Вы находитесь на странице: 1из 84

PENILAIAN PENGENDALIAN PENYEDIAN

DAN PENGGUNAAN OBAT


SOP No Dokumen SOP/UKP/P/
No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
UPTD PUSKESMAS Dr. Ichsan Nur Hamdan
BABAT TOMAN 198310092009021002
1. Pengertian Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
2. Tujuan Agar tidak terjadinya kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas DTP Babat Toman No / / 2016 tentang Penyediaan Obat
yang menjamin ketersediaan obat.
4. Refrensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Direktorat
jendral Pelayanan RI Jakarta cetakan kedua 2015.
5. Prosedur
6. Langkah-langkah A. PERENCANAAN

1. Petugas Farmasi memperkirakan / menghitung pemakaian obat rata-rata perbulan di


Puskesmas Induk dan seluruh unit pelayanan untuk menyusun rencana kebutuhan obat
selama satu tahun
2. Petugas Farmasi mengajukan usulan obat ke Gudang Farmasi Kabupaten sesuai
ketersediaan obat / alkes di GFK.
3. Petugas Farmasi mengajukan usulan obat yang tidak tersedia di luar Formularium untuk
memenuhi kebutuhan.
4. Petugas Farmasi meminta persetujuan dari Kepala Puskesmas tentang usulan obat yang
tidak tersedia Formularium,

B. PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN OBAT

1. Petugas Farmasi menerima obat/alkes dari GFK berdasarkan permintaan yang diusulkan
setiap satu bulan sekali (LPLPO)
2. Petugas Farmasi menyimpan obat/alkes yang diterima di gudang obat puskesmas.
3. Petugas Farmasi menginventarisir obat/alkes ditulis di buku penerimaan dan kartu stok
obat sebagai pengendali stok
4. Petugas Farmasin menginformasikan kepada petugas medis obat yang stoknya berlebih
untuk menghindari obat kadaluwarsa.
5. Petugas Farmasi menginformasikan kepada petugas medis obat yang stoknya kosong
untuk digantikan dengan obat pengganti lain dengan fungsi yang sama.

C. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT


1. Petugas Farmasi mengevaluasi penggunaan obat di Sub Unit dengan melihat LPLPO sub
unit untuk menghindari ketidaksesuaian pemakaian obat dan kelebihan obat.

7. Bagan/ Alur
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait Kepala Puskesmas, penanggung jawan sub unit
10. Document terkait LPLPO, LPLPO, sub unit, Kartu Stok Obat dan Buku Penerimaan Obat.
PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk
pelayanan
3. Kebijakan Penyediaan dan penggunaan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan secara
efektif dan efisien.
4. Refrensi
5. Prosedur 1. Penyediaan
a. Penyediaan obat dilakukan oleh petugas farmasi
b. Obat disediakan di ruang obat serta unit-unit pelayanan sesuai kebutuhan
c. Tertib administrasi dalam penyediaan obat.
2. Penggunaan
a. Penggunaan obat dilakukan sesuai pengeluaran obat atas resep serta
kebutuhan di unit pelayanan.
b. Tertib administrasi dalam penggunan obat.

6. Ditribusi Petugas Farmasi


7. Dokumentasi LPLPO
8. Terkait Resep
PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN
KETERSEDIAAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Prosedur ini mengatur yang menjamin ketersediaan obat
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan obat yang menjamin ketersedaan
obat
3. Kebijakan Memberlakukan Panduan Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat
Puskesmas Babat Toman
4. Prosedur Pelaksanaan
1. Petugas Gudang dan Apotek yang di beri wewenang untuk membuat
perencanaan obat, membuat daftar perbekalan yang dibutuhkan di Puskesmas
Babat Toman
2. Petugas membuat Perencanaan berdasarkan daftar penerimaan obat dari
Gudang Dinkes Selama 1 tahun kebelakang yang disebut dengan RKO
3. Petugas perencana perbekalan Farmasi melakukan Perhitungan Perbekalan
Farmasi dengan kebutuhan yang di tentukan, kemudian diajukan kepada
Kepala Puskesmas untuk di koreksi
4. Apabila disetuju oleh Kapala Puskesmas maka Rencana Kebutuhan Perbekalan
Farmasi akan di ajukan ke Dinas Kesehatan Kota Sumatra Selatan
5. Petugas Gudang setiap bulan membuat laporan laporan LPLPO berdasarkan
pemakaian obat satu bulan untuk mendapatkan obat dari Instansi Farmasi
Dinkes Kota Sumatra Selatan
6. Unit Terkait Petugas Gudang Farmasi
7. Dokument 1. Arsip RKO Puskesmas Babat Toman
2. Arsip LPLPO Puskesmas Babat Toman
3. Arsip SBBK dari Instansi Farmasi Dinkes Kota Sumatra Selatan
EVALUASI KETERSEDIAAN OBAT TERHADAP
FORMULARIUM, HASIL EVALUASI DAN
TINDAK LANJUT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Evaluasi ketersediaan obat terhadap Formularium adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan terhadap
Formularium yang telah tercapai
Hasil evaluasi adalah menjadi umpan balik program yang memerlukan
perbaikan, kebutuhan yang terlayani, kemampuan dalam melakukan program,
dampak program, terhadap prilaku, prestasi kerja, peningkatan mutu
Tindak lanjut adalah memperbaiki hal yang dipandang lemah, kurang tepat,
kurang relevan, dengan tujuan yang ingin dicapai dan mengembangka program
dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang di pandang dapat
meningkatkan kualitas atau efektifitas program
Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh Puskesmas yang berisi
panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik yang dikelompokkan
dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternatif nama generik
bermerek 23 item. Sering dengan perkembangannya formularium diperbarui
setiap tahun dan ditambahkan/dikuranginya item melalui prosedur tertentu.
2. Tujuan Untuk mengetahui kesesuaian ketersediaan obat dengan kebutuhan obat.
3. Kebijakan Setiap kegiatan pengeloaan obat dalam melakukan evaluasi ketersediaan obat
terhadap Formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-langkah SOP
4. Refrensi Pedoman pelayaan kefarmasian dipuskesmas
5. Prosedur 1. Petugas Farmasi melakukan pengembalian data stok optime 6 bulan sekali
2. Petugas Farmasi mengumpulkan data jenis obat yang tersedia dari stok
opname selama 1 tahun terakhir
3. Petugas Farmasi mencatat jumlah jenis obat yang tersedia di Puskesmas
4. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat yang tersedia di Puskesmas
(A)
5. Petugas Farmasi mengumpulkan data jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium (DOEN 2015)
6. Petugas Farmasi mecatat total jenis obat di Puskesmas yang tercantum di
Formularium (DOEN 2015)
7. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium (DOEN 2015)
8. Petugas Farmasi menghitung tingkat ketersediaan obat dengan tercantum di
Formularium (DOEN 2015)
9. Petugas Farmasi menyampaikan hasil evaluasi ketersdiaan obat terhadap
Formularium kepada Kepala Puskesmas
10. Kepla Puskesmas menindaklanjuti hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap
Formularium denga melaporkan Kepada Team Perencana Kebutuhan Obat
Terpadu Kabupaten melalui Kepala Farmasi Kabupaten.
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Dokumentasi LPLPO
EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN
DENGAN FORMULARIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Evaluasi ketersediaan obat tehadap Formularium adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaa obt terhadap
Formularium telah tercapai
Hasil evaluasi adalah menjadi umpan baik program yang memerlukan
perbaikan, kebutuhan yang belum terlayani, kemampuan dalam melakukan
program, dampak program terhadap perubahan perilaku, prestasi kerja,
pengikatan mutu.
Tindak lanjut adalah memperbaiki hal-hal yag dipandang lemah, kurang tepat,
kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dan mengembangkan program
dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang dipandang dapat
meningkatakan kualitas atau efektifitas program
Petugas Farmasi: asisten Apoteker yang diberi tanggung jawang dan wewenang
untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian
Pasien adalah: seorang yang mendapatkan layanan kesehatan
Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh Puskesmas, yag berisi
panduan pasien, biasanya berisi nama obat generik dikelompokkan dalam terapi
penyakit disertai dengan beberap alternatif nama generik bermereknya sekitar
2-3 item. Seiring dengan perkembangannya, formularium diperbaharui setiap
tahun dan ditambahkan/dikuranginya item dprosedur tertentu
2. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan evaluasi kesesuaian peresepan dengan
formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut.
3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi kesesuaian peresepan
dengan formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-langkah SOP.
4. Refrensi Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur 1. Petugas Farmasi menginformasikan kepada petugas medis tentang isi
formularium
2. Petugas Farmasi mengambi sanpling 5 resep setiap hari
3. Petugas Farmasi mengumpulkan data resep selama 3 bulan terakhir
4. Petugas Farmasi merekap data resep selama 3 bulan terakhir
5. Petugas Farmasi mengumpulkan data tentang jenis obat tertulis di resep
tidak tersedia di Formularium Puskesmas
6. Petugas Farmasi mencatat total jenis obat yang tidak dalam formularium
Puskesmas
7. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat yang tidak masuk dalam
Formularium Puskesmas (A)
8. Petugas Farmasi mengumpulkan data jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium (Doen 2011)
9. Petugas Farmasi mencatat total jenis obat di Puskesmas yang tercantum di
Formularium (Doen 2011)
10. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium (Doen 2011) , (B)
11. Petuga Farmasi meghitung persentase antara obat yang tidak sesuai
Formularium dengan jumlah jenis obat di Puskesmas yang tercantum di
Formularium (Doen 2011), dengan rumus :
A = 100% = C%
B
12. Petugas Farmasi melaporkan hasil evaluasi kesesuaian peresepan dengan
Formularium keda Kepala Puskesmas
13. Kepala Puskesmas menindaklanjuti dari hasil evaluasi kesesuaian peresepan
dengan Formularium dengan melaksanakan pertemuan dalam rangka
pembinaan terhadap Petugas Penuis Resep
6. Dengan Alir
7. Unit Terkait 1. Tim Mutu Puskesmas
2. Koodinator Pelayanan Klinis
3. Koodinator Administrasi dan Manajemen
4. Koodinator Upaya Puskesmas
5. Kepala Puskesmas
8. Distribusi 1. Tim Mutu Puskesmas
2. Koodinator Pelayanan Klinis
3. Koodinator Administrasi dan Manajemen
4. Koodinator Upaya Puskesmas
5. Kepala Puskesmas

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl
PERESEPAN, PEMESANAN, DAN
PENGELOLAAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Prosedur ini mengatur peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan peresepan, pemesanan, dan pengelolaan
obat
3. Kebijakan Peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat dilakukan secara efektif
4. Refrensi
5. Prosedur 1. Peresepan Obat
a. Obat diresepkan sesuai terapi atas diagnosa pasien
b. Pemberian resep dilakukan oleh petugas farmasi atas petugas lain yang
diberi kewenangan
2. Pemesanan Obat
a. Pemesanan obat untuk kebutuhan puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi
atau gudang obat Puskesmas
b. Pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit
pelayanan terkait kepada petugas farmasi gudang obat puskesmas
3. Pengelolaan Obat
a. Pengelolaan obat digudang obat dilakukan oleh petugas farmasi meliputi
kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
administrasi dan pelaporan.
6. Ditribusi Petugas Farmasi
7. Dokumentasi LPLPO
8. Terkait Kartu Stok
Resep
MENJAGA TIDAK TERADI PEMBERIAN OBAT
KADALUARSA PELAKSANAAN FIFO DAN
FEFO KARTU STOK
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN 198310092009021002
1. Pengertian Menjaga tidak terjadi pemberian obat kadaluarsa, pelaksanaan FIFO dan FEFO,
kartu stok merupakan rangkaian proses dalam menyimpan obat dengan cara
mencatat di kartu stok tanggal dan jumlah penerimaan, mencatat, tanggal kadaluarsa
obat dan no. batch, serta melaksanakan sistem penyimpanan rolling, dimana obat
yang datang terlebih dulu dikeluarkan dahulu dan obat yang kadaluarsanya lebih
awal dikeluarkan terlebih dahulu daripada obat dengan tanggal kadaluarsa yang
lebih panjang atau jauh.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menjaga tidak terjadi pemberian
obat kadaluarsa, pelaksanaan FIFO dan FEFO, kartu stok
3. Kebijakan
4. Refrensi Permenkes Nomor 30 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas tahun 2014
5. Langkah langkah 1. Menyiapkan kartu stok di gudang obat Puskesmas
Prosedur 2. Petugas mencatat nama obat yang datang, tanggal dan jumlahnya sesuai LPLPO
3. Petugas mencatat tanggal kadaluarsa dan no. bacth di samping jumlah obat
4. Petugas menata obat secara alfabetis, sesuai bentuk sediaan
5. Petugas merotasi obat dengan sistem FIFO dan FEFO
6. Petugas mengeluarkan obat yang lebih awal kadaluarsa lebih dahulu
7. Petugas mengeluarkan obat yang datang pertama kali lebih dahulu dari obat
yang datang kemudian, jika tanggal kadaluarsa sama
8. Petugas meletakkan kartu stok disamping obat
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Poli Anak dan Imunisasi
3. Poli Gigi
4. Poli KIA+KB
5. UGD
6. Pustu dan Poskesdes

