Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
SUMEDANG
2014
I. PENDAHULUAN
Jenis pisang yang sangat terkenal terdapat 3 jenis, baik di dalam negeri
maupun di manca negara, yaitu pisang ambon, pisang susu, dan pisang batu. Yang
merupakan bibit pohon pisang adalah tunas yang tumbuh di sebalah pohon
induknya. Pohon pisang cepat sekali tumbuh. Pohon pisang tidak dapat berbuah
berkali-kali, melainkan sekali dalam hidupnya. Berbeda jenis pisang maka
berbeda pula bonggol pisang yang dihasilkan, untuk bonggol pisang ambon
mempunyai ciri-ciri bonggol yang keras, getah yang dihasilkannyapun sangat
banyak, oleh karena itu bonggol pisang ambon kurang bagus untuk dijadikan
produk masakan. Bonggol pisang susu mempunyai ciri bonggol yang keras pula,
bonggol pisang susu sangat jarang digunakan untuk produk olahan karena selain
bonggol tersebut tidak cocok untuk diolah, banyaknya bonggol pisang susu juga
sangat terbatas. Sedangkan, bonggol pisang batu mempunyai karakteristik yang
tidak terlalu keras, bonggol pisang ini sudah banyak digunakan untuk produk
olahan seperti keripik bonggol pisang, maka bonggol pisang batu sangat cocok
untuk diolah menjadi berbagai macam produk olahan.
I.2. Tujuan
Membuat pengembangan produk baru berbasis limbah berbahan dasar
bonggol pisang.
II. PRODUK
2.1. ChocoBi (Choco-Cookies Bonggol Pisang)
2.1.1. Deskripsi Umum Tentang Produk Gagasan
Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya
bertekstur padat (BSN, 1992). Cookies merupakan alternatif makanan selingan
yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cookies dikategorikan sebagai
makanan ringan karena dapat dikonsumsi setiap waktu (Departemen Perindustrian
RI, 1990).
Gambar 2. Cookies
Sumber: Anonim b
Cookies yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu yang ditetapkan
agar aman untuk dikonsumsi. Syarat mutu cookies yang digunakan merupakan
syarat mutu yang berlaku secara umum di Indonesia berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-2973-1992), seperti tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Syarat Mutu Cookies menurut SNI 01-2973-1992
Kriteria Uji Klasifikasi
Kalori (Kalori/100 gram) Minimum 400
Air (%) Maksimum 5
Protein (%) Minimum 9
Lemak (%) Minimum 9.5
Karbohidrat (%) Minimum 70
Abu (%) Maksimum 1.5
Serat kasar (%) Maksimum 0.5
Logam berbahaya Negatif
Bau dan rasa Normal dan tidak tengik
Warna Normal
(Sumber: BSN, 1992)
Choco-Cookies Bonggol Pisang (ChocoBi) merupakan snack yang
mengandung serat cukup tinggi, tidak menyebabkan kegemukkan,
mengenyangkan, dan menyehatkan saluran pencernaan. Menurut Matz (1972)
dalam Indriyani (2007), cookies termasuk friable food. Sifat tekstur friable food
yang penting adalah sedikit elastis, porous, diskontinyu dan mudah pecah menjadi
partikel-partikel yang tidak teratur selama pengunyahan.
Karakteristik produk yang diharapkan adalah :
- Warna : coklat
- Aroma : khas tepung
- Tekstur : renyah
- Rasa : agak manis, gurih
2. Tepung terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum,dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, mi dan roti. Tepung
terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Pada pembuatan
produk cookies menggunakan tepung soft flour karena kadar glutennya yang
rendah jadi sangat cocok untuk membuat produk cookies (Fatmawati, 2012).
