Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Henti jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) adalah penyebab
kematian tertinggi hampir di seluruh dunia. Banyak korban henti jantung berhasil
selamat jika orang disekitarnya bertindak cepat saat jantung bergetar atau ventrikel
fibrilasi (VF) masih ada, tetapi resusitasi kebanyakan gagal apabila ritme jantung telah
berubah menjadi tidak bergerak/asystole.
Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai hubungan
erat dengan tindakan resusitasi jantung paru (RJP), karena penderita yang diberikan
RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. Pasien yang
ditemukan dalam keadaan tidak sadar diri atau mengalami penurunan pernafasan selalu
diasumsikan mempunyai gangguan SCA terlebih dahulu. Disinilah BHD berperan
penting.
Bantuan hidup dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan
napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan
alat bantu (Alkatiri, 2007).
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai
paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal
(Latief, 2009).
BHD boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam
bidang kesehatan. Keadaan di mana terdapat kegagalan pernafasan yang bisa
menyebabkan SCA antara lain kecelakaan, sepsis, kegagalan respiratori, sudden infant
death syndrome dan banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari BHD?
1.2.2 Apa tujuan BHD?
1.2.3 Bagaimana algoritma BHD?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanan pada kasus choking?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari BHD
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan BHD
1.3.3 Untuk memahami algoritma BHD
1.3.4 Untuk memahami penatalaksanan pada kasus choking

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian BHD


Menurut Alkatiri (2007), bantuan hidup dasar (BHD) adalah tindakan darurat
untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi
darah tanpa menggunakan alat bantu.
Sementara menurut Siti Rohmah (2012), bantuan hidup dasar merupakan usaha
yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat
mengalamai kegawatdaruratan. (Siti Rohmah, 2012).
Rido (2008) juga berpendapat bantuan hidup dasar adalah usaha untuk
mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam
nyawa.
Sehingga dapat disimpulkan, BHD atau BLS adalah usaha atau tindakan yang
pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban
mengalami keadaan yang mengancam nyawa dan tanpa menggunakan alat bantu.
Tindakan ini untuk mengembalikan fungsi pernafasan, oksigenasi dan sirkulasi
yang efektif, yang disertai dengan kembalinya fungsi persarafan yang utuh. Indikasi
dalam melakukan BHD antara lain jika menemukan pasien yang tenggelam, stroke,
benda asing di saluran nafas, inhalasi asap, epiglotitis, overdosis obat, cedera, infark
miokard akut, tersengat listrik, koma. Bantuan hidup dasar merupakan pendekatan
sistematik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga
inisiasi CPR atau RJP yaitu resusitasi jantung paru. BHD harus segera dilakukan karena
manusia akan mengalami kematian otak dan jantungnya sekitar 3- 8 menit.

2.2 Tujuan BHD


2.2.1 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
2.2.2 Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru
(RJP)
2.2.3 Menyelematkan nyawa korban.

2.3 Algoritma BHD


Dalam melakukan bantuan hidup dasar ada tata cara atau urutan tindakan yang
telah dirumuskan oleh AHA 2015 (American Heart Association) untuk mengefesienkan
tindakan BHD yaitu DRSCAB.
2.3.1 D ( Danger )