7. Histori No Yang dibutuhkan Isi Perubahan Diberikan Tgl

PELAYANAN RESEP NARKOTIKAN DAN


PSIKOTROPIKA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN 198310092009021002
1. Pengertian Prosedur ini mengatur pengawasan dan pengendalian penggunaan Psikotropika dan
Narkotika
2. Tujuan Sebagai Pedoman dalam pengawasan dan pengendalian penggunaan Psikotropika
dan Narkotika
3. Kebijakan Pengawasan dan Pengendaliaan penggunaan Psikotropia dan Narkotika dilakukan
sesuai ketentuan perundangan
4. Refrensi PMK No. 30 Tlg Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, materi pengelolaan
obat di Puskesmas
5. Prosedur 1. Pengawasan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi penggunaan Psikotropika
dan Narkotka
2. Resep Psikotropika dan Narkotika diberi penandaan khusus
3. Identifikasi pasien penerima resep Psikotropika dan Narkotika dan verifikasi
saat penyerahan obat
4. Pengendalian obat Psikotropika dan Narkotika melaui tertib administrasi kartu
stok dan buku bantu penyerahan obat Psikotropika dan Narkotika

6. Langkah-Langkah 1. Menandai resep Psikotripka dan Narkotika dengan garis bawah berwarna merah
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Menyiapkan etiket yang sesuai
4. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai permintaan
pada resep serta petunjuk dan informasi lain
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis dan
jumlah obat dengan permintan dalam resep
6. Melakukam pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan dalam
(kesesuaian antara penulisan etiket denga resep)
7. Memanggil nama dan alamat pasien
8. Menyerahan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat
9. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu penyerahan obat
Psikotropika dan Narkotika

PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWAH


SENDIRI OLEH PASIEN/KELUARGA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN 198310092009021002
1. Pengertian 1. Penggunaan obat yang dibawah sendiri oleh pasien/keluarga adalah penggunaan
obat yang dibawah sendiri oleh pasien/keluarga, diluar resep dokter Puskesmas
Kecmatan Musi Banyuasin
2. Prosedur ini diutamakan untuk pasien rawat inap di Puskesmas

2. Tujuan 1. Prosedur ini sebgai acuan dalam penggunaan obat yang dibawah sendiri oleh
pasien/keluarga di Puskesmas Kecamatan Babat Toman
3. Kebijakan 1. SK kepala Puskesmas Kecamatan Babat Toman No: tahun 2016 tentang
penggunaan obat yang dibawah sendiri oleh pasien atau keluarganya
2. Untuk pasien rawat jalan yang tidak membawa contoh obat, maka minum obat
diberhentikan sememtara waktu
4. Refrensi Pedoman pengelolaan obat dan standar pelayanan obat di Puskesmas
5. Alat dan Bahan 1. Alat
2. Bahan
2.1 Obat yang dibawah oleh pasien/keluarga
2.2 Resep obat
6. Langkah-langkah 1. Petugas obat menerima resep dari pasien/keluarga
2. Petugas obat memeriksa, membaca dan meneliti resep apakah sesuai dengan
ketentuan penulisan resep
3. Petugas obat memastikan obat yang ditulis tidak : overdosis, kontra indiksi dan
interaksi obat
4. Petugas obat menyiapkan obat sesuaiyang ditulis di dalam lembaran resep
5. Petugas obat menulis etiket obat, dengan mencantumkan nama pasien, tanggal,
dan aturan paskai.
6. Asisten apoteker atau apoteker memanggil nama pasien dengan memeriksa
kembali identitas pasien, umur, berobat dari poli mana?
7. Asisten apoteker/apoteker menanyakan pada pasien apakah ada kemungkinan
obat yang dibawah sendiri oleh pasien/keluarga untuk digunakan dalam
pengobatan peyakit tertentu
8. Jika ada, asisten apoteker/apoteker memeriksa obat yang digunakan/dibawa
sendiri oleh pasien baik :
Jenis Obat
Jumlah Obat
Keadaan Obat
9. Asisten Apoteker/Apoteker memastikan obat yang dibawa oleh pasien jika
dikonsumsi tidak menimbulkan:
Kontra Indikasi
Efek interaksi obat yang merugikan pasien
Efek ganda (agonis) dan (antagonis) terhadap obat yang diberikan
petugas medis/petugas kesehatan lainnya
10. Apabila pasien tidak membawa obatnya, maka Apoteker/Asisten Apoteker
meminta pasien memberhentikan minum obat diluar resep dokter Puskesmas
Kecamatan Babat Toman
11. Asisten Apoteker/Apoteker menyerahkan obat jika obat yang dibawa sendiri
tidak menimbulkan efeksamping, interaksi obat dan efek ganda
7. Hal-hal yang perlu Pastikan obat yang dibawa/gunakan tidak terjadi efeksamping
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua rawat jalan dan rumah bersalin
9. Dokumen Terkait CATATAN MUTU
1. Resep obat
PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWAH
SENDIRI OLEH PASIEN/KELUARGA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN 198310092009021002

10. Riwayat Perbahan Dokumen

No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Terbit


PELAYANAN RESEP NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur Hamdan
1. Pengertian Peresedur ini mengatur pengawasan dan pengendalaian pengguanaaan
Psikotropika dan Narkotika
2. Tujuan Sebaga pedoman dalam pengawasan dan pengendalian penggunaaan
psikotropika dan narkotika
3. Kebijakan Pengawasan dan pengendalian pengguanan dan psikotropika dan narkotika
dilakukan sesuaiketentuan perundangan
4. Refrensi PMK No. 30 Tlg Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Materi
Pengelolaan Obat di Puskesmas
5. Prosedur 1. Pengawasan atas kesesuain diagnosis dengan terapi penggunan
psikotropika dan narkotika
2. Resep psitropika dan narkotika diberi penandaan khusus
3. Identifikasi pasien penerima resep psikotropika dan narkotika dan
verifikasi saat penyerahan obat
4. Pengendalian obat psikotropika dan narkotika melaluai tertib
administrasi kartu stok dan buku bantu penyerahan obat
psikotropika dan narkotika
6. Langkah langkah 1. Menandai resep psikotropika dan narkotika dengan garis bawah
berwarna merah
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Menyiapkan etiket yang sesuai
4. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai
sesuai permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
5. Obat di beri wadah yang sesuai dan di periksa kembali kesesuain
jenis dan jumlah obat dengan permintaan dalam resep
6. Melakukan pemeriksaan akhr sebelum di akuakan penyerahan(
kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
7. Memanggil nama dan alamat pasien
8. Menyerahkan obat yang di sertai dengan pemberian informasi
obat
9. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu
penyerahan obat psikotropika dan narkotika

7.

PENYIMANAN OBAT

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman( tidak hilang), trhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas agar obat yang
tersedia di Unit Pelayanan Kesehatan terjamin mutu dan
keamanannya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang
4. Refrensi PERMENKES No.30 Tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/ Langkah- 1. Menyiapkan gudang yang memenuhi syarat
langkah Luas minimal 3x4 m2 disesuaikan dengan jumlah obat
yang disimpan
Ruangan kering dan tidak lembab
Memiliki pentilasi yang cukup
Jendela harusmempunya pelindung untuk menghindari
adanya cahayalangsung dan berteralis
Lantai dibuat dari Tgel/ semen yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain
harus diberi papan( palet)
Dinding dibuat licin
Hindari pembuatan sudut lantaidan dinding yang tajam
Gudang obat khusus digunakan untuk penyimpanan
obat
Mempunyaipintu yang dilengkapikunci ganda
Tersedia lemari untuk narkotika dan psikotropikyang
selalu terkunci. Lemari narkotikdan psikotropik bisa
digabungkan dengan kamar obat
Harus ada pengukur suhudan higrometer ruangan
2. Menyiapkan pengaturan penyimpanan obat
Obat disusun secara alfabetis
Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
Obat disimpan pada rak dan almari
Obat yang disimpan di lantaiharus diletakkan di atas
palet
Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
suhu penyimpanan
3. Mencatat jumlah yang diterima dalam kartu stok
4. Kartu stok diletakkan di dekat obatnya
5. Menjaga mutu obat dengan caramemperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
Kelembaban
Temperatur / panas
Kerusakan fisik : dus obat jangan ditumpuk terlalu
tinggikarena obat yang ada didalam dus bagian
tengahkebawah dapat pecah/ rusak dan juga akan
menyulitkanpengambilan obat, hindari kontrak dengan
benda-benda yang tajam
Konteminasi bakteri : wadah obat harus selalu
tertutuprapat sehingga tidak mudahtercemar oleh
bakteri atau jamur
Kebersihan ruangan :seminggu sekali, lantai disapu dan dipel,
dinding dan rak dibersihkan

PELABELAN OBAT HIGH ALERT

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Pemberian label khusus pada obat-obat yang sering
meyebabkan terjadinya kesalahan/ kesalahan serius (sentinel
event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak di inginkan ( adverse outcome), seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/ NORUM), atau Look Alike sound Alike/ LASA
2. Tujuan 1. Untuk keamanan obat obat yang perlu di waspadai
(high alert medication)
3. Kebijakan SK direktur tentang keamanan obat high alert khususnya
pelabelan obat high alert
4. Prosedur 1. Memberi label LASA warna merah pada kumpulan
obat obatan yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM,
atau Look Alike sound Alike/ LASA). LASA daftar
obat obatan yang harus diwaspadai
2. Memberi label obat high alert warna ungu pada
obat obat sitostatika
3. Memberi label obat high alert warna merah pada
obat obat konsetrat tinggi
4. Kebijakan dan atau prosedur tersebut dipantau
plaksanaannya
5. Unit Terkait Istalasi Farmasi, instalasi rawat jalan, instalasi rawat
inap, instalasi gawat darurat

PEMBERIAN INFORMASI
PENGUNAAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Langkah langkah petugas dalam memberikan
informasi mengenai penggunaan obat
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam memberikan informasi
mengenaipenggunaan obat
3. Kebijakan Pemberian informasi diberikan oleh pertugas yang
berkompeten
4. Referensi
5. Prosedur 1. Berikan informasi obat kepada pasien
sesuai resep atau kondisi kesehatan pasien
baik lisan maupun tertulis
2. Lakukan penelusuran literature bila
diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi
3. Jawablah pertanyaan pasien denganjelas
dan mudah dimengerti, etis, dan bijaksana
baik secara tertulis maupun lisan
4. Dokumentasikan setiap kegiatan pelayanan
informasi obat
6. Distribusi Petugas farmasi
7. Dokumen terkait Kartu stok resep

