Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Petugas Farmasi menerima obat/alkes dari GFK berdasarkan permintaan yang diusulkan
setiap satu bulan sekali (LPLPO)
2. Petugas Farmasi menyimpan obat/alkes yang diterima di gudang obat puskesmas.
3. Petugas Farmasi menginventarisir obat/alkes ditulis di buku penerimaan dan kartu stok
obat sebagai pengendali stok
4. Petugas Farmasin menginformasikan kepada petugas medis obat yang stoknya berlebih
untuk menghindari obat kadaluwarsa.
5. Petugas Farmasi menginformasikan kepada petugas medis obat yang stoknya kosong
untuk digantikan dengan obat pengganti lain dengan fungsi yang sama.
7. Bagan/ Alur
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait Kepala Puskesmas, penanggung jawan sub unit
10. Document terkait LPLPO, LPLPO, sub unit, Kartu Stok Obat dan Buku Penerimaan Obat.
PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk
pelayanan
3. Kebijakan Penyediaan dan penggunaan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan secara
efektif dan efisien.
4. Refrensi
5. Prosedur 1. Penyediaan
a. Penyediaan obat dilakukan oleh petugas farmasi
b. Obat disediakan di ruang obat serta unit-unit pelayanan sesuai kebutuhan
c. Tertib administrasi dalam penyediaan obat.
2. Penggunaan
a. Penggunaan obat dilakukan sesuai pengeluaran obat atas resep serta
kebutuhan di unit pelayanan.
b. Tertib administrasi dalam penggunan obat.
6. Langkah-Langkah 1. Menandai resep Psikotripka dan Narkotika dengan garis bawah berwarna merah
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Menyiapkan etiket yang sesuai
4. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai permintaan
pada resep serta petunjuk dan informasi lain
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian jenis dan
jumlah obat dengan permintan dalam resep
6. Melakukam pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan dalam
(kesesuaian antara penulisan etiket denga resep)
7. Memanggil nama dan alamat pasien
8. Menyerahan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat
9. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok dan buku bantu penyerahan obat
Psikotropika dan Narkotika
2. Tujuan 1. Prosedur ini sebgai acuan dalam penggunaan obat yang dibawah sendiri oleh
pasien/keluarga di Puskesmas Kecamatan Babat Toman
3. Kebijakan 1. SK kepala Puskesmas Kecamatan Babat Toman No: tahun 2016 tentang
penggunaan obat yang dibawah sendiri oleh pasien atau keluarganya
2. Untuk pasien rawat jalan yang tidak membawa contoh obat, maka minum obat
diberhentikan sememtara waktu
4. Refrensi Pedoman pengelolaan obat dan standar pelayanan obat di Puskesmas
5. Alat dan Bahan 1. Alat
2. Bahan
2.1 Obat yang dibawah oleh pasien/keluarga
2.2 Resep obat
6. Langkah-langkah 1. Petugas obat menerima resep dari pasien/keluarga
2. Petugas obat memeriksa, membaca dan meneliti resep apakah sesuai dengan
ketentuan penulisan resep
3. Petugas obat memastikan obat yang ditulis tidak : overdosis, kontra indiksi dan
interaksi obat
4. Petugas obat menyiapkan obat sesuaiyang ditulis di dalam lembaran resep
5. Petugas obat menulis etiket obat, dengan mencantumkan nama pasien, tanggal,
dan aturan paskai.
6. Asisten apoteker atau apoteker memanggil nama pasien dengan memeriksa
kembali identitas pasien, umur, berobat dari poli mana?
7. Asisten apoteker/apoteker menanyakan pada pasien apakah ada kemungkinan
obat yang dibawah sendiri oleh pasien/keluarga untuk digunakan dalam
pengobatan peyakit tertentu
8. Jika ada, asisten apoteker/apoteker memeriksa obat yang digunakan/dibawa
sendiri oleh pasien baik :
Jenis Obat
Jumlah Obat
Keadaan Obat
9. Asisten Apoteker/Apoteker memastikan obat yang dibawa oleh pasien jika
dikonsumsi tidak menimbulkan:
Kontra Indikasi
Efek interaksi obat yang merugikan pasien
Efek ganda (agonis) dan (antagonis) terhadap obat yang diberikan
petugas medis/petugas kesehatan lainnya
10. Apabila pasien tidak membawa obatnya, maka Apoteker/Asisten Apoteker
meminta pasien memberhentikan minum obat diluar resep dokter Puskesmas
Kecamatan Babat Toman
11. Asisten Apoteker/Apoteker menyerahkan obat jika obat yang dibawa sendiri
tidak menimbulkan efeksamping, interaksi obat dan efek ganda
7. Hal-hal yang perlu Pastikan obat yang dibawa/gunakan tidak terjadi efeksamping
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua rawat jalan dan rumah bersalin
9. Dokumen Terkait CATATAN MUTU
1. Resep obat
PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWAH
SENDIRI OLEH PASIEN/KELUARGA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN 198310092009021002
7.
PENYIMANAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman( tidak hilang), trhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas agar obat yang
tersedia di Unit Pelayanan Kesehatan terjamin mutu dan
keamanannya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang
4. Refrensi PERMENKES No.30 Tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/ Langkah- 1. Menyiapkan gudang yang memenuhi syarat
langkah Luas minimal 3x4 m2 disesuaikan dengan jumlah obat
yang disimpan
Ruangan kering dan tidak lembab
Memiliki pentilasi yang cukup
Jendela harusmempunya pelindung untuk menghindari
adanya cahayalangsung dan berteralis
Lantai dibuat dari Tgel/ semen yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain
harus diberi papan( palet)
Dinding dibuat licin
Hindari pembuatan sudut lantaidan dinding yang tajam
Gudang obat khusus digunakan untuk penyimpanan
obat
Mempunyaipintu yang dilengkapikunci ganda
Tersedia lemari untuk narkotika dan psikotropikyang
selalu terkunci. Lemari narkotikdan psikotropik bisa
digabungkan dengan kamar obat
Harus ada pengukur suhudan higrometer ruangan
2. Menyiapkan pengaturan penyimpanan obat
Obat disusun secara alfabetis
Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
Obat disimpan pada rak dan almari
Obat yang disimpan di lantaiharus diletakkan di atas
palet
Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
suhu penyimpanan
3. Mencatat jumlah yang diterima dalam kartu stok
4. Kartu stok diletakkan di dekat obatnya
5. Menjaga mutu obat dengan caramemperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
Kelembaban
Temperatur / panas
Kerusakan fisik : dus obat jangan ditumpuk terlalu
tinggikarena obat yang ada didalam dus bagian
tengahkebawah dapat pecah/ rusak dan juga akan
menyulitkanpengambilan obat, hindari kontrak dengan
benda-benda yang tajam
Konteminasi bakteri : wadah obat harus selalu
tertutuprapat sehingga tidak mudahtercemar oleh
bakteri atau jamur
Kebersihan ruangan :seminggu sekali, lantai disapu dan dipel,
dinding dan rak dibersihkan
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Pemberian label khusus pada obat-obat yang sering
meyebabkan terjadinya kesalahan/ kesalahan serius (sentinel
event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak di inginkan ( adverse outcome), seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/ NORUM), atau Look Alike sound Alike/ LASA
2. Tujuan 1. Untuk keamanan obat obat yang perlu di waspadai
(high alert medication)
3. Kebijakan SK direktur tentang keamanan obat high alert khususnya
pelabelan obat high alert
4. Prosedur 1. Memberi label LASA warna merah pada kumpulan
obat obatan yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM,
atau Look Alike sound Alike/ LASA). LASA daftar
obat obatan yang harus diwaspadai
2. Memberi label obat high alert warna ungu pada
obat obat sitostatika
3. Memberi label obat high alert warna merah pada
obat obat konsetrat tinggi
4. Kebijakan dan atau prosedur tersebut dipantau
plaksanaannya
5. Unit Terkait Istalasi Farmasi, instalasi rawat jalan, instalasi rawat
inap, instalasi gawat darurat
PEMBERIAN INFORMASI
PENGUNAAN OBAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT TOMAN dr. Ichsan Nur
Hamdan
1. Pengertian Langkah langkah petugas dalam memberikan
informasi mengenai penggunaan obat
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam memberikan informasi
mengenaipenggunaan obat
3. Kebijakan Pemberian informasi diberikan oleh pertugas yang
berkompeten
4. Referensi
5. Prosedur 1. Berikan informasi obat kepada pasien
sesuai resep atau kondisi kesehatan pasien
baik lisan maupun tertulis
2. Lakukan penelusuran literature bila
diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi
3. Jawablah pertanyaan pasien denganjelas
dan mudah dimengerti, etis, dan bijaksana
baik secara tertulis maupun lisan
4. Dokumentasikan setiap kegiatan pelayanan
informasi obat
6. Distribusi Petugas farmasi
7. Dokumen terkait Kartu stok resep
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kegiatan dalam memberikan informasi tentang efek samping obat atau efek yang
tidak diharapkan pada awal atau selama pemakain obat yang di berikan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian informasi tentang
