirkan.

Sehabis melahirkan, ibu akan merasakan kelelahan yang amat sangat.

Berikut ini cara beristirahat yang benar sehabis masa nifas:

1) Istirahat cukup 8 jam sehari

2) Melakukan kegiatan rumah tangga dengan cara yang perlahan-lahan

3) Untuk menjaga pola tidur bayi, saat ia tidur maka ibu juga harus ikut

tidur.

4) Saat kekurangan tidur, ibu hamil akan dirugikan dalam berbagai hal.

ASI jumlahnya berkurang, proses involusi uterus menjadi lambat dan

pendarahan semakin banyak, membuat ibu hamil depresi, tidak

mampu merawat dirinya sendiri dan juga bayinya.

5) Lakukan cara memperbanyak ASI agar bayi tidak kekurangan ASI

3. Gizi
Saat hamil, kebutuhan gizi ibu hamil sangatlah penting. Begitu juga

dengan hal yang penting bagi ibu ketika masa nifas. Hal itu dikarenakan

saat masa nifas ibu hamil membutuhkan berbagai macam makanan

bergizi untuk memulihkan tenaganya dan menjaga kesehatan ibu hamil.

Berikut ini cara mencukupi gizi bagi ibu yang menjalani masa

nifas:
28

1) Mengkonsumsi kalori sebanyak 500 setiap hari.

2) Makan dengan menu diet yang seimbang misalnya saja protein,

vitamin dan mineral yang cukup.

3) Minum air putih sedikitnya sebanyak 3 liter setiap harinya.

4) Memakan makanan sehat untuk ibu hamil yang kaya akan zat besi.

5) Mengkonsumsi pil penambah darah agar ibu tidak mengalami

anemia setelah menjalani proses persalinan.

(Hasan, 2015)
29

2.4 Kerangka Konseptual

Ibu Nifas

partum

Faktor yang Pengetahuan ibu


mempengaruhi tentang luka
pengetahuan perineum
1. Pendidikan
2. Usia
3. Paritas
4. Pekerjaan
5. Sumber Informasi Baik Cukup Kurang

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gambaran tingkat pengetahuan tentang


perawatan luka perineum pada ibu nifas di BPM Ny. Eko
Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi Mojokerto
30

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu tahapan penelitian yang harus

diperhatikan dengan sebaik-baiknya agar penelitian dapat dilaksanakan dengan

serasi untuk mencapai tujuan penelitian ( Suryanto dan Salamah, 2008).

Pada bab ini akan disajikan: 1) Desain Penelitian, 2) Populasi, Sampling Dan

Sampel, 3) Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional, 4) Prosedur Penelitian,

5) Teknik Pengumpulan Data, 6) Analisis Data, 7) Etika Penelitian

3.1 Desain / Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan sesuatu yang penting bagi peneliti karena

pertama kali peneliti menentukan apakah akan melakukan intervensi dalam

penelitian ataukah hanya melakukan pengamatan saja atau observasional

(Alimul, 2010). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif , penelitian

deskrptif bertujuan untuk menggambarkan enomena yang terjadi Pada

penelitian ini terkait dengan gambaran tingkat pengetahuan ibu Postpartum

dalam perawatan masa nifas (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Populasi, Sampling Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Soekidjo Notoatmodjo , 2010). Populasi pada penelitian ini adalah

semua ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan

Kemlagi Mojokerto sebanyak 32 orang.

30
31

3.2.2 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2008).

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik

Nonprobability Sampling, dengan jenis total sampling. Pengambilan

sampel yang dilakukan dengan menggunakan semua anggota populasi

menjadi sampel.

3.2.3 Sampel

Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Soekidjo Notoatmojo, 2010). Sampel pada penelitian ini

adalah seluruh ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa

Japanan Kemlagi Mojokerto sebanyak 32 responden.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1. Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Soekodjo Notoatmojo, 2010). Variable dalam penelitian ini adalah

pengetahuan tentang perawatan luka perineum pada ibu nifas.


