Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala
sesuatu. Thales berpendirian bahwa segala sesuatu tidak berdiri dengan sendirinya
melainkan adanya saling keterkaitan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang
ontologi. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi permasalahan bagaimana
menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pertama, orang akan berhadapan dengan dua
kenyataan yaitu berupa materi dan rohani. Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas,
meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya
bukan kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat
diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola
berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan
realitas.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang
menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa
wujud fisik (al-Thobiah) maupun metafisik (ma bada al-Thobiah) selain itu, Ontologi
merupakan hakikat ilmu itu sendiri dan apa hakikat kebenaran serta kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah tidak terlepas dari persepektif filsafat tentang apa yang dikaji atau
hakikat realitas yang ada yang memiliki sifat universal.
Menurut Hornby (1974), filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari
pencarian pengetahuan tentang watak dan makna kemaujudan atau eksistensi. Filsafat dapat
juga diartikan sebagai sistem keyakinan umum yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan
1
tentang asas-asas yang menimbulkan, mengendalikan atau menjelaskan fakta dan kejadian.
Secara ringkas, dengan demikian, filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
makna. Hornby menyatakan pula bahwa pengetahuan ialah keseluruhan hal yang diketahui,
yang membentuk persepsi jelas mengenai kebenaran atau fakta. Sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang diatur dan diklasifikasikan secara tertib, membentuk suatu sistem
pengetahuan, berdasar rujukan kepada kebenaran atau hukum-hukum umum.
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu
yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda,
hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontology
ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti Monoisme, dualisme, pluralisme,
nikhilisme, dan agnotisime.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep dan akuntansi keuangan dalam aspek ontologi?
2) Bagaimana ontology akuntansi keuangan: laporan keuangan?
3. Tujuan
1) Menjelaskan konsep dan akuntansi keuangan dalam aspek omtologi.
2) Menjelaskan ontology akuntansi keuangan: laporan keuangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
- Laporan arus kas, berisi informasi aliran kas organisasi selama suatu organisasi
selama suatu periode
- Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
laporan keuangan.
Akuntansi dibuat secara kuantitatif dengan pengukuran dalam satuan mata
uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak
mamajemen untuk membantu membuat keputusan internal suatu organisasi dan
investor serta kreditor untuk membuat keputusan investasi atau kredit ke suatu
organisasi. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pelaporan aktivitas bisnis kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, akuntansi seharusnya bernilai terbuka dan jujur.
3. Sejarah Akuntansi
Ditinjau dari sisi historis, menurut beberapa literatur akuntansi, akuntansi
ada sejak manusia mengenal uang sebagai alat pembayaran.Media pencatatan yang
pertama digunakan untuk mendokumentasikan keluar masuknya uang, timbulnya
utang-piutang, serta transaksi-transaksi lainnya dilakukan di atas media berupa
lempengan tanah liat, kemudian berkembang dengan menggunakan daun lontar
tersebut berasala dari negara Mesir yang pada waktu itu merupakan Romawi. Naskah
tersebut hingga sekarang masih tersimpan dengan baik dan berasal dari Babilonia
pada tahun 3600 SM.
Setelah bangsa Romawi menemui kesulitan menggunakan angka romawi
dalam melakukan pencatatan akuntansi karena semakin bertambahnya nilai transaksi
dan keterbatasan huruf atau angka romawi, mereka kemudian mengganti dengan
menggunakan angka arab (angka desimal) yang lebih fleksibel.
Evolusi akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya system
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) oleh para pedagang dari
Venesia, Italia. Double entry merupakan konsep pencatatan transaksi ke dalam dua
sisi yaitu debet dan kredit. Mekanisme ini digunakan agar kedua sisi selalu dalam
keadaan seimbang.
Pada ke abad 15 tepatnya tahun 1494, akuntansi yang menggunakan
angka Arab berkembang di Italy karena diperkenalkan oleh seorang pendeta
bernama Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul Summa de Arithmatika,
4
geometrica proportioni at proportionalita. Bagian dari buku tersebut membahas
tentang akuntansi yang berjudul Tractacus de computis et scriptoria
Konsep Pacioli tersebut merupakan dasar bagi konsep abstrak income dan
capital. Konsep tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1543,
sehingga konsep ini dengan mudah tersebar di benua Eropa Barat hingga ke Benua
Amerika. Akuntansi kemudian berkembang dikembangkan lebih lanjut oleh para ahli
akuntansi di negara-negara tersebut, sehingga timbul beberapa sistem akuntansi
dengan tetap mengacu pada metode yang digunakan oleh Luca Pacioli.
