Вы находитесь на странице: 1из 18

ARTIKEL ILMIAH

XII MIPA 3

ARTIKEL PENCEGEHAN PERKEMBANGBIAKAN


JENTIK NYAMUK MENGGUNAKAN 5M
ILMIAH

1
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah yang berjudul Pencegehan Perkembangbiakan Jentik Nyamuk


Menggunakan 5M ini untuk memenuhi nilai tugas bahasa Indonesia tentang
menulis karya tulis ilmiah.

Nama : Faisal Isfalah Huda / Muhammad William Syahputra

Kelas/no : XII MIA 3 / 11 / 28

Telah disampaikan pada:

Hari :

Tanggal :

Guru pembimbing

Ahmad Arif S.Pd

NIP : 19581016 197903 1 006

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun artikel ilmiah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam artikel ini kami membahas tentang upaya super untuk
pencegahan perkembangbiakan jentik nyamuk dengan cara 5M.

Artikel ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

1. Terima kasih kepada kedua orang tua kami yang selalu mendukung dan selalu ada
disamping kami
2. Terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah membimbing kami dan
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu menemani kami saat melakukan
observasi.
4. Terima kasih kepada tuan rumah yang bersedia meminjamkan secuil lahannya dalam
proses percobaan dan penelitihan kami.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada artikel ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik kontruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan artikel selanjutnya.

Akhir kata, semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Sidoarjo, 5 Februari 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..................................................................................................................2

Kata Pengantar.........................................................................................................................3

Daftar Isi....................................................................................................................................4

BAB I: Pendahuluan

Latar Belakang...........................................................................................................................5

Rumusan masalah.....................................................................................................................6

Tujuan Penelitian......................................................................................................................6

Manfaat Penelitian....................................................................................................................6

BAB II: Kajian Pustaka

Pengertian Jentik Nyamuk.........................................................................................................7

Faktor Demam Berdarah Dengue..............................................................................................7

Klasifikasi Aedes Aegypti...........................................................................................................7

Morfologi Aedes Aegypti...........................................................................................................8

Perilaku dan Siklus Hidup Aedes Aegypti..................................................................................8

Cara Pemberantasan Demam Berdarah....................................................................................9

BAB III: Metode Penelitian

Metode Penelitian...................................................................................................................11

Instrumen Penelitian...............................................................................................................11

Teknik Pengumpulan Data......................................................................................................11

BAB IV: Penelitian dan Pembahasan

Pelaksanaan 5M......................................................................................................................13

Hasil Pengamatan....................................................................................................................14

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan..............................................................................................................................16

Saran.......................................................................................................................................16

Daftar Pustaka........................................................................................................................17

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong gorong yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan genangan tersebut sehingga
dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat
pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara
pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non
kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara
kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang
disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan
bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk
bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat
manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada
jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah
menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak
ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan
dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika
penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena
penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan
Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian
meninggal sebanyak 54 orang.

5
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah:
1. Apakah cara 5M dapat mengurangi populasi nyamuk dengan pesat?
2. Bagaimana kondisi lingkungan sekitar setelah cara 5M telah dilaksanakan dengan
baik?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengamati pertumbuhan populasi nyamuk setelah cara 5M dilaksanakan
2. Untuk mengamati pengaruh terhadap lingkungan sekitar setelah 5M berhasil
dilaksanakan.
3. Untuk mengamati penyakit DBD yang menyerang masyarakat apakah masih ada
atau berkurang.
4. Untuk mengurangi populasi jentik yang terdapat di genangan air
5. Untuk melestarikan lingkungan dari limbah yang tidak bisa dimanfaatkan
kembali.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Memaksimalkan upaya pemerintah mengurangi penyakit yang disebarkan oleh
nyamuk.
2. Melahirkan strategi baru untuk memanfaatkan barang-barang bekas.
3. Memudahkan masyarakat agar tidak menambah limbah dari barang bekas yang
tidak bisa dimanfaatkan.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jentik Nyamuk


Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki
perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik"
berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai
(en)cuk atau uget-uget (Jw.).

Jentik menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai
vektor penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah dengue.