efek samping obat dan efek yang tidak diharapkan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Babat Toman Nomor
tentang penetapan peresepan, Pemesanan dan Pengelolaan Obat
4. Referensi PERMENKES No. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kepfarmasian di
Puskesmas
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien dengan ramah
2. Petugas menyerahkan obat sesuai resep disertai informasi
tentang penggunaan obat
3. Petugas memberi informasi tentang efeksamping obat atau
efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat, misalnya
berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja/air kencing
berubah warna, sering bauang air kencing dan sebagainya
4. Petugas menginformasikan hal-hal lain yang mungkin timbul
akibat interaksi obat dengan obat lain, makanan tertentu
5. Petugas menginformasikan kontra indikasi obat tertentu
dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui
6. Petugas menerima dan menjawab pertanyaan jika ada
pertanyaan dari pasien secara langsung dengan jelas dan
mudah dimengerti
7. Petugas mendukentasikan kegiatan pemberian informasi obat
6. Unit Terkait 1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA KB
PEMBERIAN INFORMASI CARA
PENYIMPANAN OBAT DIRUMAH
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Petunjuk penyimpnan obat dirumah adalah informasi yang diberikan pasien
tentang bagaimana cara menyimpan dan memelihara obat yang diterima
2. Tujuan 1. Menjamin keamanan obat secara fisik ataupun kimia selama dirumah
pasien
2. Mengurangi penggunaan obat yang salah
3. Kebijakan 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayana Kefarmasian di Puskesmas
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. Tahun 2015 tentang
penilaian, pengendalian penyediaan dan penggunaan obat dan bahan
medis abis pakai
4. Referensi 1. Pedoman Pelayanan Kefaarmasian di Puskesmas Dirjen Binfar Depkes RI
Tahun 2006
2. Buku pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan Kesehatan di
Puskesmas Dirjen Yanfar dan Alkes Depkes RI 2003
3. Pedoman cara penggunana pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB),
Alimasud, Kerja sama direktorat Jenderal Bina Farmasian dan Alat
Kesehatan Republik Indonesia dengan pengurus pusat Ikatan Apoteker
Indonesia
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan Alat :
Alat Tulis
Bahan
Obat obatan yang diserahkan pada pasien
6. Prosedur 1. Petugas memberikan informasi cara pemakaian obat sesuai dengan SPO
pemberian informasi obat
2. Petugas memerikan informasi cara penyimpanan obat secara umum yaitu:
a. Ikut petunjuk penyimpanan pada label/kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
d. Janga menyimpan obat di tempat panas atau lembab
e. Jangan menyimpan obat cair di dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali tertulis pada etiket obat
f. Janga menyipan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak
3. Pasien yang memperoleh sirup kering, diberikan inormasi untuk
menyimpan sirup kering pada suhu kamar dan menghabiskan dalam
jangka 7 hari lebih dari 7 hati maka obat harus dibuang
4. Pasien yang memperoleh tetes mata dan tetes telinga apabila telah sembuh
dari penyakitnya dan obat yang digunakan masih terisa, maka obat
tersebut supaya dibuang dengan cara mengeluarkan isi obat dalam
kemasan dan membuang botol atau wadah obat
7. Hal hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Balai Pengobatan umum
2. Rawat inap
3. Kamar obat
9. Dokument terkait
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian a. Tanggal kadaluarsa adalah batas tanggal setelah tanggal tersebut mutu
suatu sediaan farmasi tidak dijamin lagi oleh produsennya
b. Peanganan obat kadaluarsa / rusak adalah kegiatan pemusnahan yang
dilakukan pada obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sedian farmasi dan alat kesehatan yang
memenuhi persyaratan mutu
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas dua boccoe No. /UPTD KKM DB/1/2015 tentang
penanganan obat kaduluarsa/ rusak
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan farmasi dan Alat Kesehatan
5. Alat dan Bahan 1. ATK
2. Sediaan Farmasi dan Alat Kesediaan yang telah kadaluarsa
