Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

LAPORAN STATUS

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. K/Perempuan/52 tahun
2. Pekerjaan/pendidikan : Tidak Bekerja
3. Alamat : RT.09 Bento
II. Latar Belakang Spasienio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak :2
c. Status ekonomi keluarga : Menegah kebawah
d. Kondisi Rumah : Pasien tinggal dirumah panggung, dengan
beratap genteng dan lantai kayu. Memiliki 3 kamar yang masing-masing
memiliki 2 ventilasi, terdapat jamban/ wc dan air berasal dari sumur. Letak
dapur dan meja makan tidak jauh dari kamar mandi. Dirumah pasien
memasak dengan menggunakan kompor minyak.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama suami, anak bungsunya, menantu dan kedua
cucunya.

Rumah depan ruang tengah bersama pasien

Dapur kamar mandi/wc

1
III. Aspek Psikologi di keluarga
- Hubungan pasien dengan anak-anak baik

IV. Anamnesa (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)


Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan sering lupa
Riwayat penyakit sekarang :.. Kira-kira 4 bulan yang lalu pasien terjatuh
dikamar mandi dan kepala pasien membentur lantai. Sejak saat itu perlahan-
lahan pasien tiba-tiba sering lupa seperti lupa menaruh sesuatu atau lupa apa
yang barusan pasien kerjakan. Pasien sempat mengeluhkan kondisi tangannya
yang melemah. Keluarga telah membawa pasien berobat ke praktek dokter saraf
dan keluhan pada tangannya tersebut telah teratasi setelah meminum obat dari
dokter saraf. Namun pasien seringkali ngelantur jika diajak bicara dan tampak
gelisah. Kemudian pasien direkomendasikan untuk berobat di RSJ. Keluarga
tidak langsung membawa pasien ke dokter karena menganggap pasien sudah
tua dan gampang pikun.
Keluhan terliaht bertambah berat kira-kira 2 minggu terakhir, pasien
terkadang lupa dengan anggota keluarganya, dan namanya sendiri. 5 hari yang
lalu ketika pasien ingin BAK pasien malah membuka pintu depan dan keluar
rumah, bukan ke kamar mandi. Pasien juga mengalami kesulitan tidur dan
gangguan makan. Selain itu pasien juga kehilangan kemandiriannya dalam
mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti mandi dan makan sehingga butuh
bantuan anggota keluarga lainnya.
Sebelum trauma kepala terjadi, pasien baik-baik saja, tidak mengalami
gangguan seperti yang di sebutkan di atas dan juga dapat mandiri dalam
mengerjakan aktivitasnya sehari-hari. Selama ini keluarga menilai pasien
sebagai orang yang sehat dan jarang sakit. Pasien adalah orang yang terbuka
dengan keluarga maupun dengan orang lain.

V. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.

2
Riwayat trauma (+) 4 bulan yang lalu
Riwayat Hipertensi (+) terkontrol , 8 tahun yang lalu
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)

VI. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit diabetes militus (-)

VII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang
relevan
Tidak ada alergi, makan dalam batas normal, tidak mengkonsumsi obat-
obatan

VIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Disorientasi
Kesadaran : Compos mentis
BB : 46 kg
TD : 140/90 mmhg
Nadi : 78 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37.5C
Kepala : Normocephal
THT :Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor

3
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar, venektasi (-), luka parut (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Ekstermitas
Akral hangat, oedema (-), sianpasienis (-)

IX. Status Lokalis


A. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang berkaitan dengan
perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid)
1. Natal : aterm, lahir spontan pervaginam, ditolong oleh dukun.
2. Riwayat bayi dan anak-anak :
Kanak Awal : tidak diketahui
Masa Kanak Pertengahan : dalam batas normal, tidak ada hendaya dalam
tumbuh kembang
Masa Kanak Akhir : dalam batas normal, tidak ada hendaya dalam tumbuh
kembang
Masa Dewasa : ceria, suka bercerita dan terbuka
3. Riwayat pekerjaan : pasien pernah bekerja sebagai buruh tani tapi sudah
tidak bekerja lagi sejak kira-kira 10 tahun yang lalu
4. Riwayat perkawinan : sudah menikah
5. Masalah psikososial : tidak ada