32

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Soekodjo

Notoatmojo, 2010)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran tingkat pengetahuan tentang


perawatan luka perineum pada ibu nifas di BPM Ny. Eko
Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi Mojokerto

Variabel Definisi Indikator Instrumen Skala Kriteria


Operasional
Variabel Segala yang 1) Persiapan Kuesioner Ordinal 1. Baik :
dependen diketahui ibu : 76 - 100%
pengetahuan terkait dengan 2) Cara 2. Cukup :
tentang bagaimana merawatn 57 - 75%
perawatan cara ya : 3. Kurang :
luka melakukan 3) Lamanya < 56%.
perineum perawatan jahitan
luka perineum mengering

1.4 Prosedur Penelitian

Langkah langkah dalam pengumpulan data yaitu :

1.4.1 Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan ijin dari pihak

STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto khususnya Program

Studi DIII Kebidanan untuk mengadakan penelitian.

1.4.2 Peneliti meminta ijin kepada kepala desa Japanan Kemlagi Mojokerto

untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut dan tembusan pada

bidan desa di BPM Ny. Eko Wahyu, SST., M.Kes.

1.4.3 Setelah mendapatkan ijin, peneliti kemudian melakukan pengambilan

sampel.
33

1.4.4 Selanjutnya melakukan pendekatan pada responden untuk mendapatkan

persetujuan dari responden tersebut (informent consent). Bila responden

bersedia, ia diminta mendatangani lembar pernyataan persetujuan

responden yang telah ada.

1.4.5 Responden diberikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya.

1.4.6 Setelah diisi lalu dikumpulkan kembali dan dilakukan langkah

selanjutnya yaitu pengolahan data hingga analisis data. Selanjutnya di

lakukan proses penyajian dan penarikan hasil kesimpulan.


34

Kerangka kerja adalah tahapan (langkah langkah dalam aktifitas dan

ilmiah) mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya yaitu sejak

awal kegiatan penelitian akan dilaksanakan, dapat digambarkan sebagai

berikut :

Populasi
Semua ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi
Mojokerto sebanyak 32 orang

Sampling
Menggunakan teknik Nonprobability Sampling, dengan jenis total samling
sampling.

Sampel
Sebagian ibu nifas di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi
Mojokerto sebanyak 32 responden

Pengumpulan Data
Instrument atau alat ukur menggunakan lembar kuesioner

Analisa Data
Editing, coding, skoring, tabulating dan analisis data yang diuji dengan chi
square
.

Penyajian hasil penelitian


Distribusi Frekuensi

Desiminasi
Hasil penelitian hubungan perawatan perianal dan kejadian ruam popok

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran tingkat pengetahuan tentang


perawatan luka perineum pada ibu nifas di BPM Ny. Eko
Wahyu SST.M.kes. Desa Japanan Kemlagi Mojokerto
35

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses penetapan subjek dan pengumpulan

data yang diperlukan untuk penelitian (Achir Yani S. Hamid, 2008).

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian disebut juga alat pengumpul data. Dalam

pembuatanya mengacu pada variable penelitian, definisi operasional dan skala

pengukuran data yang dipilih (Suyanto dan Ummi Salamah, 2008). Instrument

penelitian ini adalah kuisoner. Kuisoner adalah pertanyaan tertulis yang dibaca

dan dijawab oleh responden penelitian (Suyanto dan Ummi Salamah, 2008).

Kuesioner diambil dari Fuji Lestariati angkatan 2011. Pengetahuan dan sikap

ibu tentang perawatan luka perineum

3.5.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di BPM Ny. Eko Wahyu SST.M.kes.

Desa Japanan Kemlagi Mojokerto

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari studi pendahuluan pada bulan

Agustus 2016 s/d juli 2016

3.6 Analisis Data

Sebelum dianalisis, data diolah terlebih dahulu. Kegiatan dalam mengolah

data meliputi :
36

3.6.1 Editing

Editing data adalah pemeriksaan kembali data hasil penelitian yang tercantum

pada kuisoner untuk mengetahui kelengkapan dan kejelasan isi jawaban yang lain,

relevasi jawaban dengan pertanyaan dan keseragaman satuan data (Abdurrahmat

Fathoni, 2011)

3.6.2 Coding

Coding merupakan bagian kegiatan pemberian kode numerik atau (angka)

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat, 2007).