3. Daftar nama-nama sediaan farmasi dan kesehatan yang telah kadaluarsa
6. Proedur/ langkah- Bagan air
langkah:
1. Petugas
mengidebtifikasi Mengidentifikasi sediaan farmasi Memisahkan sediaan farmasi dan
sediaan farmasi alat kesehatantersebut dengan
Dan alat kesehatan yang rusak
dan alat sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang Atau kadaluarsa kesehatan yang ada
rusak atau
kadaluarsa
2. Petugas
memisahkan
seiaan farmasi Melaporkan kegiatan tersebut Membuat laporan daftar sedian
dan alat dengan membawa laporadaftar sdian farmasi dan alat kesehatan
farmasi dan alat kesehatanyang telah yangrusak atau kada luarsa
kesehatan
rusak atau kadaluarsa ke GPK
tersebut dengan
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan yang
lain Menyimpan laporan daftar sediaan
Selesai
3. Petugas farmasi dan alat kesehatan tersebut
membuat laporan sebagai arip
daftar sediaan
farmasi dan alat
kesehatan yang
rusak atau
kadaluarsa
dengan
menentukan
nama obat, no
batch jumlahnya
dan tanggal
kadaluarsa
4. Petugas
melaporkan
kegiatan tersebut
dengan
membawa
laporan daftar
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan beserta
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan yang
telah rusak an
kadaluarsa ke
Gudang Farmasi
Kabupaten
5. Petugas
menyimpan
laporan daftar
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan tersebt
sebagai arsip
7. Unit Terkait 1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA
4. LAB
5. UGD
6. GFK
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatuproses kegiatan pemantaun setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau yangtidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi serta dalam mengevaluasi pengobtan sesuai formularitium
puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah petugas untuk :
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkn terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensiny jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidentalefek samping obat yang sudah
dikenali, yang baru saja ditemukan
3. Mengenal semua faktoryang mungkin dapatmenimbulkan/
mempengaruhi timbunya efek samping obat atau mempengaruhiangka
kejadian dan hebatnya efek samping obat
4. Menjaga agar obat efek samping yang pernah terjadi tidak dibawa lagi
oleh pasien yang bersangkutan maupun pasien lain dan tidak di
masukkan lagi dalam persediaan obat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang
4. Referensi PERMENKES No 30 Tahun 2014 ttg Standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas poli / UGD menerima keluhan dari pasien tentang ESO
langkah 2. Petugas poli/ UGD menanyakan riwayat alergi sebelimnya
3. Petugas poli/ UGD meminta obat yang diminum dan mencocokan dengan
catatan terapi dalam RM dan bila ada dicocokan dengan riwayat alergi
yang tercantum dalam RM
4. Petugas poli/ UGD memastikan keluhan yang dilaporkan terjadi karena
efeksamping obat
5. Petugas poli/ UGD menentukan kemungkinan jenis obat yang terjadi
penyebab alergi
6. Bila belum tercatat petugas poli/ UGD menulis di dalam RM dengan tinta
merah tentang alergi obat
7. Petugas poli/ UGD memberi informasi kepada pasien tentang jenis obat
yang menyebabkan alergi untuk diingat pasien dan diinformasikan ke
petugas ketika berobat
8. Petugas poli/ UGD mencatat kejadian ESO di buku laporan ESO
9. Petugas poli/ UGD memberitahukan agar pasien menghentikan obat yang
menyebabkan alergi
10. Petugas poli/ UGD memberikan resep obat pengganti
11. Mencatat identifikasi pasiendan efek yang terjadi pada formulir ESO
6. Diagram alir Diagram alir
Menganalisa laporan ESO Mengidentifikasi obat dan pasien
8. Hal- hal yang Efek samping terhadap obat segera di tangani oleh dokter
perlu di perhatikan
9. Unit terkait 1. Unit pelayanan
2. Poli umum
3. Poli anak
4. Poli gigi
5. Poli KIA/KB
Pemeriksaan spesimen
Selesai
5. Prosedur / 1. Alat :
a. Buku register laboratorium
b. Botol urine
c. Label atau etiket
d. Potsputum
e. Pot feases
2. Bahan
a. Kapas alkohol
b. Lancet steril
c. Turniket
d. Syringe/spuit
9. Rekaman terkait
PEMANTAUAN PELAKSANAAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium adalah
kegiatan memantau petugas dalam melaksanakan pemeriksaan.
