Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan di dalam masyarakat. Apabila peningkatan angka kesehatan ini tidak
terkendali maka akan mempengaruhi penderita. Komplikasi yang fatal akan
terjadi misalnya penyakit jantung, kebutuhan bahkan amputasi, karena kurang
lebih 50 % penderita tidak mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya dan
cara penanganannya. Untuk saat ini penyakit diabetes mellitus masih belum
dapat disembuhkan, tapi dapat dicegah dengan meminimalkan gejala-gejalanya.
Tingkat prevelensi dari diabetus mellitus sangat tinggi, diperkirakan saat ini
sekitar 14 juta rakyat AS menderita diabetes mellitus. Dari jumlah ini 10 % - 20
% sebagai tipe I dan 80 % - 90 % sebagai tipe II, dimana penderita merasa
sakit, tetapi beresiko untuk mengalami interaksi glukosa yang lebih berat (Hudak
& Gallo Vol 2. 1999).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang baik dan
benar pada klien dengan diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu:
1
g. Melakukan penatalaksanaan medis
j. Melakukan pengkajian
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata rata
60 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari
segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat
total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing
pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 , sedangkan
yang terbesar 300 , terbanyak adalah yang besarnya 100 225 . Jumlah
semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
3
(1). Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 40 % ; memproduksi glikagon
yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti
insulin like activity .
(2). Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 80 % , membuat insulin.
(3). Sel sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 15 %, membuat somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada
penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal
dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga
dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ),
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik
pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein
reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran
berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak,
dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-
beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan
transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot,
fibroblas dan sel lemak.
B. Pengertian
4
Kata diabetes berasal dari Diabetus berarti banyak mengeluarkan kencing
atau cairan. Mellitus berarti : Madu. Jadi keseluruhannya berarti kencing madu
atau kencing manis.
5
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa diabetes
merupakan suatu penyakit metabolisme karbohidrat, protein dan lemak sebagai
akibat kekurangan insulin yang efektif.
Diabetes Mellitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih
dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai Diabetes Awitan Dewasa.
Pasien wanita lebih banyak dari pria.
D. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus masih belum jelas atau belum dapat ditentukan dari
berbagai literatur yang telah dibaca oleh peneliti ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi serta mengganggu pembuatan insulin dan metabolisme
6
karbohidrat di dalam sel sel sehingga dapat menyebabkan hiperglikemia dan
glukosuria (WF. Ganong, 1997; Sylvia A. Price, 1997; Kumpulan Kuliah MA 320
Ismansyah, 2002).
a. Faktor Keturunan
Pada keluarga yang mempunyai penderita diabetes mellitus ada
kemungkinan 25 % akan menurunkan pada anggota keluarga dekat yang
lain.
b. Faktor Obesitas
Sekitar 80 % penderita diabetes mellitus menderita obesitas. Obesitas
merupakan faktor untuk terjadinya diabetes mellitus, diketahui bahwa jumlah
reseptor insulin menurun pada obesitas dan penurunan berat badan.
c. Faktor Genetik
Penderita Diabetes Mellitus tidak memvariasi Diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes tipe I.
d. Faktor Imunologi
Pada Diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoiman. Respon
ini adalah respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan aslinya antibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin indogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
Diabetes tipe I.
e. Faktor Lingkungan
Hasil penyelidikan yang mengatakan bahwa virus / toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
E. Patofisiologi
7
Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting, karbohidrat yang ditelan
akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali pada batas
a. Eksresi glukosa
b. Sintesis glykogen
Selain itu jaringan jaringan perifer, otot otot dan adiposity juga
sebesar kemampuan hati. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh
hepar dan yang dipergunakan oleh jaringan jaringan perifer tergantung dari
diklasifikasikan sebagai :
hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah antara lain :
kromatin lain
8
c. Glukokortikoid yang disekresikan oleh konteks adrenal.