3. Gula
Gula sebagai bahan pemanis. Gula yang digunakan untuk membuat kue
adalah gula halus atau gula pasir dengan butir butir halus agar susunan kue rata
dan empuk. Gula ini dapat digunakan untuk teknik membuat cookies. Fungsi gula
yaitu mematangkan dan mengempukan susunan sel dalam hal ini mengempukan
protein tepung . Juga memberi kerak yang diinginkan yang mulai terbentuk pada
waktu temperatur rendah, dalam hal ini proses karamelisasi. Membantu dalam
menjaga kualitas produk. Jumlah gula dalam formula tinggi maka menjadikan
hasil kue kurang baik (Fatmawati, 2012).
4. Margarin
Margarin disebut juga oleomargarine, butter, dan lardine. Margarin dibuat
dari minyak tumbuh-tumbuhan dengan cream dari susu yang dijernihkan
kemudian diaduk, deberi bahan perasa dan warna. Campuran ini kemudian
dipisahkan, didinginkan dan dibungkus atau dikalengkan. Minyak tumbuh-
tumbuhan yang dipakai antara laian minyak kelapa, minyak biji matahari, biji
kapas atau dari kedelai. Pada waktu proses pembuatan margarin ada beberapa
penambahan vitamin yaitu vitamin A dan vitamin D (Fatmawati, 2012).
5. Telur
Telur mengandung beberapa protein dan berfungsi untuk membentuk
karakteristik produk cookies dan crackers Telur bersama tepung membentuk
kerangka atau struktur (proteinnya) cake, selain itu telur juga menyumbangkan
kelembaban (mengandung 75% air dan 25% solid) sehingga cake menjadi empuk,
aroma, penambah rasa, peningkatan gizi, pengembabangan atau peningkatan
volume serta pempengaruhi warna dari cake. Licitin dalam kuning telur
mempunyai daya emulsi sedangkan lutein dapat membangkitkan warna pada hasil
produk. Telur yang digunakan adalah telur yang segar (pH 7 7,5), tidak dalam
kondisi dingin, tidak rusak atau pecah sebelum dipakai. Sebelum digunakan telur
dikocok terlebih dahulu (Faridah, 2008 dikutip dalam Fatmawati, 2012). Telur
berfungsi sebagai pembentuk kerangka, kebasahan, aroma, warna, kualitas cake.
Kuning telur adalah bagian yang lebih padat dan terkandung di dalamnya hampir
semua fat dari telur itu. Kuning telur mengandung lechitin, ini berfungsi sebagai
emulsifier (Hamidah, 1996 dikutip dalam Fatmawati, 2012).
6. Baking powder
Baking powder merupakan bahan pengembang yang umum digunakan pada
cake. Baking powder berfungsi sebagai pengembang, untuk memperbaiki eating
quality, memperbaiki warna crumb (lebih cerah). Baking powder biasanya
bereaksi pada saat pengocokkan dan akan bereaksi cepat apabila dipanaskan
hingga 40 50C. Komposisi baking powder yaitu natrium bikarbonat (NaHCO3),
asam atau garam asam, bahan pengisi (filler) (Faridah, 2008 dikutip dalam
Fatmawati, 2012).
7. Susu
Susu dapat memiliki fungsi untuk menambah gizi, membangkitkan rasa,
aroma dan mampu menjaga cairan dan membantu mengontrol kerak. Gula susu
akan terkaramelisasi pada suhu rendah dan memberikan warna kerak yang
diinginkan. Dan efek pengikat yang ada pada protein tepung bersama-sama bahan
padatan susu akan membentuk struktur produk cookies. Air yang ada dalam
susu cair menimbulkan rasa yang lezat (Fatmawati, 2012). Susu skim berfungsi
sebagai emulsfying agent untuk membentuk campuran homogen yang lembut
(Smith, 1972 dalam Turisyawati, 2011).
8. Garam
Garam digunakan untuk mengurangi rasa manis yang ada pada gula. Selain
itu fungsi garam adalah membangkitkan rasa dan aroma, penggunaan garam harus
ada ukuranya, memberi sumbangan juga dalam pembentukan warna kerak.