PEMBERIAN INFORMASI TENTANG EFEK


SAMPING OBAT ATAU EFEK YANG TIDAK
DIHARAPKAN

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kegiatan dalam memberikan informasi tentang efek samping obat atau efek yang
tidak diharapkan pada awal atau selama pemakain obat yang di berikan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian informasi tentang
efek samping obat dan efek yang tidak diharapkan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Babat Toman Nomor
tentang penetapan peresepan, Pemesanan dan Pengelolaan Obat
4. Referensi PERMENKES No. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kepfarmasian di
Puskesmas
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien dengan ramah
2. Petugas menyerahkan obat sesuai resep disertai informasi
tentang penggunaan obat
3. Petugas memberi informasi tentang efeksamping obat atau
efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat, misalnya
berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja/air kencing
berubah warna, sering bauang air kencing dan sebagainya
4. Petugas menginformasikan hal-hal lain yang mungkin timbul
akibat interaksi obat dengan obat lain, makanan tertentu
5. Petugas menginformasikan kontra indikasi obat tertentu
dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui
6. Petugas menerima dan menjawab pertanyaan jika ada
pertanyaan dari pasien secara langsung dengan jelas dan
mudah dimengerti
7. Petugas mendukentasikan kegiatan pemberian informasi obat
6. Unit Terkait 1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA KB
PEMBERIAN INFORMASI CARA
PENYIMPANAN OBAT DIRUMAH
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Petunjuk penyimpnan obat dirumah adalah informasi yang diberikan pasien
tentang bagaimana cara menyimpan dan memelihara obat yang diterima
2. Tujuan 1. Menjamin keamanan obat secara fisik ataupun kimia selama dirumah
pasien
2. Mengurangi penggunaan obat yang salah
3. Kebijakan 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayana Kefarmasian di Puskesmas
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. Tahun 2015 tentang
penilaian, pengendalian penyediaan dan penggunaan obat dan bahan
medis abis pakai
4. Referensi 1. Pedoman Pelayanan Kefaarmasian di Puskesmas Dirjen Binfar Depkes RI
Tahun 2006
2. Buku pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan Kesehatan di
Puskesmas Dirjen Yanfar dan Alkes Depkes RI 2003
3. Pedoman cara penggunana pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB),
Alimasud, Kerja sama direktorat Jenderal Bina Farmasian dan Alat
Kesehatan Republik Indonesia dengan pengurus pusat Ikatan Apoteker
Indonesia
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan Alat :
Alat Tulis
Bahan
Obat obatan yang diserahkan pada pasien
6. Prosedur 1. Petugas memberikan informasi cara pemakaian obat sesuai dengan SPO
pemberian informasi obat
2. Petugas memerikan informasi cara penyimpanan obat secara umum yaitu:
a. Ikut petunjuk penyimpanan pada label/kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
d. Janga menyimpan obat di tempat panas atau lembab
e. Jangan menyimpan obat cair di dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali tertulis pada etiket obat
f. Janga menyipan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak
3. Pasien yang memperoleh sirup kering, diberikan inormasi untuk
menyimpan sirup kering pada suhu kamar dan menghabiskan dalam
jangka 7 hari lebih dari 7 hati maka obat harus dibuang
4. Pasien yang memperoleh tetes mata dan tetes telinga apabila telah sembuh
dari penyakitnya dan obat yang digunakan masih terisa, maka obat
tersebut supaya dibuang dengan cara mengeluarkan isi obat dalam
kemasan dan membuang botol atau wadah obat
7. Hal hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Balai Pengobatan umum
2. Rawat inap
3. Kamar obat
9. Dokument terkait

No. Yang dirubah Isi yang dirubah Tanggal yang mulai


diberlakukan
PENANGANAN OBAT KADALUARSA /RUSAK

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian a. Tanggal kadaluarsa adalah batas tanggal setelah tanggal tersebut mutu
suatu sediaan farmasi tidak dijamin lagi oleh produsennya
b. Peanganan obat kadaluarsa / rusak adalah kegiatan pemusnahan yang
dilakukan pada obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sedian farmasi dan alat kesehatan yang
memenuhi persyaratan mutu
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas dua boccoe No. /UPTD KKM DB/1/2015 tentang
penanganan obat kaduluarsa/ rusak
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan farmasi dan Alat Kesehatan
5. Alat dan Bahan 1. ATK
2. Sediaan Farmasi dan Alat Kesediaan yang telah kadaluarsa
3. Daftar nama-nama sediaan farmasi dan kesehatan yang telah kadaluarsa
6. Proedur/ langkah- Bagan air
langkah:
1. Petugas
mengidebtifikasi Mengidentifikasi sediaan farmasi Memisahkan sediaan farmasi dan
sediaan farmasi alat kesehatantersebut dengan
Dan alat kesehatan yang rusak
dan alat sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang Atau kadaluarsa kesehatan yang ada
rusak atau
kadaluarsa
2. Petugas
memisahkan
seiaan farmasi Melaporkan kegiatan tersebut Membuat laporan daftar sedian
dan alat dengan membawa laporadaftar sdian farmasi dan alat kesehatan
farmasi dan alat kesehatanyang telah yangrusak atau kada luarsa
kesehatan
rusak atau kadaluarsa ke GPK
tersebut dengan
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan yang
lain Menyimpan laporan daftar sediaan
Selesai
3. Petugas farmasi dan alat kesehatan tersebut
membuat laporan sebagai arip
daftar sediaan
farmasi dan alat
kesehatan yang
rusak atau
kadaluarsa
dengan
menentukan
nama obat, no
batch jumlahnya
dan tanggal
kadaluarsa
4. Petugas
melaporkan
kegiatan tersebut
dengan
membawa
laporan daftar
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan beserta
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan yang
telah rusak an
kadaluarsa ke
Gudang Farmasi
Kabupaten
5. Petugas
menyimpan
laporan daftar
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan tersebt
sebagai arsip
7. Unit Terkait 1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA
4. LAB
5. UGD
6. GFK

PELAPORAN EFEK SAMPING

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatuproses kegiatan pemantaun setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau yangtidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi serta dalam mengevaluasi pengobtan sesuai formularitium
puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah petugas untuk :
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkn terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensiny jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidentalefek samping obat yang sudah
dikenali, yang baru saja ditemukan
3. Mengenal semua faktoryang mungkin dapatmenimbulkan/
mempengaruhi timbunya efek samping obat atau mempengaruhiangka
kejadian dan hebatnya efek samping obat
4. Menjaga agar obat efek samping yang pernah terjadi tidak dibawa lagi
oleh pasien yang bersangkutan maupun pasien lain dan tidak di
masukkan lagi dalam persediaan obat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang
4. Referensi PERMENKES No 30 Tahun 2014 ttg Standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas poli / UGD menerima keluhan dari pasien tentang ESO
langkah 2. Petugas poli/ UGD menanyakan riwayat alergi sebelimnya
3. Petugas poli/ UGD meminta obat yang diminum dan mencocokan dengan
catatan terapi dalam RM dan bila ada dicocokan dengan riwayat alergi
yang tercantum dalam RM
4. Petugas poli/ UGD memastikan keluhan yang dilaporkan terjadi karena
efeksamping obat
5. Petugas poli/ UGD menentukan kemungkinan jenis obat yang terjadi
penyebab alergi
6. Bila belum tercatat petugas poli/ UGD menulis di dalam RM dengan tinta
merah tentang alergi obat
7. Petugas poli/ UGD memberi informasi kepada pasien tentang jenis obat
yang menyebabkan alergi untuk diingat pasien dan diinformasikan ke
petugas ketika berobat
8. Petugas poli/ UGD mencatat kejadian ESO di buku laporan ESO
9. Petugas poli/ UGD memberitahukan agar pasien menghentikan obat yang
menyebabkan alergi
10. Petugas poli/ UGD memberikan resep obat pengganti
11. Mencatat identifikasi pasiendan efek yang terjadi pada formulir ESO
6. Diagram alir Diagram alir
Menganalisa laporan ESO Mengidentifikasi obat dan pasien

Mencatat di formulir ESO Menarik obat yang


Menyebabkan efek
7. Unit terkait 1. Unit poli
2. UGD
3. Rawat inap
4. Poned
PECATATAN PEMANTAUAN DAN
PELAPORAN EFEKSAMPING OBAT, KTD
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian ESO adalah setiap efek yang berbahaya yang tidak di inginkan dari obat
yang timbul dalam pemberian obat dengan dosis yang d gunakan untuk
profilaksis diagnosis dan terapi atau untuk modifikasi fungsi fisiologis
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan
Pelaporan adalah catatan yang memberi informasi tentang kegiatan
tertentu
KTD adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien
2. Tujuan Sebagai acuan pencatatan, pemantauan pelaporan efek samping obat
dan di evaluasi untuk mengetahui potensi signal keamanan obat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang pencatatan, pemantau dan pelaporan efek
samping obat, KTD No
4. Referensi Permenkes RI No 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas
5. Prosedur Alat dan bahan: ATK
6. Langkah-langkah 1. Petugas Memonitor Atas
Pengobatan Terhadap Pasien
Termasuk Efek KTD
2. Petugas Merespon Monitoring Yang Monitoring pengobatan pasien
Dilakukan Secara Kolaborasi
3. Petugas Puskesmas Mempunyai
Kebijakan Yang
Mengidentifikasikan Efek KTD Identifikasi efek KTD dan
Yang Harus Dicatat Dalam Status dicatat dalam status pasien
Pasien Dan Harus Dilaporkan Ke
Puskesmas
4. Petugas mendokumentasikan efek
Dokumentasikan efek KTD
KTD dalam status pasien sebagai
mana diharuskan oleh kebijakan
5. Petugas melaporkan efek KTD
dalam jangka waktu yang ditetapkan
oleh kebijakan Pemantau dan pelaporan
6. Pemantauan dan pelaporan efek
samping harus di dokumentasikan
dalam formulir pelaporan ESO dan
di catat dalam rekam medis
7. Hal hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Petugas pengelola obat (Asisten Apoteker)
2. Perawat, bidan
3. Dokter
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
perubahan
TINDAK LANJUT EFEK SAMPING OBAT
DAN KTD
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Tindak lanjut efek samping obat dan KTD adalah : kegiatan yang dilakukan oleh
petugas puskesmas seperti : perawat, bidan, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
untuk menindak lanjuti terhadap efek samping penggunaan obat dan kejadian
yang tak diingini
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas dan mengevaluasi efek samping pengobatan
terhadap gejala atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No
Tentang Penanggung Jawab tindak pelaporan
4. Referensi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tahun 2014
5. Alat dan Bahan ATK
6. Langkah-langkah 1. Petugas mencatat semua keluhan pasien terkait efek samping obat dan
KTD
2. Petugas melaporkan kepada dokter tentang keluhan yang dialami pasien
3. Petugas melanjutkan instruksi dokter untuk tindak lanjut keselamatan dan
kenyamanan pasien
4. Petugas menganjurkan kepada pasien jika masih ada keluhan yang dialami
untuk segera melaporkan ke puskesmas untuk segera di tindak lanjuti
7. Diagram Alir
Mulai Petugas Kesehatan mencatat semua
keluhan pasien terkait efek samping obat
dan KTD

Petugas Kesehatan melaorkan kepada


dokter tentang keluhan yang dialami
pasien

Petugas melanjutkan instruktur dokter


untuk tindak lanjuti keselamatan dan
kenyamanan pasien
Selesai Petugas menganjurkan kepada
pasien jika masih ada keluhan
yang dialami untuk segera
melaporkan ke Puskesmas agar
segera di tindak lanjuti

8. Hal- hal yang Efek samping terhadap obat segera di tangani oleh dokter
perlu di perhatikan
9. Unit terkait 1. Unit pelayanan
2. Poli umum
3. Poli anak
4. Poli gigi
5. Poli KIA/KB