Pada abad ke 20, perkembangan akuntansi keuangan bergeser ke wilayah
Amerika yang memiliki pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Salah satu produk di
bidang akuntansi yang fonomenal adalah monograph dari Paton dan Littleton (1940),
an introduction to corporate accountingstandards (Scott, 2006). Monograph ini
membahas mengenai konsep historical cost berdasarkan konsep perusahaan
sebagai suatu entitas yang going concern. Konsep-konsep tersebut antara lain
mengenai bagaimana mengakui pendapatan serta konsep maching cost with
revenue. Akibatnya laporan laba rugi menjadi focus utama dalam laporan keuangan,
menggeser laporan neraca. Meskipun monograph tersebut dianggap terlalu
persuasive, namun historical cost masih menjadi dasar utama dari akuntansi dan hal
tersebut merupakan awal darilahirnya fair value accounting serta memperbaharui arti
penting laporan neraca.
Sementara itu, pada akhir tahun 1960-an di America, dihasilkankonsep
bahwa laporan keuangan harus memuat informasi yang berguna bagi pengambilan
keputusan. Konsep tersebut pertama kali muncul pada monograph American
Accounting Association tahun 1966, konsep framework yang disusun FASB saat ini
juga didasari oleh konsep decision usefulness.
Di Kanada, perkembangan akuntansi keuangan dilakukan oleh Accounting
Standard Board (AcSB) yang merupakan bagian dari Canadian Institute of Chartared
Accountans (CICA). Produk mereka berupa bulletin yang memuat isu akuntansi
keuangan. Pada tahun 1968, produk tersebut dibukukan menjadi CICA handbook.
Akuntansi merupakan aktivitas yang erat kaitannya dengan perkembangan
bisnis. Pada abad berikutnya dan sampai saat ini, bisnis berkembang pesat di
Amerika sehingga akuntansi juga maju dan berkembang pesat di Amerika. Hingga
5
kini, sistem yang paling banyak digunakan adalah sistem Amerika (Anglo Saxon
system). Hal ini disebabkan karena sistem tersebut dapat digunakan untuk mencatat
berbagai macam transaksi, sedangkan sistem lainnya agak sukar digunakan.
Perkembangan sistem di luar Amerika memisahakan antara pembukuan
dan akuntansi. Sedangkan dalam sistem Anglo Saxon, pembukuan merupakan
bagian dari akuntansi. Sebagai akibatnya, sistem tersebut lebih akomodatif terhadap
aktivitas bisnis modern.
Teori dan praktek akuntansi semakin berkembang padaa abad ke 20
sejalan dengan perkembangan teknologi, seperti program-program akuntansi
berkomputer yang semakin banyak beredar.Perkembangan akuntansi yang mengikuti
teknologi yang dikembangkan di Amerika ini didominasi sudut pandang barat,
sehingga sarat dengan nilai-nilai kapitalis, sekuler, egois, dan anti altruis.Cirri
modernisasi dalam pandangan barat adalah, kehidupan memberikan apresiasi
terhadap keduniawian.Hal ini memiliki dua sisi, yaitu positif dan negative.Sisi
positivenya mengantarkan timbulnya kegiatanmanusia untuk memperhatikandunia,
meniliti dan mencari hukum baru.Sisi negatifnya adanya renaissance yang pada
akhirnyaa menyingkirkan agama dari perhatian.Akibatnya akuntansi meninggalkan
ajaran tentang kebenaran dan kejujuran yang semestinya menyertai.
4. Pengertian Akuntansi Keuangan
Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksi-transaksi
yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik
berdasarkan perencanaan dan perhitungan yang baik akan mampu menjaga
eksistensinya, bahkan akan mendapatkan pertumbuhan usaha yang baik. Bagaimana
mungkin perusahaan dapat melakukan perencanaan dan perhitungan transaksi
dengan baik kalau tidak ada suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang sistematis
tentang transaksi-transaksi yang telah dilakukan perusahaan diwaktu sebelumnya.
Jelasnya perusahaan sangat membutuhkan suatu sistem yang mengatur bagaimana
transaksitransaksi harus dialakukan pencatatan yang sistematis sehingga
didapatkan laporan yang mampu memberikan gambaran aktivitas perusahaan di
masa yang lalu, di masa sekarang dan mampu memberikan gambaran prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Sistem yang mengatur pencatatan transaksi
6
transaksi yang telah dilakukan perusahaan hingga penyusunan laporan dampak
keuangan akan transaksitransaksi itulah yang disebut akuntansi keuangan.
Pendefinisian akuntansi keuangan oleh para profesional, akademisi dan
aasosiasiasosiasi tentu akan dilakukan berdasrkan sudut pandang dan pemahaman
mereka masingmasing. Perbedaan sudut pandang dan pemahaman terhadap
akuntansi keuangan telah banyak melahirkan variasi definisi akuntansi keuangan.
A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) mendefinisikan
akuntansi sebagai proses mendefinisikan, mengukur, dan menyampaikan informasi
ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif
dalam pengambilan keputusan.
American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mendifinisikan
akuntansi sebagai suatu seni pencatatan penggolongan dan pengikhtisaran dengan
cara tertentu dan dalam ukuran moneter transaksi dan kejadiankejadian yang
umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilhasilnya.
Accounting Principle Board (APB) mendifinisikan akuntansi sebagai suatu
kegiatan jasa yang fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif umumnya
dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih beberapa
alternatif.