Di beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan sebagai


pakan ikan hias.

2.2 Faktor Penyakit Demam Berdarah Dengue


Di Indonesia, Aedes sp. tersebar luas di seluruh wilayah di hampir semua provinsi, umumnya
di temukan di pemukiman yang padat penduduk. Aedes sp. adalah genus nyamuk yang awalnya
ditemukan di daerah tropis, namun kini telah mnyebar hingga ke semua benua kecuali Antartika.
Genus ini pertama kali diberi nama oleh Johann Wilhelm Meigen pada tahun 1818. Aedes
berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak menyenangkan atau najis. Disebut demikian
dikarenakan banyak penyakit yang disebarkan oleh nyamuk jenis ini, diantaranya adalah demam
dengue, DBD dan yellow fever.

2.3 Klasifikasi Aedes Aegypti

Gambar 1.1

7
2.4 Morfologi Aedes aegypti
Nyamuk Aedes sp. berukuran kecil dan halus (4-13
mm). Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari caput atau kepala,
torak dan abdomen. Tubuh nyamuk dewasa ini ramping dan
disekujur badannya berwarna hitam dengan bercak-bercak
putih, nyamuk ini lebih kecil dari nyamuk rumah Culex

quinquefasciatus. Gambar 1.2

Di bagian caputnya terdapat probosis halus yang panjangnya melebihi panjang kepala.
Probosis ini berguna untuk menangkap makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup nyamuk. Pada nyamuk betina, probosis ini digunakan untuk alat tusuk dan penghisap
darah. Sedangkan, pada nyamuk jantan, probosis ini digunakan sebagai penghisap cairan
tumbuh-tumbuhan, buah dan keringat. Di kiri dan di kanan probosis terdapat sepasang
antena yang terdiri dari 15 segmen. Antena pada nyamuk jantan berambut lebih lebat dari
pada nyamuk betina, rambut pada antena nyamuk jantan disebut pulmose sedangkan pada
nyamuk betina disebut pilose.

Pada bagian torak terdapat mesonotum yang berbentuk lyra (Lyreform atau lyre-
shaped). Dibagian mesonotum ini terdapat scutellum yang memiliki 3 lobus. Perbedaan
antara A. aegypti dan A. albopcitus teletak pada perbedaan mesonatumnya. Pada A.
Albopictus mesono tumnya terdapat gambaran garis putih yang memanjang dan hanya
memiliki satu garis yang luas di tengah-tengah toraknya, sedangkan A. Aegypti memiliki dua
garis pada toranya. Sayap nyamuk ini panjang dan langsing, mempunyai vena yang
permukaanya ditutupi sisik sayap. Sisik sayap nyamuk ini sempit dan panjang.

Bagian abdomen dari tubuh nyamuk terdiri dari 10 segmen, 2 segmen terakhir
berubah menjadi alat kelamin. Ujung abdomen Aedes sp. lancip disebut pointed.

2.5 Perilaku dan Siklus Hidup Aedes Aegypti


Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi
telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga
ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam
atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung
duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di
bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

8
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan
virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah,
berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi
semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan,


di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh
karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung
berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air
bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan
yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan
dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4
memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa
di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya
nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.

Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang
dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva
yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung
lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.

2.6 Cara Pemberantasan Demam Berdarah


Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini.
Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui
pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan
ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut
sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD
sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal
JA., 1997).

9
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas
bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat
penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat
menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti
jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea
(sejenis udang-udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator
yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap
telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat ini sedang dikembangkan di
Singapura.

c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan
malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Jenis Penelitian: Penelitian Lapangan

Variabel

1) Kontrol : Tempat perkembangbiakan jentik (genangan air) di beberapa lokasi.


2) Manipulasi: Alat alat yang digunakan untuk melaksanakan 5M.
3) Respon : Populasi jentik setelah dilaksanakannya 5M.