10. Dokument terkait 1. Resep


2. Rekamanan Medis

11. Rekam Historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


perubahan Diberlakukan
IDENTIFIKASI DAN PELAPORAN
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DAN KNC
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian 1. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah suatu kesalahan akibat
melaksaakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya di ambil yang dapat mencederai pasien
2. Identifikasi dan Pelaporan Ksealahan Pemberian obat dan KNC adalah
serangkaian kegiatan untuk menangani apabila terjadi kesalahan dalam
pemberian obat dan KNC
2. Tujuan Sebagai acuarn penerapan langkah-langkah untuk menangani apabila terjadi
kesalahan pemberian obat dan KNC
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang Penanggung
Jawab Tindak Lanjut Pelaporan Kesalahan Pemberian Obat Dan
Keadaan Nyaris Cedera (Knc)
Pengguanaan Obat Secara Rasional (POSR)
4. Referensi PERMENKES No 30 Tahun 2014 ttg Standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas
5. Prosedur / 1. Petugas mengulangi penjelasan kepada pasien mengenai kegunaan obat,
langkah-langkah dosis dan efek samping obat
2. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan
kembali hal-hal yang belum dimengerti
3. Petugas menerima laporan apabila terjadi kesalahan pemberian obat dan
KNC
4. Petugas melaporkan kejdian kesalahan pemberian obat dan KNC ke
DPJP(dokter penanggung jawab pasien)
5. Petugas segera melakukan tindakan pencegahan atau penanganan agar
tidak membahayakan keselamatan pasien
6. Petugas membuat Laporan Insidennya, yang berupa:
Data pasien yang mengalami pemberian obat dan KN
Waktu kejadian
Insiden yang terjadi
Kronologi kejadian
Tempat kejadian
7. Petugas memeriksa laporan dan melakukan infestigasi terhadap insiden
yang dilaporkan
8. Petugas melaporkan kejadian tersebut ke Tim Keselamatan Pasien di
Puskesmas
9. Petugas akan membuat laporan rekomendasi untuk perbaikan serta
pembelajaranberupa : petunjuk/ Sefty Alert untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali
10. Petugas melaporkan laporan, rekomendasi dan rencana kerja kepada
atasan
11. Petugas memberikan umpan balik kepada unit kerja terkait
6. Unit terkait 1. Apotek Puskesmas
2. Sub. Unit Pelayanan Puskesmas
IDENTIFIKASI DAN PELAPORAN
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DAN KNC
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian 3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah suatu kesalahan akibat
melaksaakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya di ambil yang dapat mencederai pasien
4. Identifikasi dan Pelaporan Ksealahan Pemberian obat dan KNC adalah
serangkaian kegiatan untuk menangani apabila terjadi kesalahan dalam
pemberian obat dan KNC
2. Tujuan Sebagai acuarn penerapan langkah-langkah untuk menangani apabila terjadi
kesalahan pemberian obat dan KNC
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang Penanggung
Jawab Tindak Lanjut Pelaporan Kesalahan Pemberian Obat Dan
Keadaan Nyaris Cedera (Knc)
Pengguanaan Obat Secara Rasional (POSR)
4. Referensi PERMENKES No 30 Tahun 2014 ttg Standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas
5. Prosedur / 6. Petugas mengulangi penjelasan kepada pasien mengenai kegunaan
langkah- obat, dosis dan efek samping obat
langkah 7. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti
8. Petugas menerima laporan apabila terjadi kesalahan pemberian
obat dan KNC
9. Petugas melaporkan kejdian kesalahan pemberian obat dan KNC
ke DPJP(dokter penanggung jawab pasien)
10. Petugas segera melakukan tindakan pencegahan atau penanganan
agar tidak membahayakan keselamatan pasien
11. Petugas membuat Laporan Insidennya, yang berupa:
Data pasien yang mengalami pemberian obat dan KN
Waktu kejadian
Insiden yang terjadi
Kronologi kejadian
Tempat kejadian
12. Petugas memeriksa laporan dan melakukan infestigasi terhadap
insiden yang dilaporkan
13. Petugas melaporkan kejadian tersebut ke Tim Keselamatan Pasien
di Puskesmas
14. Petugas akan membuat laporan rekomendasi untuk perbaikan
serta pembelajaranberupa : petunjuk/ Sefty Alert untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali
15. Petugas melaporkan laporan, rekomendasi dan rencana kerja
kepada atasan
16. Petugas memberikan umpan balik kepada unit kerja terkait
17. Unit terkait 18. Apotek Puskesmas
19. Sub. Unit Pelayanan Puskesmas
PENYIMPANAN OBAT EMERGENSI DI UNIT
PELAYANAN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan penyelenggaraan dan pengaturan penyimpanaan obat emergency
di unit pelayanan
2. Tujuan Untuk menjaga keamana, kualitas serta ketersediaan obat-obat emergency saat
dibutuhkan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor: TENTANG PENYEDIAAN OBAT-
OBAT EMERGENCY DI UNIT PELAYANAN
4. Referensi 1. Uu Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan
2. Uu Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Ri No. 128/Men. Kes/Sk/Ii/2004 Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
5. Peaturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Prosedur 1. Tempat penyimpanan sesuai dengan jenis obat emergency
2. Cara Penyimpanan:
Obat emergency disimpan dan dikelompokkan sesuai bentuk
sediaan
Obat emergency ditempatkan pada tempat khusus, terlihat jelas
dan mudah dijangkau
Suhu penyimpanan disesuaikan dengan obat, jenis obat yang
disimpan
Obat emergency jika dikeluarkan harus diganti dengan jumlah
yang sama
6. Unit terkait 1. Gudang Obat
2. UGD
3. Ruang Persalinan
7. Dokumen Kartu Stok Obat
Terkait Daftar Obat Emergency Ruangan
8. Rekam historis No Yang dirubah Isi perubahan Tgl mulai diberlakukan
perubahan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemeriksaan menunjang laboratorium untuk menentukan kasus penyakit

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengiriman sampel ke


laboratorium
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang jenis jenis
pemeriksaan laboratorium yang tersedia
permintaan pemeriksaan laboratorium, penerimaan sample, pengambilan
sample dan penyimpanan sample.

4. Referensi 1. Permenkes No.37 tahun 2012 tentan penyelenggaran laboratorium


pusat kesehatan masyarakat
2. Pedoman nasional pemeriksaan laboratorium
5. Prosedur / 1. Pasien datang mendaftarkan diri diloket pendaftaran puskesmas
langkah-langkah 2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila
diperlukan diberi formulir permintaan laboratorium
3. Pasien rujukan dokter dari luar puskesmas yang datang ke puskesmas
untuk melakukan pemerikasaaan laboratorium, setelah mendaftar
diloket pendaftaran puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium
untuk menyerahkan formulir permintaan rujukan pemeriksaan
laboratorium dari dokter yang merujuknya
4. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada
petugas laboratorium.
5. Setelah meyerahkan formulir permintaaan laboratorium, pasien
langsung diambil spesiemennya.
6. Spesiemen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
7. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab
laboratorium untuk dilakukan validasi.
8. Fomulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawah oleh pasien keruang
pemeriksaaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
9. Untuk pasien rujukan, formulir hasil pemeriksaan laboratorium
langsung dibawah ke dokter yang merujuk.
10. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter
pemeriksa kepada pasien.
6. Alur / bagan Mulai
pelayanan
laboratorium
Petugas menerima permintaan dari poli umum/poli
gigi/KIA untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium

Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan


pemeriksaan spesimen sesuai permintaan

Mencocokkan identitas pasien

Petugas mengambil spesimen

Pemeriksaan spesimen

Buku register serta belanko hasil pemeriksaan

Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien

Selesai

7. Unit terkait Petugas laboratorium


PERMINTAAN , PEMERIKSAAN
LABORATORIUM,PENERIMAAN
SPESIMEN,PENGAMBILAN DAN
PENYIMPANAN SPESIMEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengiriman sampel ke


laboratorium
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang permintaan
pemeriksaan laboratorium, penerimaan sample, pengambilan sample dan
penyimpanan sample.

4. Referensi 1. Permenkes No.37 tahun 2012 tentan penyelenggaran laboratorium


pusat kesehatan masyarakat.
2. Pedoman nasional pemeriksaan laboratorium

5. Prosedur / 1. Alat :
a. Buku register laboratorium
b. Botol urine
c. Label atau etiket
d. Potsputum
e. Pot feases
2. Bahan
a. Kapas alkohol
b. Lancet steril
c. Turniket
d. Syringe/spuit

6. langkah-langkah A. Permintaan pemeriksaan laboratorium


1. Pasien datang kepuskesmas, keluarga pasien mendaftar dibagian
pendaftaraan (loket) sesuai dengan kebutuhan unit pelayanan yang
dituju.
2. Dokter /paramedis melakukan pemeriksaan kepada pasien. Apabila
pasien memerlukan pemeriksaan laboratorium, dokter /paramedis
menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan pemeriksaan
laboratorium.
3. Bila pasien setuju dilakukan pemeriksaan laboratorium, dokter
membuat surat pengantar untuk pasien yang memerlukan pemeriksaan
laboratorium.
4. Pasien pergi keruang laboratorium untuk kemudian menyerahkan surat
pengantar peemeriksaan laboratorium dan diserahkan ke petugas
laboratorium.
5. Petugas laboratorium memeriksa formulir permintaan laboratorium
yang dibawa oleh pasien kemudian menjelaskan kepada pasien
pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan.
6. Petugas laboratorium mencatat identitas pasien dibuku register
laboratorium, kemudian mempersiakan peralatan untuk pengambilan
spesiemen selanjutnya dilakukan penngambilan spesiemen.
7. Petugas laboratorium membawa spesiemen yang sudah diambil untuk
dilakukakn pemeriksaan
8. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium sudah selesai, petugas
laboratorium mengantarkan hasil pemeriksaan keunit pelayanan.
B. Penerimaan spesiemen
1. Setelah dilakukan pengambilan spesiemen oleh petugas laboratorium
spesiemen diberi label identitas pasien tersebut kemudian dibawah
kelaboratorium.
2. Spesiemen diterima oleh analis yang bertugas
3. Analis melakukan pemeriksaan terhadap spesiemeen tersebut.
C. Pengambilan spesiemen
1. Pengambilan darah vena
a. Petugas laboratorium melakukan desinfeksi darah vena mediana
cubitidengan kapas alkohol 70 % kemudian biarkan kering.
b. Pasang ikatan pemendung/torniquet diatas fossa cubiti
c. Pasien diminta untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa
kali agar vena terlihat jelas
d. Spuit/syringe ditusukan diatas vena dengan tangan kanan sampai
menembus lumen vena, kemudian lepaskan ikatan
pemendung/torniquet
e. Petugas laboratarium mengambil spesiemen darah sesuai yang
dibutuhkan kemudian simpan kapas alkohol diatas jarum/syringe
dan cabut jarum perlahan-lahan
f. Pasien diminta untuk menekan bekas tusukan dengan kapas
kering.
g. Petugas laboratorium mengalirkan darah dari syringe kedalam
tabung EDTA secara perlahan-lahan lewat dinding tabung agar
eritrosit tidak pecah kemudian spuit yang habis dipakai dibuang ke
safety box.
2. Pengambilan darah kaviler
a. Petugas laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi blood
lancet yang baru bersihkan ujung jari atau anak daun telinga pasien
dengan kapas alkohol 70 % biarkan kering.
b. Pegang bagian jari yangakan ditusuk supaya tidak bergerak tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang.
c. Petugas laboratorium menusuk dengan cepat memakai autoclik pada
jari tengah dengan arah tegak lurus.
d. Buang tetesan darah pertama keluar dengan memakai kapas kering,
tetesan darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
e. Tekan bekas tusukan dengan kapas kering.
f. Lepaskan blood lancet dari autoclik dan buang kedalam safety box
3. Pengambilan sample urine
a. Beri label pada pot urine kemudian berikan pada pasien.
b. Berikan penjelasan pada pasien untuk mengambil urine yang
pancar tengah (urine keluar pertama dibuang yang tengah-tengah
di tampung dan yang terakhir dibuang).
c. Sample diterima kemudian disimpan ditempat khusus sample
urine.
4. Pengambilan sample feses.
a. Beri label identitas pasien pada pot feses kemudian berikan
kepada pasien
b. Berikan penjelasan kepada pasien untuk buang air kecil terlebih
dahulu karena feses tidak bolehtercsmpur urine kemudisn busng
sir besar langsung kedalam pot feses (kira 2,5 gr) dan
meninstrusikan untuk menutup pot dengan rapat.
c. Sample diterima oleh petugas kemudian disimpan di tempat
khusus sample feses.
5. Pengambilan sampel sputum
a. Beri label identitas pasien pada pot sputumkemudian berikan
kepada pasien.
b. Berikan penjelasan pada pasien bagaimana cara mengeluarkan
sputum yang baik, yaitu dengan cara kumur-kumur lebih dahulu,
tarik nafas 2-3 kali, tahan beberapa detik, batukan kuat kuat.
c. Segera tutup wadah sputum dengan rapat
d. Sample diterima pada petugas kemudian disimpan ditempa khusus
sample sputum.
D. Penyimpanan spesiemen
a. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen jika pemeriksaan
ditunda atau dikirim kelaboratorium lain.
b. Perhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa
c. Siapkan wadah untuk penyimpananan spesiemen
1. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen yang
menggunakan spesiemen plasma atau serum maka plasma atau
serum dipisahkan dulu baru disimpan.
2. Petugas laboratorium memberi bahan pengawet pada
spesiemen yang diperlukan misalnya urine atau feses.
3. Petugas laboratorium melabeli spesiemen nama dan tanggal
penyimpanan
4. Petugas menyimpan spesiemen untuk pemeriksaan klinik satu
minggu dalam refrigerator.
5. Petugas menyimpan spesiemen untuk pemeriksaan imunologi
satu minggu dalam refrigerator.
6. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen untuk
pemeriksaan hematologi 2 hari pada suhu kamar
d. Petugas laboratorium menyimpan formulir permintaan
laboratorium ditempat tersendiri