4
6. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita yang mungkin terkait dengan
gangguan kejiwaan
- Hipertensi
7. Riwayat depresi (-)
B. Pemeriksaan psikiatri khusus
1) Penampilan :
- Sikap tubuh : gelisah
- Cara berpakaian : rapi
2) Pembicaraan
- Arus : lambat dan kurang jelas
- Penekanan pada pembicaraan (-), berbicara hanya jika ditanya
- Isi pembicaraan : relevan
3) Afek, mood dan emosi lainnya
- Afek : tumpul
- Mood : apati
4) Pikiran
- Gangguan umum proses pikir : dalam batas normal
- Gangguan spesifik bentuk pikir : dalam batas normal
- Gangguan spesifik isi pikir : dalam batas normal
5) Persepsi
Dalam batas normal
6) Sensorium
- Alert ness : disorientasi
- Orientasi : terganggu
- Konsentrasi dan kalkulasi : terganggu
- Memori : immediate terganggu, recent
terganggu, recent past terganggu, jangka lama
terganggu
- Pengetahuan umum : terganggu
- Pikiran abstrak : terganggu

5
7) Insight : derajat 1, sama sekali tidak
mengetahui bahwa dirinya sakit

I. Laboratorium : GDS : 147 gr/dl

II. Pemeriksaan Penunjang:


- Tonometri Schiotz
- Pemeriksaan Visus dengan koreksi
- Funduskopi

III. Diagnpasiena Kerja


Katarak Sinilis Stadium Imatur OD ICD X H26.9 Cataract, unspecified

IV. Diagnpasiena Banding


Kelainan refraksi ICD X H52 Disorders of refraction and
accommodation

V. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit katarak sinilis merupakan
penyakit yang terjadi pada usia lanjut
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara
pengobatannya, dan indikasi operasi.
Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain
mengalami keluhan yang sama untuk segera berobat

b. Preventif
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama sayur hijau
(bayam,kangkung,brokoli) yang kaya akan anti oksidan.
Menghindari faktor resiko yang dapat memicu progresifitas penyakit

6
Jika pandangan terlalu kabur atau mengganggu sebaiknya tidak pergi
kelaur rumah dan beraktivitas untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi.

c. Kuratif
Non Farmakologi
Penggunaan kaca mata sesuai visus
Farmakologi :
Disarankan untuk melakukan tindakan bedah

d. Rehabilitatif
Kontrol teratur untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai
penyakit pasien

7
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
Puskesmas Olak Kemang
dr. Rahmi Nindya Sari
dr. Rahmi Nindya Sari
SIP. G1a215084
SIP. G1a215084
Tanggal: 19/8/2017
Tanggal: 19/8/2017

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Rahmi Nindya Sari dr. Rahmi Nindya Sari
SIP. G1a215084 SIP. G1a215084

Tanggal: 19/8/2017 Tanggal: 19/8/2017

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mmdan diameternya 9
mm.Ketebalan lensa bervariasi tergantung pada prpasienes akomodasi. Berat
lensa bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (usia 40-60
tahun).Lensa memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior dan
permukaan ppasienterior. Permukaan lensa bagian ppasienterior lebih
melengkung dibandingkan anterior.Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi
lensa yang disebut ekuator.Ppasienisi lensa tepat di sebelah ppasienterior iris
dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari korpus siliaris. Di
sebelah anterior lensa terdapat akuous humor, di sebelah ppasienteriornya
terdapat vitreus.1-5

Struktur lensa terdiri dari:

1. Kapsul
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk.Kapsul ini merupakan suatu membran basal transparan dan
elastis yang terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein.Kapsul
anterior berasal dari epitel, sedangkan kapsul ppasienterior berasal dari
perpanjangan serat sel lensa. Kapsul pada ekuator lebih tebal dibandingkan

9
sentral dan lebih tebal pada anterior (814 m, meningkat dengan
bertambahnya usia) dibandingkan ppasienterior (2-3 m).1,3,5,6
2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak terdapat
epitel lensa di bagian ppasienterior.Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel
kuboid dan menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan terus
bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa
baru dari sel-sel epitel yang terdapat di daerah ekuator lensa.Perubahan
morfologi terjadi ketika sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa.
Perubahan ini berhubungan dengan peningkatan massa protein seluler pada
membran setiap serat sel. Pada saat yang sama, sel akan kehilangan
organela, termasuk inti sel, mitokondria dan ribpasienom.3,4,6,7
3. Nukleus dan korteks
Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus.Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa.Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
yang disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya
korteks ppasienterior. Dengan bertambahnya umur, nukleus makin
membesar sedangkan korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh
lensa mempunyai konsistensi nukleus.Serat lensa dihasilkan seumur hidup,
namun kecepatan produksinya makin lama makin berkurang.6,7
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal
sebagai zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril
ini berasal dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator
lensa.8

2.2 Fisiologi lensa


Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan
berkembang menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari lensa.
Area lensa dengan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitelium. Oksigen

10
dan protein yang akan digunakan untuk sintesis protein serta transpor aktif
elektrolit, karbohidrat, dan asam amino disediakan oleh epitelium lensa. Energi
kimia ini dibutuhkan untuk memelihara pertumbuhan sel dan transparansi
lensa.Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan mengeluarkan produksisa metabolik. Namun, hanya bagian anterior
lensa saja yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif hipoksia.Korteks
lensa lebihterhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium di dalam lensa
sekitar 20 mM, dan kadar kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium dan kalium
di sekitar akuoushumor dan vitreous humor sedikit berbeda: natrium lebih
tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan kalium sekitar 5 mM.8
Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan
tranparasi lensa adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter
semipermeabel kapsul lensa dan mekanisme pompa membran serat lensa yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada lensa.4
Walaupun terjadi fpasienfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan
produksi energi dengan prpasienes anaerob (melalui glikolisis, jalur
pentpasiene-fpasienfat dan HMP (hexpasiene monophpasienphate) shunt.
Glukpasiena dikonversi menjadi glukpasiena-6-fpasienfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh)dan
jumlah ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia.Selain itu, terdapat sedikit
mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Karena lensa
bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat
melalui difusi dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob
akibat rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous humor.2,8

2.3 Definisi katarak


Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
latincataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular

11
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh.Katarak adalah
setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa
akan mengkonvergensikan cahaya yang masuk. Kekeruhan pada lensa akan
menyebarkan ataupun menghambat cahaya. Jika kekeruhan sedikit dan letaknya
di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6

2.4 Patogenesis Katarak9


Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian,
pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan
protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning
atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat
lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang.
Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam terbentuknya katarak antara lain
kerusakan oksidatif ( dari prpasienes radikal bebas, sinar UV dan malnutrisi.
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang memperlambat atau
membalikkan perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan katarak.

2.5 Faktor resiko katarak


a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus

12
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikpasienteroid

2.6 Klasifikasi katarak


Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4

I. Katarak kongenital dan developmental


II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikpasienteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome

1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal
lensa.ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi kekeruhan
hanya terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak developmental terjadi

13
dari bayi sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan dapat terjadi pada nukleus
infantil sampai dewasa.4,8

Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada kita
perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan perkembangan
lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katarak polaris ppasienterior, katarak polaris anterior, katarak nuklear dan katarak
sutural.9

Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi.Bila kekeruhan lensa


sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada
funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya.
Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada satu
mata.6,9