2. Tujuan Agar pemeriksaan laboratorium sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan agar pasien terjamin keamanan dan keselamatannya.
3. Kebijakan Sebagai pedoman pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium di Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Tim Mutu Puskesmas melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur
langkah-langkah pemeriksaan laboratorium.
2. Tim Mutu Puskesmas membuat instrumen penilaian pemantauan
pelaksaan prosedur pemeriksanaan laboratorium.
3. Tim Mutu Puskesmas merencanakan jadwal pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium.
4. Tim Mutu Puskesmas pembagian tugas antar anggota dalam
melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium.
5. Tim Mutu Puskesmas melaksanakan kegiatan pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
6. Tim Mutu Puskesmas mengisi instrumen pemeriksaan berdasarkan
hasil pengamatan.
7. Tim Mutu Puskesmas menyampaian hasil pemeriksaan pelaksanaan.
6. Unit terkait
PENILAIAN KETEPATAN WAKTU
PENYERAHAN HASIL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan membandingkan pelaksanaan penyerahan hasil
pemeriksaan dengan standar yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan
waktu penyerahan
2. Tujuan Agar hasil pemeriksaan dapat segera ditindak lanjuti sehingga pasien
mndapatkan penanganan sedini mungkin
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
4. Referensi Tim akreditasi pokja UKP
5. Prosedur / 1. Dokter menulis dan memberikan jenis pelayanan laboratorium yang akan
langkah-langkah dilakukan oleh petugas laboratorium
2. Petugas laboratorium mengambil sampel pasien yang akan di periksa
3. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sampel sesuai instruksi
dokter yang telah diberikan sesuai jenis pelayanan laboratorium apa yang
akan dilakukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium diberikan kepada dokter untuk ditindak
lanjuti.
7. Diagram Alir
Tim K3 Laboratorium membuat rencana
orientasi prosedur praktek keselamatan kerja
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium menyiapkan alat pelindung diri (APD) yang
langkah akan dipakai
2. Petugas laboratorium mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menggunakan APD
3. Petugas laboratorium memakai jas laboratorium yang berstandar
4. Petugas laboratorium memakai masker sesuai standar
5. Petugas laboratorium memakai sarung tangan saat pemeriksaan.
6. Petugas laboratorium melepaskan semua APD sesuai dengan prosedur,
bila petugas memakai ketiga APD (jas lab, dan sarung tangan) maka
urutan melepaskan APD yang pertama adalah melepaskan sarung
tangan, kedua masker dan yang terakhir jas laboratorium
7. Petugas laboratorium melakukan cuci tangan dengan sabun sesuai
dengan ketentuan cuci tangan yang benar.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PEMANTAUAN TERHADAP
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan yang dilakukan oleh tim mutu Puskesmas terhadap petugas
laboratorium dalam pemakaian penggunaan alat pelindung diri dan sarana serta
prasarana yang dikenakan saat bekerja dilaboratorium agar terhindar dari
kecelakaan kerja dan paparan penyakit yang ditimbulkan dilaboratorium.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memantau pemakaian alat
pelindung diri bagi petugas laboratorium yang bertujuan agar melindungi
kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium itu sendiri.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. Tahun tentang kesehatan dan keselamatan kerja
UPT Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi 1. Buku pedoman kesehatan dan keselamatan kerja Puskesmas.\
2. Peraturan menteri kesehatan no. 37 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan laboratorium Puskesmas.
3. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 75 tahun 2014
tentang pusat kesehatan masyarakat.
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dalam
langkah bekerja di laboratorium.
2. Petugas laboratorium harus memperlakukan semua sampel sebagai
bahan yang berisiko tinggi dan memperlakukan sempel sesuai
standar operasional prosedur.
