Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tentunya kita tidak asing dengan kata tersebut. Dari SD-SMP-SMA kita sering
mendengar kata-kata tersebut setiap upacara bendera. Tidak jarang pelajaran
PPKN juga sering membahas Pancasila. Kita dianjurkan untuk mengikuti dan
mengamalkannya. Tapi apakah kita benar-benar mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari...?
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahman dan
karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul
Pelaksanaaan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-
hari ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
di berikan dosen yang mengajar mata kuliah
Pancasila.
Makalah ini di tulis dari hasil penyusunan
data-data sekunder yang saya peroleh dari buku
panduan yang berkaitan dengan Pendidikan
Pancasila, serta informasi dari internet yang
berhubungan dengan nilai-nilai pancasila,tak lupa
saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah membantu saya dalam memcari
informasi sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
saya mengakui bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dn mash jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran,saya harapkan.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Kupang , Oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. . LATAR BELAKANG
Di Zaman Globalisasi saat ini yang mana setiap individu sering
melupakan bahkan mempertanyakan nilai-nilai yang ada dalam
pancasila maka dirasakan makin kuat pula desakan untuk terus
menerus mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang
merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di negara
Republik Indonesia ini.
Berbicara tentang nilai, nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila memiliki arti yang mendalam baik itu secara historis
maupun pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai
pancasila ini bagi bangsa Indonesia meupakan landasan atau dasar,
cita-cita dalam malakukan sesuatu juga sebagai motivasi dalam
perbuatannya, baik dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Bila saya lihat babak pergantian pemerintahan di Indonesia,
tanpa disadari, pancasila sedikit mengalami perubahan dalam hal
penghayatannya. Setidaknya penghayatan yang berbeda ini telah
berdampak bagi reformasi hukum di Indonesia. Pancasila telah
menjiwai anak-anaknya untuk terus mempertahankan cita-cita yang
ada hingga masa reformsi kini. Akan tetapi perubahan yang terjadi
selalu membawa dampak baik itu yang positif dan negatif. Akan tetapi
kita patut bersyukur semenjak pergerakan G 30 S yang didalangi PKI
usaha untuk menjatuhkan pancasila tidak pernah terjadi lagi.
Dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, nilai-nilai
kepancasilaan yang kita pertahankan tersebut yang ada, seakan
dikesampingkan dan itu menjadi sebuah permasalahan baru dewasa
ini. Pertanyaan yang paling dibicarakan adalah bagaimana bentuk
nyata penerapan yang cocok terhadap nilai-nilai pancasila tersebut di
dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, berbangsa dan bernegara
seiring dengan derasnya arus globalisasi dan juga bagaimana
penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah :
- Pedoman Pengamalan Pancasila
- Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai Dasar
Negara ?
- Bagaimana Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
masyarakat ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulusan karya tulis ini adalah :
Untuk Mengetahui Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
sebagai Dasar Negara?
Untuk mengetahui Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PANCASILA
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan
Negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan
hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada
ideology-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila
melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia .
Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan menjadi
dasar filsafat Negara nilai-nilainya telah ada dan berasal dari
berbangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai ada-
istiadat,kebudayaan dan nilai religious. Maka secara kausalitas
asal mula Pancasila di bedakan atas dua macam yaitu: asal mula
yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun
pengertian asal mula tersebut adalah sebagai berikut ini:
1. Asal mula yang langsung.
Pengertian asal mula secara ilmiah filsafati di bedakan atas
empat macam yaitu: Karusa Materialis,Kausa Formalis,kausa
Efficient dan kausa Finalis(Bagus :158). Teori kausalitas ini
dikembangkan oleh Arisoteles, adapun berkaitan dengan asal
mula yang berlangsung tentang pancasila adalah asal mula yang
langsung terjadi pancasila sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal
mula sesudah dan menjelang proklamasi kemerdekaan yaitu
dirumuskan oleh para pendiri Negara sejak di siding BPUPKI
pertama, Paniti sembilan, sidang BPUPKI kedua serta sidang
PPKI sampai pengesahannya. Adapun rincian asal mula langsung
pancasila,
1. menurut Notonagoro adalah sebagai berikut:
1. Asal mula bahan (kausalitas materialis)
Bangsa indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai
pancasila,sehingga pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang
merupakan unsur-unsur pancasila digali dari bangsa indonesia
yang berupa nila-nilai adat istiadat kemudian serta nilai-nilai
religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
indonesia.
