Вы находитесь на странице: 1из 7

Raknamo Buka Jalan,Demi Kepentingan 400 Ribu Rakyat Kota, Kolhua Solusinya

Admin | Rabu, 07 Januari 2015 - 09:57:04 WIB | dibaca: 500 pembaca

Pada Momen Hari Ulang Tahun (HUT) ke-56 Propinsi NTT, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) hadir
meresmikan pembangunan bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang. Kehadiran Jokowi terasa
istimewa, selain karena bertepatan dengan momen HUT NTT, peresmian pembangunan bendungan
tersebut terjadi diawal masa pemerintahan Jokowi yang telah memprogramkan membangun 49
bendungan selama lima tahun masa kepemimpinannya. Dimana Raknamo merupakan bendungan
pertama yang dibangun setelah sekitar 17 tahun pemerintah tak pernah membangun bendungan-
bendungan besar ditanah air. Karena itu, Jokowi menyebut Raknamo menjadi istimewa karena
merupakan bendungan pertama dari 49 bendungan di Indonesia yang akan dibangun selama periode
2014-2019. Yang menarik, enam diantaranya berada di NTT, yakni Raknamo (Kab Kupang), Kohua (Kota
Kupang), Temef (TTS), Rotiklo (Belu), Aesesa (Nagekeo), dan Waibara (Sumba Barat). Seandainya Kolhua
tak mendapat penolakan masyarakat, mungkin saja Kolhua-lah yang menjadi titik star / awal
pembangunan bendungan di Indonesia, bukan Raknamo, karena Kolhua dipersoalkan, pemerintah
memutuskan mengalihkan ke Raknamo. Lalu apakah Kolhua batal atau gagal? Jika bertanya ke warga
Kolhua pemilik lahan, pasti mereka akan menolak. Ini dibuktikan dengan pernyataan tegas tokoh
masyarakat setempat, yang menegaskan akan tetap berjuang mempertahankan hak-hak mereka dengan
tidak membiarkan pemerintah mengambil lahan garapan mereka untuk dibangun bendungan. Tapi kalo
kita bertanya ke mayoritas warga kota yang selalu kesulitan air baku, tentu harapanya bendungan
Kolhua segera dibangun.

Apalagi dalam sebuah kesempatan, awal Desember 2014, Kadis PU NTT Andre W Koreh, mengatakan
kondisi iklim NTT dengan durasi tiga bulan basah dan Sembilan bulan kering, jelas membuat wilayah NTT
mengalami deficit air.

NTT demikian Andre Koreh mengalami deficit 1,5 miliar meter kubik air per tahun. Berdasarkan neraca
air potensi tangkapan air kita 18 miliar meter kubik, sementara daya tampung hanya bias 558 juta meter
kubik. Kemana yang lain? Jelas ke laut. Lalu apa solusinya? Andre Koreh mengatakan untuk mengatasi
kesulitan air di NTT, paling tidak dibutuhkan 60 bendungan plus 4000 embung. Faktanya kita baru punya
1 bendungan (Tilong) plus 700 embung yang tersebar di wilayah NTT.

Terhadap fakta ini, Andre Koreh tampaknya miris melihat Propinsi tetangga kita NTB yang sama-sama
star membangun bendungan dimana NTT membangun bendungan Tilong, hingga kini NTB sudah
memiliki 18 bendungan. Dan NTT baru satu menuju bendungan kedua yakni Raknamo. Bagi Andre NTT
memiliki potensi untuk mewujudkan ketersediaan air baku dengan membangun bendungan/embung,
namun fakta dilapangan terkadang tidak mendapat respon baik dari masyarakat.
Bahkan menurut cerita sejumlah staf dinas PU NTT dalam suatu kesempatan bersama Menteri PU era
SBY , DJoko Kirmanto, Gubernur NTT Frans Lebu Raya pernah ditanyai Djoko. Berapa kali Pemprov
bertemu warga Kolhua untuk membicarakan rencana ini. Gubernur pun menjawab sudah pernah
bertemu lalu Djoko menimpali kan belum 100 kali bertemu. Kalau 100 kali bertemu dan warga Kolhua
menolak , masih 101, 102 dan seterusnya artinya apa yang diungkapkan Djoko Kirmanto ini menjadi
harapan agar Pemprov NTT jangan menyerah. Teruslah berusaha meyakinkan warga. Tokh bendungan
ini untuk tujuan menyediakan air baku bagi 400 ribu lebih warga Kota Kupang dan sekitarnya.