2
Dalam danger, penolong harus memperhatikan 3 A yaitu amankan diri,
amankan lingkungan, dan amankan pasien. Penolong harus mengamankan diri
terlebih dahulu agar penolong tidak ikut menjadi korban, lalu penolong baru
mengamankan lingkungan untuk mengamankan diri dan juga orang-orang
disekitar agar tidak ikut menjadi korman baru setelah diri sendiri dan
lingkungan aman penolong bisa mengamankan korban.
2.3.2 R (Respon)
Periksa respon korban dengan cara AVPU (Alert Verbal Pain Unrespon).
Yang pertama Alert yaitu pasien sadar baik, lalu Verbal yaitu suruh korban
membuka matanya, lalu Pain yaitu memberikan rangsangan nyeri kepada
korban bisa dengan cubitan atau gerigi pada strernum, dan Unrespon yaitu
korban tidak merespon.
2.3.3 S (Shout For Help)
Penolong dapat berteriak meminta bantuan orang untuk memanggil
ambulan atau penolong bisa langsung mengaktifkan EMS (Emergency Medical
Services) dengan melakukan prosedur EMS yang baku seperti menyebutkan
lokasi no telp dari mana panggilan dilakukan, apa yang terjadi, jumlah korban,
keadaan korban, pertolongan apa yang sedang dilakukan, informasi lain. Untuk
no EMS Bali 118 untuk layanan ambulans, dan 112 untuk layanan darurat
umum dengan bantuan operator.
2.3.4 C (Compression)
Jika dalam Respon pasien unrespon (tidak ada respon), dilanjutkan
dengan mengaktifkan EMS, lalu penolong melakukan pemeriksaan denyut nadi
selama 10 detik (karotis pada orang dewasa, brachialis pada anak) sembari
memeriksa nafas korban dengan melihat pergerakan dada dan rasakan hembusan
nafas. Jika pasien ada nadi tetapi tidak ada nafas lanjut ke AB. Tapi jika pasien
tidak ada nadi maka langsung dilakukan kompresi sebanyak 30 x selama 18
detik dengan syarat tempat yang datar, kering dan keras. Lakukan kompresi
dada sebanyak 30 kompresi (sekitar 18 detik). Kriteria penting untuk
mendapatkan kompresi yang berkualitas adalah:
Kompresi dada diberikan dengan kecepatan minimal 100 kali per menit dan
maksimal 120 kali per menit. Pada kecepatan lebih dari 120 kali / menit,
kedalaman kompresi akan berkurang seiring semakin cepatnya interval
kompresi dada.

3
Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) dan
kedalaman maksimal 2,4 inci (6 cm). Pembatasan kedalaman kompresi
maksimal diperuntukkan mengurangi potensi cedera akibat kedalaman
kompresi yang berlebihan. Pada pasien bayi minimal sepertiga dari
diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk
anak sekitar 2 inchi (5 cm). Pada pasien anak dalam masa pubertas
(remaja), kedalam kompresi dilakukan seperti pada pasien dewasa.
Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah
sternum) atau dua jadi di atas processus xiphoideus. Petugas berlutut jika
korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban
berada di tempat tidur dengan syarat tempat harus datar kering dan keras.
Menunggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi. Selama
melakukan siklus kompresi dada, penolong harus membolehkan rekoil dada
penuh dinding dada setelah setiap kompresi; dan untuk melakukan hal
tersebut penolong tidak boleh bertumpu di atas dada pasien setelah setiap
kompresi. Recoil minimal 60 %.
Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi. Penolong harus berupaya
meminimalkan frekuensi dan durasi gangguan dalam kompresi untuk
mengoptimalkan jumlah kompresi yang dilakukan per menit.
Penolong Harus Penolong Tidak Boleh
Melakukan kompresi dada pada Mengompresi pada kecepatan lebih
kecepatan 100 120/min rendah dari 100/min atau lebih cepat
dari 120/min
Mengompresi dengan kedalaman Mengompresi dengan kedalaman <2
minimum 2 inchi (5 cm) inchi (5 cm) atau >2,4 inchi (6 cm)
Membolehkan recoil penuh setelah Bertumpu di atas dada di antara
setiap kompresi kompresi yang dilakukan
Minimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari
10 detik
Memberikan ventilasi yang cukup (2 Memberikan ventiasi berlebihan
napas buatan setelah 30 kompresi, (misalnya, terlalu banyak napas
setiap napas buatan diberikan lebih buatan atau memberikan napas
dari 1 detik, setiap kali diberikan buatan dengan kekuatan berlebihan.
dada akan terangkat).