Coding pada penelitian ini adalah:

Umur Ibu : 1. <20 tahun Kode : 1

2. 20-35 tahun Kode : 2

3. >35 tahun Kode : 3

Pekerjaan Ibu : 1. Bekerja Kode : 1

2. Tidak bekerja Kode : 2

Pendidikan Ibu : 1. Dasar (SD/SMP) Kode : 1

2. Menengah (SLTA/SMA) Kode : 2

3. Tinggi (Akademi/S1) Kode : 3

Paritas 1. Primipara Kode : 1

2. Multipara Kode : 2

3. Grandemultipara Kode : 3

Sumber Informasi 1. Tenaga Kesehatan Kode : 1

2. Media Elektronik Kode : 2


37

3. Media Massa Kode : 3

4. Keluarga Kode : 4

3.6.3 Scoring

Scoring merupakan tahap yang dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban

atau hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberikan skor (Suyanto dan Ummi Salamah, 2008).

Skala guttman bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang

tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan seperti : ya dan tidak, setuju

tidak setuju, positif dan negatif, benar dan salah. Skala guttman dibuat dengan

interpretasi penilaian.

Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan masa nifas diberi skor

sebagai berikut :

Baik : 76 - 100%

Cukup : 57 - 75%

Kurang : < 56%.

3.6.4 Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel jawaban-jawaban yang telah

diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel. Langkah terakhir dari penelitian

ini adalah melakukan analisa data dimasukkan kedalam komputer dan dianalisis

secara statistik (Setiawan, 2010).

3.6.5 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa secara deskriptif. Yang

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.


38

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini menjamin hak-hak responden. Peneliti sebelumnya memberikan

penjelasan tentang tujuan atau menfaat dari penelitian, bila responden bersedia

terlibat dalam penelitian maka harus menandatangani lembar persetujuan

(informed consent), dan jika responden menolak, peneliti tidak memaksa dan

memberikan hak untuk menolak menjadi responden penelitian.

3.7.1 Lembar persetujuan (Informed consent)

Informed adalah penyampaian ide dan isi penting dari peneliti kepada calon

subyek. Consent adalah persetujuan dari calon subyek untuk berperan serta dalam

penelitian sebagai subyek, yang diperoleh setelah memahami semua informasi

penting. Semua subjek yang memiliki kemampuan, harus mendapat kesempatan

untuk memilih apakah ia bersedia berpartisipasi dalam penelitian atau tidak (Achir

Yani S. Hamid, 2008).

3.7.2 Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga oleh

peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan dalam bentuk kelompok yang

berhubugan dengan penelitian ini (Hidayat, 2009).

3.7.3 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar alat

ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2003).

Вам также может понравиться

  • MAKALAH 2 Lailil
    MAKALAH 2 Lailil
    Документ10 страниц
    MAKALAH 2 Lailil
    djainuri
    Оценок пока нет
  • Skripsi Lailil PDF
    Skripsi Lailil PDF
    Документ36 страниц
    Skripsi Lailil PDF
    djainuri
    Оценок пока нет
  • MAKALAH 2 Lailil
    MAKALAH 2 Lailil
    Документ10 страниц
    MAKALAH 2 Lailil
    djainuri
    Оценок пока нет
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Документ2 страницы
    ABSTRAK
    Java
    Оценок пока нет
  • Paritas dan Gizi Balita
    Paritas dan Gizi Balita
    Документ11 страниц
    Paritas dan Gizi Balita
    djainuri
    Оценок пока нет
  • Lembar Kuesioner Anik
    Lembar Kuesioner Anik
    Документ3 страницы
    Lembar Kuesioner Anik
    djainuri
    Оценок пока нет
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Документ2 страницы
    ABSTRAK
    Java
    Оценок пока нет
  • BAB 4 Ririn
    BAB 4 Ririn
    Документ8 страниц
    BAB 4 Ririn
    djainuri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ5 страниц
    Daftar Pustaka
    djainuri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ5 страниц
    Daftar Pustaka
    djainuri
    Оценок пока нет