7 Unit terkait 1. Pelayanan rawat jalan


2. Pelayanan rawat inap
3. UGD
4. VK
5. KIA
6. MTBS

8.. Dokumen terkait

9. Rekaman terkait
PEMANTAUAN PELAKSANAAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium adalah
kegiatan memantau petugas dalam melaksanakan pemeriksaan.
2. Tujuan Agar pemeriksaan laboratorium sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan agar pasien terjamin keamanan dan keselamatannya.
3. Kebijakan Sebagai pedoman pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium di Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Tim Mutu Puskesmas melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur
langkah-langkah pemeriksaan laboratorium.
2. Tim Mutu Puskesmas membuat instrumen penilaian pemantauan
pelaksaan prosedur pemeriksanaan laboratorium.
3. Tim Mutu Puskesmas merencanakan jadwal pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium.
4. Tim Mutu Puskesmas pembagian tugas antar anggota dalam
melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium.
5. Tim Mutu Puskesmas melaksanakan kegiatan pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
6. Tim Mutu Puskesmas mengisi instrumen pemeriksaan berdasarkan
hasil pengamatan.
7. Tim Mutu Puskesmas menyampaian hasil pemeriksaan pelaksanaan.

6. Unit terkait
PENILAIAN KETEPATAN WAKTU
PENYERAHAN HASIL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan membandingkan pelaksanaan penyerahan hasil
pemeriksaan dengan standar yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan
waktu penyerahan
2. Tujuan Agar hasil pemeriksaan dapat segera ditindak lanjuti sehingga pasien
mndapatkan penanganan sedini mungkin
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
4. Referensi Tim akreditasi pokja UKP

5. Prosedur / 1. Tim mutu puskesmas melakukan perencanaan penilaian ketepatan waktu


langkah-langkah penyerahan hasil
2. Tim mutu puskesmas membuat instrumen penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil.
3. Tim mutu puskesmas merencanakan jadwal pelaksaan penilaian ketepatan
waktu penyerahan hasil
4. Tim mutu puskesmas melakukan pembagian tugas antar anggota dalam
melakukakn penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil.
5. Tim mutu puskesmas melaksanakan kegiatan penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil sesuai dengan rencana dan jadwal pelaksanaan.
6. Tim mutu puskesmas mengisi instrumen penilaian berdasarkan hasil
penilaian.
7. Tim mutu puskesmas mennyimpulkan hasil peniaian ketepatan waktu
penyerahan hasil.
8. Tim mutu puskesmas mendokumentasikan hasil penilaian.
9. Tim mutu puskesmas melaporkan hasil penilaian kepada kepala
puskesmas
10. Kepala puskesmas menerima laporan hasil penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil dari tim mutu puskesmas.
11. Kepala puskesmas meminta merencanakan tindak lanjut terhadap hasil
penilaian.
12. Tim mutu puskesmas membuat rencana tindak lanjut terhadap hasil
penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil.
6. Unit terkait 1. Petugas laboratorium
2. Koordinator UKP
3. Koordinator tim mutu
4. Kepala puskesmas
PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelayanan laboratorium untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam
kerja.
2. Tujuan Tercapainya pelayanan laboratorium dengan mutu cakupan dan evisiensi
yang optimal melalui pelayanan laboratorium di luar jam kerja.
3. Kebijakan SK Pimpinan Puskesmas Babat Toman
4. Referensi

5. Prosedur / 1. Dokter menulis dan memberikan jenis pelayanan laboratorium yang akan
langkah-langkah dilakukan oleh petugas laboratorium
2. Petugas laboratorium mengambil sampel pasien yang akan di periksa
3. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sampel sesuai instruksi
dokter yang telah diberikan sesuai jenis pelayanan laboratorium apa yang
akan dilakukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium diberikan kepada dokter untuk ditindak
lanjuti.

6. Unit terkait KIA,Rawat inap


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
YANG BERISIKO TINGGI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan atau penularan penyakit terhadap petugas laboratorium
2. Tujuan Untuk mengantisipasi bahaya tercemarnya lingkungan dan tertularnya
petugas laboratorium akibat dari spesimen bahan pemeriksaan
laboratorium
3. Kebijakan Kesejahteraan Pegawai dilaksanakan melalui jaminan kesehatan dan
perlindungan kesehatan.
4. Referensi Pedoman praktek laboratorium yang benar, departemen kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004`

5. Prosedur / 1. Bahan spesimen darah


langkah-langkah - Bahan spesimen darah setelah selesai pemeriksaan darah
dibuang kedalam saluran IPAL
- Sedangkan tabung direndam dalam wadah yang berisi larutan
klorin 1%.
2. Bahan Urine
- Wadah Urine menggunakan wadah pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat dan tak mudah tumpah
- Setelah selesai pemeriksaan, Urine dibuang dalam saluran
IPAL sedangkan wadahnya direndam dalam air yang telah
diberi bahan desinfektan klorin 1%
3. Bahan FAESES
- Wadah FAESES menggunakan wadah pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat
- Diperiksa sesuai dengan permintaan pemeriksaan dari dokter
- Setelah pemeriksaan FAESES dan wadahnya ditampung dalam
plastik sampah medis.
- Langsung hari itu juga dibawah kebagian insenarator untuk
dimusnahkan.
4. Bahan Sputum
- Pengambilan sputum dilakukan dengan menggunakan wadah
pot plastik dengan tutup berulir agar rapat
- Setelah selesai pemeriksaan Sputum dalam wadah di tuangi
klorin 1% (1:1) dan didiamkan 30 menit kemudian ditampung
dalam plastik sampah medis bersama wadahnya dibuang atau
dibawah kebagian insenarator untuk dimusnakah pada hari itu
juga.
5. Bahan cairan tubuh
- Bahan dipindahkan kedalam botol atau pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat
- Setelah selesai pemeriksaan cairan tubuh dibuang kedalam
saluran IPAL dan wadah direndam dalam air yang telah di beri
larutan klorin 1%.

6. Unit terkait Laboratorium


KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA BAGI PETUGAS
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk mencegah
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat merugikan petugas
dan pasien atau kerugian terhadap proses dilingkungan kerja.
2. Tujuan Menjaga keselamatan dan kesehatan petugas dan pasien.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Babat Toman no.

4. Referensi Buku panduan GLP (Good Laboratory Pracoice)

5. Alat dan Bahan Larutan dan klorin CHLORYN 0,05%


6. Prosedur / 1. Petugas mengecek ruangan laboratorium dengan peralatan didalamnya
langkah-langkah sebelum pelayanan.
2. Petugas selalu memastikan suhu ruangan laboratorium sesuai standar
3. Petugas menempatkan reagen-reagen di meja pemeriksaan.
4. Petugas membersihkan meja dengan larutan Chloryn 0,05%
5. Petugas selalu mencuci tangan7 langkah sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan laboratorium.
6. Petugas selalu menggunakan alat pelindung diri sebelum melakukan
tindakan.
7. Petugas tidak boleh mencicipi dan menghirup bahan kimia.
8. Petugas selalu membersihkan peralatan dan reagen setelah digunakan.
9. Petugas membuang alat dan bahan habis pakai sesudah digunakan
kedalam sampah medis yang telah disediahkan.
10. Petugas tidak boleh makan dan minum di dalam ruangan laboratorium.
Kepala Puskesmas membentuk Tim
Pelaksanaan K3 di Laboratorium

7. Diagram Alir
Tim K3 Laboratorium membuat rencana
orientasi prosedur praktek keselamatan kerja

Tim K3 melaporkan kepada Kepala Puskesmas


pelaksanaan pelatihan K3 Laboratorium

Tim K3 Laboratorium memberikan orientasi


prosedur keselamatan kepada petugas
laboratorium

Tim K3 Laboratorium memberikan orientasi


praktek keselamatan kerja kepada petugas
laboratorium

Tim K3 laboratorium membuat laporan bukti


pelaksanaan orientasi

Tim K3 laboratorium melaporkan kepada


kepala Puskesmas hasil pelaksanaan orientasi
pelatihan prosedur dan praktek keselamatan
kerja

Tim K3 laboratorium membuat pelaksanaan


keamanan dan kesehatan kerja di
laboratorium

Tim K3 menyusun jadwal


kegiatan orientasi secara
berbeda.

8. Unit terkait Laboratorium


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian 1.1 Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
petugas laboratorium untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja.
1.2 Penggunaan alat pelindung diri adalah cara untuk menggunakan
alat pelindung diri sesuai standar sehingga petugas dapat
terlindung dari bahaya dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Petugas untuk menggunakan
pelindung diri agar tertular penyakit.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Babat Toman No...... tentang penerapan
manejemen mutu.
4. Referensi 1. Buku Good Laboratory Practice 2008.

5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium menyiapkan alat pelindung diri (APD) yang
langkah akan dipakai
2. Petugas laboratorium mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menggunakan APD
3. Petugas laboratorium memakai jas laboratorium yang berstandar
4. Petugas laboratorium memakai masker sesuai standar
5. Petugas laboratorium memakai sarung tangan saat pemeriksaan.
6. Petugas laboratorium melepaskan semua APD sesuai dengan prosedur,
bila petugas memakai ketiga APD (jas lab, dan sarung tangan) maka
urutan melepaskan APD yang pertama adalah melepaskan sarung
tangan, kedua masker dan yang terakhir jas laboratorium
7. Petugas laboratorium melakukan cuci tangan dengan sabun sesuai
dengan ketentuan cuci tangan yang benar.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PEMANTAUAN TERHADAP
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan yang dilakukan oleh tim mutu Puskesmas terhadap petugas
laboratorium dalam pemakaian penggunaan alat pelindung diri dan sarana serta
prasarana yang dikenakan saat bekerja dilaboratorium agar terhindar dari
kecelakaan kerja dan paparan penyakit yang ditimbulkan dilaboratorium.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memantau pemakaian alat
pelindung diri bagi petugas laboratorium yang bertujuan agar melindungi
kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium itu sendiri.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. Tahun tentang kesehatan dan keselamatan kerja
UPT Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi 1. Buku pedoman kesehatan dan keselamatan kerja Puskesmas.\
2. Peraturan menteri kesehatan no. 37 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan laboratorium Puskesmas.
3. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 75 tahun 2014
tentang pusat kesehatan masyarakat.
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dalam
langkah bekerja di laboratorium.
2. Petugas laboratorium harus memperlakukan semua sampel sebagai
bahan yang berisiko tinggi dan memperlakukan sempel sesuai
standar operasional prosedur.
3. Alat pelindung diri bagi petugas laboratorium diantaranya adalah
pemakaian masker, jas laboratorium, hand scoon, sepatu tertutup.
4. Tim mutu memantau setiap hari apakah petugas laboratorium
sudah memakai alat pelindung diri dalam bekerja di laboratorium.
5. Tim mutu mencatat dan memberikan penilaian hasil pemantauan
alat pelindung diri.
6. Tim mutu mengevaluasi hasil pemantauan pemakaian alat
pelindung diri melalui rapat monitoring.
7. Tim mutu memberikan hasil evaluasi kepada kepala Puskesmas
untuk di tindak lanjuti.
8. Kepala puskesmas berhak memberikan teguran atau binaan kepada
petugas laboratorium apabila terdapat pelanggaran terhadap
pemakaian APB di laboratorium.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu kegiatan
mengolah termasuk menyimpan menggunakan dan atau membuang bahan
yang karena sifat atau konsistensinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengelola bahan
berbahaya dan beracun (B3) berupa proses pengadaan, pemindahan,
penyimpanan, penggunaan, penanganan, dan pembuangan limbah B3 untuk
mencegah dan mengendalikan dampak lingkungan yang akan muncul
sebagai konsekuensi atas penggunaan bahan tersebut.
3. Kebijakan SK kepala puskesmas no.