Syafri Harahap mengatakan bahwa akuntansi itu suatu akronim, yang kalau
dijabarkan dalam bentuk definisi, akuntansi adalah menyangkut angkaangka yang
akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, angka- angka itu menyangkut
uang atau nilai moneter yang menggambarkan catatan dari transaksi perusahaan.
Angkaangka itu dapat dianalisis lebih lanjut, ia bersifat netral kepada semua
pemakai laporan, ada unsur seninya karena berbagai alternatif yang bisa dipilih serta
ia merupakan informasi yang sangat diperlukan para pemakai untuk pengambilan
keputusan.
7
proses data itlah yang disebut sebagai aiklus akuntansi yang terjadi dalam suatu
periode yang disebut siklus akuntansi. Satu periode akuntansi berumur 12 bulan yang
dapat mengikuti tahun kalender (tahun takwim) yang diawali tanggal 1 Januari dan
diakhiri pada tanggal 31 Desember, atau berdasarkan periode yang ditentukan sendiri
asalkan berisikan 12 bulan.
8
Bagan 1.
Siklus Akuntansi Keuangan
Proses Pengelompokan
Neraca Saldo
Setelah Penutupan Buku Besar
dan Pembalikan
Proses Pengikkhtisaran
Keterangan :
9
1) Praktik akuntansi keuangan diimplementasikan berdasaran prinsip akuntansi
keuangan yang diterima secara umum SAK/GAAP (General Accepted Accounting
Proinciple).
2) Membantu prinsip akuntansi keuangan di masa yang akan datang untuk dapat
menyerap berbagai perkembangan terbaru dari kegiatan bisnis yang semula
belum diatur dalam prinisp dan standar perlakuan akuntansi keuangan dengan
memberikan referensi dan analogi untuk menganalisis dan merencanakan
permasalahan akuntansi keuangan uyang timbul karena perkembangan bisnis.
Dengan begitu prinsip dan standar, serta metode dan teknik perhitungan
akuntansi dapat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dunia bisnis.
3) Bermanfaat bagi praktisi dalam memberikan dasar pemikiran pemilihan alternatif
alternatif dari berbagai metode atau teknik perhitungan yang tersedia yang sesuai
dengan karakterisktik transaskinya.
10
Bagan 2.
Struktur Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan
11
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber sumber ekonomi
dan kewajiban prusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
perusahaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.
c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Memberikan informasi keuangan yang diperlukan lainya tentang perubahan
harta dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi relevan yang dibutuhkan para pemakai laporan
keuangan.
3) Karateristik Kulitatif Laporan Keuangan (Qualitative Characteristic of Financial
Statement)
Agar laporan keuangan dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan tujuan
penyusunannya, maka laporan keuangan tersebut harus memenuhi beberapa
kaakteristik kualitatif. Beberapa karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi oleh
suatu laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), Yaitu: 1)
Karakteristik kualitatif primer (primary qualities) dan 2) Karakteristik kualitatif
sekunder (secondary qualities).
Adapun karakteristik kualitatif primer laporan keuangan antara lain:
a) Relevance
b) Reliability
Laporan keuangan dinyatakan reliable apabila memenuhi 3 (tiga) kriteria
kualitatif berikut:
- Presentation Faithfulness (penyajian yang jujur)
- Verifiability
- Neutrality
Adapun karakteristik kualitatif sekunder laporan keuangan antara lain:
a) Comparability (daya Banding)
b) Consistency (taat asa)
8. Elemenelemen Laporan Keuangan
Elemenelemen laporan keuangan antara lain:
12
a. Neraca
- Aktiva (segala harta)
- Pasiva (kewajiban dan modal)
b. Laporan LabaRugi
- Pendapatan
- Beban
c. Laporan Peubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
- Aktivitas Operasi
- Aktivitas Investasi
- Aktivitas Pendanaan
- Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Asumsiasumsi Dasar Akuntansi (Accounting Basic Assumptions)
Struktur akuntansi keuangan dibangun berdasarkan asumsi-asumsi
akuntansi. Terdapat 4 (empat) asumsi yang mendasari bangunan struktur akuntansi
keuangan, yaitu:
1) Asumsi Kesatuan Ekonomi (Economic Entity Assumption)
Yang dimaksud dengan Economic Entity Assumption adalah suatu asumsi yang
menyatakan bahwa aktivitas perusahaan harus dapat diidentifikasi sebagai
kesatuan unit akuntansi. Dalam artian lain bahwa aktivitas suatu perusahaan
harus dapat dipisahkan secara jelas dari pemiliknya dan dari kesatuan usaha
lainnya. Dyckman menyebutnya sebagai separate entity assumption.