4
Tabel 1. Anjuran dan Larangan BLS untuk CPR Berkualitas Tinggi pada
Pasien Dewasa

2.3.5 A (Airway)
Setelah melakukan kompresi 30 kali, penolong langsung melalukan
pemeriksaan airway atau jalan nafas. Gangguan pada jalan nafas biasanya
diakibatkan oleh adanya sumbatan pada jalan nafas, sumbatan jalan nafas bisa
dibagi menjadi sumbatan total dan parsial. Sumbatan total contohnya
pembesaran faring pada korban luka bakar, sedangkan sumbatan parsial
contohnya adalah:
Gurgling (ada cairan), dapat ditangani dengan suction atau miringkan kepala
korban atau jika terdapat trauma bisa melakukan rog roll
Snoring (lidah terlipat kedalam), bisa ditangani dengan head tilt chin lift,
jaw trush, atau OPH
Stridor (sumbatan anatomis), dalam membuka jalan nafas korban perhatikan
tanda tanda adanya fraktur servikal. Jika didapat tanda bahwa pasien
mengalami fraktur servikal maka lakukan manajemen airway dengan teknik
jaw trust.
Setelah dilakukan management airway dilakukan kembali pengecekan
nadi bersamaan dengan pernafasan korban, jika nadi ada tetapi nafas belum ada
kita langsung masuk ke Breathing yaitu memberi bantuan nafas, tetapi jika nadi
belum ada maka kita lakukan RJP.
2.3.6 RJP ( Resusitasi Jantung Paru )
Resusitasi jantung paru merupakan sebuah upaya untuk membantu paru
dan jantung untuk kembali berfungsi dan mengantarkan oksigen keseluruh
tubuh guna memperkuat rantai kelangsungan hidup (chain of survival). Tata cara
melakukan RJP yang berkualitas antara lain :
Kompresi dada diberikan dengan kecepatan minimal 100 kali per menit dan
maksimal 120 kali per menit. Pada kecepatan lebih dari 120 kali / menit,
kedalaman kompresi akan berkurang seiring semakin cepatnya interval
kompresi dada.
Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) dan
kedalaman maksimal 2,4 inci (6 cm). Pembatasan kedalaman kompresi
maksimal diperuntukkan mengurangi potensi cedera akibat kedalaman
kompresi yang berlebihan. Pada pasien bayi minimal sepertiga dari diameter
anterior-posterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2

5
inchi (5 cm). Pada pasien anak dalam masa pubertas (remaja), kedalam
kompresi dilakukan seperti pada pasien dewasa.
Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum)
atau dua jadi di atas processus xiphoideus. Petugas berlutut jika korban
terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di
tempat tidur dengan syarat tempat harus datar kering dank eras.
Menunggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi. Selama
melakukan siklus kompresi dada, penolong harus membolehkan rekoil dada
penuh dinding dada setelah setiap kompresi; dan untuk melakukan hal
tersebut penolong tidak boleh bertumpu di atas dada pasien setelah setiap
kompresi. Recoil minimal 60 %.
Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi. Penolong harus berupaya
meminimalkan frekuensi dan durasi gangguan dalam kompresi untuk
mengoptimalkan jumlah kompresi yang dilakukan per menit.
Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera servikal maka bebaskan jalan
nafas melalui head tilt chin lift. Namun jika korban dicurigai cedera
servikal maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust.
Menghindari ventilasi berlebihan. Berikan ventilasi sebanyak 2 kali.
Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan
kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.
Setelah terpasang saluran napas lanjutan (misalnya pipa endotrakeal,
Combitube, atau saluran udar masker laring), penolong perlu memberikan 1
napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan per menit) untuk pasien
dewasa, anak-anak, dan bayi sambil tetap melakukan kompresi dada
berkelanjutan
Jika ada 2 orang maka sebaiknya pemberi kompresi dada bergantian setiap 2
menit.
Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan
bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5 - 6 detik/nafas atau sekitar 10
-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit. Untuk satu
siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2 dan dilakukan
pengecekan ulang nadi setiap 5 siklus.
RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, kembalinya
ventilasi dan sirkulasi spontan, penolong lelah, adanya DNAR, adanya tanda
kematian yang irreversible, atau petugas ahli datang. Bila harus terjadi interupsi,
petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 10 detik, kecuali untuk