3.2 Instrumen Penelitian


1. Lembar Penguji
2. Cangkul
3. Gayung
4. Ikan
5. Bubuk abate
6. Penutup lubang genangan air
7. Bolpoin

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Menguras
Membersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum, dll),
kemudian mencatat perkembangan/penyusutan populasi jentik ditempat yang sama
3-7 hari kemudian.
Menutup
Tutup tempayan dan perabotan rumah yang menjadi tempat genangan air rapat-
rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk Demam Berdarah tidak dapat masuk
dan bertelur disitu. kemudian mencatat perkembangan/penyusutan populasi jentik
ditempat yang sama 3-7 hari kemudian.
Mengganti
Ganti air vas bunga dan pot tanaman air. kemudian mencatat
perkembangan/penyusutan populasi jentik ditempat yang sama 3-7 hari kemudian.

11
Mengubur
Mengubur plastik, dan barang-barang bekas yang bisa digenangi air hujan. kemudian
mencatat perkembangan/penyusutan populasi jentik ditempat yang sama 3-7 hari
kemudian.
Menaburkan
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras. Taburkan bubuk
abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk . atau
pelihara ikan (cupang) di tempat itu. kemudian mencatat
perkembangan/penyusutan populasi jentik ditempat yang sama 3-7 hari kemudian.

12
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan 5M
Dalam pelaksanaan 5M, Kami melakukan beberapa survey di lokasi daerah
Sukorejo yang sekiranya terdapat banyak tempat genangan air disana. Kami
menemukan sejumlah titik dimana terdapat genangan air yang didalamnya juga
terdapat populasi jentik nyamuk,

Pelaksanaan 5M terdiri dari beberapa tahap, yakni:

Menguras
Membersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum, dll).

Menutup
Tutup tempayan dan perabotan rumah yang menjadi tempat genangan air rapat-
rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk Demam Berdarah tidak dapat masuk
dan bertelur disitu.
Mengganti
Ganti air vas bunga dan pot tanaman air.
Mengubur
Mengubur plastik, dan barang-barang bekas yang bisa digenangi air hujan.
Menaburkan
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras. Taburkan bubuk
abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk . atau
pelihara ikan di tempat itu.

13
4.2 Hasil Pengamatan
Setelah kami melaksanaan 5M disejumlah titik, kami melakukan pengamatan selama 3-7
hari kedepan dititik yang sama dan melihat apakah terdapat penyusutan populasi atau tidak
pada tempat genangan air tersebut.

Terdapat kurang lebih 11 titik yang telah kami jadikan tempat pelaksanaan 5M.

Berikut data yang kami ambil berdasarkan percobaan yang kami lakukan:

Menguras
Menguras kami lakukan rata-rata di kamar mandi penduduk setempat, kami
melihat ada banyak populasi jentik di 2 kamar mandi, serta sedikit populasi jentik di
1 kamar mandi lain.
Setelah kami terapkan metode menguras, kemudia kami kembali ke tempat yang
sama setelah 3-7 hari kemudian. Berikut data yang dapat kami berikan:
Kamar Banyak/sedikit Populasi Kembali pada Banyak/Sedikit Populasi
mandi hari ke-
ke-
1 Banyak 3 Tidak ada
2 Banyak 5 Sedikit
3 Sedikit 7 Sangat Sedikit

Menutup
Kami menutup 3 Kamar mandi sebelumnya dan ditambah 2 sampel lain yang
genangannya diperkirakan tidak ada telur nyamuk.
Setelah kami menerapkan metode menutup, kemudian kami kembali ke tempat
yang sama setelah 3-7 hari kemudian. Berikut data yang dapat kami berikan:
Kamar Banyak/sedikit Populasi Kembali pada Banyak/Sedikit Populasi
mandi hari ke-
ke-
1 Tidak ada 7 Sangat sedikit*
2 Sedikit 5 Sangat sedikit
3 Sangat sedikit 3 Tidak ada
4 Tidak ada** 3 Sangat sedikit*
5 Tidak ada** 3 Tidak ada
*Pertumbuhan jentik yang sebelumnya tidak ada kami perkirakan karena tutup
sedikit berlubang atau sebelumnya ada telur nyamuk yang tidak terlihat.
**Sampel baru alias belum dilakukan teknik menguras.

