Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MOLAHIDATIDOSA
Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga
serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut
interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.
Ligamentum pada uterus : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui
annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen
panjangnya 10 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi
pembuluh darah dan ditutupi peritoneum. Peritoneum di antara kedua
uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-
vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks
uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya
melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis
tengah badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di
dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior
ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus
maupun ovarium.
1.1.1 Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir
ovum, sesudah keluar dari ovarium diantarkan melalui tuba uterin ke
uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu
hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus
bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan
membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada
masa fetus.
1.2.2 Etiologi
Penyebab molahidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggi.
5. Kekurangan protein.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola
banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm
atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
1.2.5 Patway (diagram)
Faktor ovum
Mengalami degenerasi
Molatidatodosa
Tindakan infasif
Nyeri
1.2.7 Prognosis
Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat
karena perdarahan, perforasi uterus, pre-eklamsi berat, tirotoksikosis atau
infeksi. Akan tetapi, sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah
jarang sekali. Segera setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan
mengecil, kadar hCG menurun dan akan mencapai kadar normal sekitar
10-12 minggu pascaevakuasi. Kista lutein juga akan mengecil lagi. Pada
beberapa kasus pengecilan ini bisa mengambil waktu beberapa bulan.
3.3 Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri persalinan
3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman
3.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC
a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus
hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
Rasional : Ruptur kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat,
karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam
abdomen
b. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional
terhadap kejadian.
Rasional : Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat
ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan
nyeri.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan
rasa nyeri
Rasional : lingkungan yang nyaman dan rileks membuat klien
lebih tenang sehingga stimulus nyeri dari lingkungan berkurang
d. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi,
misalnya: napas dalam, visualisasi distraksi
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas
dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan
e. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi
pembedahan
Diagnosa 2: Resiko Infeksi
3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
Status imunologi, pengetahuan mengenai kontrol infeksi dan kontrol
infeksi
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional NIC
a. Gunakan APD
Rasional : menurunkan resiko infeksi dengan APD
b. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya.
Rasional : kondisi dasar ibu seperti DM dan hemoragi
menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka
yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkat resiko
kontaminasi janin.
c. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan
suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan
dapat mengakibatkan korioamonitis sebelum mengintervensi
bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
d. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
Rasional : transmisi mikroorganisme dapat terjadi dari perawat ke
klien, klien dengan lingkungan, dan klien dengan klien lain
e. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban
telah pecah.
Rasional : membantu mengurangi resiko infeksi asenden.
f. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi dan cairan
Rasional : intake nutrisi dan cairan yang cukup akan membantu
metabolisme dalam tubuh berlangsung dengan baik sehingga
resiko infeksi dapat ditekan
g. Batasi pengunjung
Rasional : transmisi mikroorganisme dapat terjadi dari perawat ke
klien, klien dengan lingkungan, dan klien dengan klien lain
h. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : keluarga merupakan orang yang berada dekat dengan
klien selama 24 jam sehingga apabila muncul tanda dan gejala
infeksi pada klien keluarga dapat segera melaporkan kepada
perawat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
i. Kolaborasi pemberian antibiotik spectrum luas parental pada pra-
operasi
Rasional : Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk
mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada
infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
Diagnosa 3 : Risiko perdarahan
3.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Keparahan kehilangan darah, koagulasi darah Kriteria hasil :
a. Tidak ada hematuria dan hematemesis
b. Kehilangan darah yang terlihat
c. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole
d. Tidak ada perdarahan pervaginam
e. Tidak ada distensi abdominal
f. Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
3.3.2 Intervensi keperawatan
a. Identifikasi penyebab perdarahan
Rasional : banyak jenis perdarahan yang dapat terjadi melalui
vagina wanita, pada kasus plasenta previa biasnya perdarahan
tidak disertai nyeri.
b. Monitor ketat tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan aspek yang penting dalam
pemeriksaan fisik karena menunjukan status organ-organ vital
dalam tubuh, perubahan signifikan 1 tanda vital merupakan tanda
bahwa ada gangguan dalam tubuh.
c. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
Rasional : mengetahui kebutuhan cairan klien perhari membantu
menentukan terapi maupun nutrisi yang harus dimasukan ke
dalam tubuh klien
d. Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi yang akan
berdampak pada peningkatan perdarahan.
e. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K seperti buah kiwi, alpukat anggur.
Rasional :makanan yang mengandung vitamin K Membantu
Proses Koagulasi / Pembekuan Darah.
f. Dorong masukan oral
Rasional : masukan oral sangat penting disamping masukan
cairan secara parenteral.
g. Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : untuk manajemen cairan cara tercepat yang dapat
dilakukan adalah pemasangan cairan IV, Karena akan langsung
masuk di pembuluh darah.
h. Atur kemungkinan transfusi
Rasional : apabila kasus kekurangan cairan semakin buruk
disertai kehilangan komponen darah, maka harus segera di
berikan transfuse untuk menghindari kegawatan lebih lanjut
Diagnosa 4 : Ansietas
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil NOC
Kontrol diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
3.3.2 Kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Menunjukan cara mengatasi cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas
menunjukan penurunan kecemasan.
3.3.3 Intervensi keperawatan dan Rasional NIC
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap kondisi
yang ada dilingkungannya, dengan pendekatan yang menenangkan
diharapkan tidak menambah kecemasan klien dan klien dapat lebih
koopertif
b. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain
menyadarkan klien tentang keadaannya juga menyadarkan klien
untuk mau mengatasi cemas yang dialami
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui itu
diharapkan perawat mampu memberikan konsultasi yang baik agar
klien dapat mengatasi cemasnya
d. Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan
keamanan dan mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan cemas,
dengan berada disekitar orang terdekatnya diharapkan klien akan
lebih tenang
e. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat
dapat mengambil keputusan tentang tindakan maupun intervensi
yang akan diberikan.
f. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan dan perasaan
Rasional : klien yang sedang cemas perlu didengarkan, gali apakah
yang menyebabkan kecemasan dan bersama-sama klien mengatasi
kecemasan yang dirasakan
g. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh
melepaskan hormone kebahagiaan sehingga menenangkan dan
membuat kondisi tubuh rileks
h. Kolaborasi untuk memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
Rasional : apabila dengan terapi nonfarmakologi kecemasan klien
tidak berkurang, maka dianjurkan untuk pemberian obat untuk
menennagkan klien sehingga status kecemasan menurun.
IV. Daftar Pustaka
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sujiyati. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta : Numed.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty
Wahyuningsih. Jakarta : EGC
(...) (...)
Preseptor Akademik,