6
pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan advance airway. AED
digunakan sesegera mungkin setelah AED tersedia. Bila AED belum tiba,
lakukan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio 30 : 2. Defibrilasi / shock
diberikan bila ada indikasi / instruksi setelah pemasangan AED. Pergunakan
program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi
shock atau tidak, jika iya lakukan terapi shock sebanyak 1 kali dan lanjutkan
RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat
diterapi shock lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme.
Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas datang. Jika pasien sudah ada
nadi dan nafas maka berikan posisi mantap.
Pada pasien anak dan bayi, pada prinsipnya RJP dilakukan sama seperti
pada pasien dewasa dengan beberapa perbedaan. Beberapa perbedaan ini seperti
yang tercantum pada tabel 2.
Bayi
Anak Anak
(Usia kurang dari 1
Komponen Dewasa dan Remaja (Usia 1 tahun
tahun, tidak
hingga dewasa)
termasuk BBL)
Keamanan Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban
Pengenalan Periksa adanya reaksi
serangan Napas terhenti atau tersengal (misalnya, napas tidak normal)
jantung Tidak terasa denyut yang terasa dalam 10 detik
Pengaktifn Jika Anda sendiri tanpa Korban terlihat jatuh pingsan
sistem tanggap ponsel, tinggalkan korban Ikuti langkah-langkah untuk orang dewasa
darurat untuk mengaktifkan dan anak remaja di sebelah kiri
sistem tanggapan darurat Korban tidak terlihat jatuh pingsan
dan mengambil AED Berikan CPR selama 2 menit
sebelum memulai CPR. Tinggalkan korban untuk mengaktifkan
Atau, kirim orang lain sistem tanggapan darurat dan mengambil
untuk melakukannya dan AED
mulai CPR secepatnya; Kembali ke anak atau bayi dan lanjutkan
gunakan AED segera CPR; gunakan AED segera setelah tersedia
setelah tersedia
Rasio kompresi- 1 atau 2 penolong 1 penolong
ventilasi tanpa 30 : 2 30 : 2
saluran udara

7
lanjutan 2 penolong atau lebih
15 : 2
Rasio kompresi- Kompresi berkelanjutan pada kecepatan 100 120/min Berikan 1 napas
ventilasi dengan buatan setiap 6 detik (10 napas buatan/min)
saluran udara
lanjutan
Kecepatan 100 120/min
kompresi
Kedalaman Minimum 2 inci (5 cm)* Minimum sepertiga Minimum sepertiga
kompresi dari diameter AP dari diameter AP
dada dada
Sekitar 2 inci (5 cm) Sekitar 1 inci (4
cm)
Penempatan 2 tangan berada di separuh 2 tangan atau 1 1 penolong
tangan bagian bawah tulang dada tangan (opsional 2 jari di bagian
(sternum) untuk anak yang tengah dada, tepat di
sangat kecil) berada bawah baris puting
di separuh bagian
bawah tulang dada 2 penolong atau
(sternum) lebih
2 tangan dengan ibu
jari bergerak
melingkar di bagian
tengah dada, tepat di
bawah baris puting
Rekoil dada Lakukan rekoil penuh dada setelah setiap kali kompresi; jangan
bertumpu di atas dada setelah setiap kali kompresi
Meminimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi kurang dari 10 detik
gangguan
Tabel 2. Perbedaan Komponen RJP Pada Dewasa, Anak, dan Bayi

Pada pasien pediatri, algoritma RJP bergantung apakah ada satu orang
penolong atau dua (atau lebih) orang penolong (gambar 3 dan 4). Bila ada satu
orang penolong, rasio kompresi dada dan ventilasi seperti pasien dewasa yaitu
30 : 2, tetapi bila ada dua orang penolong maka rasio kompresi dada dan
ventilasi menjadi 15 : 2. Jika anak/bayi mempunyai denyut nadi namun
8
membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 3-5
detik/nafas atau sekitar 12 - 20 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali
setiap 2 menit. Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30
: 2 untuk satu orang penolong dan 15 : 2 untuk dua orang atau lebih penolong.

9
Gambar 1. Algoritma Resusitasi Jantung Paru Pada Pasien Pediatri Dengan
Satu Orang Penolong

10
Gambar 2. Algoritma Resusitasi Jantung Paru Pada Pasien Pediatri Dengan
Dua Orang Penolong

2.3.7 B ( Breathing )
Breathing yaitu penolong memberikan nafas bantuan, nafas bantuan
diberikan jika korban sudah ada nadi, airway sudah clear tetapi belum ada nafas.
Nafas bantuan dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12
nafas/menit sambil melihat dada korban mengembang dan memeriksa denyut
nadi kembali setiap 2 menit. Nafas buatan bisa diberikan dengan cara mouth to
mouth, mouth to nose mouth to stoma, mouth to mask, bag-valve-mask device.