2. Mula Bentuk ( Kausa Formalis)
Hal ini di maksudkan bagaimana asal mula bentuk bagaimana
bentuk pancasila di rumuskan sebagai mana termuat dalam
pembukaan UUD 1945.
3. Asal mula karya ( kausa effisien)
Kausa effisien atau asal mula karya yaitu asal mula yang
menjadikan pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar
negara yang sah.
4. Asal mula tujuan( kausa finalis)
Pancasila dirumuskan dan di bahas dalam sidang-sidang para
pendiri negara ,tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar
negara.
Asal mula yang tidak langsung
Secara kausalitas asal mula tidak langsung pancasila adalah
kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa
indonesia.Maka asal mula tidak langsung pancasila bilamana di
rinci adalah sebagi berikut:
a. Unsur-unsur pancasila tersebut sebelum secara langsung
dirumuskan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya yaitu
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam
kehidupan sehari-hari bangsa indonesia sebelum membentuk
negara.
b. Nilai-nilai ersebut terkandung dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara,yang berupa
nilai-nilai adat-istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religiou.
Nilai ini menjadi pedoman dalam memecahkan masalah di
kehidupan sehari-hari kita.
c. Dengan demikian dpa disimpulkan bahwa asal mula idak
langsung pancasila pada hakikanya bangsa Indonesia sendiri atau
dengan orang lain perkataan bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis atau asal mula tidak langsung nilai-nilai pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V
yang harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup adalah sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara
lain :
-Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan
kewajiban asasinya;
-Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam
sekitar dan terhadap Tuhan;
-Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya
cipta, rasa, karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu:
dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk
mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum
yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam
hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini,
misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang
dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di
lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-
nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain
dalam Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal
7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat;
dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa
setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan
usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan
akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat (1)
ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (2)
ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara :
5. Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai
keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut,
antara lain :
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas individu dalam Mata Kuliah Umum
(MKU) Pendidikan Pancasila
Disusun Oleh :
(4411413022)
Jurusan/Prodi Biologi
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Implementasi Nilai
nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari- hari di Masyarakat.
Makalah ini dibuat dengan metode wawancara tentang implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat dengan mengambil sampel beberapa warga
yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Makalah ini dapat terselesaikan karena
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
membangun untuk penyempurnaan makalah kedepannya.
Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
dapat memberikan contoh tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat.
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah . 4
3. Tujuan . 4
4. Manfaat .. 5
1. Pengertian Pancasila 6
5. Hasil Wawancara .. 22
6. Pembahasan . 40
1. Simpulan . 49
2. Saran . 49
DAFTAR PUSTAKA 50
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun
di daerah.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada latar belakang, rumusan masalah dari
makalah ini adalah :
3. Tujuan
3. Manfaat
BAB II
ISI
1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India. Menurut Muhammad Yamin, dalam
bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu : paca
berarti lima dan la berarti prinsip, asas, batu sendi, alas, dasar, peraturan tingkah laku yang
baik/senonoh. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari Pancasila yang memiliki arti secara harfiah
dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan
Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan
melalui Samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban moral yang berbeda. Ajaran
moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila.