hypopisis anterior
kurang dari 80 m%. Glukosa difiltrasi oleh glomerolus ginjal dan hampir semua
diabsorbsi oleh tubulus ginjal selama konsentarasi glukosa dalam plasma tidak
melebihi 160 180 mg%. Kalau konsentrasi glukosa plasma tidak melebihi
kadar ini maka glukosa tersebut keluar bersama urine, keadaan ini dikenal
dengan nama glukosuria. Jadi ambang ginjal normal untuk glukosa dengan
9
Bagan Patofisiologi
Defisiensi insulin
Glukoneogenesis
Meningkat Ketigenesis Meningkat
Ketonuria Meningkat
Kehilangan Hipotonik
10
Ketoasidosis
Hiperosmolaritas Penipisan Volume
Akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai
pada pembuluh darah.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
11
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jairngan otot dan lemak sehingga klien dengan Diabetes Mellitus walaupun
banyak makan akan tetap kurus.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah : meningkat 200 100 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L.
5. Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
Fosfor : Lebih sering menurun.
6. Haemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat dalam membedakan adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
7. Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HC3 (asidosis alkalosis respiratorik).
12
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan infeksi.
9. Ureum / Kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi /
penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab.
11. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe I)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin / gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi
(autoantodi).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : Gula dan aseton positif ; berat jenis dan osmolaritas mungkin
meningkat.
14. Kultur & sensitivitas : Kemungkinan adanya ISK, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.
H. Penatalaksanaan Medis
a. Insulin
Pengidap Diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia berbagai jenis
insulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-beda. Insulin juga berbeda
dalam aspek saat awitan kerja, waktu puncak kerja, dan lama kerja.
Walaupun penyuntikan insulin biasanya diberikan secara subkutis 3-4 kali
sehari setelah kadar glukosa darah basal diukur. Namun pengobatan untuk
pengidap Diabetes tipe I dimasa depan kemungkinan besar akan ditunjukkan
kearah penyuntikan yang lebih sering.
Pengidap Diabetes tipe II, walaupun dianggap tidak bergantung insulin. Juga
dapat memperoleh manfaat dari terapi insulin. Pada pengidap Diabetes tipe II
lain dapat diobati dengan obat hipoglikemik oral. Obat ini bekerja dengan
merangsang sel-sel beta pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin
atau insulin yang dihasilkan kurang efektif karena megalami sedikit
13
perubahan. Pengidap Diabetes tipe II lain dapat diobati dengan obat
hipoglikemik oral. Obat ini bekerja dengan merangsang sel-sel beta pankreas
untuk meningkatkan pelepasan insulin dan meningkatkan kepekaan reseptor
insulin sel.
b. Intervensi farmakologis
14
4) Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika klien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani
yang teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum
tercapai.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Kepatuhan terhadap diet. Adalah komponen penting lain pada pengobatan
diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung secara individual
bergantung pada kebutuhan., pertumbuhan. Rencana pertumbuhan berat
(untuk pasien Diabetes tipe II), dan tingkat aktivitas. Distribusi kalori
biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein dan 30%
dari lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin, dan mineral. Sebagian
pasien Diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah
mendekati normal hanya dengan intervensi diet karena adanya peran
faktor kegemukan.
Program olahraga. Terutama untuk pengidap Diabetes tipe II, adalah
intervensi terapeutik ketiga untuk Diabetes Mellitus. Olahraga digabung
dengan pembatasan diet, akan mendorong penurunan berat dan dapat
meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes, olahraga
terbukti meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin.Pengidap Diabetes
tipe I harus hati-hati sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan
glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terutama terjadi
apabila pemberian insuin tidak disesuaikan dengan program olahraga.
