Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pada anak dikarenakan luas permukaan paru tidak seluas orang dewasa maka
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, dan menimbulkan angka
kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas
(Qaulyiah, 2010).
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-
sebagai Bronko pneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain
Penyebab non infeksi ini meliputi aspirasi makanan dan atau asam lambung,
6
benda asing, hidrokarbon, dan hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat
2.2 Epidemiologi
anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun
akibat pneymonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden
pneumonia di negara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak di bawah usia
5 tahun, 16-22% per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000
3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5% (Depkes
karena penyakit Pneumonia setiap tahun. Meskipun penyakit ini lebih banyak
siapa saja, meskipun lebih banyak ditemukan pada balita. Dalam penentuan
<5 tahun dan kelompok umur <2 bulan (Depkes RI, 2005).
7
Di negara yang sedang berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2010; Saputri, 2013).
3.3 Etiologi
pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
pneumonia, hanya biakan dari aspirat paru, serta pemeriksaan specimen darah
8
pneumonia merupakan pathogen paling paling banyak sebagai penyebab
Virus (RSV) yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus inflamasi A dan B,
Estimasi insiden global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode
baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang perlu
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
Tabel 1. Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
Usia Etiologi yang Etiologi yang
sering jarang
Lahir-20 hari Bakteri Bakteri
Escherichia coli Bakteri anaerob
Streptococcus Streptococcus
grup B grup D
Listeria Haemophilus
monocytogenes influenza
Streptococcus
pneumonie
9
Ureaplasma
urealyticum
Virus
CMV
HMV
Bakteri Bakteri
Chlamydia Bordetella
trachomatis pertusis
Streptococcus Haemophilus
catharalis
Adenovirus Staphylococcus
3 Minggu-3 Bulan
aureus
Influenza Ureaplasma
urealyticum
Parainfluenza 1, Virus
2, 3
Respiratory CMV
Syncytial virus
Bakteri Bakteri
Chlamydia Haemophilus
pneumoniae catharalis
Streptococcus Staphylococcus
4 bulan-5 tahun
pneumoniae aureus
Virus Neisseria
meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
10
Chlamydia Haemophilus
pneumoniae influenza
Mycoplasma Legionella sp
pneumoniae
Streptococcus Staphylococcus
pneumoniae aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Bar virus
Rinovirus
Varicella zoster
2.3 Klasifikasi Pneumonia
tanda penyerta lain yaitu tarikan dinding dada bagian bawah kedalama
(chest indrawing),
2) Klasifikasi Pneumonia selain ditandai dengan batuk dan atau sukar
umur. Umur 2 Bulan - < 1 Tahun irama napas sama dengan 50 kali atau
sukar bernapas tidak ada tanda penyerta lain yakni tidak ada napas
cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.
b. Kelompok umur < 2 Bulan
1) Klasifikasi pneumonia berat untuk umur <2 Bulan ditandai dengan
napas cepat > 60 kali atau lebih/menit atau ada tarikan kuat dinding
11
dada bagian bawah kedalam serta dibarengi dengan batuk dan atau
sukar bernapas.
2) Klasifikasi bukan pneumonia untuk kelompok umur <2 Bulan
hanya ditandai dengan batuk dan atau sukar bernapas serta tidak
ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
2.4 Patogenesis
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
12
4. Refleks batuk.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel
semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi
proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu.
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
obstruksi jalan napas akibat bengkakm sekresi abnormal, dan debris seluler,
diameter jalan napas yang kecil pada bayi menyebabkan bayi rentan terhadao
13
infeksi berat. Atelektasis, edema interstisial, dan ventilation-perfusion
napas. Infeksi viral pada traktus respiratorius juga dapat meningkatkan resiko
(Garna, 2005).
Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi
yang lebih difus dengan pneumonia interstisial. Pneumonia lobar tidak lazim.
yang compang camping dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan
fasa limfatika. Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi
dengan cepat menjelek yang disertai dengan morbiditas yang lama dan
14
mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati lebih awal. Staphylococcus
lebih mencolok pada satu sisi ditandai adanya daerah nekrosis perdarahan
2.5 Diagnosis
2.5.1 Manifestasi Klinis
1. Batuk, malaise, febris, dapat wheezing, sesak, nyeri kepala, nyeri otot,
2. Febris:
- Fluktuatif
- Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah konsolidasi yang baru,
3. Kardiorespirasi :
- Sesak
15
- Sianosis sekitar mulut dan hidung
4. Lain-lain:
- anoreksia
5. Fisik :
- Retraksi ringan pada ICS terutama pada anak dibawah 2 tahun, karena
kompansantoir).
berkarat
16
Berdasarkan beberapa manifestasi klinis/ tanda yang terlihat pada pneumonia
anak, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak di bawah lima tahun
Pemeriksaan fisik ditandai dengan adanya retraksi dinding dada dan atau
respiratory rate (RR) > 50x/ menit pada bayi adalah nilai prediktif positif
pneumonia dari 45% bayi yang kemudian terbukti terdapat konsolidasi pada
berupa pekak perkusi, suara napas melemah, dan adanya ronki basah halus
17
Pada pemeriksaan fisik penderita pneumonia dapat juga ditemukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan
yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi
18
gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/ jalan napas
1. Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu
fasilitas tersedia
o Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan
akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan
19
o Pemeriksaan uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pada anak
2000).
2.Pemeriksaan Radiologi
o Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak
lobaris atau terlihat sebagai lesi tungga yang biasanya cukup besar,
berbentuk sfeeris, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi
20
dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus (Hegar, 2010).
menyerang anak usia 2-24 bulan dengan puncak insidensi pada bayi laki-laki
usia 2-8 bulan yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) dan hidup
pneumonia adalah didahului dengan ISPA, seperti pilek ringan, batuk, dan
demam, disusul dengan batuk disertai sesak napas, merintih, napas berbunyi,
Bronkiolitis memiliki gejala batuk yang pada mulanya kering dan keras yang
ronkhi kering pada auskultasi paru. Bronkiolitis umunya tidak disertai dengan
21
mengakibatkan retraksi dan napas cuping hidung, serta dapat ditemukan
Bayi:
Anak:
o Distres pernapasan
o Grunting
o Pasien dengan saturasi oksigen <92% pada saat +bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
22
o Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
dengan pneumonia
Pemberian Antibiotik
azitromisin
o M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
sebagai penyebab
23
o Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat.
o 2 bulan:
- Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
Nutrisi
24
o Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral
yang terkecil.
Kriteria pulang
o Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
sehat bagi setiap orang yang bertempat tingal di wilayah kerja puskesmas
25
agar terwujud derajat kesehatanyang setinggi-tingginya dalam rangka
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itu pun sangat
tergantung kepada faktor tenaga, sarana, dan prasarana serta biaya yang
6. Upaya pengobatan
7. Upaya penyuluhan
26
18. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
1. Tujuan
dan cedera.
2. Sasaran
27
b. Angka penemuan kasus penderita TB (Case Detection Rate)
80%.
sebanyak 100%.
desa.
4. Kegiatan Pokok
2. Peningkatan imunisasi
28
6. Pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/penyakit lainnnya
o TBC
o ISPA
o Malaria
o Arbovirosis
o Zoonosis (Rabies)
o Imunisasi
o Surveilans Epidemiologi
o Kesehatan Matra
o Kesehatan Haji
o Kanker
29
o Diabetes Mellitus & Penyakit Metabolis
6. Kebijakan Pelaksanaan:
sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga
ke desa.
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
respons.
30
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
31
8. Kegiatan upaya pemberantasan penyakit
32
Usaha Untuk mencegah pneumonia ada 2 yaitu:
Kemiskinan
33
Tingkat pendidikan
Kurang gizi
Derajat kesehatan
o Pencegahan Spesifik
1. Cegah BBLR
3. Berikan imunisasi
Pengendalian HIV-AIDS
Pemberantasan Kusta
Gambar 2. Kerangka Teori
Penanganan Malaria
Penganan Infeksi
34
Menular Seksual
2.10 Kerangka Konsep
35