3. Alat pelindung diri bagi petugas laboratorium diantaranya adalah
pemakaian masker, jas laboratorium, hand scoon, sepatu tertutup.
4. Tim mutu memantau setiap hari apakah petugas laboratorium
sudah memakai alat pelindung diri dalam bekerja di laboratorium.
5. Tim mutu mencatat dan memberikan penilaian hasil pemantauan
alat pelindung diri.
6. Tim mutu mengevaluasi hasil pemantauan pemakaian alat
pelindung diri melalui rapat monitoring.
7. Tim mutu memberikan hasil evaluasi kepada kepala Puskesmas
untuk di tindak lanjuti.
8. Kepala puskesmas berhak memberikan teguran atau binaan kepada
petugas laboratorium apabila terdapat pelanggaran terhadap
pemakaian APB di laboratorium.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu kegiatan
mengolah termasuk menyimpan menggunakan dan atau membuang bahan
yang karena sifat atau konsistensinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengelola bahan
berbahaya dan beracun (B3) berupa proses pengadaan, pemindahan,
penyimpanan, penggunaan, penanganan, dan pembuangan limbah B3 untuk
mencegah dan mengendalikan dampak lingkungan yang akan muncul
sebagai konsekuensi atas penggunaan bahan tersebut.
3. Kebijakan SK kepala puskesmas no.
6. Prosedur / 1. Pengadaan B3
langkah-langkah a. Petugas memastikan tiap pengadaan B3 harus terlampir lembar
MSDS, Labeling B3 informasi dampak bahaya dan informasi P3K
dan APDnya,
2. Pemindahan B3
b. Petugas memastikan kelengkapan administrasi sebelum bongkar B3
berupa daftar nama B3 yang akan dibongkar, prosedur kerja dan
perizinan, dan daftar petugas dan penanggung jawab.
c. Petugas harus mengetahui resiko bahaya B3, cara pencegahan dan
penanggulangan.
d. Petugas menggunakan APD yang sesuai, petugas menghindari
tindakan tidak aman seperti merokok, makan dan minum di dekat
bahan B3 dan lain-lain.
3. Penyimpanan B3
a. Petugas memastikan tempat penyimpanan B3 di buat agar aman
dari pengaruh alam dan lingkungan, memiliki sirkulasi udara dan
ventilasi yang baik, dan aman dari gangguan biologis (tikus, rayap
dll.)
b. Petugas melakukan pemisahan dan pengelompokkan penempatan
B3 untuk menghindari reaktivitas
c. Petugas melakukan penyusunan yang tidak melebih batas
maksimum agar tidak roboh dan rapi.
d. Petugas memastikan penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan
simbol label B3 (label isi,safety, resiko bahaya) serta cara
pencegahan dan pertolongan pertama.
4. Penggunaan B3
e. Petugas menerapkan perencanaan dan penerapan K3 dalam
penggunaan B3
f. Petugas menggunan APD yang sesuai dengan faktor resiko
bahayanya APAR & P3K harus siap dan cukup
g. Petugas pengguna B3 menggunakan peralatan kerja yang layak
pakai
h. Petugas pengguna B3 harus bekerja sesuai SOP yang aman dan
efektif
i. Petugas pengguna B3 membersihkan dan mengamankan alat-alat
kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3 jika telah selesai
j. Melepas APD setelah selesai melakukan pengelolaan B3 dan cuci
tangan.
Memastikan tiap pengadaan B3 Melakukan penyusunan yang tidak
harus terlampir lembar MSDS, melebihi batas maksimum agar tidak
Labeling, B3,Informasi dampak roboh dan rapi.
bahaya dan informasi P3K dan
7. Bagan alir APD nya
8. Unit terkait
PENGELOLAAN LIMBA HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Limbah medis adalah limbah yang berupa limbah imfeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosi, limbah
kimiawi, limbah radio aktif, limbah container bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah medis di Puskesmas
berasal dari kegiatan pengobatan dan perawatan, limbah yang dihasilkan
antara lain limbah infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari
Laboratorium dan limbah benda tajam.
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis
2. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3. Kebijakan
4. Referensi .
5. Prosedur / 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
langkah-langkah tertutup) di dekat sumber sampah
2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,
jarum, ampul)
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,
KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali
5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang
lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
6. Unit terkait
PENGELOLAAN REAGEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1 Pengertian Protap ini memuat langkah langkah yang harus dilakukan dalam
penyimpanan reagen
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas laboratorium dalam penyimpanan reagen.