Pencegahan. Untuk ketoasidosis diabetes, aspek perawatan terpenting
adalah pencegahan. Hal ini berupa pemantauan kadar glukosa darah
yang cermat dan diet. Terutama pada saat-saat stress atau sakit. Apabila
timbul, maka ketoasidosis diabetes diterapi dengan pemberian insulin dan
tindakan-tindakan untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit
J. Pencegahan
15
1. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik
16
tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap
pengembangan diabetes. Wanita yang mengkonsumsi lebih dari lima porsi
satu-ons kacang per minggu menurunkan resiko terkena diabetes
dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi kacang sama sekali.
Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika
Anda kelebihan berat badan, pencegahan diabetes dapat bergantung pada
penurunan berat badan. Setiap kg Anda kehilangan berat badan dapat
meningkatkan kesehatan Anda. Dalam sebuah penelitian, orang dewasa
yang kegemukan mengurangi risiko diabetes mereka sebesar 16 persen
untuk setiap kilogram berat badan yang hilang. Juga, mereka yang
kehilangan sejumlah berat setidaknya 5 sampai 10 persen berat badan awal
dan berolahraga secara teratur mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen
dalam tiga tahun.
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet tinggi daging
merah, daging olahan, produk susu tinggi lemak, dan permen, dikaitkan
dengan peningkatan risiko diabetes hampir dua kali dari mereka yang makan
diet sehat. Hal ini independen terhadap berat badan dan faktor-faktor lain.
17
7. Kurangi konsumsi gula
8. Berhenti merokok
18
K. Komplikasi
19
urine. Rasa haus yang hebat, defisit kalium yang parah, dan pada sekitar
15-20% pasien terjadi koma dan kematian.
20
walaupun arteriol dan nefron juga terkena. Akibat hipoksia yang
berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti
sebagian besar kapiler lainnya, menebal. Lesi-lesi sklerotik nodular,
yangdisebut nodul Kimmelstie-Wilson, terbentuk di glomerulus
sehingga semakin menghambat aliran darah. Terjadi hipertrofi ginjal
akibat peningkatan kerja yang harus dilakukan oleh ginjal pengidap
diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :
Pekerjaan :
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Malaise, banyak kencing, pandangan kabur, poliuria.
b. Riwayat penyakit sekarang : Diabetes Mellitus.
c. Riwayat penyakit dahulu : mempunyai riwayat gula darah.
d. Riwayat penyakit keluarga : anggota klien menderita penyakit Diabetes
Mellitus.
3. Dasar Data Pengkajian Klien
a. Aktivitas Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan kram otot, tonus otot
menurun. Gangguan tidur / istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas. Letargi / disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
21
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM Akut, Klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi
yang menurun / tak ada. Disritmia. Krekels; DVJ (GJK). Kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala : Stres : tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar.
Kesulitan berkemih (infeksi). ISK baru / berulang. Nyeri tekan
abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau
busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya ascites. Bising usus lemah
dan menurun; hiperaktif (diare).
e. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat
badan lebih dari periode beberapa hari / minggu. Haus.
Penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek. Kekakuan / distensi abdomen,
muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic
dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis / manis, bau buah
(napas aseton).
f. Neurosensori
22
Gejala : Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks Tendon
Dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara. Batuk dengan / tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan.
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita
k.Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; diabetes mellitus, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, fenobarbital, penyembuhan yang lambat. Penggunaan
obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rata lama dirawat ; 5 9 hari.
Rencana Pemulangan :Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
1. Kekutangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
4. Perubahan sensori perseptual berhubungan dengan ketidaksamaan insulin.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan celulitis gangren.
8. Gangguan penglihatan berhubungan dengan pandangan mata kabur.
9. Gangguan perfusi jaringan menurun berdasarkan dengan penrunan arteri
arterial.
10. Gangguan pola napas berhubungan dengan edema / sesak.
11. Gangguan proses fikir berhubungan dengan daya ingat menurun.
C. INTERVENSI
Diagnosa I :Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Diuresis
osmotic
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, catat adanya 1. Hipovolemia dapat
perubahan TD ortostatik. dimanifestasikan oleh hipotensi
dan takikardia. Perkiraan berat
ringannya hipovolemia dapat
dibuat ketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebih dari 10
mmHg dari posisi berbaring ke
posisi duduk/berdiri. Neuropati
jantung dapat memutuskan
refleks-refleks yang secara
normal meningkatkan denyut
jantung.