4. Referensi 1. Peraturan pemerintah RI no. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan


berbahaya dan beracun.
2. Permenkes no. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan laboratorium pusat
kesehatan masyarakat.
5. Alat dan bahan a. Kelengkapan administrasi B3
b. Alat pelindung diri yang sesuai
c. Kantong plastik.
d. Label B3

6. Prosedur / 1. Pengadaan B3
langkah-langkah a. Petugas memastikan tiap pengadaan B3 harus terlampir lembar
MSDS, Labeling B3 informasi dampak bahaya dan informasi P3K
dan APDnya,
2. Pemindahan B3
b. Petugas memastikan kelengkapan administrasi sebelum bongkar B3
berupa daftar nama B3 yang akan dibongkar, prosedur kerja dan
perizinan, dan daftar petugas dan penanggung jawab.
c. Petugas harus mengetahui resiko bahaya B3, cara pencegahan dan
penanggulangan.
d. Petugas menggunakan APD yang sesuai, petugas menghindari
tindakan tidak aman seperti merokok, makan dan minum di dekat
bahan B3 dan lain-lain.

3. Penyimpanan B3
a. Petugas memastikan tempat penyimpanan B3 di buat agar aman
dari pengaruh alam dan lingkungan, memiliki sirkulasi udara dan
ventilasi yang baik, dan aman dari gangguan biologis (tikus, rayap
dll.)
b. Petugas melakukan pemisahan dan pengelompokkan penempatan
B3 untuk menghindari reaktivitas
c. Petugas melakukan penyusunan yang tidak melebih batas
maksimum agar tidak roboh dan rapi.
d. Petugas memastikan penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan
simbol label B3 (label isi,safety, resiko bahaya) serta cara
pencegahan dan pertolongan pertama.
4. Penggunaan B3
e. Petugas menerapkan perencanaan dan penerapan K3 dalam
penggunaan B3
f. Petugas menggunan APD yang sesuai dengan faktor resiko
bahayanya APAR & P3K harus siap dan cukup
g. Petugas pengguna B3 menggunakan peralatan kerja yang layak
pakai
h. Petugas pengguna B3 harus bekerja sesuai SOP yang aman dan
efektif
i. Petugas pengguna B3 membersihkan dan mengamankan alat-alat
kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3 jika telah selesai
j. Melepas APD setelah selesai melakukan pengelolaan B3 dan cuci
tangan.
Memastikan tiap pengadaan B3 Melakukan penyusunan yang tidak
harus terlampir lembar MSDS, melebihi batas maksimum agar tidak
Labeling, B3,Informasi dampak roboh dan rapi.
bahaya dan informasi P3K dan
7. Bagan alir APD nya

Memastikan perlengkapan Memastikan penyimpanan B3 harus


administrasi sebelum bongkar B3 dilengkapi dengan simbol label B3

Mengetahui resiko bahaya B3


Menerapkan perencanaan dan
cara pencegahan dan
penerapan K3 dalam penggunaan B3
penanggulangan

Menggunakan APD yang sesuai dengan


Menggunakan APD yang sesuai faktor resiko bahayanya APAR dan P3K
harus siap dan cukup

Menghindari tindakan seperti


Menggunakan peralatan kerja yang
merokok dan minum di dekat
layak pakai
bahan B3

Memastikan tempat penyimpanan


Pengguna B3 harus bekerja sesuai SOP
B3 agar aman dari pengaruh alam
yang aman dan efektif
dan lingkungan

Melakukan pemisahan dan Membersihkan dan mengamankan


pengelompokkan penempatan B3 alat-alat kerja, lingkungan kerja dan
untuk menghindari reaktifitas wadah sisa B3 jika telah selesai

Melepas APD setelah selesai


melakukan pengelolaan B3 dan cuci
tangan

8. Unit terkait
PENGELOLAAN LIMBA HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Limbah medis adalah limbah yang berupa limbah imfeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosi, limbah
kimiawi, limbah radio aktif, limbah container bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah medis di Puskesmas
berasal dari kegiatan pengobatan dan perawatan, limbah yang dihasilkan
antara lain limbah infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari
Laboratorium dan limbah benda tajam.
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis
2. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3. Kebijakan

4. Referensi .
5. Prosedur / 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
langkah-langkah tertutup) di dekat sumber sampah
2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,
jarum, ampul)
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,
KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali
5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang
lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
d. Sesuai dengan rencana tata ruang

6. Unit terkait
PENGELOLAAN REAGEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1 Pengertian Protap ini memuat langkah langkah yang harus dilakukan dalam
penyimpanan reagen
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas laboratorium dalam penyimpanan reagen.
3. Kebijakan Penyimpanan reagen yang benar dapat menjaga kualitas dan mutu reagen
tersebut, sehingga dapat mendukung hasil pemeriksaan laboratorium yang
lebih akurat

4. Petugas Petugas analis


5. Prosedur / 1. Petugas menggunakan kaedah pertama masuk pertama keluar (FIFO)
langkah-langkah first in first out yaitu reagen yang lebih duluh masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
2. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa kadaluarsa
pendek untuk dipakai terlebih dahulu (FIFO) first in first out guna
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan lama.
3. Petugas menyimpan larutan bewarna dan larutan organik dalam botol
coklat.
4. Petugas menempatkan reagen pada tempat yang steril
5. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar mata
hari
6. Petugas menyimpan reagen pada suhu kamar atau suhu dingin (2oc
8oc) tergantung jenis reagen.
7. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen
PENGELOLAAN LIMBA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Limbah medis adalah limbah yang berupa limbah imfeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosi, limbah
kimiawi, limbah radio aktif, limbah container bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah medis di Puskesmas
berasal dari kegiatan pengobatan dan perawatan, limbah yang dihasilkan
antara lain limbah infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari
Laboratorium dan limbah benda tajam.
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis
2. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
4. Kebijakan 1. Limbah medis di Puskesmas Babat Toman dikirim ke PT. Multazzam
untuk dimusnakan di incenarator (telah ada Mou)
2. Sesuai SK Kepala Puskesmas No.

5. Referensi .
6. Prosedur / 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
langkah-langkah tertutup) di dekat sumber sampah
2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,
jarum, ampul)
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,
KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali
5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang
lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
6. Mengirim limbah medis yang telah dikumpulkan di dalam tempat
penampungan sampah sementara PT. Multazzam dengan alat angkut
yang kuat, tahan air dan tertutup.

7. Unit terkait
PEMANTAUAN WAKTU
PENYAMPAIAN HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
UNTUK PASIEN URGENT / GAWAT
DARURAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantaun waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
diperiksa oleh petugas laboratorium untuk pasien urgent dalam kegiatan
pelayanan laboratorium`
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk digunakan sebagai
perencaan, pemantauan, dan evaluasi serta pengambilan keputusan dalam
suatu tindakan untuk peningkatan pelayanan laboratorium.
3. Kebijakan Sesuai kebijakan Kepala Puskesmas Babat Toman No.

4. Referensi .
5. Prosedur /
langkah-langkah Tertulis :

1. Laporan hasil pemeriksaan dengan menyerahkan hasil tertulis yang


telah diketik kepada bagian yang menangani pasien.
2. Cocokkan identitas hasil dengan identitas pasien dibagian yang
menangani pasien.
3. Periksa kembali pemeriksaan laboratorium yang diminta
4. Tulis bukti pelaporan hasil yang diterima : nama, paraf, dan waktu pada
buku serah terima hasil pemeriksaan laboratorium
Telepon :
5. Laporkan hasil pemeriksaan dengan membacakan hasil lewat telepon
yang telah selesai dikerjakan
6. Menanyakan keberadaan pasien
7. Membacakan hasil pemeriksaan laboratorium dan nilai rujukan dengan
benar kepada penerima telepon yang menangani pasien tersebut.
8. Meminta penerima telepon untuk membaca ulang dengan benar
9. Menulis dibuku serah terima hasil pemeriksaan laboratorium (hasil
lewat telepon) nama, paraf dan waktu pembacaan.
10. Dokter atau petugas Laboratorium, radiologi dan perawatan yang
melakukan perekaman EKG menyampaikan hasil kritis bila tidak bisa
dihubungi, dokter atau petugas Laboratorium, radiologi dan perawatan yang
melakukan perekaman EKG langsung menghubungi dokter atau perawat unit
perawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat.
11. Dokter atau petugas yang melaporkan hasil urgent (CITO) mencatat tanggal
dan waktu menelpon, nama lengkap petugas yang di hubungi dan nama
lengkap yang menelpon.
12. Dokter atau perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan
teknik kemunikasi perbal tulis (Write back) / baca (Read back)/konfirmasi
proses pelaporan ini ditulis di dalam rekam medis catatan perkembangan
terintergrasi`
13. Dokter atau perawat rungan yang menerima laporan hasil urgent langsung
menghubungi DPJP atau PPDS yang merawat pasien. Penerima pesan boleh
tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan
seperti di kamar situasi gawat darurat di IGD.

6. Unit terkait Laboratorium, BPU dan KIA


PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM YANG KRITIS,
REKAM MEDIS
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis adalah pelayanan
hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi potovisiologi pasien yang
nilainya diluar batas normal yang telah disepakati bersama, baik dibawah
atau diatas nilai normal dimana pasien memerlukan intervensi tindakan
medis segera karena dapat membahayakan keselamatan pasien.
2. Tujuan Prosedur ini ditujukan untuk menjadi pedoman buku petugas laboratorium
memberikan laporan hasil segera yang dianggap kritis dan berhubungan
dengan keselamatan pasien sehingga dokter yang merawat segera
melakukan intervensi tindakan medis segera.
3. Kebijakan SK kebijakan kepala Puskesmas No. :
Prosedur ini berada dibawah tanggung jawab koordinator laboratorium dan
kepala Puskesmas

4. Referensi 1. Good Laboratory Practice (GLP) 1999


2. Permenkes no. 15 tahun 2015 tentang pelayanan laboratorium
3. UUD no. 23 Pasal 50 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Depkes RI : Pedoman kerja Puskesmas jilid IV halaman 5 14
1991/1992
5. Permenkes RI nomor 441 Menkes/RI/III/2010 tentang laboratorium
Klinik
6. Kemenkes No. 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang pedoman keselamatan
dan keamanan laboratory micro Biologi dan biomedic
7. Permenkes no. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium Klinik yang benar.
8. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik edisi ke 6,
Joeoeleverke.
9. Praktik sistem Manajemen laboratorium pengujian yang baik Carles JP.

5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas melaporkan hasil laboratorium yang kritis kepada penanggung
jawab laboratorium
2. Petugas memeriksa kondisi spesimen
3. Petugas memeriksa ulang hasil laboratorium
4. Petugas memeriksa kondisi klinis pasien
5. Petugas melakukan proscek menggunakan alat yang lain bila
memungkinkan.
6. Petugas bisa menuliskan hasil laboratorium apabila didapatkan hasil
pemeriksaan Duplo yang sama
7. Petugas melakukan verifikasi hasil dan legalisasi hasil laboratorium
kepada penanggung jawab laborat.
8. Petugas segera melaporkan hasil laboratorium kepada dokter.