Pancasila lahir sebagai produk kebudayaan Indonesia dan bukan penarikan atau sublimasi
dari negara lain. Istilah Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma
karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke-14). Dalam buku itu istilah
Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya lima (Pancasila karma) dan
berisi lima larangan untuk :
1) Melakukan kekerasan;
2) Mencuri;
3) Berjiwa dengki;
4) Berbohong; dan
3) Dasar adab;
4) Akhlak; dan
5) Moral.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak,
maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus
mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu,
banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno,
yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad
Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima
hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung
Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari
kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin
bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan
acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambule-nya
(Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945
sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur
yang menemuinya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata ketuhanan yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik
memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta
disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam,
antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya di belakang kata Ketuhanan
dan diganti dengan Yang Maha Esa.
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidup-an bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah Republik Indonesia semakin
kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir 1949 Republik Indonesia yang berpusat di
Yogyakarta (RI Yogyakarta) terpaksa menerima bentuk negara federal yang disodorkan
pemerintah kolonial Belanda dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya
menjadi sebuah negara bagian saja.
Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 tetap berlaku bagi RI
Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi Federal (Konstitusi RIS)
sebagai hasil permufakatan seluruh negara bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan
dasar negara terdapat dalam Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS
disetujui pada 14 Desember 1949 oleh enam belas negara bagian dan satuan kenegaraan yang
tergabung dalam RIS.
Rumusan kalimat
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran. Hanya dalam
hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI
Yogyakarta.
Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT, dan
NST. Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai
kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan
perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara.
Rumusan kalimat
Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan UUD
Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara.
Untuk itulah pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah
mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali
UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia
menggantikan UUD Sementara.
Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan. Rumusan ini pula yang
diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya, diantaranya:
1. Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara, dan
2. Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
Rumusan kalimat
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah membuat rumusan
yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.
Rumusan :
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial.
Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan diterima secara
luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara umum dan
diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara. Rumusan ini pada
dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata dan
serta frasa serta dengan mewujudkan suatu pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
Rumusan :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap
terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan
terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara,
ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari
bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden RI
No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah
menurut hukum menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan dengan
Ketetapan No. I/MPR/1988 No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara
Indonesia hingga sekarang. Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara,
maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu
kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila.
Falsafah Pancasila sebagi Dasar Negara merupakan nilai dasar spiritual keagamaan,
kemanusiaan, dan kesatuan bangsa yang menjadi landasan dasar dalam pembangunan bangsa
baik pembangunan sumber daya manusia maupun pembangunan fisik. Pancasila kita jadikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila harus mewarnai secara
dominan setiap produk hukum, baik pada tataran pembentukan, pelaksanaan maupun
penegakannya. Konsep Negara hukum Pancasila itu harus mampu menjadi sarana dan tempat
yang nyaman bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos. Eidos berarti
gagasan dan logos berarti berbicara. Maka secara etimologis ideologi adalah berbicara
tentang gagasan / ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud
disini adalah gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka berada. Ideologi
adalah kumpulan ide atau gagasan.
Kata ideologi sendiri diciptakan oleh destutt de trascky pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan sains tentang ide. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan
filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang
dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme). Pancasila
sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahawa Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Karena Pancasila merupakan ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan
kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai suatu yang harus
kita yakini karena cocok bagi bangsa Indonesia.
Dalam beberapa kamus atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi idelogi ada beberapa
macam. Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan
fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman dimaksud antara lain
terlihat pada definisi yang berikut :
1. Definisi idelogi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi) adalah ajaran, doktrin, teori yang
diyakini kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan
dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam masyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli ilmu Politik Universitas Indonesia
:
Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan
atau pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.
Berdasarkan definisi Ideologi Pancasila di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah
kumpulan nilai/norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
1) Pengertian Ideologi :
2) Ideologi adalah rangkaian nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan atau
pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.
3) Pancasila sebagai Ideologi terbuka diartikan sebagai ideologi yang dapat mengikuti
perkembangan ideologi negara lain yang berbeda.
4) Nilai Pancasila :
Nilai Praktis.