24
2. Pantau suhu, warna kulit atau 2. meskipun demam, menggigil dan
kelembabannya. diaphoresis merupakan hal yang
umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit yang
kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi.
3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, 3. Merupakan indicator dari tingkat
turgor kulit, dan membrane dehidrasi.
mukosa.
4. Pantau masukan dan 4. Memberikan perkiraan kebutuhan
pengeluaran, catat berat jenis cairan pengganti, fungsi ginjal dan
urin. keefektifan terrapin yang
diberikan.
5. Ukur berat badan setiap hari 5. Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
6. Pertahankan untuk memberikan
6. Mempertahankan hidrasi/ volume
cairan paling sedikit 2500 ml/hari
sirkulasi.
dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika
pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan.
7. Menghindari pemanasan yang
7. Tanyakan lingkungan yang dapat
berlebihan terhadap pasien lebih
menimbulkan rasa nyaman.
lanjut akan dapat menimbulkan
Selimuti pasien dengan selimut
kehilangan cairan.
tipis.
8. Kekurangan cairan dan elektrolit
8. Catat hal-hal yang dilaporkan
mengubah motilitas lambung,
seperti mual, nyeri abdomen,
yang seringkali akan
muntah dan distensi lambung.
menimbulkan muntah dan secara
25
potensial akan menimbulkan
kekurangan cairan dan elektrolit.
9. Pemberian cairan untuk perbaikan
9. Observasi adanya perasaan yang cepat mungkin sangat
kelelahan yang meningkat, edema berpotensi menimbulkan
peningkatan berat badan, nadi kelebihan beban cairan dan GJK.
tidak teratur. 10. Tindakan ini memudahkan pasien
10. Simpan cairan oral pada tempat mengontrol asupan cairan dan
yang mudah dijangkau disisi tambahan asupan parenteral.
tempat tidur pasien dan anjurkan
pasien untuk minum.
11. Pertahankan pencatatan asupan 11. Untuk membantu perkiraan
dan haluaran yang akurat. keseimbangan cairan pasien.
12. Ajarkan pasien cara 12. Tindakan ini dapat mendorong
mempertahankan asupan cairan partisipasi pasien dan pemberi
yang benar, termasuk mencatat asuhan dalam perawatan dan
berat badan setiap hari, mengukur meningkatkan control pasien.
asupan dan haluaran, mengenali
tanda-tanda dehidrasi.
13. Ukur lingkar perut setiap giliran 13. Untuk memantau adanya asites.
jaga.
14. Pantau turgor kulit dan catat 14. Turgor kulit buruk merupakan
penurunannya. suatu tanda dehidrasi.
15. Periksa membran mukosa mulut 15. Membran mukosa yang kering
merupakan suatu tanda dehidrasi.
26
atau sesuai indikasi. yang adekuat.
2. Tentukan program diet dan pola 2.Mengidentifikasi kekurangan dan
makan pasien dan bandingkan penyimpangan dari kebutuhan
dengan makanan yang dapat teraupeutik.
dihabiskan pasien.
3.Hiperglikemia dan gangguan
3. Auskultasi bising usus, catat adanya
keseimbangan cairan dan elektrolit
nyeri abdomen/perut kembung,
dapat menurunkan motilitas/fungsi
mual, muntah.
lambung.
4. Berikan makanan cair yang 4.Pemberian makanan melalui oral
mengandung zat makanan (nutrient) lebih baik jika pasien sadar dan
dan elektrolit dengan segera jika fungsi gastrointestinal baik.
pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui pemberian
cairan oral. Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian makanan
yang lebih padat sesuai dengan
5.Jika makanan yang disukai pasien
yang dapat ditoleransi.
dapat dimasukkan dalam
5. Identifikasi makanan yang disukai /
perencanaan makan, kerja sama
dikehendaki termasuk kebutuhan
ini dapat diupayakan setelah
etnik/cultural.
pulang.