2) Asumsi Kelangsungan Usaha (Going Concern Assumption)
Semua konsep dasar, prinsipprinsip, metodemetode dan teknikteknik
perhitungan akuntansi harus berlandaskan pada asumsi kelangsungan usaha ini,
yaitu suatu asumsi yang menyatakan bahwa suatu perusahaan didirikan untuk
waktu yang tidak terbatas. Implikasi dari asumsi ini diantaranya adalah
digunakannya prinsipprinsip harga perolehan (historical cost) dalam
pengukuran aktiva. Kebijakan depresiasi dan amortisasi berlaku relevan jika kita
berasumsi bahwa perusahaan akan tetap eksis di waktu yang akan datang
minimal selama masa ekonomis aktiva yang bersangkutan.
3) Asumsi Kesatuan Mata Uang (Monetary Unti Assumption)
13
Uang merupakan kesatuan ukur yang umum dalam aktivitas ekonomi dan
memberikan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Hal ini
dikarenakan kesatuan mata uang adalah relevan simple, tersedia secara luas,
dapat dipahami/dimengerti dan dipergunakan secara luas. Asumsi ini
berlandaskan pada kesatuan mata uang yang stabil (stabil monetary unit). Dalam
kenyataannya tidak pernah ada unit mata uang yang benarbenar stabil,
kenaikan dan penurunan nilai mata uang merupakan suatu hal yang umum
terjadi setiap saat, namun begitu perubahan nilai mata uang yang smooth dapat
diasumsikan sebagai sesuatu yang stabil.
4) Asumsi Pembagian Waktu (Periodicity Assumption)
Ada pula yang menyebutnya time priode assumption. Asumsi ini
diimplemntasikan secara simple, bahwa aktivitas ekonomi suatu perusahaan
dapat dibagi- bagi dalam periodeperiode waktu yang ditentukan sendiri,
misalnya periode bulanan, kuartalan, semesrteran, dan tahunan. Suatu
pengukuran terhadap hasil, kekayaan, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan
baru dapat dilakukan secara akurat pada saat perusahaan tersebut ditutup atau
dilikuidasi. Padahal diketahui bahwa perusahaan didirikan untuk waktu yang
tidak terbatas.
14
yaitu: 1) Unsur utama (pokok), dan 2) Unsur tambahan yang terdiri dari berbagai
pengeluaran di luar unsur pokok yang dapat diatribusikan secara langsung
kedalam harga perolehan aktiva bersangkutan. Unsur pokok harga perolehan
suatu aktiva sangat ditentukan oleh cara perolehannya; bisa berdasarkan harga
beli; taksiran harga pasar; biaya pembuatan, nilai tunai dari suatu angsuran, atau
bahkan dapat didasarkan pada kebijakan pimpinan.
2) Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognotion Principle)
Pendapatan merupakan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban suatu
badan usaha dari sebab penyerahan barang atau jasa, atau aktivitas usaha
lainnya yang terjadi dari satu periode akuntansi. Tidak termasuk pendapatan
adalah peningkatan aktiva perusahaan dari hibah dan investasi oleh pemilik atau
pemegang saham.
Critical event pengakuan pendapatan akuntansi adalah waktu terjadinya
transkasi penyerahan barang atau jasa (accrual basic), bukan saat terjadinya
penerimaan kas. Prinsip tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a) Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal dilakukannya penyerahan produk kepada
pelanggan.
b) Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat
jasa tersebut telah dilakukan dan dapat dibuatkan fakturnya.
c) Imbalan yang diperoleh atas pengakuan aktiva/sumber-sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, sewa dan royalti
diakui sejalan dengan berlalunya waktu atau pada saat digunakannya aktiva
yang bersangkutan.
d) Pendapatan dari penjualan aktiva diluar dari barang dagangan, seperti aktiva
tetap atau surat-surat berharga diakui pda saat tanggal penjualannya.
15
b) Pendapatan diakui secara proporsionalselam atahap produksi
Cara ini lazim digunakan oleh perusahaan kontraktror yang mengerjakan
proyek yang memerlukan waktu penyelesaian beberapa periode akuntansi.
Laba diakui secara periodik atas dasar persentase penyelesaian pekerjaan.
Cara ini dapat diterima bila taksiran biaya untuk menyelesaikan kontrak dan
perhitungan tahap kemajuan dalam pekerjaan dapat
dipertanggungjawabkan.
c) Pendapatan dari penjualan konsinyasi
Penyerahan pada pihak yang menerima titipantidak adapat dianggap sebgai
penjualan, oleh karena itu dapat digunakan sebagai critical event terjadinya
pendapatan. Pendapatan baru diakui setelah penjualan dilakukan oleh pihak
yang menerima barang titipan.
3) Prinsip Mempertemukan Beban dengan Pendapatan (Maching Cost
Prinsiple)
Beban merupakan biaya yang secara langsung telah dimanfaatkan dalam usaha
memperoleh pendapatan dalam suatu periode, atau yang sudaha tidak
memberikan manfaat ekonomis untuk periode berikutnya.