Pengertian sifat dasar Pancasila sebagai ideologi negara diperoleh dari sifat dasarnya yang
pertama dan utama (pokok), yakni dasar negara yang dioperasionalkan secara individual
maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
cita-cita kemerdekaan Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Untuk mencapai cita-cita itulah Pancasila berperanan sebagai ideologi negara.
Sedemikian pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dijelaskan
melalui Ketetapan MPR No.XX/MPRS/1966 (dan berbagai penegasannya hingga kini)
sebagai berikut: Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci
yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan yang
memuat Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh sebab itu tidak dapat diubah oleh siapa pun juga,
termasuk MPR hasil pemilihan umum, yang berdasarkan pasal 3 UUD berwenang
menetapkan dan mengubah UUD, karena mengubah isi Pembukaan berarti pembubaran
negara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila hanya berperanan sebagai ideologi
negara jika segala tindakan individual maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang mencakup aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan
dan lain-lain, dilaksanakan secara rasional berdasarkan Pancasila.
Ideologi juga diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara. Eksistensi Pancasila sebagai dasar
negara, simbol pemersatu dan identitas nasional yang bisa diterima berbagai kalangan, harus
terus dijaga kesinambungannya. Tidak ada pilihan lain, Pancasila dan pilar-pilar kehidupan
bernegara lainnya harus terus dimasyarakatkan. terjadinya berbagai konflik kekerasan dan
gerakan separatis di sejumlah daerah di Indonesia adalah cermin belum meresapnya
kesadaran nasional di kalangan masyarakat.
Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan
tidak berubah. Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi terbuka adalah
ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain. Artinya, ideologi Pancasila
dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang
berbeda dengan Pancasila dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan
karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi:
1) Nilai Dasar :
Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang merupakan representasi dari
nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Nilai dasar merupakan
nilai yang tidak bisa berubah-ubah sepanjangbangsa Indonesia berpedoman pada nilai
tersebut. Contoh nilai dasar adalah sila-sila Pancasila yang ada dalam alinea IV, UUD 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
2) Nilai Instrumental :
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari nilai dasar (Pancasila).
Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar
negeri. Nilai ini ini dapat berupa TAP MPR, UU, PP dan peraturan perundangan yang ada
untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
3) Nilai Praktis :
Nilai ini adalah nilai yang harus ada dalam bentuk praktik penyelenggaraan negara. Sifat ini
adalah abstrak. Artinya berupa semangat para penyelenggara negara dari pusat hingga
ke tingkat yang terbawah dalam struktur sistem pemerintahan negara Indonesia.
Semangat yang dimaksud adalah semangat para penyelenggara negara untuk membangun
sila-sila dalam Pancasila secara konsekuen dan istiqomah. Contoh, memberi teladan untuk
tidak KKN, dan lain-lain.
Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan
dalam masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat
dan masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat
dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan negara modern
bahwa negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat
dalam Penjelasan Umum UUD 1945. Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan
falsafah bangsa, sehingga memenuhi prasyarat sebagai suatu ideologi terbuka. Sekalipun
suatu ideologi itu bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa
sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, yang merupakan suatu
yang tidak logis.
1. Hasil Wawancara
Pendidikan
No Nama Usia Pekerjaan Pendapat
Terakhir
Kegotongroyongan sudah
mulai menipis, rasa
kemanusiaan sudah mulai
berkurang, banyak terjadi
demonstrasi yang
mengatasnamakan
ketidakpuasan rakyat terhadap
hasil kerja para petinggi negara
yang duduk di kursi
pemerintahan, kebiasaan
musyawarah mufakat sudah
mulai ditinggalkan ditandai
dengan adanya demonstrasi
disana-sini dengan disrtai
dengan tindak anarkis, dan
juga semakin merajalelanya
korupsi di negara kita tercinta
ini menunjukkan
penyimpangan terhadap nilai-
nilai Pancasila, dan lain-lain.
Dwi Ari
17. S1
Priyantono, ST
20.
1. Pembahasan
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti
negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi
manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki
cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan
pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan
kepribadian bangsa.