6.Meningkatkan rasa
keterlibatannya, memberikan
6. Libatkan keluarga pasien pada
informasi pada keluarga untuk
perencanaan makan ini sesuai
memahami kebutuhan nutrisi
dengan indikasi.
pasien.
7.Karena metabolisme karbohidrat
mulai terjadi, gula darah akan
7. Observasi tanda-tanda hipoglikemia.
berkurang, dan sementara tetap
Seperti perubahan tingkat
diberikan insulin maka hipoglikemia
kesadaran, kulit lembab/ dingin,
dapat terjadi.
denyut nadi cepat, lapar, peka
8.Sangat bermanfaat dalam
rangsang, cemas, sakit kepala,
27
pusing, sempoyongan. perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
8. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
pasien.
9.Kompleks karbohidrat (seperti
jagung, wortel, brokoli, buncis,
gandum, dll). Menuruunkan kadar
9. Berikan diet kira-kira 60%
glukosa/kebutuhan insulin,
karbohidrat, 20% protein dan 20%
menurunkan kadar kolesterol darah
lemak dalam penataan makan/
dan meningkatkan rasa kenyang.
pemberian makanan tambahan. 10.Untuk membantu mencegah
malingering pada saat makan.
28
Diagnosa III :Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan
peradangan, seperti demam, infeksi yang biasanya telah
kemerahan, adanya pus pada luka, mencetuskan keadaan
sputum purulen, urin warna keruh ketoasidosis atau dapat
atau berkabut. mengalami infeksi nasokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan
2. Mencegah timbulnya infeksi
dengan melakukan cuci tangan yang
silang (infeksi nosokomial).
baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
3. Menggunakan sarung tangan untuk
3.Sarung tangan dapat melindungi
mempertahankan asepsis pada saat
tangan pada saat memegang luka
memberikan perawatan langsung.
yang dibalut atau melakukan
4. Pantau suhu minimal setiap 4 jam
berbagai tindakan.
dan catat pada kertas grafik.
4.Suhu yang terus meningkat
setelah pembedahan dapat
merupakan tanda awitan
komplikasi pulmonal, infeksi luka,
5. Bantu pasien mencuci tangan
infeksi saluran kemih.
sebelum dan sesudah makan dan
5.Mencuci tangan mencegah
setelah kekamar mandi,
penyebaran pathogen terhadap
menggunakan pispot atau urinal.
objek dan makanan lain.
6. Bantu pasien bila memungkinkan
untuk meyakinkan bahwa area
6.Membersihkan area perianal
perianal bersih setelah eliminasi.
dengan menyeka dari area yang
sedikit kontaminasinya (meatus
urinarius) ke area yg terbanyak
kontaminasinya (anus) membantu
7. Ajarkan kepada pasien untuk
mencegah infeksi genitourinaria.
melaporkan insiden feses cair atau
29
diare. Informasikan kepada dokter 7. Feses cair atau diare dapat
segera. mengindikasikan perlunya
menghentikan atau menganti terapi
antibiotik. Tandatanda tersebut
8. Lakukan higiene mulut pasien setiap dapat juga mengindikasikan
4 jam. perlunya uji clostridium difficile.
8. Untuk mencegah kolonisasi
bakteri dan menurunkan resiko
infeksi yang diturunkan . penyakit
dan malnutrisi dapat menurunkan
9. Gunakan teknik aseptik yang ketat kelembapan membran mukosa
pada saat menghisap saluran nafas mulut dan bibir.
bagian bawah, memasukan kateter 9. untuk menghindari penyebaran
urine menetap, memasukan kateter patogen.
