Вы находитесь на странице: 1из 9

PRAKTEK EKSTRAKSI

Kelompok 3 / F
Gadis Permata Sari (1090140) ; Ni Gusti Ayu M.Ps (1100836) ; Dwi Pravastha (1100875)
Aridha Nuzulunnisa (1130076) ; Irene Adriana Inu (1130362)
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi
tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengektraksi
(menstruum) yang tertentu pula. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Tujuan Praktikum
Untuk memahami proses ekstraksi dengan metode perkolasi

B. Metode Praktikum
Alat : Bahan :
- Timbangan analitik - Temulawak
- Beaker glass - Etanol 96,5%
- Perkolator
- Kertas saring
- Aluminium foil
- Pengaduk gelas

Skema kerja
Timbang 100 g serbuk
rimpang temulawak
Masukkan di beaker glass
Tambahkan 50 ml
etanol 96,5%

Tutup dengan aluminium


foil 10 menit

Pindahkan ke perkolator, diratakan sampai 2/3 tinggi


perkolator. Tutup dengan kertas saring

Tambahkan etanol 96,5% secukupnya sampai


simplisia terendam & bisa menetes

Tutup perkolator dengan


aluminium foil & biarkan 30 menit
Teteskan perkolat dengan kecepatan 3-5ml/menit
(diatas simplisia harus terdapat menstruum)

10 tetesan pertama dibuang, dan tetesan ke 11


ditampung sampai 200 ml

C. Hasil Praktikum
Volume perkolat : 200 ml
Volume menstrum : 460 ml
Warna perkolat : coklat tua
Kejernihan : tidak jernih

D. Pembahasan
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan
ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengektraksi (menstruum) yang
tertentu pula. Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode ekstraksi dengan
perkolasi. Penyarian dengan metode perkolasi adalah penyarian dengan dengan cara
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi.
Proses praktikum dilakukan dengan cara menimbang serbuk simplisia sebanyak 100
gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari etanol 96,5% sebanyak 50
mL. Simplisia ditempatkan ke dalam beaker glass dan dibasahi dengan etanol,
didiamkan sekurang-kurangnya selama 10 menit. Tujuan pembasahan serbuk simplisia
adalah agar serbuk simplisia yang mau di ekstraksi tidak mengalami pembengkakkan sel
secara tiba-tiba di dalam alat perkolator (dapat menyebabkan menstrum sulit mengalir),
menjaga keseragaman kelembapan simplisia sehingga mencegah pembentukan saluran-
saluran, meningkatkan porositas dinding sel sehingga meningkatkan difusi substansi
terekstraksi dari sel ke dalam menstrum atau penembusan sel oleh menstrum. Setelah 10
menit massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang sebelumnya
telah dilapisi kertas saring yang telah dibasahi oleh etanol. Ini berujuan untuk menjaga
kecepatan aliran cairan penyari, jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang
bersifat polar akan mempercepat aliran cairan. Serbuk simplisia dimasukkan sedikit demi
sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga bertujuan untuk mengatur aliran dari
cairan penyari. Setelah serbuk simplisia dimasukkan semuanya kemudian dimasukkan
cairan penyari kedalam percolator melalui dinding percolator agar cairan penyari rata
mengenai serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk lubang ditengah-tengah serbuk
simplisia. Setelah semuanya dimasukkan perkolator ditutup dengan aluminium foil dan
dibiarkan selama 30 menit. Kemudian cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 3-5
mL/menit. Kemudian cairan penyari ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu ada
selapis cairan penyari diatas simplisia. 10 tetesan pertama dibuang dan tetesan ke 11
ditampung sampai 200ml.
E. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini digunakan temulawak sebagai serbuk simplisia dan metode
ekstraksi yang dilakukan adalah perkolasi. Penyari yang digunakan adalah etanol 96,5%
Pada praktikum ini diperoleh warna perkolat coklat tua dan tidak jernih. Hal ini
kemungkinan disebabkan ada serbuk yang lolos pada saat penetesan atau pendiamannya
kurang lama sehingga warna dan kejernihannya agak gelap.

PENGUJIAN PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU


EKSTRAK
Kelompok 3 / F

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Daun Teh (Camelia sinensis) mengandung kafein (2-3%), theobromin, theofilin,
tanin, xanthin, adenin, minyak atsiri, kuersetin, naringenin dan natural fluoride. Kafein
merupakan alkaloid turunan xanthin yang mempunyai inti purin dan mengandung gugus
metil, dengan rumus molekul C8H10N4O2 (BM = 194,19). Merupakan serbuk putih, atau
bentuk jarum mengkilat putih biasanya menggumpal, tidak berbau dan rasa pahit.
Tujuan praktikum
Untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap mutu ekstrak
B. Metode Praktikum
Alat : Bahan :
- Timbangan analitik - Daun Teh
- Beaker glass - Pembanding kafein
- Spektrofotodensitometer - Kalsium karbonat
- Pipet volume - Kloroform
- Pipet filler - Toluen
- Corong pisah - Etil asetat
- Lempeng KLT Si Gel 60 - Dietil amin
F254 - Pereaksi Dragendorf
- Kertas saring
- Botol timbang
- Pengaduk gelas
- Labu ukur
- Vial
- Corong gelas
Skema kerja
Pembuatan ekstrak daun teh