3. Kebijakan Penyimpanan reagen yang benar dapat menjaga kualitas dan mutu reagen
tersebut, sehingga dapat mendukung hasil pemeriksaan laboratorium yang
lebih akurat
5. Referensi .
6. Prosedur / 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
langkah-langkah tertutup) di dekat sumber sampah
2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,
jarum, ampul)
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,
KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali
5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang
lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
6. Mengirim limbah medis yang telah dikumpulkan di dalam tempat
penampungan sampah sementara PT. Multazzam dengan alat angkut
yang kuat, tahan air dan tertutup.
7. Unit terkait
PEMANTAUAN WAKTU
PENYAMPAIAN HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
UNTUK PASIEN URGENT / GAWAT
DARURAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantaun waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
diperiksa oleh petugas laboratorium untuk pasien urgent dalam kegiatan
pelayanan laboratorium`
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk digunakan sebagai
perencaan, pemantauan, dan evaluasi serta pengambilan keputusan dalam
suatu tindakan untuk peningkatan pelayanan laboratorium.
3. Kebijakan Sesuai kebijakan Kepala Puskesmas Babat Toman No.
4. Referensi .
5. Prosedur /
langkah-langkah Tertulis :
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas melaporkan hasil laboratorium yang kritis kepada penanggung
jawab laboratorium
2. Petugas memeriksa kondisi spesimen
3. Petugas memeriksa ulang hasil laboratorium
4. Petugas memeriksa kondisi klinis pasien
5. Petugas melakukan proscek menggunakan alat yang lain bila
memungkinkan.
6. Petugas bisa menuliskan hasil laboratorium apabila didapatkan hasil
pemeriksaan Duplo yang sama
7. Petugas melakukan verifikasi hasil dan legalisasi hasil laboratorium
kepada penanggung jawab laborat.
8. Petugas segera melaporkan hasil laboratorium kepada dokter.
6. Alur
Petugas laporkan hasil laborat yang
kritis ke dokter penanggung jawab
laboratorium
6. Bagan Alur
Petugas menentukan petugas petugas
tujuan evaluasi menentukan jenis menentukan
ketepatan waktu pemeriksaan model evaluasi
Petugas
merencakan
personal evaluasi
7. Unit terkait
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI
REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Penyimpanan dan distribusi reagen adalah merupakan kegiatan dalam
melakukan pengendalian reagen melalui penerimaan penyimpanan dan
mendistribusikan reagen.
2. Tujuan Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang
optimal dan berkualitas.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4. Referensi Pedoman Praktek laboratorium yang benar, Depkes RI 2008.
5. Input
1. Reagensia
2. Kartu stok reagensia
3. ATK
2. Penyimpanan reagensia
a. reagensia yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan reagen.
b. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu diperiksa
suhunya agar sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen dengan cara :
1. letakkan termometer dalam kulkas
2. atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen
3. usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup
4. catat suhu setiap hari dalam checklis pemantauan suhu
5. bersihkan kulkas setiap 2 bulan.
7. Output Pemeriksaan Hb tersedia
8. Hal-hal yang perlu Memencet-mencet ulang jari kapiler berulang-ulang dapat berpengaruh
diperhatikan terhadap hasil pemeriksaan disebabkan karena adanya cairan jaringan.
9. Unit terkait 1. Laboratorium
2. Poli umum
3. Poli gigi
4. IGD
5. KIA
10. Dokumen terkait 1. FORM hasil laboratorium
2. Buku register
3. Buku ekspedisi hasil laboratorium
PENYEDIAAN REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Input
6. Proses
7. Output
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
11. Unit terkait
12. Dokumen terkait 1.
EVALUASI TERHADAP RENTANG
NILAI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kalibrasi dan kalidasi instrumen adalah kegiatan untuk menentukan
keberadaan nilai penunjukkan instrumen atau alat ukur dan bahan ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar ukur yang punya
kemampuan telusuran kestandar nasional atau internasional.
2. Tujuan Untuk melaporkan hasil pemeriksaan labor yang terpercaya, menjamin
penampilan hasil pemeriksaan.
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 013 N tahun 2015 tentang
pengendalian mutu laboratorium.