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis
manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi
harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila
dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri.
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga lazimnya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang mementingkan
moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas
sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai
social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi dewasa ini kita
harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-
nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik,
artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
1) Beriman, dan bertakwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan. Setiap
umat harus mempelajari agama dan mengamalkannya;
2) Walaupun berbeda agama, rakyat Indonesia harus dapat bekerjasama dalam bidang
sosial, perekonomian, dan keamanan lingkungan;
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu :
1. Kehidupan bernegara bagi Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannnya;
3. Negara menghendaki adanya toleransi dari masing-masing pemeluk agama dan aliran
kepercayaan yang ada serta diakui eksistensinya di Indonesia;
4. Negara Indonesia memberikan hak dan kebebasan setiap warga negara terhadap agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh
penciptanya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya.
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
antara lain :
1. Pengakuan negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk menentukan nasib sendiri;
3. Pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan sederajat bagi setiap manusia;
4. Jaminan kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta kewajiban menjunjung
tinggi hukum dan pemerintahan yang ada bagi setiap warga negara.
Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah :
Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum.
2) Berkorban demi negara: bekerja keras, taat membayar pajak, tidak KKN;
1. Perlindungan negara terhadap segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
3. Negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham perseorangan, serta pengakuan
negara terhadap kebhineka-tunggal-ikaan dari bangsa Indonesia dan kehidupannya.
1) Aktif dalam musyawarah, memberikan hak suara, dan mengawasi wakil rakyat ;
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarata perwakilan, yaitu :
1. Penerapan kedaulatan dalam negara Indonesia yang berada di tangan rakyat dan dilakukan
oleh MPR;
2. Penerapan asas musyawarah dan mufakat dalam pengambilan segala keputusan dalam
negara Indonesia, dan baru menggunakan pungutan suara terbanyak bila hal tersebut tidak
dapat dilaksanakan;
3. Jaminan bahwa seluruh warga negara dapat memperoleh keadilan yang sama sebagai
formulasi negara hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka, serta penyelenggaraan
kehidupan bernegara yang didasarkan atas konstitusi dan tidak bersifat absolute.
Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah :
Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat
bagi kepentingan rakyat banyak.
3) Menghormati orang lain: tidak menghalangi orang lain hidup lebih baik ;
6) Menghargai karya orang lain: tidak membajak dan membeli produk bajakan;
Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan fungsi sila Keadlan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, antara lain :
1. Negara menghendaki agar perekonomian Indonesia berdasarkan atas asas kekeluargaan;
2. Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara serta menguasai hajat hidup
orang banyak oleh negara, negara menghendaki agar kekayaan alam yang terdapat di atas
dan di dalam bumi dan air Indonesia dipergunakan untuk kemakmuran rakyat banyak;
3. Negara menghendaki agar setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang adil di
segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual;
4. Negara menghendaki agar setiap warga negara Indonesia memperoleh pengajaran secara
maksimal;
6. Pencanangan bahwa pemerataan pendidikan agar dapat dinikmati seluruh warga negara
Indonesia menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga;
Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah :
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain.
Jadi seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai
dengan haknya.
Implementasi atau penerapan nilai-nilai dari sila-sila Pancasila menurut hasil dari
wawancara terhadap beberapa warga negara Indonesia sebagai sampel :
Nilai-nilai dari sila-sila Pancasila dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Nilai tersebut
mengantarkan kita untuk melakukan segala sesuatunya dalam rangka menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia. Nilai tersebut akan bermanfaat apabila nilai itu diterapkan atau diimplementasikan
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi tersebut dapat diwujudkan dengan
perilaku kita sebagai masyarakat selaku subyek pelaku implementasi.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa satu kegiatan dapat mencerminkan
implementasi dari semua sila Pancasila. Seperti contoh membantu sesama itu dapat
mencerminkan penerapan sila 1,2,3,4, dan 5 dari Pancasila, karena antar sila-sila dalam
Pancasila itu terdapat suatu keterkaitan yang kuat yang tak terpisahkan dimana apabila salah
satu nilai dari sila tersebut diamalkan, maka nilai-nilai sila yang lainpun akan teramalkan
pula.