6. Alur
Petugas laporkan hasil laborat yang
kritis ke dokter penanggung jawab
laboratorium

Petugas memeriksa kondisi spoeimen

Petugas memeriksa ulang hasil


laboratorium

Petugas memeriksa kondisi klinis


pasien

Petugas melakukan crosscek dengan


alat lain

Petugas mencatatkan hasil bila hasil


yang di dapatkan sama

Petugas melakukan vervikasi hasil dan


legalisasi hasil laboratorium oleh
penanggung jawab laboratorium

Petugas segera malaporkan kedokter

7. Unit terkait 1. Petugas laboratorium


2. Petugas kesehatan lingkungan
3. klining service
MONITORING HASIL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu
keadaan / kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu dengan
tujuan agar semua data masukan atau informasi yang di peroleh dari hasil
pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan
tindakan selanjutnya yang diperlukan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menemukan kesalahan
sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar dan
melakukan tindakan modifikasi terhadap kegiatan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes Nomor 5 tahun 2014
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas menentukan tujuan evaluasi ketepan waktu sasaran dan
tempat pelaksanaan dengan merumuskan masalah
2. Petugas menentukan jenis pemeriksaan yang akan dimonitoring
3. Petugas menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan
pemantaun.
4. Petugas merencanakan personal evaluasi

6. Bagan Alur
Petugas menentukan petugas petugas
tujuan evaluasi menentukan jenis menentukan
ketepatan waktu pemeriksaan model evaluasi

Petugas
merencakan
personal evaluasi

7. Unit terkait
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI
REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Penyimpanan dan distribusi reagen adalah merupakan kegiatan dalam
melakukan pengendalian reagen melalui penerimaan penyimpanan dan
mendistribusikan reagen.
2. Tujuan Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang
optimal dan berkualitas.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4. Referensi Pedoman Praktek laboratorium yang benar, Depkes RI 2008.
5. Input
1. Reagensia
2. Kartu stok reagensia
3. ATK

6. Proses 1. Penerimaan reagensia


a. petugas laboratorium memeriksa dokter reagen yang datang
b. memeriksa keadaan kemasan reagensia, kemasan reagen dalam
keadaan tersegel tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek.
c. reagen yang datang di periksa tanggal kadaluarsa

2. Penyimpanan reagensia
a. reagensia yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan reagen.
b. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu diperiksa
suhunya agar sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen dengan cara :
1. letakkan termometer dalam kulkas
2. atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen
3. usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup
4. catat suhu setiap hari dalam checklis pemantauan suhu
5. bersihkan kulkas setiap 2 bulan.
7. Output Pemeriksaan Hb tersedia

8. Hal-hal yang perlu Memencet-mencet ulang jari kapiler berulang-ulang dapat berpengaruh
diperhatikan terhadap hasil pemeriksaan disebabkan karena adanya cairan jaringan.
9. Unit terkait 1. Laboratorium
2. Poli umum
3. Poli gigi
4. IGD
5. KIA
10. Dokumen terkait 1. FORM hasil laboratorium
2. Buku register
3. Buku ekspedisi hasil laboratorium
PENYEDIAAN REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Input

6. Proses
7. Output
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
11. Unit terkait
12. Dokumen terkait 1.
EVALUASI TERHADAP RENTANG
NILAI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kalibrasi dan kalidasi instrumen adalah kegiatan untuk menentukan
keberadaan nilai penunjukkan instrumen atau alat ukur dan bahan ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar ukur yang punya
kemampuan telusuran kestandar nasional atau internasional.
2. Tujuan Untuk melaporkan hasil pemeriksaan labor yang terpercaya, menjamin
penampilan hasil pemeriksaan.
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 013 N tahun 2015 tentang
pengendalian mutu laboratorium.
2. Kalibrasi instrumen peralatan secara berkala harus pantas dan
dibuktikan memenuhi syarat sesuai standar laboratorium.
4. Referensi 1. Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan laboratorium pusat
kesehatan masyarakat.
2. Permenkes No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinis yang baik
3. Pemahaman dan penerapan ISO/ IEC 17025/2005
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas laboratorium melalui petugas pengelola barang medis
puskesmas mengajukan rencana program kalibrasi dan validasi
instrumen ke Dinas Kesehatan
2. Petugas laboratorium menerima jadwal kalibrasi dan validasi instrumen
dari Dinas Kesehatan yang diketahui kepala Puskesmas dan petugas
pengola barang medis Puskesmas.
3. Petugas laboratorium menerima dan mendampingi petugas pihak yang
kompeten dari Dinas Kesehatan untuk mengkalibrasi instrumen sesuai
prosedur.
4. Petugas labor meminta bukti kalibras dan validasi instrumen yang telah
dilakukan.
6. Bagan alur

7. Unit terkait Laboratorium


PENGENDALIAN MUTU
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan teliti
3. Ruang lingkup Unit pelayanan kesehatan Puskesmas khususnya laboratorium
4. Referensi Kepala Puskesmas Babat Toman
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik di dalam
laboratorium maupun diluar laboratorium.
2. Petugas melaksanakan kegiatan pemantauan mutu internal pada seluruh
proses pemeriksaan laboratorium mulai dari persiapan pasien sampai
pencatatan dan pelaporan hasil.
3. petugas mengikuti program pemantapan mutu eksternal
4. Petugas melakukan validasi hasil melalui pemeriksaan chroscek
5. Petugas melaksanakan keamanan laboratorium untuk melindungi
petugas dan masyarakat sekitar dari resiko penyakit dan gangguan
kesehatan akibat dari kegiatan pemeriksaan laboratorium.
6. Petugas melaksanakan praktek laboratorium secara benar untuk
mendapatkan hasil yang baik.
6. Dokumen terkait
7. Distribusi
8. Rekaman historis No Yang dirubah Isi perubahan Tanggal
perubahan
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
(PMI)
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantapan mutu internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
2. Tujuan 1. Untuk menjamn ketapan dan ketelitian hasil pemeriksaan laboratorium
2. Mencegah atau mengurangi kejadian penyimpangan
3. Mencegah pengeluaran hasil yang salah
4. Perbaikan pelayanan kepada pasien.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. /TU-Kepeg/SK/HCLB/VI/2016


tentang Pengendalian mutu laboratorium.
4. Referensi 1. Permenkes RI No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.
2. Permenkes RI No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinik yang baik.

5. Prosedur / 1. Alat
langkah-langkah a. Alat pemeriksaan laboratorium
2. Bahan
a. Specimen pemeriksaan laboratorium

6. Unit terkait Laboratorium


PROSEDUR PEMANTAPAN MUTU
EKSTERNAL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan pemantapan mutu yan dilakukan secara periodik oleh pihak
diluar laboratorium yang bersangkutan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemantapan mutu eksternal

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas N. 800/06/SK-VIII/I/2016 tentang pelayanan


Penunjang Klinis Laboratorium, Pengelolaan obat, Manajemen Informasi,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis Puskesmas I
Tambak.
4. Referensi Buku arsip pemeriksaan

5. Prosedur /
langkah-langkah Alat : Buku Pemeriksaan Laboratorium
Prosedur :
1. Pihak laboratorium penguji akan mengirimkan sampel atau persediaan
kepada laboratorium yang akan diuji.
2. Petugas laboratorium yang diuji melaksanakan pemeriksaan terhadap
sampel atau sediaan dari laboratorium penguji.
3. Hasil pemeriksaan petugas dikembalikan kepada laboratorium penguji
4. Petugas laboratorium yang diuji akan mendapatkan nilai dan sertifikat
dari laboratorium penguji.
5. Diagram alur
Laboratorium penguji mengirimkan
sampel atau ......

Petugas laboratorium yang diuji


melaksanakan pemeriksaan .....

Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada


laboratorium penguji

Laboratorium yang diuji mendapatkan


nilai
6. Unit terkait KIA, BP Umum, Rawat Inap, BP Gigi

7. Rekaman No Yang dibuah Isi Perubahan Tanggal mulai


diberlakukan

PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua
laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehtan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.

Tidak ada kewajiban bagi laboratorium untuk melakukan PME karena sifatnya sukarela.
PME ini dilakukan secara periodik dalam jangka waktu tertentu. Prosedurnya adalah lembaga
penyelenggara PME mengirimkan suatu sampel yang harus diperiksa oleh laboratorium peserta,
kemudian hasil dari laboratorium- laboratorium peserta ini dikumpulan untuk mendapatkan nilai
referensinya. Dari nilai referensi inilah dapat dinilai apakah akurasi suatu laboratorium itu baik,
sedang, kurang atau buruk. Karena itu semakin banyak peserta misalnya pada PME yan
dilakukan secara global (internasional) maka semakin baik nilai reeensi yang dihasilkan. Pihak
penyelenggara biasanya memberikan feecback untuk perbaikan yang bisa dilakukan di
laboratorium. Masalah biaya dan keengganan pimpinan laboratorium kembali menjadi penyebab
suatu laboratorium untuk melaksanakan PME.

Karena PMI dan PME ini sangat berkaitan dengan metode dan alat yang digunakan
masing-masing laboratorium, maka hasil PMI dan PME ini juga spesifik untuk laboratorium
tersebut berada, sebaai contoh, apabila seseorang mempunyai lima laboratorium di tempat yang
berada maka hasil PMI dan PME untuk satu tempat tida dapat digunakan untuk keempat
laboratorium lainnya karena variasi tiap alat, metode, kondisi ruangan dan kemampuan operator
masing-masing tempat juga berbeda.
Kesimpulan
Perbedaan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal

Pemantapan Mutu Internal Pemantapan Mutu Eksternal


1. Dilaksanakan oleh laboratorium yang 1. Dilaksanakan oleh pihak diluar
hendak melakukan pemantapan mutu. laboratorium.
2. Dilaksanakan secara terus menerus, 2. Dilaksanakan secara periodik atau
untuk berkala, biasanya setiap 2 kali dalam
3. Mencakup pra-analitik, analitik, paska- setahun.
analitik. 3. Mencakup hasil pemeriksaan secara
4. Pihak lab mencari penyebab garis besar saja.
penyimpangan hasil, ketika terdapat 4. Pihak lab hanya melakukan perbaikan,
ketidaksesuaian dengan kontrol, baru berdasarkan feefback atau saran dari
kemudian melakukan perbaikan. penyelenggara.
5. Hasil pemantapan mutu internal berupa 5. Hasil pemantapan mutu eksternal
jaminan mutu terhadap semua berupa jaminan mutu terhadap
pemeriksaan analitik pada laboratorium pemeriksaan analitik spesifik, berupa
penyelenggara. pengakuan atau sertifikat dari institusi
penyelenggara.
KALIBRASI DAN VALIDASI
INSTRUMEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Validasi adalah kegiatan untuk menentukan satu atau lebih karekteristik
dari suatu bahan atau instrumen sehingga dapat dipastikan kesesuaian
antara karekteristik dengan spesikasinya.

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menstandarisasi alat ukur


laboratorium dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan
peralatan standar yang dapat di identifikasi dan ditelusuri ke standar
nasional/internasional.
2. Tujuan 1. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi terhadap suat
bahan bakar ukur atau instrumen.
2. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu
instrumen ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk
suatu bahan ukur.
3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
nasional/internasional.

4. Kebijakan Sesuai kebijakan kepala Puskesmas No.


4. Referensi Depkes RI 2001 Pedoman pengujian dan validasi alat kesehatan
5. Prosedur / 1. Tim pengelola barang mengidentifikasi alat ukur yang akan divalidasi
langkah-langkah dan dikalibrasi.
2. Tim pengelola barang membuat perencanaan jadwal validasi dan
kalibrasi eksternal setiap satu tahun sekali.
3. Pelaksanaan validasi dan kalibrasi eksternal oleh badan kalibrasi yang
sudah ditunjuk dengan bukti catatan kalibrasinya.
4. Tim pengelola barang menyimpan alat ukur yang sudah di kalibrasi dan
validasi eksternal untuk dijadikan master.
5. Tim pengelola barang merencanakan jadwal validasi dan kalibrasi
internal yaitu setiap enam bulan sekali
6. Tim pengelola barang berkoordinasi dengan kordinator poli/bagian.

