Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada
dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, dan psoriasis. Selain itu dapat juga terjadi pada
B. ETIOLOGI
Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan hipopigmentasi
misalnya lupus eritematosus diskoid, dermatitis atopik, psoriasis, parapsoriasis gutata kronis,
dan lain-lain. Predileksi dan bentuk kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi
primernya. Hal ini khas pada kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesudah menderita
psoriasis.6
C. EPIDEMIOLOGI
Hipopigmentasi post-inflamasi dapat terjadi pada seluruh jenis kulit, namun lebih
sering ditemukan pada orang-orang yang berkulit gelap. Tidak ada perbedaan antara laki-laki
maupun perempuan dalam jumlah insidensi hipopigmentasi post-inflamasi.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q. 2.3.2. Etiopatogenesis
R.
S. Terdapat berbagai inflamasi pada kulit yang dapat menyebabkan terjadinya hipopigmentasi
post-inflamasi. Beberapa penyakit seperti pityriasis lichenoides chronica (PLC) dan lichen
striatus (LS) lebih cenderung menyebabkan hipopigmentasi daripada hiperpigmentasi.
Trauma pada kulit seperti luka bakar, trauma akibat iritan ataupun prosedur dermatologika,
seperti peeling dengan zat kimiawi, dermabrasi, krioterapi dan terapi laser, dapat
menyebabkan terjadinya hipopigmentasi.
LS merupakan salah satu penyebab hipopigmentasi post-inflamasi yang cukup sering,
dengan insiden mencapai 59%. Dermatosis akan menghilang secara spontan dalam 2 tahun dan
meninggalkan bekas hipopigmentasi, terutama pada orang-orang yang berkulit gelap. Selain
itu, masa-masa inflamasi sering kali tidak terdeteksi dan hanya bermanifestasi sebagai
hipopigmentasi. Pada pasien yang memiliki warna kulit gelap, PLC dapat muncul dengan tanda
hipopigmentasi yang disertai pula dengan lesi papul-papul berskuama.
T. Perubahan pigmentasi juga sering terjadi setelah trauma akibat luka bakar ataupun
dingin. Pada luka bakar superfisial, hiperpigmentasi post-inflamasi sering kali
terjadi sedangkan pada luka bakar yang dalam sering menyebabkan hipopigmentasi
post-inflamasi. Melanosit sangat sensitif terhadap suhu dingin dan kerusakan yang
ireversibel dapat terjadi pada suhu -4 hingga -7 OC. Suhu dingin menyebabkan
terhambatnya transfer melanin dari melanosit menuju keratinosit. Hal tersebut
mengakibatkan melanosit berpindah menuju lesi, sehingga muncul daerah
hipopigmentasi dengan tepi hiperpigmentasi. Perubahan pigmentasi dapat
berlangsung selama sekitar 6 bulan akibat tidak terdapatnya melanosom pada
keratinosit, yang kemungkinan disebabkan karena berkurangnya jumlah melanosit,
reduksi sintesis melanosom atau terhambatnya perpindahan melanosom.
U. Hipopigmentasi juga dapat menjadi salah satu komplikasi yang mungkin terjadi
setelah dilakukaan peeling dengan menggunakan zat kimia. Kemungkinan
terjadinya hipopigmentasi juga terkait dengan fototipe kulit, dengan fototipe
Fitzpatrick I memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami
hipopigmentasi.9 Penelitian yang dilakukan oleh Savant melaporkan bahwa dari 65
pasien yang menjalani proses dermabrasi, 41 pasien mengalami hipopigmentasi
permanen.
V. Terapi dermatologi dengan menggunakan laser sering kali menyebabkan terjadi
hipopigmentasi dan lesi tersebut dapat menjadi permanen. Lesi muncul biasanya
sekitar tiga hingga enam bulan setelah dilakukannya tindakan terapi.
W. Literatur yang menjelaskan mekanisme dan patogenesis pasti dari hipopigmentasi
post-inflamasi masih sangat terbatas jumlahnya. Adanya variasi respon masing-
masing individual terhadap suatu inflamasi pada kulit ataupun terhadap trauma
masih belum dapat dijelaskan dengan pasti. Melanosit dapat memberikan reaksi
berupa peningkatan ataupun penurunan produksi melanin jika terjadi inflamasi
pada kulit ataupun trauma pada kulit.
X. PATOFISIOLOGI
4
Melanosit dapat bereaksi dengan normal, meningkat atau menurun dalam
kromatik ini ditentukan secara genetik, dan diwariskan secara autosomal dominan.
Orang dengan melanosit yang lemah, yang memiliki kerentanan tinggi terhadap
berkulit gelap tidak selalu memiliki melanosit yang kuat,dan begitu juga sebaliknya.7
menghilang setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan terutama pada area yang
terpapar matahari. Patogenesis proses ini dianggap sebagai hasil dari gangguan transfer
merupakan akibat dari edema sedangkan pada psoriasis mungkin akibat meningkatnya
epidermal turnover.5
transportasi dan pelepasan ke keratinosit. Hal ini dikendalikan oleh beberapa mediator
(misalnya, faktor pertumbuhan, sitokin) yang bekerja pada melanosit, keratinosit dan
Y. DIAGNOSIS
5
Diagnosis umumnya dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Ukuran dan bentuk lesi hipopigmentasi biasanya berkorelasi dengan distribusi dan
oleh kerak seperti wafer, hipopigmentasi dan akhirnya resolusi dalam waktu 2 minggu
kadang-kadang hanya lesi hipopigmentasi yang terlihat, misalnya pada sarkoidosis atau
Z. DIAGNOSIS BANDING
1. Vitiligo
2. Pitiriasis Versicolor
3. Pitiriasis Alba
6
4. Hypopigmented mycosis fungoides
5. Naevus depigmentosus
6. Nummular eczema
AA. PENATALAKSANAAN
terjadi. Setelah penyebab yang mendasari secara efektif diobati, hipopigmentasi yang
Aplikasi dua kali sehari dari steroid topikal potensi sedang dalam kombinasi
dengan preparat berbasis tar. Steroid dapat mempengaruhi sel inflamasi yang
topikal dari 0,1 % 8 - methoxypsoralen , 0,5-1 % tar batubara atau anthralin diikuti oleh
seperti aplikasi topikal dari 0,001- 0,5% 8-methoxypsoralen di aquaphor atau salep
hidrofilikke daerah yang sakit selama 20-30 menit, diikuti oleh UVA 1-3 kali per
minggu pada dosis awal 0,2 - 0,5 J / cm2 , ditingkatkan 0,2-0,5 J / cm2 perminggu.
7
hipopigmentasi, dan memiliki tingkat respon 60-70 % setelah sembilan perawatan dua
kali seminggu . Namun, pengobatan selanjutnya teratur diperlukan setiap 1-4 bulan
untuk menjaga hasil . Untuk lesi yang luas, narrow-band UVB fototerapi atau oral
BB. KOMPLIKASI
CC. PENCEGAHAN
DD. PROGNOSIS
8
BAB III
PENUTUP
Akhir kata, kami penyusun menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
sempurna, baik pemikiran, pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun sistematika.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membaca referat ini sangat diharapkan guna menjadi pembelajaran bagi penyusun
dalam menyusun referat di waktu yang akan datang. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
9
DAFTAR PUSTAKA
JUNQUEIRA Teks Dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC. 2011: 312
Yesdelita Nella, editor. Atlas Histologi DIFIORE. Edisi 11. Jakarta: EGC.2008
: 225
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keempat. FKUI. Jakarta.
2005:289-300.
10
11