14
Mengganti
Kami mengganti air dari 3 vas bunga dan pot tanaman air yang terindikasi
terdapat jenitk nyamuk.
Setelah kami menerapkan metode mengganti, kemudian kami kembali ke tempat
yang sama setelah 3-7 hari kemudian. Berikut data yang dapat kami berikan:
Pot/Vas Banyak/sedikit Populasi Kembali pada Banyak/Sedikit Populasi
bunga hari ke-
ke-
1 Banyak 3 Tidak ada
2 Sedikit 5 Sangat sedikit
3 Sedikit 7 Sangat Sedikit

Mengubur
Kami mengubur plastik, dan barang-barang bekas yang bisa digenangi air hujan di
2 titik rumah penduduk. Tidak ada data populasi jentik yang bisa kami berikan
karena dapat dipastikan tidak ada populasi jentik di tempat yang sama setelah kami
mengubur sarang-sarang nyamuk tersebut.
Kami juga menerima ucapan terima kasih dari 2 penduduk yang mengizinkan kami
melakukan metode mengubur karena rumah mereka menjadi lebih bersih dan tidak
perlu membuang zat kotor ke atmosfer untuk membakar sampah-sampah tersebut.

Menaburkan
Kami menaburkan bubuk abate ke 3 kamar mandi yang masih ada populasi jentik di
metode menutup, dan memberi sejumlah ikan di 2 tempat vas/pot bunga yang
masih terdapat populasi jentik serta 1 tempat genangan air lainnya.
Setelah kami menerapkan metode menaburkan, kemudian kami kembali ke
tempat yang sama setelah 3-7 hari kemudian. Berikut data yang dapat kami berikan:
Sampel Banyak/sedikit Populasi Kembali pada Banyak/Sedikit Populasi Yang
ke- hari ke- ditaburkan
1 Sangat sedikit 7 Tidak ada Abate
2 Sangat sedikit 7 Tidak ada Abate
3 Sangat sedikit 7 Tidak ada Abate
4 Sangat sedikit 7 Tidak ada Ikan
5 Sangat sedikit 7 Tidak ada Ikan
6 Tidak ada 7 Tidak ada Ikan

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari semua data yang kami dapatkan setelah penelitihan, kami dapat menarik
beberapa kesimpulan, diantaranya:
Jentik nyamuk selalu ada setiap saat apapun yang terjadi, kita hanya bisa
mengurangi populasi dengan melaksanakan 5M, Walaupun sudah tidak ada
populasi, suatu saat pasti akan ada lagi.
5M terbukti dapat mengurangi populasi jetik dengan sangat pesat.
Penyakit DBD dapat dikurangi seiring populasi nyamuk yang juga semakin
berkurang.
Penggunaan bubuk abate dan juga ikan dapat membasmi populasi nyamuk
yang tersisa, namun jika tidak melaksanakan 5M lagi, bisa saja jentik akan
kembali muncul.
Metode mengubur selain mengurangi populasi nyamuk juga ramah
lingkungan karena tidak merusak lapisan atmosfer.

5.2 Saran

Kami menyarankan pembaca untuk secara rutin minimal 1 bulan sekali untuk
mengurangi populsasi nyamuk yang ada. Karena jika populasi jentik berurang, maka
populasi nyamuk Aedes Aegypti juga semakin sedikit jumlahnya, sehingga
penyebaran DBD dan penyakit yang disebarkan nyamuk berkurang.

Selain itu, rawatlah lingkungan sekitar agar bersih dan terbebas dari sarang
nyamuk, karena tempat yang kotor dan lembab biasanya menjadi istana bagi para
nyamuk. Maka dari itu kami menyarankan agar lebih sering merawat lingkungan
sekitar anda.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Jentik

http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses
tanggal 23 maret 2012.

http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/

http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd

http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-patogenesis-dbd/

http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/

http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd

https://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti

http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-
demam-berdarah-nyamuk-aedes-aegypti/

http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah.

www.library.usu.co.id

17
LAMPIRAN
Gambar 1.1 : Nyamuk Aedes Aegypti........................................................................................7

Gambar 1.2 : Struktur Tubuh Aedes Aegypti.............................................................................8

18

Вам также может понравиться