6. Unit terkait Laboratorium


PERBAIKAN ALAT LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Perbakar seluruh peralatan yang di laboratorium baik medis dan non medis.

2. Tujuan Agar perbaikan peralatan baik medis dan non medis di laboratorium dapat
dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan standar.

3. Kebijakan 1. Semua proses kegiatan perbaikan peralatan harus melalui prosedur


yang sudah ditetapkan pimpinan puskesmas
2. Perbaikan alat non medis/medis dilaporkan ke penanggung jawab
inventaris puskesmas.
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Kordinator ruangan mengisi bangko perbaikan alat dan melaporkan
langkah-langkah kerusakan peralatan yang perlu diperbaiki kepada penanggung
jawab sarana prasarana puskesmas.
2. Penanggung jawab inventaris akan melakukan pengovekan peralatan
tersebut masih bisa dperbaiki atau tidak. Termasuk biaya yang
diperlukan dan kemungkinan perlu menunjuk pihak luar untuk
pelaksanaan perbaikan selanjutnya.
3. Bila kegiatan perbaikan tersebut memerlukan biaya, penanggung
jawab inventaris terlebih dahulu melaporkan kepada pimpinan
puskesmas untuk mendapatkan persetujuan
4. Pimpinan puskesmas akan memberikan pertimbangan tentang
perbaikan alat tersebut, apakah dapat dilakukan perbaikan oleh
bagian pemeliharaan puskesmas atau perbaikan dengan pihak ketiga.
5. Petugas atau pihak luar segera melakukan perbaikan peralatan di
laboratorium yang mengalami kerusakan.
6. Jika alat yang rusak akan dibawa oleh petugas, maka petugas
inventaris akan membuat catatan bahwa alat sedang dalam
perbaikan.
7. Setelah selesai perbaikan petugas segera mengembalikan alat yang
sudah diperbaiki ke laboratorium dan meminta tanda tangan
kordinator laboratorium sebagai bukti bahwa perbaikan alat sudah
selesai di lakukan.
6. Unit terkait 1. Pimpinan puskesmas
2. IGD
3. Laboratorium
RUJUKAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Rujukan laboratorium adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merujuk
jenis pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dikerjakan.
2. Tujuan Agar pelayanan lebih optimal dan pasien terlayani dengan baik
3. Kebijakan Keputusan kepala UPTD Puskesmas no. ......tentang rujukan laboratorium

4. Referensi KMK No. 37 tahun 2012 tentang penyelengaraan PKM


5. Prosedur / 1. Pasien datang ke Puskesmas disertai bawah pengantar dari pengirim
langkah-langkah 2. Pasien diarahkan ke laboratorium .
3. Petugas melihat pengantar lalu KIE pasien jika tidak bisa
dikerjakan di laboratorium Puskesmas
6. Bagan alir

Pasien
Pasien ke KIE pasien
datang ke
Puskes lab

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen yang
terkait
10. Rekomendasi No Yang dibuah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan diberlakukan
PELAPORAN PROGRAM
KESELAMATAN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan program keselamatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
petugas laboratorium untuk memberikan informasi tentang program
keselamaan pasien yang dilakukan di puskesmas.
2. Tujuan 1. Agar diketahui kegiatan keselamatan pasien yang dilakukan di unit
laboratorium
2. Untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan
3. Kebijakan 1. UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Kepmenkes RI no. 364/Menkes/SK/III/2003 tentang laboratorium
kesehatan.
3. Kepmenkes RI no. 298/Menkes/SK/III/2008 tentang pedoman
akreditasi laboratorium kesehatan
4. Kepmenkes RI No.37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.

4. Referensi
5. Prosedur / 1. Melakukan kegiatan keselamatan pasien di unit laboratorium
langkah-langkah 2. Bekerja sesuai dengan panduan keselamatan pasien puskesmas Babat
Toman
3. Mencatat semua upaya keselamatan pasien yang telah dilakukan
4. Melaporkan upaya keselamatan pasien di unit laboratorium
5. Melakukan evaluasi terhadap upaya keselamatan pasien yang telah
dilakukan.
6. Melakukan perbaikan jika ada yang masih harus diperbaiki
7. Mendokumentasikan tindakan perbaikan dalam buku bukti
pelaksanaan perbaikan.

6. Unit terkait Semua unit pelayanan klinis


PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengajah
dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cidera pada pasien.
2. Tujuan Telaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
di laboratorium
3. Kebijakan 1. SK Kepala puskesmas Babat Toman no. 133 tahun 2016 tentang
pemberlakuan standar operasional prosedur unit laboratorium
puskesmas Babat Toman.
2. SK Kepala puskesmas Babat Toman no. 55 tahun 2016 tentang
pengendalian mutu laboratorium puskesmas Babat Toman

4. Referensi 1. Petunjuk pemeriksaan laboratorium puskesmas Departemen kesehatan RI


tahun 1991
2. Pedoman penyelenggaraan praktek laboratorium puskemas laboratorium
kesehatan Depkes RI Jakarta tahun 1999.

5. Prosedur / 1. Bila terjadi insiden keselamatan pasien di laboratorium, petugas


langkah-langkah laboratorium segera memberikan pertolongan pertama
a. Bila pasien tiba-tiba pingsan atau sock petugas segera
menempatkan pasien pada tempat yang nyaman dan melonggar
ikatan baju/celana. Pasien segera dibawah unit gawat darurat
(UGD) atau tim keselamatan pasien yang berwenang.
b. Bila terjadi pendarahan atau cidera pada pasien petugas segera
menutup luka/cidera dan segera membawa ke Unit Gawat
Darurat (UGD) atau tim keselamatan pasien yang berwenang.
2. Petugas laboratorium segera membawa pasien ke unit Gawat Darurat
(UGD) untuk segera mendapat penanganan.
3. Petugas laboratorium segera melaporkan kejadian kepada dokter jaga
atau tim keselamatan yang bertugas.
4. Petugas laboratorium membuat laporan tentang insiden keselamatan
pasien (IKP)
5. Laporan meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) kejadian
nyaris cidera (KNC atau Near Miss) dll.
5. Diagram Bagan
Alir
Insiden keselamatan pasien (IKP)

Pertolongan pertama pada kesehatan

Segera membawa pasien ke Unit Gawat Darurat (UGD)


atau tim keselamatan pasien

Melaporkan kejadian kepada dokter atau tim


keselamatan

Membuat catatan dan laporan tentang IKP

6. Unit terkait Laboratorium, rawat jalan, rawat inap, UGD


PENANGANAN DAN PEMBUANGAN
BAHAN BERBAHAYA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikro organisme hidup
seperti bakteri, virus riketsia, parasit, jamur atau suatu rekombina hibrid
atau muatan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.
Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya adalah suatu kegiatan
dalam menangani bahan berbahaya dan pembuangan agar dilakukan
dengan baik sehingga tidak membahayakan diri kita sendiri dan lingkungan
di sekitarnya
2. Tujuan Mencegah terjadinya penularan dan infeksi nosokomial baik kepada
petugas maupuan lingkungan dari segala sesuatu yang disebabkan oleh
bahan infeksius yang berada di laboratorium sebagai akibat dari proses
kerjanya.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Keputusan menteri kesehatan no. 1267/Menkes/SK/XII/2004
2. Pedoman praktek laboratorium yang benar Depkes RI
5. Prosedur /
langkah-langkah A. LIMBAH INFEKSIUS
1. Petugas laboratorium harus dilatih sehingga memiliki keahlian
khusus untuk menangani mikro organisme patogen.
2. Petugas laboratorium yang pertama datang harus mematikan lampu
UVI yang terpasang.
3. Pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis bilah dapat
menghasilkan Aerosol
4. Pintu laboratorium harus dalam keadaan tertutup
5. Petugas laboratorium dengan resiko tinggi untuk terkena infeksi,
tidak diperbolehkan masuk ke laboratorium.
6. Semua bahan dari laboratorium sebelum dibuang harus di
dekontaminasi sesuai dengan peraturan yang ada.
7. Semua bahan yang akan didekontaminasi di luar ruang kerja
laboratorium harus ditempatkan dalam kantong khusus yang
tertutup rapat.
8. Petugas laboratorium yang terakhir pulang harus menyalakan lampu
UVI.
B. BUANGAN BAHAN BERBAHAYA
1. Pengendapan, keagulasi dan flokulasi : kontaminan logam berat
dalam limbah cair dapat dipisahkan dengan pengendapan.
2. Oksidasi reduksi : terhadap zat organik topsik limbah dapat
dilakukan reaksi oksidasi reduksi sehingga terbentuk zat yang
kurang/tidak toksik
3. Penukaran ion : ion berat nikel dapat diserap oleh kation, sedangkan
anion
C.

6. Unit terkait Semua unit pelayanan klinis


PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Manajemen resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian
dan konsekuensinya (ISO 2008)
2. Tujuan Mewujudkan pengolaan laboratorium yang berkualitas dengan
mengindentifikasi dan menganalisis resiko serta mengelola
konsekuensinya.
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur /
langkah-langkah Evaluasi Risiko
Tindak lanjut risko
Identifikasi Status risiko
risiko Kemungkinan Dampak Peta Rangking
profil risiko
risiko
Belum
tersedianya 1,0 100 100 Tinggi 1. Rekrutmen
tenaga labor atau 2. Diklat
teknisi lab 3. Pembinaan
4. Penempatan
Belum ada yang 1. Rekrutmen
memiliki 1,0 50 50 Sedang 2. Diklat
kompetensi 3. Pembinaan
kepala Lab. 4. Penempatan
Belum adanya
komitmen kuat 05 100 50 Sedang 1. Pendapatan
untuk mengelola pengelolaan labor
lab. Secara sebagai indikator
profesional kerja petugas
2. Review kinerja
reward atau
punisment
Belum bertanya
lembaga labor 1,0 100 100 Tinggi Membentuk unit

6. Unit terkait Laboratorium


PELATIHAN DAN PENDIDIKAN
UNTUK PROSEDUR BARU, BAHAN
BERBAHAYA, PERALATAN BARU,
BUKTI PELAKSANAAN, PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan yang bertujuan mengimpormasikan kepada petugas
laboratorium guna penggunaan prosedur baru, bahan berbahaya atau alat
baru.
2. Tujuan Guna mengimpormasikan tentang tata cara penggunaan prosedur baru,
bahan berbahaya ataupun peralatan yang baru.
3. Kebijakan 1. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan untuk
prosedur baru, bahan berbahaya dan peralatan yang baru.
2. pelaksanaan pelatihan dan pendidikan untuk prosedur baru, bahan
berbahaya dan peralatan yang baru sesuai dengan SPO
4. Referensi Pedoman good laboratory Practice
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Ka. TU melaporkan kepada direktur klinik bahwa akan ada pelatihan
dan pendidikan untuk prosedur, bahan yang berbahaya atau alat yang
baru bagi petugas labor.
2. Direktur klinik menginstruksikan kepada petugas labor untuk
mengikuti pelatihan dan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahwa
berbahaya atau alat yang baru.
3. Petugas melaporkan kepada petugas direktur klinik bahwa pelatihan
dan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat
yang baru telah dilaksanakan.
4. Petugas membuat laporan hasil pelatihan pendidikan untuk prosedur
yang baru bahan berbahaya dan alat yang baru.
5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan pendidikan melalui rapat
laboratorium klinik.
6. Petugas membuat SPO penggunaan prosedur yang baru, bahan
berbahaya atau alat yang baru.
7. Petugas menerapkan pelatihan pendidikan untuk prosedu yang baru,
bahan berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di
labor.
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan labor di klinik sesuai
SPO.
9. Koordinator layanan klinik melakukan evaluasi pelaksanaan
penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru
menggunakan daftar tilik.

6. Unit terkait

Вам также может понравиться