11
Jika pasien sudah bisa bernafas spontan maka berikan posisi mantap dan
dilakukan observasi setiap 30 menit

Gambar 3. Pemberian posisi mantap untuk menjaga kepatenan nafas korban

Frekuensi ventilasi tambahan :


Dewasa 10 - 12 kali / menit
Anak 20 kali / menit
Bayi 20 kali / menit

2.4 Penatalaksanaan Obstruksi Jalan Nafas Oleh Benda Asing (Choking)


Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan,
mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal ini
tidak ditangani segera maka korban akan meninggal. Pada dasarnya ada 2 jenis choking
ialah:
Tersedak sebagian (partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya menyumbat
sebagian dari jalan napas, masih ada sedikit celah untuk masuknya udara.
Tersedak Total (total blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah
menutup semua bagian jalan napas korban, sehingga korban menjadi jatuh tidak
sadarkan diri.

12
Cara membedakan antara tersedak yang mild (ringan/ sebagian) dan severe (berat/
total) :
Tersedak yang ringan:
Masih ada pertukaran udara
Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya
Tersedak yang berat :
Buruknya pertukaran udara terhadap si korban
Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali
Napas bertambah cepat
Tidak dapat berbicara
Memegang leher (tanda universal dari tersedak)
Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik

2.4.1 Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia > 1 Tahun Dewasa Yang Masih Sadar
Untuk Tersedak Ringan:
Jika korban masih bisa batuk. anjurkan korban untuk batuk terus menerus
sekeras-kerasnya.
Yang tidak boleh Anda lakukan:
o Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh
udara)
o Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan
benda asing
Untuk Tersedak Berat:
o Tanyakan kepada korban Apakah Anda tersedak?, sekilas langkah ini
terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini
dilakukan untuk membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang
menyebabkan gawat napas.
o Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali
sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar.
Untuk pengananan korban tersedak yang tidak sadar membutuhkan
teknik yang berbeda. Akan dibahas di halaman selanjutnya.

13
Langkah-langkah melakukan Heimlich maneuver
o Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh Anda sesuai
dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan Anda
harus berlutut)
o Kepalkan salah satu telapak tangan Anda
o Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu jari menempel ke
dinding perut korban, posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas
pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas), Anda tidak
memposisikan kepalan tangan Anda di ulu hati.
o Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga
kedua lengan Anda melingkar di perut korban.
o Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing
keluar atau sampai korban menjadi jatuh tidak sadar.

Gambar 4. Abdominal Thrust (Heimlich manuever)

Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu
gemuk (obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan chest
thrust yaitu dengan meletakkan kepalan tangan Anda di tengah-tengah
tulang dada

14
Gambar 5. Chest Thrust pada ibu hamil

2.3.2 Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia > 1 Tahun Dewasa Yang Tidak Sadar
Panggil bantuan medis segera
Buka jalan napas korban (AIRWAY), jika Anda dapat melihat benda asing
lakukan finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing
Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa adalah setelah
melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah mulut korban terlebih dahulu
sebelum memberikan 2 kali napas bantuan
Anda telah sukses menangani korban tersedak yang tidak sadar jika Anda
sudah melihat tanda-tanda berikut:
o Anda melihat dada nya naik ketika memberikan bantuan napas
o Melihat benda asing keluar dari mulut korban.
Lakukan langkah-langkah berikut ini jika Anda sudah berhasil
menangani korban tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang akan
terjadi setelah benda asing keluar dari mulut korban:
Berikan 2 kali napas
Lihat respons korban (batuk, muntah, pergerakan) jika Anda terlatih untuk
memeriksa nadi, maka periklsah nadi di leher korban selama 10 detik saja.