Maching Cost Principle merupakan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
pengakuan pendapatan (Expenses recognition principle). Seperti halnya
pengakuan pendapatan critical event pengakuan beban akuntansi adalah pada
saat beban tersebut secara nyata telah memberikan kontribusinya terhadap
pendapatan akuntansi. Pembebanan biaya harus dilakukan pada periode yang
sama dengan periode pengakuan pendapatan. Terdapat 2 (dua) karakteristik
pembebanan biaya pada pendapatan. Yaitu:
a) Pembebanan langsung, yaitu pembebanan biaya-biaya yang dapat
dihubungkan secara langsung dengan pendapatannya. Beban yang dapat
secara langsung dihubungkan dengan pendapatannya apabila transaksi
kejadian beban berlansung secara simultan dengan terjadinya transaksi
pendapatan, misalnya pembebanan harga pokok penjualan, biaya
pengiriman, Komisi penjualan dll.
b) Pembebanan tidak lansung atau yang dikenal dengan biaya periodik, yaitu
pembebanan biaya yang tidak dapat secara langsung dihubungkan pada
16
pendapatan dikarenakan kejadiannya tidak simultan dengan kejadian
pendapatan atau timbulnya biaya tersebut tidak disebabkan adanya transaksi
pendapatan. Biaya periodik dapat dibedakan berdasarkan kejdiannya, yaitu:
- Biaya Tunai (out of pocket expenses), misalkan biaya gaji, biaya iklan,
biaya perjalanan dinas, dll
- Biaya tenggelam (sunk cost), yaitu biaya yang timbul karena berlalunya
waktu dari pengeluaran biaya yang telah dilakukan pada waktu
sebelumnya, misalnya depresiasi aktiva tetap berwujud, pembebanan
sebagian daribiaya dibayar dimuka, dll
Tidak semua pengeluaran (exependiture) atau pengorbanan sumber ekonomis
perusahaan adalah beban (expense). Dalam prinsip ini pengeluaran atau
pengorbanan sumber ekonomis perusahaan dibedakan berdasarakan manfaat
keekonomiannya. Suatu pengeluaran atau pengorbanan sumber ekonomis yang
memberikan manfaat keekonomian di masa yang akan datang tidak boleh
diperlakukan sebagi beban melainkan harus diperlakukan sebagai harga
perolehan (cost), misalnya pengeluaran untuk memperoleh aktiva tetap, dll.
Pengeluaaran atau pengorbanan sumber ekonomis yang tidak memberikan
manfaat keekonomian juga tidak dapat diperlakukan sebagi beban, melainkan
harus diperlakukan sebagai kerugian. Jadi beban (expense) merupakn
pengeluaran atau pengorbanan sumber ekonomis perusahaan yang memberikan
manfaat keekonomian bagi perusahaan di masa (periode) berjalan.
4) Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Prinsiple)
Prinsip ini mengharusakan laporan keuangan untuk dapat memberikan
keseluruhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan.
Informasi tersebut harus bersifat menyeluruh, relevan dan reliabel guna
pengambilan keputusan ekonomis terkait kepentingannya pada perusahaan.
Oleh karena itu, laporan keuangan harus disusun secara wajar dan jujur (fair)
cukup memberikan informasi (adequate) dan dapat mengungkapkan
keseluruhan dimensi perusahaan.
Laporan keuangan utama (neraca, laba-rugi, perubahan ekuitas, dan perubahan
kas) hanya mengungkapkan dimensi keekonomian yang bersifat moneter dari
transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian yang telah terjadi maupun yang akan
17
terjadi dan lebih mengutamakn subtansi dari pada bukti legalnya (substance over
form) sehingga terdapat beberapa kelemahan laporan keuangan sebagai sumber
informasi, yaitu diantaranya:
a) Tidak bisa memberikan informasi yang bersifat non moneter yang juga
sangat mungkin dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan, misalnya
tentang kondisi persediaan, keadaan piutang, perlakuan-perlakuan
tertentu terhadap aktiva tetapsetelah tanggal perolehannya, dll
b) Laporan keuangan hanya mampu memberikan informasi yang
berdimensi kuantitatif, padahal informasi yang bedimensi kualitatif juga
sangat dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan, misalnya kualitas
SDM, rencana pengembangan perusahaan, dll
c) Tidak semua kejadian yang telah mempunyai bukti legal terakomodasi
dalam laporan keuangan
d) Tidak bisa memberikan informasi tentang teknis penyusunan laporan
keuangan, kebijakan akuntansi yang digunakan atau perubahan-
perubahan kebijakan yang telah dilakukan serta metode dan teknik
akuntansi yang digunakan.