2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik atau
penyakit metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktpasienemik, defisiensi gizi,
penyakit Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik
terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan

14
radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama.
Katarak ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan
bagian dari kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif,
toksik, radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi
karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma,
ablatio retrina, miopia tinggi, ptpasienis bulbi yang mengenai satu
mata.
Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille
dilakukan pada :

1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular,


katarak telah total dan kpasienmetik sangat terganggu.
2. Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari

b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun


c. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada umur 50 tahun
Katarak senilis dikenal dalam 3 bentuk katarak senilis, yaitu:

15
a. Katarak nuklear
b. Katarak kortikal
c. Katarak subkapular ppasienterior (kupoliform)
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur dan hipermatur5,6,9

1. Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Pada
stadium ini dapat menimbulkan keluhan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan ppasienitif.

2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan pasienmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.

3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa.Kekeruhan ini akibat deppasienisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

4. Katarak hipermatur
Merupakan prpasienes degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan

16
mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak
Morgagni).Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik.

Tabel 2.1 Perbedaan stadium katarak senilis

Insipient Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air


(air masuk) + masa lensa
keluar)

Tremulans
Terdorong
Iris Normal Normal
Dalam
Dangkal
Bilik mata depan Normal Normal
Terbuka
Sempit
Sudut bilik mata Normal Normal
Pseudoppasien
Ppasienitif
Shadow test Negatif Negatif
Uveitis +
Glaucoma
Penyulit - - glaucoma

2.7 Manifestasi Klinis10


Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan fungsional
penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain
kekeruhan pada lensa.
Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan yang paling umum pada
pasien dengan katarak. Keluhan penglihatan berasap dan tajam penglihatan
yang menurun secara progresif. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran

17
visus sedikit atau sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita
tidak akan mengalami keluhan penglihatan.
Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang
terang atau silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam
hari. Gangguan ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak
subcapsular ppasienterior dan pada pasien dengan katarak kortikal.
Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa
menyebabkan terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun
sedang. Akibatnya, ada pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak
dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal
yang disebut second sight. Namun munculnya sementara saat kualitas lensa
mengalami gangguan makan second sight tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan katarak
subkapsular ppasienterior.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam penglihatan.


Pemeriksaan dengan slit lamp juga penting selain untuk memeriksa
kekeruhan lensa juga untuk pemeriksaan mata lainnya ( konjungtiva,
kornea, iris, kamera anterior). Selain itu pemeriksaan oftalmpasienkop direk
dan indirek penting untuk mengevaluasi ppasienterior mata sehingga dapat
diketahui prognpasienis setelah ekstraksi lensa.

2.8 Penatalaksanaan11

1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical

18
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi `lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan
anak. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material,
dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa ppasienterior, ada
2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prpasienedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena
itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan lemah adalah salah
satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya

19
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikrpasienkopis yang
terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan
katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan
nukleus dan korteks lensa melalui prpasienedur ECCE. Kontraindikasi absolut
pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula traumatic.
Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul
ppasienterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prpasienedur
utama pada operasi katarak. Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan
dislokasi dari lensa. Prpasienedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular
untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika
zonular tidak utuh pelaksanaan prpasienedur yang aman melalui ekstrakapsular
harus dipikirkan lagi.
Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:
1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak
intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di
bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak
dapat dilakukan
3. Komplikasi ppasientoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi
pada bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat
terjadi pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat
terjadi.

20
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema, dan
ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
5. Kemungkinan astigmatisme ppasientoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa ppasienterior pasca operasi sangat mungkin
terjadi pada prpasienes ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal

2.9 Prognpasienis12,13
Quo ad vitam pada umumnya bonam, namun fungsionam dan sanationamnya dubia
ad malam bila tidak dilakukan operasi katarak.