2. Kalibrasi instrumen peralatan secara berkala harus pantas dan
dibuktikan memenuhi syarat sesuai standar laboratorium.
4. Referensi 1. Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan laboratorium pusat
kesehatan masyarakat.
2. Permenkes No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinis yang baik
3. Pemahaman dan penerapan ISO/ IEC 17025/2005
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas laboratorium melalui petugas pengelola barang medis
puskesmas mengajukan rencana program kalibrasi dan validasi
instrumen ke Dinas Kesehatan
2. Petugas laboratorium menerima jadwal kalibrasi dan validasi instrumen
dari Dinas Kesehatan yang diketahui kepala Puskesmas dan petugas
pengola barang medis Puskesmas.
3. Petugas laboratorium menerima dan mendampingi petugas pihak yang
kompeten dari Dinas Kesehatan untuk mengkalibrasi instrumen sesuai
prosedur.
4. Petugas labor meminta bukti kalibras dan validasi instrumen yang telah
dilakukan.
6. Bagan alur
5. Prosedur / 1. Alat
langkah-langkah a. Alat pemeriksaan laboratorium
2. Bahan
a. Specimen pemeriksaan laboratorium
5. Prosedur /
langkah-langkah Alat : Buku Pemeriksaan Laboratorium
Prosedur :
1. Pihak laboratorium penguji akan mengirimkan sampel atau persediaan
kepada laboratorium yang akan diuji.
2. Petugas laboratorium yang diuji melaksanakan pemeriksaan terhadap
sampel atau sediaan dari laboratorium penguji.
3. Hasil pemeriksaan petugas dikembalikan kepada laboratorium penguji
4. Petugas laboratorium yang diuji akan mendapatkan nilai dan sertifikat
dari laboratorium penguji.
5. Diagram alur
Laboratorium penguji mengirimkan
sampel atau ......
PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua
laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehtan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
Tidak ada kewajiban bagi laboratorium untuk melakukan PME karena sifatnya sukarela.
PME ini dilakukan secara periodik dalam jangka waktu tertentu. Prosedurnya adalah lembaga
penyelenggara PME mengirimkan suatu sampel yang harus diperiksa oleh laboratorium peserta,
kemudian hasil dari laboratorium- laboratorium peserta ini dikumpulan untuk mendapatkan nilai
referensinya. Dari nilai referensi inilah dapat dinilai apakah akurasi suatu laboratorium itu baik,
sedang, kurang atau buruk. Karena itu semakin banyak peserta misalnya pada PME yan
dilakukan secara global (internasional) maka semakin baik nilai reeensi yang dihasilkan. Pihak
penyelenggara biasanya memberikan feecback untuk perbaikan yang bisa dilakukan di
laboratorium. Masalah biaya dan keengganan pimpinan laboratorium kembali menjadi penyebab
suatu laboratorium untuk melaksanakan PME.
Karena PMI dan PME ini sangat berkaitan dengan metode dan alat yang digunakan
masing-masing laboratorium, maka hasil PMI dan PME ini juga spesifik untuk laboratorium
tersebut berada, sebaai contoh, apabila seseorang mempunyai lima laboratorium di tempat yang
berada maka hasil PMI dan PME untuk satu tempat tida dapat digunakan untuk keempat
laboratorium lainnya karena variasi tiap alat, metode, kondisi ruangan dan kemampuan operator
masing-masing tempat juga berbeda.
Kesimpulan
Perbedaan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal
2. Tujuan Agar perbaikan peralatan baik medis dan non medis di laboratorium dapat
dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan standar.
Pasien
Pasien ke KIE pasien
datang ke
Puskes lab
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Melakukan kegiatan keselamatan pasien di unit laboratorium
langkah-langkah 2. Bekerja sesuai dengan panduan keselamatan pasien puskesmas Babat
Toman
3. Mencatat semua upaya keselamatan pasien yang telah dilakukan
4. Melaporkan upaya keselamatan pasien di unit laboratorium
5. Melakukan evaluasi terhadap upaya keselamatan pasien yang telah
dilakukan.
6. Melakukan perbaikan jika ada yang masih harus diperbaiki
7. Mendokumentasikan tindakan perbaikan dalam buku bukti
pelaksanaan perbaikan.
6. Unit terkait