18
a. Objektivitas sangat terkait dengan motivasi dalam melakukan suatu hal. Bila
sesuatu hal itu dilakukan berdasarkan dorongan (motivasi) untuk memenuhi
kepentingan pribadi atau sekelompok pihak tertentu, maka aktivitas tersebut
mempunyai nilai objektifitas yang rendah. Objektivitas adalah netral
(neutrality)
b. Objektifitas sangat terkait dengan bagaimana cara yang digunakan. Apabila
sesuatu itu dihasilkan dari suatu proses yang taat pada ketentuan, prinsip-
prinsip, nilai atau batasan-batasan yang telah ditetapkan, maka sesuatu
yang dihasilkan dari aktivitas (proses) tersebut mempunyai nilai objektivitas
yang tinggi. Objektif adalah sesuai dengan prosedur, standar, metode dan
teknik-teknik yang berlaku secara umum (in the general rules)
c. Objektivitas sangat terkait dengan pembuktian. Suatu hasil dari suatu
proses atau aktivitas mempunyai nilai objektif bila dapat dibandingkan
kebenarannya oleh pihak lain melalui penelusuran bukti-bukti, pengujian
atau pengukuran dengan menggunakan cara yang sama. Objektif adalah
sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya (provable/verifiable).
d. Objektifitas sangat terkait dengannilai suatu ukuran. Nilai atau ukuran disini
merupakan batasan yang disepakati (Konsensus) sekelompok orang yang
dapat digunakan untuk mengukur objektivitas suatu hal. Objektivitas adalah
sesuai dengan nilai-nilai atau ukuran-ukuran yang telah disepakati, dapat
diukur (valuable).
6) Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi atau taat asas memberikan suatu acuan bahwa terhadap
suatu prinsip, metode atau teknik yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
perlakuan akuntansi untuk suatu transaksi tertentu harus tetap digunakan secara
konsisten dari periode ke periode. Setiap transaksi yang sama harus dapat
dipastikan telah diperlakukan sesuai dengan prinsip dan metode atau teknik
perlakuan akuntansi yang sama. Implikasi dari prinsip ini adalah agar:
a. Prinsip, netode atau teknik perlakuan akuntansi laporan keuangan
memenuhi syarat kualifikasi dapat diperbandingkan (comparability) mana
mungkin antara dua laporan keuangan dapat diperbandingkan kalau
19
masing-masing disusun dengan menggunakan prinsip, metode atau teknik
perlakuan yang berbeda.
b. Terhindar dari praktik manipulative dengan cara menggunakan prinsip,
metode atau perlakuan yang berbeda-beda digunakan yang paling
menguntungkan bagi perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada.
7) Prinsip Konservatif (Conservatism Principle)
Prinsip ini memberikan acuan kepada akuntan dalam hal menentukan pilihan
dari beberapa alternative prinsip atau teknik perlakuan akuntansi berdasarkan
kaidah kehati-hatian, menurut prinsip ini, bila seorang akuntan dihadapkan pada
beberapa alternatif prinsip. Metode atau teknik perlakuan yang sama-sama
diterima secara umum, maka ia harus menjatuhkan pilihan pada penggunaan
prinsip, metode atau teknik perlakuan akuntansi yang dapat memberikan
pengaruh yang paling tidak menguntungkan bagiperusahaan. Kaidah kehati-
hatian dalam prinsip ini dimaksudkan agar perusahaan tidak dibebani kewajiban
yang lebih besar kepada pemerintah atau kepada para pemegang saham
sehingga dapat memberikan kesempatan yang lebih besar kepada perusahaan
untuk dapat beroperasi lebih baik pada periode berikutnya.
8) Prinsip Materialitas (Materiality Princeple)
Menurut APB statement No. 4 Laporan keuangan hanya menyangkut informasi
yang dianggap cukup penting (material) dalam mempengaruhi penilaian dan
keputusan. Standar akutansi keuangan Indonesia mengadopsi dari Framework
for Preparatian of Financial Statment menyatakan bahwa informasi dipandang
material kalau kelalaian untuk mencantumkannya atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pamakai
yang diambil atas dasar dasar laporan keuangan tersebut. Materialitas
tergantung pada besarnya pos, atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi khusus dari kalalaian dalam mencantumakan (omossian) atau kesalahan
dalam mencatat (misstatement).
20
11. Hambatan-Hambatan Akutansi (Accounting Constrains)
Implementasi prinsip-prinsip akutansi secara konsisten dan seragam di dalam
praktik akuntansi dalam semua kasus mungkin tidak dapat diwujudkan. Terdapat 4
(empat) hambatan-hambatan akutansi, yaitu:
1) Hambatan biaya manfaat (Cost-benefit constraint)
Informasi sama halnya komoditas lainnya, artinya untuk memperoleh suatu
informasi diperlukan suatu proses yang membutuhkan pembiayaan. Kaidah
umum yang perluh diperhatikan adalah bahwa nilai manfaat yang diperoleh
harus lebih tinggi daripada biaya yang telah dikeluarkan untuk memperolehnya.
Informasi akutansi akan diungkapkan apabilah manfaat yang diperoleh dari
pengungkapan informasi tersebut melebihi biayanya.
Pengakuan biaya-manfaat penyajian informasi bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak ada satuan ukur yang mesti tentang manfaat
dari suatu informasi, hanya bersifat normatif saja. Namun demikian
pertimbangan biaya-manfaat harus tetap menjadi pertimbangan penting dalam
menyusun laporan keunagan.