9. Pengaroma
Pengaroma memberi sumbangan dalam memberi aroma khas. Pengaroma
memiliki aroma yang kuat, oleh karenanya dalam penggunaan perlu diukur secar
tepat dan dipilih mana yang cocok dengan jenis cookies yang akan dibuat.
Sebaiknya menggunakan dalam jumlah kecil dengan mutu yang baik. Bahan
pewangi diperoleh dari rempah rempah, sari (ekstak) dan emulsi (Hamidah,
1996 dikutip dalam Fatmawati, 2012). Pengaroma yang digunakan adalah vanili.
10. Oats
Untuk mendapatkan cookies kaya serat maka perlu adanya penambahan
serat. Salah satu bahan pangan yang mengandung kandungan serat yang tinggi
adalah oats. Penambahan oats dilakukan dengan jumlah sekitar 50 gram
mengingat bahwa tepung bonggol pisang sendiri juga memiliki kandungan serat.
Seringkali oats disamakan dengan gandum, padahal oats dan gandum merupakan
2 jenis tanaman yang berbeda. Oats merupakan salah satu makanan yang sangat
baik bagi tubuh karena kaya akan serat yang dapat dipecah atau diuraikan tubuh.
Bulir- bulir oats terdiri dari selulosa dan lignin.
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer
glukosa rantai linier. Rantai molekul pembentuk selulosa akan semakin panjang
seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Di dalam tanaman, fungsi selulosa
adalah memperkuat dinding sel tanaman sedangkan di dalam pencernaan,
berperan sebagai pengikat air, namun jenis serat ini tidak larut dalam air.
Sedangkan lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil
propan. Lignin bersama-sama holoselulosa (merupakan gabungan antara selulosa
dan hemiselulosa) berfungsi membentuk jaringan tanaman, terutama memperkuat
sel-sel kayu.
Selulosa dan lignin adalah jenis serat yang tidak larut atau yang disebut serat
kasar. Serat sendiri memiliki banyak manfaat yang dapat menyehatkan tubuh.
Serat sendiri memiliki fungsi sebagai pencahar atau laksatif yang beruhubungan
dengan kekambaan feses dimana meningkatnya jumlah koloni mikroflora kolon
akan meningkatkan massa feses yang juga menghasilkan efek pencahar. Namun
demikian, serat yang sulit difermentasi seperti dedak serealia menghasilkan massa
feses yang jauh lebih tinggi sehingga lebih efektif sebagai pencahar. Selain itu,
dapat juga sebagai pencegah kanker kolon. Konsumsi serat yang cukup akan
mempercepat transit feses dalam saluran pencernaan sehingga kontak antara kolon
dengan berbagai zat karsinogen yang terbawa dalam makanan lebih pendek,
dengan demikian mengurangi peluang terjadinya kanker kolon. Transit makanan
yang lebih cepat juga mengurangi kesempatan berbagai mikroorganisme dalam
kolon untuk membentuk zat karsinogen. Fungsi lainnya adalah untuk mengontrol
berat badan. Makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu yang
relatif singkat sehingga absorbsi zat makanan akan berkurang. Makanan dengan
kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori, kadar gula dan
lemak yang rendah serta dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas. Serat
juga memiliki fungsi untuk mengontrol gula darah karena adanya serat larut dapat
memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula
darah dan memperlambat kenaikan gula darah (Anonim, 2014).
Millah, I. I. I., Wignyanto dan Dewi, I. A. 2010. Pembuatan Cookies (Kue Kering)
dengan Kajian Penambahan Apel Manalagi (Mallus ylverstris Mill) subgrade
dan Margarin. Universitas Brawijaya, Malang.
Saragih, B., Ferry K., O. Dan Sanova, A. 2007. Kajian Pemanfaatan Tepung
Bonggol Pisang (Musa paradisiaca Linu.) Sebagai Substitusi Tepung Terigu
dalam Pembuatan Mie Basah. Univesitas Mulawaman, Samarinda. ISSN 1858-
2419Vol. 3 No. 2
Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia. Teknologi Pasca Panen dan Gizi. PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.