Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah sistem Kardiovaskuler 1 Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak pada penyusunan makalah ini, sulit bagi kami untuk menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga makalah dari kelompok 3 tentang pbl kasus 2
hipertensi ini bisa membawa manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu
keperawatan.
Kelompok 1
2
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................1
1.1 KASUS........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
Pembahasan................................................................................................................................2
2.11 Dari hasil EKG, kelainan apa yang klien derita ?.....................................................12
2.14 Apa hubungan nyeri dada dan status gizi pasien ?....................................................14
2.15 Bagaimana penanganan nyeri dada pasien jika istirahat saja tak mampu
meredakannya ?....................................................................................................................15
2.16 Mengapa bisa terjadi mual dan muntah berkaitan dengan nyeri dada ?....................15
3
2.17 Apa itu ST elevasi, gelombang Q dan epigastrium ?................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24
4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 KASUS
Seorang wanita berusia 55 tahun mendatangi UGD dengan keluhan nyeri dada
seperti terbakar di area epigastrik dan tidak dapat hilang dengan istirahat. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan TD 122/78 , Nafas dangkal, TB 155cm, BB 65kg, trigliserida
240, klien mengalami diaphoresis serta mual dan muntah. Hasil EKG mendapatkan
ST elevasi disertai gelombang Q melebar hingga 0,04 detik. Tentukan masalah yang
terjadi dan askepnya serta step 1-6.
1
BAB II
Pembahasan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat
adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga mengganggu aliran darah ke otot
jantung. Penyebab terbanyak dari penyempitan tersebut adalah arterosklerosis (Lubis
dalam Rahmawati, Zulaekah & Rahmawaty, 2009). Penyakit jantung koroner adalah
sebuah penyakit yang terjadi akibat hasil tersumbatnya atau penyempitan pembuluh
darah arteri koroner [ CITATION Agu16 \l 1057 ].
2
ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan
juga lebih sering.
c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)
Infark miokard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan
oksigen dalam darah dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri
dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah,
sesak, pusing, serta pingsan.
3
sehingga ateroma menjadi lebih besar dan mempersempit arteri sehingga membentuk
sumbatan.
Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke
jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Awalnya penyakit jantung di
monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga
diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya
pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang
memunculkan tren penyakitbaru yang bersifat degnaratif. Sejumlah prilaku dan
gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi
makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok,
minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress.
Manifestasi klinis PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris
ialah suatu sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu
melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul
sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang
menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang
dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan
kematian.[ CITATION Maj07 \l 1057 ]
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini
disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal
ini akan merusak system golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian
(Krisatuti dan Yenrina, 1999).
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak
tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan
4
diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian
sisa lemak akan disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam
empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar
kolesterol dalam darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis)
atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteri koronoria).
Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang,
serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi mengalami
penyumbatan ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung
pun terhenti (Sulistiani, W, 2005).
5
7
2.7 Komplikasi Arteri Koroner
8
2.8 Penatalaksanaan Arteri Koroner
1. Penangan nyeri
Penanganana nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu :
Morphin sulfat, nitrat, penghambat beta (beta blocker)
2. Membatasi ukuran infark miokardium
Berguna untuk meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan
untuk memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi.
Keempat golongan utama terapi secara farmakologi yang diberikan adalah :
Antikoagulan : mencegah pembekuan darah yang dapat menyumbat sirkulasi
Trombolitik :sering disebut sebagai pwnghancur bekuan darah, menyerang dan
melarutkan bekuan darah
Antilipemik : Juga disebut hipopolemik aatau antihiperlipemik berefek
menurunkan konsentrasi lipid dalam darah.
Vasodilator perifer : bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah
yang menyempit karena vasopspasme .
Secara farmakologis obat obatan yang dapat membantu membatasi ukuran infark
miokardium adalah antipaltelet, antikoagulan, trombolitik.
3. Pemberian oksigen
Terapi oksigen segera dimulai saat awitan (onset) nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup
akan langsung meningktakan saturasi darah efektivitas tarapeutik oksigen ditentukan
oleh observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan . terapi oksigen
9
dilanjutkan hingga klien mampu bernapas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam
darah secara bersamaan akan diukur dengan pulse-oksimetri.
4. pembatasan aktivitas fisik
istirahat merupakan cara paling efektif untuk menghambat aktivitas fisik pengurangan
atau perhentian seluruh aktivitas pada umumnya akan mempercepat peningkatan nyeri
. klien boleh diam tidak bergerak atau dipersilahkan untuk duduk atau sedikit
melakukan aktivitas.
10
lemak normal. Fakta yang terjadi adalah 1 dari 3 kasus serangan jantung terjadi pada
orang dengan kadar kolesterol normal. Mengetahui kadar kolesterol konvensional
(Kolesterol Total, Kolesterol LDL direk, Kolesterol HDL, Trigliserida) tetap
diperlukan, namun ada pemeriksaan lain yang dapat melengkapi penilaian risiko PJK
yaitu Apo B dan hs-CRP. Apo B bermanfaat untuk meningkatkan prediksi risiko PJK,
karena semakin tinggi kadar Apo B, semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko
penyumbatan pembuluh darah, walaupun kadar LDL normal. Hs-CRP bermanfaat
untuk meningkatkan prediksi terjadinya penyakit jantung karena proses aterosklerosis
(penyumbatan dan pengerasan pembuluh darah) yang juga ditandai dengan adanya
proses peradangan. Pemeriksaan hs-CRP ini bermanfaat untuk menentukan risiko
kardiovaskular pada individu sehat.
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
4. utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan
6. Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
11. Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
12. setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi
11
13. biokimia 10 %.
16. Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status malnutrisi.
a. Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan
dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama)
menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan
III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu,
sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu
seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak
melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada
sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3
sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang
12
sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T
merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi
segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding
anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya
elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya
tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua
sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel kanan
Pada epigastrium biasanya dapat dikenal dalam bahasa medis itu adanya nyeri
ulu hati yang merupakan salah satu bagian dari Sembilan pembagian lokasi
perut.Dalam hal ini nyeri ulu hati biasanya terletak diantara ujung tulang dada bagian
bawah dan dibawah lengkung tulang iga.Keluhan yang biasa terjadi adalah sakit maag
atau gangguan pada lambung yang biasanya disertai juga dengan mual dan rasa
terbakar di perut bagian atas dan dibelakang tulang dada. Hal ini terjadi karena
regurgitasi atau naiknya asam lambung yang dominan dan makanan dari lambung ke
kerongkongan (esofagus), sehingga rasa terbakar merupakan faktor bawaan dari
tingginya sekresi asam lambung.
Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak utama yang mengalir di dalam
darah manusia. Selain trigliserida, terdapat juga Koresterol baik (HDL) dan
Koresterol jahat (LDL). Apabila terlalu banyak, trigliserida bisa menumpuk pada
bagian-bagian tubuh seperti dinding pembuluh darah dan hati. Lemak jenuh dan tidak
jenuh tergelong dalam kelompok trigliserida. Trigliserida sangat penting bagi manusia
sebab tubuh memanfaatkan lemak ini sebagai energi.
13
3. kadar cukup tinggi: 150-199 mg/dl
Obesitas dan diabetes yang tidak dikendalikan menjadi pemicu paling umum
terjadinya kadar trigliserida tinggi terjadi saat seseorang banyak memakan makanan
yang mengandung karbohidrat atau kadar gula yang tinggi. Ancaman terserang
penyakit jantung akan meningkat seiring dengan tingginya kadar trigliserida
seseorang.
Ada hubungannya karena selain mengalami nyeri dada, dari kasus terdapat
bahwa pasien mengalami obesitas atau over weight, bisa saja ada penimbunan lemak
diarea arteri sehingga aliran darah kejantung menjadi terhambat dan menyebabkan
rasa nyeri hingga kebagian epigastrik.
Nyeri dada merupakan gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
penyakit. Salah satu jenis nyeri dada adalah angina pektoris yang merupakan gejala
dari penyakit jantung dan memerlukan pemeriksaan klinis lebih lanjut di rumah sakit.
Sebagian besar penderita angina ini kelainannya disebabkan oleh faktor koroner yang
obstruktif. Pada penyakit jantung tertentu atau penyakit lainnya juga dapat
menyebabkan angina non koroner yaitu angina yang timbul bukan akibat kelainan
koroner.
Sebenarnya nyeri pada bagian dada, tidak selalu indentik dengan serangan
jantung untuk usia keatas, terutama bagi Anda yang tergolong masih muda (usia
kurang dari 40 tahun). Karena beberapa faktor seperti masalah paru-paru, masalah
pencernaan atau masalah otot, tulang dan persendian pada area dada juga bisa
menyebabkan rasa nyeri pada dada, baik itu pada dada bagian tengah, dada kiri,
maupun dada kanan.Sedangkan untuk berat badan bukan menjadi faktor yang
berhubungan dengan infertilitas.
14
2.15 Bagaimana penanganan nyeri dada pasien jika istirahat saja tak mampu
meredakannya ?
2.16 Mengapa bisa terjadi mual dan muntah berkaitan dengan nyeri dada ?
a. Mual
Tanda dan gejala sakit jantung biasanya ditandai dengan rasa mual
pada penderitanya sehingga nafsu makan pun menurun. Di gejala awal,
biasanya bagian perut akan mengalami pembengkakan namun pada bagian
15
perut dalam pun juga akan mengalami hal sama yang berbeda adalah rasa
mual yang terjadi.
b. Kecemasan
a. ST elevasi
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh
proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan
ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi
pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah
koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-
benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen
dan mati.
b. Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R,
gelombang S.
Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.Gelombang Q
adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot
septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R,
apabila gel Q melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark.Pada
lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan
abnormal EKG, biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan
konduksi seperti LBBB.
16
voltage, apabila gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak
mengalami penambahan maka dinamakan "poor progression".
Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R.
c. Epigastrium
Nyeri epigastrium atau dalam bahasa awam disebut nyeri ulu
hati, merupakan nyeri yang tajam dan terlokalisasi yang di rasakan
seseorang pada daerah tengah atas perut yang berada tepat diatas tulang
iga atau lengkung iga.Rasa nyeri di perut atas dapat disebabkan oleh
kelainan organ dalam rongga perut dan organ dalam rongga dada. Organ
di dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri di perut
atas, antara lain penyakit saluran makanan (lambung, duodenum, usus
halus, usus besar), hati,empedu dan salurannya, pankreas. Sedangkan
organ dalam rongga dada yang sering memberikan keluhan nyeri di perut
atas, adalah esofagus, jantung.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat asal : Mendalam III No.47
No. RM : 09927897
Tanggal Masuk : 27 Mei 2017
Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2017
Diagnosa Medik : Coronary Artery Disease (CAD)
18
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Penyakit yang pernah diderita keluarga: -
19
N Data Etiologi Masalah
o
Data Obyektif :
Data Obyektif :
20
21
Rencana Keperawatan
- Skala nyeri
0
- pasien
berhenti
memegangi
dada sebelah
kiri
-pasien
dapat
22
melakukan
terapi
relaksasi
sendiri
- tidak
bernafas
23
dangkal
- diaphoresis
berkurang
DAFTAR PUSTAKA
gustini, M. (2016). Self-efficacy dan Makna Hidup pada Penderita Penyakit Jantung
Koroner. Ejournal Psikologi, 419-430.
24
Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC.
25