2) Hambatan Materialitas (Materility constraint)
Mateialitas sampai saat ini merupakan suatu prinsip akuntansi yang masi
paradoksial dan bersifat personaljudgment, walaupun diterimah sebagai prinsip
akuntansi yang diterimah secara umum, namun sampai sekarang batasan
materialitas masi dabatable. Akademisi maupun prakstis sampai sekarang belum
sepakat tentang apa yang digunakan sebagai batasan materialitas suatu
informasi keungan. Pakah material tidaknya informasi keunagan itu cukup dilihat
dari besaran nilai nominalnya, pengaruhnya terhadpa pengambilan keputusan
atau kombinasi antara keduanya.
Namun begitu terdapat dua pedoman yang umum digunakan sebagai dasar
judgmant materialitas suatu kejadian atau nilai informasi dari suatu laporan
keungan, yaitu: 1. Aspek kuantitas, dan 2. Aspek kualitatif.
Aspek kuantitaif merupakan judgment materialitas yang didasrkan pada besaran
angka tertentu dalam nilai absolut, nilai rasio atau persentase tertentu dari pos
tertentu.
21
Aspek kualitatif merupakan judgmant materialitas yang didasrkan pada
karakteristik tertentu, misalnya karakteristik dari besar-kecil perusahaan (size of
firm), karakteristik dari hakikat elemen atau pos itu sendiri dll.
3) Hambatan Kekahasan industri (Industriy Pecualiarities Constraint)
Setiap industri atau perusahaan mampunyai kekhasannya sendiri-sendiri.
Kekhasan ini yang memungkinkan bagi industri untuk mengadopsi teori
akuntansi, prinsip, metode atau teknik parlakuan akuntansi yang berbeda satu
sama lain. Misalnya pada perusahaan dagang yang mempunyai barang
dagangan secara reguler tentunya akan menggunakan teori, prinsip, metode
atau teknik perlakuan akuntan yang berbeda dengan perusahaan dagan yang
menjual barang dagangannya dengan sitem angsuran. Begitu juga pada
perusahaan yang menjual barang dagangannya dengan sistem angsuran jangka
pendekakan berbeda dengan perusahaan yang menjual barangnya dengan
menjual dengan sistem penjualan angsuran jangka panjang. Perusahaan yang
masi dalam satu sektor indudtri saja terdapat banyak kekhasan apalagi antar
sektor industri. Implikasi dari hambatan ini adalah sangat kecil kemungkinannya
keseragaman (uniformity) teori, metode dan teknik perlakuan akuntansi antar
perusahaan, sehingga sangat sulit untuk dapat diperbandingkan laporan
keungan yang dibuat oleh entitas yang berbeda.
4) Hambtan Konsistensi (Consistency Constraint)
Konsistensi sabagai suatu prinsip akuntansi diperlukan agar laporan keungan
yang dihasilkan mempunyai daya banding. Prinsip ini mengharuskan
digunakannya prinsip, metode atau teknik perlakuan akuntansiyang sama dari
periode ke periode. Pertanyannya, apakh mungkin dapat diterapkan suatu
prinsip, metode atau teknik perlakuan akuntansi secara permanen, sedangkan
ada banyak hal yang mengkin mengalami perubahan, misalnya perubahan
pengetahuan karena diketahuinya referensi baru dalam judgment terhadap suatu
fakta sehingga diyakini bahwa judgmant yang bau akan menghasilkan laporan
keungan yang lebih baik, atau mungkin adanya perubahan lingkungn tyang
ekstrem yang tentunga memerlukan teori, prinsip, metode dan teknik perlakuan
akuntansi yang berbeda. Dalam hal tertentu standar akutansi keuangan terpaksa
harus memperbolehkan atau bahkan mengharuskan dilakukannya
22
penyimpangan prinsip konsistensi, atau diperbolehkan untuk melakukan
perubahan teori, prinsip, metode dan teknik perlakuan kauntansi selama dasar
pembenaran.
23
mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar harga barang yang yant
telah disuplainya. Dan bagi distributor tetap perusahaan dapat digunakan untuk
mengukur kelangsungan perusahaan dalam memproduksi barang yang
didistribusikannya.
4) Kreditor
Laporan keungan yang diaudit merupakan sumber informasi yang paling
dapat diandalkan oleh para kreditor untuk menilai kemambpuan perusahaan
untuk membayar kredit yang telah atau yang akan diberikankepada perusahaan.
5) Serikat Pekerja
Serikat pekerja memerlukan informasi tentang kinerja keungan
perusahaan untuk dapat menegtahui posisi pekerja terkai hubungan kerja denga
perusahaan. Tuntutan kenaikan gaji dan tambahan tunjangan biasanya didsarkan
atas laporan laba-rugi perusahaan. Pimpinan serikat pekerja selayaknya
mempunyai kemampuan untuk membaca seta memahami formasi informasi
keungan serta mampu melakukan berbagai pengukuran terhadap informasi
tersebut untuk kepentingan pekrja.