21
BAB III
ANALISIS KASUS
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

a. Hubungan diagnpasienis dengan keadaan rumah :


Pasien tinggal dirumah panggung, dengan beratap genteng dan lantai
kayu. Memiliki 3 kamar yang masing-masing memiliki 2 ventilasi, terdapat
jamban/ wc dan air berasal dari sumur. Letak dapur dan meja makan tidak jauh
dari kamar mandi. Dirumah pasien memasak dengan menggunakan kompor
minyak.
Tidak ada hubungan diagnpasienis dengan keadaan rumah
b. Hubungan diagnpasienis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam
Pasien merupakan seorang janda 15 tahun, memiliki 3 anak laki-laki
dan 1 anak perempuan, 2 diantara anak lekaki pasien sudah lebih dahulu
meninggal karena kecelakaan dan penyakit liver pada saat remaja. Dirumah
pasien tinggal bersama kedua ponakan laki-lakinya yang masih sekolah, kedua
ponakan sering pulang kerumah orang tuanya di muara jambi setiap sabtu dan
minggu sedangkan pasien akan tinggal sendirian saat itu. Sedangkan 2 anak
pasien yang lain sudah berkeluarha dan tinggal dirumah yang berbeda tapi masih
berdekatan.
Tidak ada hubungan diagnpasienis dengan keadaan keluarga dan hubungan
dalam keluarga
c. Hubungan diagnpasienis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Pasien bekerja jadi buruh di salah satu PT karet di dekat rumahnya sejak
suaminya meninggal. Pasien biasanya pergi bekerja hanya dengan berjalan kaki

22
karena tempat kerja pasien jaraknya hanya 3 menit dari rumah. Pasien makan 3
kali sehari dan biasa sarapan dengan teh dan roti.
Tidak ada hubungan antara diagnpasienis dengan perilaku kesehatan dalam
keluarga dan lingkungan sekitar

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini (sesuai dengan anamnesa dan observasi yg ditemukan)
Penyebab katarak sinilis belum diketahui, biasanya disebabkan oleh usia diatas 40
tahun akibat degenerasi lensa. Penyebab lain adalah glaukoma, uveitis, trauma mata,
serta kelainan sistemik seperti Diabetes Mellitus, riwayat pemakaian obat steroid
dan lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga pada satu mata
(monokular).
Dari kasus ini diketahui bahwa umur pasien 64 tahun yang beresiko terkena katarak
sinilis
Riwayat kencing manis (-), trauma mata (-), Glaukoma (-), Pemakaian obat steroid
(-)
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan (visus) yang paling sering berkaitan dengan prpasienes
degenerasi lensa pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak senilis).
Fakto resiko katarak Pemakaian tetes mata steroid secara rutin, Usia
lebih dari 40 tahun, Penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus.
Periksakan kedokter jika sesuai factor resiko ditambah dengan terdapat
penglihatan kabur, berasap dan jika visus kacamata semakin bertambah
f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga
Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah gangguan penglihatan yang
dapat diperbaiki
Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika sudah didiagnpasienis
katarak agar tidak terjadi komplikasi.

23
Jika ada keluarga dengan keluhan yang sma segera memeriksakan diri ke
dokter

DAFTAR PUSTAKA

1. James, T. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford


University Press; 2011. p 228 230, 625
2. Gerhard, K.. Ophthalmology A Text Book Atlas. New York: Thieme Stuttgart;
2006. p 169-174
3. Crick RP, Khaw PT. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rdEdision.
Singapore. World Scientific; 2003. p 35,94
4. Khurana K.Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International; 2007. p 167-170
5. Riordan Paul, Eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum.Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hal 11-12
6. Ilyas Sidarta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2010. hal. 6-7, 143-150
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract. Section
11. Basic and Clinical Science Course; 2009. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
8. Sidarta, I. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
9. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit
EGC. 2012
10. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
11. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw Vectis.
J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.

24
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007. Hal: 169-171
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014;
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

LAMPIRAN

25
26

Вам также может понравиться