Tak Cuma itu Menteri PU Kabinet kerja Jokowi Basuki Hadimuljono juga berujar ke Gubernur NTT bahwa
dirinya akan mencari waktu bertemu langsung warga Kolhua untuk membicarakan rencana ini. Bahkan
Basuki yang pernah tiga tahun lebih bertugas di NTT sebagai salah satu kepala Balai Kementrian PU
sekira tahun 1980an mengatakan kalo satu kali bertemu pasti diusir, kedua dimaki maki, ketiga di leu
leu, keempat pasti sudah bisa menerima. Artinya ungkapan mantan Menteri PU , Djoko Kirmanto dan
Menteri PU saat ini Basuki menunjukan bahwa pemerintah pusat punya niat, bendungan Kolhua harus
terealisasi.

Sanggupkah Pemprov NTT dan Pemerintah Kupang meyakinkan warga Kolhua? Atau sebaliknya pasrah
pada kondisi (penolakan) yang ada. Coba kita membaca atau mengikuti cerita pembangunan bendungan
terbesar didunia yang ada di Propinsi Hubei, China yakni bendungan Three Gorges atau dikenal dengan
sebutan bendungan Tiga Ngarai ini.

Uniknya salah satu dari tiga sungai yang dibendung itu merupakan sungai ketiga terpanjang didunia,
yakni sungai Yangtze di sandouping, Yichang, Propinsi Hubei, China dikisahkan kontruksi bangunan
dimulai tahun 1994 dan selesai dalam tempo 15 tahun. Yakni pada tahun 2009 dan merupakan
bendungan hidroelektrik terbesar di dunia.

Setelah selesai dibangun, bendungan ini bukan saja bendungan terbesar didunia namun air yang
dibendung mampu membangkitkan energy listrik terbesar di dunia dengan kapasitas 18,2 juta KWh.

Ide awal terciptanya proyek raksasa ini bermula dari pengalaman pahit ketika china diporak porandakan
banjir besar akibat luapan sungai Yangtze tahun 1931. Lebih dari tiga juta penduduk meninggal / hilang
dan 300 juta lebih orang mengalami kerugian dan kelaparan. Karena itulah bendungan ini dibangun
dengan maksud sebagai pengendali banjir besar. Belajar dari pengalaman itu saya mencoba mengajak
kita semua untuk kembali merenung azas manfaat dari pembangunan bendungan Kolhua untuk
menyediakan air baku bagi warga Kota Kupang ke depan.
Saat ini, sebagaimana kita liat perkembangan Kota Kupang begitu cepat, bangunan bangunan megah
tumbah dimana mana, perhotelan, pusat pusat bisnis, dan lain sebagainya semuanya membutuhkan
sumber daya air.

Tahun 2015 pola piker kita harus berubah memikirkan kepentingan banyak orang bukan kepentingan
diri sendiri. Bagi Pemerintah komunikasi dengan penduduk setempat yang lahannya terkena dampak
pembangunan bendungan juga harus dilakukan secara baik, jangan ada upaya untuk mengambil
keuntungan dibalik proyek ini

JIka komunikasi dilakukan baik dengan melihat budaya setempat, yakinlah bahwa semua persoalan pasti
ada jalan keluarnya, somoga (Harian Timor Expres Senin 29 Desember 2014)

http://www.pdamkotakupang.net/berita-raknamo-buka-jalan.html
Admin | Selasa, 23 Desember 2014 - 09:41:11 WIB | dibaca: 443 pembaca

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Bendungan Kolhua akan diberi nama Bendungan Helong. Hal ini untuk
menghormati warga sekitar yang rata-rata adalah dari suku Helong.

Hal ini disampaikan Wakil Walikota Kupang, dr. Hermanus Man, saat Coffie Morning bersama pimpinan
media massa di Kota Kupang di Restoran Nelayan, Senin (22/12/2014).

Dr. Herman, mengatakan, Pemkot akan tetap membangun bendungan Kolhua dalam memanuhi
kebutuahn air bersih bagi warga Kota Kupang.

Ia mengatakan, anggaran untuk pembangunan bendungan Kolhua masih ada, hanya sekarang tinggal
penyelesaian lahan oleh Pemerintah Kota Kupang.