15
Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas, lakukan tindakan RJP
sesuai yang dijelaskan di atas

2.4.2 Penanganan Tersedak Untuk Bayi (< 1 Thn)


Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang
berusia lebih dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich
manuever) pada bayi karena akan mencederai organ dalam yaitu hati.
Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada (chest
thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih sadar:
o Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk atau berlutut.
o Buka pakaian bayi.
o Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas
pangkuan tangan Anda. Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya.
Sangga kepala dan rahang bawah bayi menggunakan tangan Anda
(hati-hati untuk tidak menekan leher bayi, karena ini akan
menyebabkan tersumbatnya saluran napas.
o Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2
tulang belikat bayi, gunakan pangkal telapak tangan Anda ketika
memberikan tepukan.
o Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher
belakang bayi Anda dengan tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga
dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala bayi lebih rendah dari
kakinya.
o Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan posisi
penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengah tengah tulang dada/
di bawah garis imajiner antara 2 puting susu bayi). Hanya gunakan2
jari saja (jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan chest thrust.
o Ulangi langkah ke 4,5,6 di atas sampai benda asing keluar dari mulut
bayi atau bayi menjadi tidak sadar.

16
Gambar 6. Back slaps pada bayi tersedak

Gambar 7. Chest thrust pada bayi tersedak

Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi anda menjadi tidak sadar (bayi
terkulai lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis
atau mengeluarkan suara) penanganan nya adalah sebagai berikut:
o Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras.

17
o Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing
terlihat atau tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari.
Jika Anda tidak melihatnya jangan lakukan blind finger swab /
mengkorek-korek mulut bayi dengan tujuan untuk mencari benda asing
tersebut.
o Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu
lakukanlah RJP yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali
napas. Tetapi, perbedaan RJP korban tersedak dengan korban biasa
adalah setiap anda selesai melakukan 30 kali penekanan dada
periksalah dahulu mulut bayi sebelum memberikan 2 kali bantuan
napas.
o Jika setelah 5 kali siklus RJP, benda asing masih belum dapat keluar
dan bayi masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian
lanjutkan RJP Anda sampai bantuan medis datang atau benda asing nya
keluar.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
BHD atau BLS adalah usaha atau tindakan yang pertama kali dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam nyawa dan tanpa menggunakan alat bantu.
Bantuan hidup dasar merupakan pendekatan sistematik untuk penilaian pertama
pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP yaitu
resusitasi jantung paru. BHD harus segera dilakukan karena manusia akan mengalami
kematian otak dan jantungnya sekitar 3- 8 menit.
Menurut Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC, rekomendasi terbaik adalah
memulai kompresi sebelum ventilasi. 30 kompresi dan kemudian 2 ventilasi. Kompresi
dada dilakukan dengan kecepatan 100 sampai 120/menit dengan kedalaman 2 inci (5
cm) dan tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).

3.2 Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan - kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor, seperti keterbatasan waktu,
pemikiran dan pengetahuan. Oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran - saran dan masukan yang bersifat membangun kepada
semua pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 Untuk CPR dan
ECC. American Heart Association; 2015.
2. American Heart Association 2015. Part 4. Systems of Care & CQI
3. American Heart Association 2015. Part 5. Adult Basic Life Support in Circulation Journal
4. American Heart Association 2015. Part 11. PBLS & CPR Quality
5. Lubrano R, Cecchetti C, Bellelli E, Gentile I, Loayza LH, et al. Comparison of times of
intervention during pediatric CPR maneuvers using ABC and CAB sequences: A
randomized trial. Resuscitation. 2012;12:1473-7.
6. Morrison LJ, Kierzek G, Diekema DS, Sayere MR, Silvers SM, et al. Ethics. 2010
American Health Association Guidelines for cardiopulmonary resuscitation and
emergency cardiovascular care science. Circulation. 2010;122:S665-75.
7. Neumar RW, Shuster M, Callaway CW, et al. Part 1: executive summary: 2015 American
Heart Association Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation. 2015;132(18)(suppl 2). In press.
8. Hazinski MF, Nolan JP, Aicken R, et al. Part 1: executive summary: 2015 International
Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care
Science With Treatment Recommendations. Circulation. 2015;132(16)(suppl 1). In press.
9. Nolan JP, Hazinski MF, Aicken R, et al. Part 1: executive summary: 2015 International
Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care
Science With Treatment Recommendations. Resuscitation. In press.
10. Institute of Medicine. Strategies to Improve Cardiac Arrest Survival: A Time to Act.
Washington, DC: National Academies Press; 2015.

20

Вам также может понравиться