Indonesia kini berada di era globalisasi yang memungkinkan segala sesuatunya dapat diakses
dengan begitu mudahnya, dimanapun, kapanpun, oleh siapapun. Hal tersebut menyebabkan
banyak informasi dam budaya dari luar Imdonesia dapat masuk dengan mudah. Tentu
masuknya hal tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatif sebagai konsekuensi
yang harus diterima oleh semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
komunikasi. Apabila produk globalisasi tersebut membawa dampak yang baik dalam artian
positif, kita bisa menerima dan menyambut baik serta menyesuaikan hal tersebut untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Akan tetapi apabila itu membawa dampak
yang tidak baik dalam artian dapat menimbulkan pengaruh negatif, kita sebagai warga negara
Indonesia tidak boleh langsung menerimanya begitu saja. Kita harus melakukan penyaringan
secara selektif agar dampak negatifnya tidak masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Filter
yang dapat kita gunakan adalah Pancasila. Apabila hal tersebut sudah sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila maka hal tersebut boleh diterapkan.
Walaupun sudah ada Pancasila yang berfungsi sebagai filter, tetapi kenyataan bahwa nilai-
nilai dari sila-sila Pancasila yang sudah mulai tidak diterapkan atau dalam artian sudah
banyak terjadi penyimpangan terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila tidak dapat
dipungkiri lagi. Hal ini terjadi kebanyakan pada kalangan muda. Banyak generasi muda yang
terkena dampak negatif dari globalisasi yang akhirnya melakukan tindakan negatif seperti
minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, seks bebas, kurang santun dalam bertindak,
dan lain sebagainya. Di kalangan masyarakat umum juga tejadi banyaktindak kriminal,
korupsi, dekadensi moral, dan hal negatif lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Implementasi dari nilai-nilai Pancasila akan dapat terlaksana dengan baik dengan adanya
kemauan kita untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut untuk perbaikan kehidupan di
masyarakat dan menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup. Penanaman akan pentingnya
implementasi nilai-nilai Pancasila yang baik harus ditanamkan sejak dini. Penanaman itu
dapat dimulai dengan pemberian contoh perilaku yang sesuai dengan nilai Pancasila di
lingkungan keluarga, lalu diterapkan di masyarakat. Penanaman akan pentingnya Pancasila
juga dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun non formal, contohnya adalah
dengan adanya pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) di tingkat sekolah dan mata
kuliah Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nilai-nilai luhur dari sila-sila Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, yang
mewakili kepribadian bangsa Indonesia. Akan tetapi dewasa ini penerapan atau implementasi
nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, yang diakibatkan semakin pesatnya arus globalisasi,
dekadensi moral, dan sebagainya. Sebenarnya akan dapa tercipta kehidupan masyarakat
Indonesia yang baik apabila nilai-nilai Pancasila tersebut diamalkan sebgan baik pula.
Apabila salah satu sila Pancasila diterapkan, maka nilai dari sila yang lain akan terlaksana
juga karena antar sila yang satu dengan sila yang lain dalam Pancasila memiliki keterkaitan
yang kuat. Pancasila dapat berfungsi sebagai filter untuk menyaring pengaruh buruk dari luar
agar tidak masuk kedalam masyaraka Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
penanaman nilai-nilai Pancasila sejak dini, bisa melalui keluarga dan masyarakat, ataupun
melalui pelajaran PKn dan kuliah Pendidikan Pancasila.
1. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
newwindow=1&site=&source=hp&q=implementasi+pancasila&oq=implementasi+pancasila
&gs_l=hp.32387.10390.0.10774.22.18.0.0.0.0.0.0..0.0.0
1c.1.32.hp..22.0.0.NvCsEIN4i08, diakses tanggal 8 Desember 2013.