"Anggaran untuk pembangunan Bendungan Kolhua sudah siap,hanya sekarang tinggal Pemerintah Kota
melakukan penyelesaian lahan ," kata Hermanus Man yang didampingi Asiten I Sekda Kota Kupang, Yos
Rera Beka.

Menurutnya, sesuai rencana bendungan kolhua ini akan diberi nama bendungan Helong,karena ada dari
masyarakat yang meminta agar budaya yang berada di wilayah tersebut harus tetap dijaga.

"Di wilayah tersebut didaiami masyarakat Helong, sehingga bendungan tersebut nanti akan diberi nama
bendungan Helong," katanya.*

http://www.pdamkotakupang.net/berita-bendungan-kolhua-tetap-dibangun-tapi-ganti-nama-
bendungan-helong.html
Admin | Senin, 08 Desember 2014 - 09:15:27 WIB | dibaca: 507 pembaca

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Upaya Pemerintah Propinsi (Pemprop) NTT membangun Bendungan
Kolhua di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, tak hanya untuk mengatasi krisis air
bersih warga Kota Kupang. Tapi sasaran lain pembangunan bendungan itu dalam rangka pengedalian
banjir bagi daerah sekitar muara sungai.

Berdasarkan data teknis Bendungan Kolhua yang diperoleh dari SNVT PJSA NTT II Propinsi NTT yang
diperoleh Pos Kupang, Jumat (14/11/2014), ada lima sasaran dari pembangunan bendungan tersebut.
Selain untuk penyediaan air bersih/air minum untuk warga Kota Kupang, bendungan tersebut juga dapat
digunakan dalam rangka pengedalian banjir bagi daerah sekitar muara sungai.

Berdasarkan data teknis yang ada, sebanyak 150,55 liter/detik digunakan untuk 162.594 jiwa atau
32.519 satuan sambungan rumah di Kota Kupang. "Tidak hanya untuk sambungan rumah. Dengan
adanya bendungan tersebut juga multiefeknya permukaan air tanah dalam Kota Kupang akan naik," kata
Kepala Dinas PU NTT, Ir. Andre W Koreh, MT di Kupang, Selasa (11/11/2014).

Selain untuk kebutuhan air baku dan pengendalian banjir, lokasi bendungan tersebut nantinya juga akan
menjadi pariwisata perkotaan, dan penyediaan tenaga listrik mikro hidro dari base flow sebesar 320
liter/detik. Pembangunan bendungan tersebut juga dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat
setempat akan pengembangan sumber daya air secara berkesinambungan untuk pengembangan
ekonomi regional.

Sebelumnya diberitakan (Pos Kupang, 15/11/2014), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Basuki Hadimuljono, memberikan perhatian dan mendukung pembangunan bendungan di NTT. Saat
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dan Kadis PU NTT, Ir. Andre W Koreh, MT mengantar proposal dan
melaporkan pelaksanaan pembangunan Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Januari 2015,
Basuki meminta agar Bendungan Kolhua juga dibangun.

"Saat saya dan Pak Gub bertemu Pak Menteri (Menteri PU dan Perumahan Rakyat, Red) minggu lalu di
Jakarta, beliau berpesan jangan hanya satu yang dibangun. Kalau bisa Bendungan Kolhua juga dibangun.
Tentunya tanpa ada masalah lahan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (Kadis PU) NTT, Ir. Andre W
Koreh, MT ketika menelepon Pos Kupang dari Batam, Kamis malam (13/11/2014) pukul 19.11 Wita.
Inti dari pesan Menteri PU itu, demikian Andre, supaya masyarakat juga mendukung dan berpartisipasi
dalam menyukseskan rencana pembangunan Bendungan Kolhua di Kota Kupang itu.

Menurut Andre, dana yang disiapkan untuk pembangunan Bendungan Kolhua sekitar Rp 400 miliar
sampai Rp 500 miliar. Dananya juga sudah ada, yakni berasal dari anggaran tahun 2016 yang ditarik ke
tahun 2015. Kontribusi dari APBD I dan APBD II juga sudah ada. "Rencananya, Menteri PU akan datang
sendiri ke Kupang mencari solusi masalah lahan Bendungan Kolhua," kata Andre. (kas)

http://www.pdamkotakupang.net/berita-bendungan-kolhua-tak-hanya-untuk-air-baku.html

Вам также может понравиться