Timbang 1 g serbuk Tambahkan 25 ml air


Tambahkan 25 ml air mendidih
daun teh (@ untuk 3 mendidih & 1 g kalsium
& 1 g kalsium karbonat
sampel) karbonat

Sari masing masing Saring campuran dalam Panaskan di atas tangas air
filtrat dengan 3x7ml keadaan panas ke dalam sambil diaduk masing masing
kloroform beaker glass selama 5, 10, 15 menit
Masukkan ke dalam corong Keringkan ekstrak Saring & pindahkan
pisah, ambil fase kloroform dengan penambahan Na larutan sampel ke labu
(bagian bawah) sulfat eksikatus ukur 50,0 ml

Tambahkan kloroform
ad 50,0 ml, kocok
homogen

Pembuatan larutan pembanding kafein untuk kurva baku

Buat pengenceran
Timbang 100 mg Larutkan dalam kloroform
dengan konsentrasi
kafein ad 100,0 ml (1000 bpj)
50,100, 200,400,500 bpj

KLT pembanding kafein & sampel

Totolkan larutan pembanding Eluasi sejauh 7,5 cm dengan


kafein (1 kapiler) & lar.sampel menggunakan eluen toluen:etil
(2 kapiler) pada lempeng KLT asetat:dietil amin (7:2:1)
Sil Gel 60 F254

Keringkan pada suhu kamar,


Bandingkan Rf & warna lihat di bawah sinar uv 254nm
noda sampel dengan & semprot dengan penampak
pembanding kafein noda dragendorf

Analisis kuantitatif kadar sampel secara KLT-densitometri

Sampel yang diperoleh


Totolkan juga Keringkan pada
ditotolkan pada lempeng Eluasi
lar.pembanding suhu kamar
KLT dengan jarak 1 cm
kafein

Hitung kadar kafein Buat kurva Ukur luas noda


masing masing baku, kadar vs & sampel &
lar.sampel luas area pembanding
C. Hasil Praktikum
5 menit (A) = 1,0025g CaCO3 (1,0089g)
Luas area = 68,41
Kadar : 1002,5 mg / 50 ml = 1002,5 mg / 0,05 L = 20050 mg / L = 20050 bpj
10 menit (B) = 1,0031g CaCO3 (1,0038g)
Luas area = 942,61
Kadar : 1003,1 mg / 50 ml = 1003,1 mg / 0,05 L = 20062 mg / L = 20062 bpj
15 menit (C) = 1,0080g CaCO3 (1,0095g)
Luas area = 732,06
Kadar : 1008,0 mg / 50 ml = 1008,0 mg / 0,05 L = 20160 mg / L = 20160 bpj

Baku = 100,3mg / 100 x 10-3 L = 1003 mg/L = 1003 bpj


Pengenceran 50 bpj : 0,5ml / 10ml x 1003 bpj = 50,15 bpj
Luas area = tidak ada
Pengenceran 100 bpj : 1ml / 10ml x 1003 bpj = 100,3 bpj
Luas area = 602,72
Pengenceran 200 bpj : 2ml / 10ml x 1003 bpj = 200,6 bpj
Luas area = 172,67
Pengenceran 400 bpj : 4ml / 10ml x 1003 bpj = 401,2 bpj
Luas area : 14447,92
Pengenceran 500 bpj : 5ml / 10ml x 1003 bpj = 501,5 bpj
Luas Area : 21654,54

Regresi kadar vs luas area :


a = - 4809,747692
b = 50,98147864
r = 0,9949095679
r2 = 0,9898450483

Perhitungan :
5 menit (A) : y = a + bx
68,41 = - 4809,747692 + 50,98147864 . x
4878,157692 = 50,98147864 . x
x = 95,68490013 bpj

10 menit (B) : y = a + bx
942,61 = - 4809,747692 + 50,98147864 . x
5752,357692 = 50,98147864 . x
x = 12,8323039 bpj