IV, dan memberikan perawatan luka
10. Ganti slang IV dan berikan
perawatan daerah pemasukan
setiap 24 sampai 48 jam atau sesuai
10.untuk membantu mencegah
kebijakan yang diterapkan di rumah
patogen masuk ke dalam tubuh.
sakit
11. Putar tempat masuk IV setiap 48
sampai 72 jam atau atau sesuai
kebijakan yang di terapkan di rumah
11. untuk mengurangi kemungkinan
sakit
12. Berikan tisu dan kantong sampah infeksi pada tempat masuk
untuk pengeluaran sputum. individual .
30
sensitivitas dengan indikasi. terjadinya infeksi.
14.Untuk mengidentifikasi
15. Berikan obat antibiotic yang sesuai. organisme, sehingga dapat
memilih/memberikan terapi
antibiotic yang terbaik.
15.Penanganan awal dapat
membantu mencegah timbulnya
sepsis.
31
untuk melakukan kegiatan mempertahankan orientasi pada
sehari-hari sesuai lingkungannya.
kemampuannya.
5. Evaluasi lapang pandang
5. Edema / lepasnya retina, hemoragis,
penglihatan sesuai dengan
katarak, atau paralisis otot ekstraokuler
indikasi.
sementara menganggu penglihatan
yang memerlukan terapi korektif dan
atau perawatan penyokong.
6. Selidiki adanya keluhan nyeri, 6. Neuropati perifer dapat mengakibatkan
atau kehilangan sensori pada rasa tidak nyaman yang berat,
paha/kaki. Lihat adanya ulkus, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi
daerah kemerahan, tempat- yang mempunyai resiko tinggi terhadap
tempat tertekan. kerusakan kulit dan gangguan
keseimbangan.
7. Berikan tempat tidur yang
7. Meningkatkan rasa nyaman dan
lembut. Pelihara kehangatan
menurunkan kemungkinan kerusakan
kaki dan tangan, hindari
kulit karena panas.
terpajan terhadap air panas
atau dingin atau penggunaan
bantalan pemanas. 8. Meningkatkan keamanan pasien
8. Bantu pasien dalam ambulasi
terutama ketika rasa keseimbangan
atau perubahan posisi.
dipengaruhi.
9. Gangguan dalam proses pikir/ potensial
9. Berikan pengobatan sesuai
terhadap aktivitas kejang biasanya
dengan obat yang ditentukan
hilang bila keadaan hiperosmolaritas
untuk mengatasi DKA sesuai
teratasi.
indikasi.
10. Ketidakseimbangan nilai laboratorium
10. Pantau nilai laboratorium,
ini dapat menurunkan fungsi mental.
seperti glukosa darah,
osmolalitas darah, HB/HT,
ureum kreatinin.
11. Sediakan lingkungan yang 11. Untuk mengurangi kelebihan sensoris.
tidak mengancam, kurangi
suara dan cahaya yang
32
berlebihan, pertahankan
lingkungan yang tidak kacau.
12. Bantu pasien menggunakan
12. Untuk memberikannya rasa control.
strategi koping ketika terjadi
kelebihan sensoris, seperti
berbicara pada orang lain.
13. Bicara dengan pasien ketika
13. Stimulus verbal dapat meningkatkan
memberikan perawatan,
orientasi realitas.
dorong anggota keluarga atau
pasangan untuk
mendiskusikan peristiwa
mengesankan dimasa lalu dan
saat ini dengan pasien. Atur
bersama pasien pada waktu
yang telah ditentukan untuk
menghindari isolasi.
14. Nyalakan TV dan radio untuk
periode singkat berdasarkan 14. Untuk membantu mengorientasikannya
keinginan pasien. terhadap realitas.
15. Pegang tangan pasien ketika
berbicara. Diskusikan
15. Stimulus sensori dapat membantu
keinginan dengan pasien dan
menurunkan deprivasi sensorik pasien.
anggota keluarga atau
pasangan. Dapatkan barang
yang dibutuhkan seperti
rekaman bacaan buku.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien 1. Pendidikan dapat memberikan
kebutuhan akan aktivitas. Buat motivasi untuk meningkatkan
33
jadwal perencanaan dengan tingkat aktifitas meskipun pasien
pasien dan identifikasi aktivitas mungkin sangat lemah.
yang menimbulkan kelelahan.