6) Pencari Kerja
Pencari kerja juga semestinya perlu untuk mengetahui informasi
keungan perusahaan, dengan begitu pencarin kerja dapat membuat
suatuestimasi kemampuan perusahaan untuk membyar jasanya dan atas
kelangsungan pekerjaannya dikemudian hari. Pencari kerja nmelalui biro-biro
penyalur tenaga kerja profesianal mungkin lebih mempunyai informasi keungan
perusahaan yang membutuhkan karyawan daripada pencari kerja individual.
7) Pemerintah
Berbagai badan pemerintah berkepentingan dengan catatan keungan
perusahaan untuk berbagai maksud dan tujuan, misalnya untuk perhitungan
pahjak, statistika ekonomi dan pembuatan berbagai kebijakan di sektor ekonomi
dan kesejahteraan publik.
8) Masyarakat
24
Masyarakat dimana suatu perusahaan berda juga semestinya dapat
mengetahui serta mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial (social
resposibilty) telah dijalankan oleh perusahaan.
Bagan 3.
Bagan Sistem Informasi Akuntan
Data Transaksi
Informasi Keungan
25
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan
menurut Budi Raharjo "Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban
manajer atau pemimpin perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang
dipercayakan kepada pihak-pihak luar perusahaan, pemilik perusahaan, pemerintah,
kreditur dan pihak lainnya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.1): Laporan keuangan
merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau
organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
akuntansi, yaitu laporan laba rugi (menyajikan pendapatan dan beban atau
laba dan rugi bersih yang di hasilkan dalam suatu periode waktu tertentu), laporan
ekuitas pemilik (mencatat perubahan yang terjadi pada ekuitas pemilik dalam
suatu periode waktu tertentu), neraca (melaporkan asset, kewajiban, dan ekuitas
pemilik pada tanggal tertentu), dan laporan arus kas (merangkum segala informasi
mengenai arus kas masuk dan keluar dalam suatu periode waktu tertentu.
Laporan keuangan yang dibahas dalam makalah ini memfokuskan pada
laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak yang merupakan bagian dari sistem
pelaporan keuangan pemerintah. Adapun sistem tersebut adalah Sistem Akuntansi
Pemerintah yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa laporan keuangan dalam pembahasan makalah ini adalah laporan
periodik tentang aktivitas dan posisi keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak yang
disusun menurut Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
Intisari dari laporan keuangan pada KPPBC TMP Tanjung Perak adalah:
a) Laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak dihasilkan melalui Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) yang terintegrasi yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan
pengikhtisaran sampai dengan sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada level Kementerian Negara/Lembaga.
b) Laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak disusun dengan
menggunakan data dan informasi yang telah melalui prosedur pengendalian
internal yang memadai sebagai wujud penerapan tata kelola pemerintahan yang
26
baik (good governance), sehingga dapat digunakan untuk mendukung
pengambilan keputusan yang lebih akurat oleh pihak manajemen.
c) Laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak menggambarkan posisi
keuangan dari KPPBC TMP Tanjung Perak dari hasil operasional sekarang dan
masa lampau sehingga dapat diperoleh suatu prediksi akan kondisi dan kinerja
KPPBC TMP Tanjung Perak dimasa yang akan datang.
d) Laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak merupakan salah satu bentuk
akuntabilitas/pertanggungjawaban terhadap publik atas penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta jumlah Pendapatan yang
disetorkan ke kas negara yang dihasilkan dari operasional KPPBC TMP
Tanjung Perak sebagai penyelenggara pelayanan publik.
e) Laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak menyajikan data keuangan
yang menggambarkan potensi dan performa kinerja dari KPPBC TMP Tanjung
Perak yang diharapkan dapat diolah dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
Tabel 1.
Struktur Laporan Keuangan Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
(PP 71 TAHUN 2010)
27
Berdasarkan dokumentasi laporan keuangan KPPBC TMP Tanjung Perak
menggunakan basis kas menuju akrual, maka struktur yang dibahas adalah sebagai
berikut:
28
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
2) Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup neraca terdiri
atas:
a. Aset, yaitu sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban, yaitu utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
c. Ekuitas dana, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan. Laporan ini hanya wajib disusun dan
disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan, maka dari itu
KPPBC TMP Tanjung Perak tidak menyusun dan menyajikan laporan ini.
4) Catatan atas Laporan Keuangan
Dalam membuat laporan keuangan, pemerintah wajib membuat Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk tujuan umum. Pembuatan Catatan atas Laporan Keuangan
dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh banyak pihaktidak
terbatas pada pihak-pihak yang tertentu. Padahal, laporan keuangan
mempunyai potensi kesalahpahaman bagi pembacanya terutama yang tidak
biasa dalam membaca laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan
harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi yang dapat
29
digunakan bagi pembaca laporan keuangan untuk membantu memahami
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan menyajikan penjelasan
naratif atau rician dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas laporan keuangan
harus disusun secara sistematis dan mengungkapkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Informasi mengenai kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target Unadang-Undang APBN, serta kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan
c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya
d. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
e. Informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
f. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
30
BAB III
KESIMPULAN
31