15 menit (C) : y = a + bx
732,06 = - 4809,747692 + 50,98147864 . x
5541,807692 = 50,98147864 . x
x = 108,7023727 bpj
Kadar kafein dalam masing masing sampel :
5 menit (A)
Kk = 95,68490013 / 20050 X 100 % = 0,4772 % = 0,48 %
10 menit (B)
Kk = 112,8323039 / 20062 X 100 % = 0,5624 % = 0,56 %
15 menit (C)
Kk = 108,7023727 / 20160 X 100 % = 0,5392 % = 0,54 %
D. Pembahasan
Pengaruh waktu ekstraksi dilakukan berdasarkan perbedaan lamanya waktu
pemanasan daun teh. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan
pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan
dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen solut dalam larutan akan
meningkat. Kestabilan bahan juga mempengaruhi waktu ekstraksi yaitu jika bahan aktif
dari suatu simplisia relatif stabil terhadap pemanasan maka tidak akan mempengaruhi
waktu ekstraksi. Sebaliknya, jika bahan aktif suatu simplisia tidak stabil terhadap
pemanasan maka akan waktu ekstraksi akan mempengaruhi kadar ekstrak (semakin lama
waktu pemanasan, kadar ekstrak akan semakin menurun). Kafein hasil ekstraksi daun teh
bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga semakin lama ekstraksi maka kadarnya akan
tetap (konstan) dan bahkan cenderung naik. Percobaan dilakukan dengan pemanasan
pelarutan daun teh ditambah dengan CaCO3 dalam 5 menit, 10 menit dan 15 menit dengan
pengadukan konstan untuk meningkatkan hasil ekstraksi. Tujuan penambahan CaCO3
adalah untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam teh kering secara
keseluruhan (salah satunya adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung
nitrogen dan memiliki properti basa amina organik). Hal ini mengakibatkan kafein keluar
dari teh dan ikut larut dalam air. Kemudian larutan didinginkan dan disaring dengan
penambahan kloroform pada corong pisah. Tujuan penambahan kloroform adalah untuk
mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam
larutan. Setelah dipisahkan, ditambahkan Natrium Sulfat Eksikatus yang berfungsi untuk
menarik air yang masih tertinggal pada larutan fase kloroform agar tidak terjadi kesalahan
saat penetapan kadar sampel secara KLT-Densitometri.

E. Kesimpulan
Pada kelompok kami, hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 5 menit
adalah 0,48 %. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 10 menit adalah 0,56%.
Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 15 menit adalah 0,54%. Hasil yang
kami dapatkan ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya konstan atau cenderung naik.
Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam melakukan prosedur kerja (penimbangan,
pengocokan, waktu yang kurang tepat, kesalahan penotolan), pencucian alat, dan
kurangnya ketelitian praktikan saat praktikum.
PRAKTEK EKSTRAKSI ULTRASONIK

Kelompok 3 / F

A. Pendahuluan
Latar belakang
Metode ekstraksi ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik ini dihasilkan
oleh transmitter ultrasonic magnetostrictive atau plezoelectric. Beberapa keunggulan pada
panggunaan teknologi ultrasonik dalam aplikasinya antara lain prosesnya yang cepat,
mudah, tidak memerlukan biaya tinggi, tidak membutuhkan penambahan bahan kimia dan
bahan tambahan lain, tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia,
partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan, serta dapar meningkatkan kualitas
ekstraksi.

Tujuan praktikum
Untuk memahami cara ekstraksi dengan metode ultrasonik

B. Metode Praktikum
Alat : Bahan :
- Timbangan analitik - Simplisia rimpang kunyit
- Waterbath - Kloroform
- Peralatan ekstraksi - Benzene
ultrasonik - Etanol
- Kertas saring - NaOH 5%
- Vial
- Pengaduk gelas
- Lempeng SiGel 60F254
- KLT chamber
- Beaker glass
- Corong glass

Skema kerja
C. Hasil praktikum

1 kali ekstraksi : warna orange kecoklatan

4 kali ekstraksi : warna orange muda

Hasil KLT :

Rf A1 : 3,2 / 8 = 0,4 Rf B1 : 3,4 / 8 = 0,425

Rf A2 : 1,9 / 8 = 0,2375 Rf B2 : 2,1 / 8 = 0,2625

Rf A3 : 1,1 / 8 = 0,1375 Rf B3 : 1,2 / 8 = 0,15

C. Pembahasan
Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan menggunakan prinsip dasar yaitu
dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium
yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami
getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi.
Pengadukan akan meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan
sehingga meningkatkan proses ektraksi. Dengan adanya gelombang ultrasonik juga
meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulan gelembung spontan (cavitation)
sebagai stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Cara kerja metode ultrasonik
dalam mengekstraksi adalah sebagai berikut : gelombang ultrasonik terbentuk dari
pembangkitan ultrason secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan
diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan tersebut, sehingga melepaskan
senyawa ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel
sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal
pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian
cairan, diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan
sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair. Hal-hal yang
mempengaruhi kemampuan ultrasonik untuk menimbulkan efek kavitasi antara lain
karakteristik ultrasonik seperti frekuensi getaran, intensitas getaran, kapasitas alat, proses
ultrasonik dan kondisi sekitar seperti suhu dan tekanan. Selanjutnya efek mekanik yang
ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel,
mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007).
Liu et al. (2010), menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang
akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.

Pustaka :
http://lobakwortel.blogspot.com/2013/07/teknologi-obat-herbal-i.html

Вам также может понравиться