2. Mencegah kelelahan yang
2. Berikan aktifitas alternative dengan
berlebihan.
periode istirahat yang cukup/ tanpa
di ganggu.
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan 3. Mengindikasikan tingkat aktifitas
dan tekanan darah sebelum/ yang dapat ditoleransi secara
sesudah melakukan aktifitas. fisiologis.
4. Diskusikan cara menghemat kalori 4. Pasien akan dapat melakukan
selama mandi, berpindah tempat lebih banyak kegiatan dengan
dan sebagainya. penurunan kebutuhan akan energy
pada setiap kegiatan.
5. Tingkatkan partisipasi pasien
5. Meningkatkan kepercayaan diri/
dalam melakukan aktivitas sehari-
harga diri yang positif sesuai
hari sesuai dengan yang dapat
aktifitas yang dapat ditoleransi
ditoleransi.
pasien.
6. Cegah keletihan yang tidak perlu.
6. Teknik menghemat energy
menghindari latihan yang
berlebihan dan kemungkinan
keletihan.
7. Hemat energy dengan cara 7. Untuk mencegah atau
istirahat, perencanaan dan meringankan keletihan.
penentuan prioritas
8. Penjadwalan periode istirahat yang
8. Selingi aktifitas dengan periode
teratur dapat membantu
istirahat. Dukung aktifitas yang
menurunkan keletihan dan
dapat dilakukan dalam waktu
meningkatkan stamina.
singkat atau bagi kedalam
beberapa segmen.
9. Diskusikan efek keletihan terhadap 9. Untuk membantu meningkatkan
aktifitas hidup sehari-hari dan kepatuhan pasien terhadap jadwal
tujuan personal, gali bersama aktivitas dan istirahat.
pasien hubungan antara keletihan
dan proses penyakit.
34
10. Dorong pasien untuk makan 10. Tindakan tersebut dapat
makanan yang kaya zat besi dan membantu menghindari anemia
mineral, jika tidak dan demineralisasi.
dikontraindikasikan.
11. Tunda makan bila pasien
11. Agar kondisi pasien tidak
mengalami keletihan.
memburuk.
12. Berikan makanan dalam jumlah
12. Untuk menghemat energy pasien
sedikit tetapi sering.
dan mendorong peningkatan
13. Tetapkan pola tidur yang teratur asupan diet.
13. Tidur malam Delapan sampai
sepuluh jam dapat membantu
14. Hindari situasi penuh emosional.
mengurangi keletihan.
15. Ajarkan kepada pasien tentang 14. Dapat memperburuk keletihan
kemungkinan hubungan antara pasien.
15. Untuk meningkatkan
penggunaan obat, kesehatan
pemahamannya mengenai
mental dan keletihan.
kondisinya.
35
gabungkan ketrampilan baru ini
kedalam rutinitas rumah sakit
sehari-hari.
4. Diskusikan tentang penyakit
4. Member pengetahuan dasar
pasien secara benar.
dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.
5. Jelaskan komplikasi penyakit akut 5. Kesadaran tentang apa yang terjadi
dan kronis meliputi gangguan membantu pasien untuk lebih
penglihatan, perubahan dalam konsisten terhadap perawatannya
neurosensori dan kardiovaskuler, dan mencegah/ mengurangi awitan
perubahan fungsi ginjal, komplikasi tertentu.
hipertensi.
6. Negosiasi dengan pasien tentang
6. Keterlibatan pasien dalam
usaha mengembangkan tujuan
perencanaan tujuan yang berarti
pembelajaran.
mendukung kontinuitas.
7. Ajarkan ketrampilan yang pasien
7. Untuk membantu mendapatkan
harus masukkan kedalam gaya
rasa percaya.
hidup sehari-hari.
8. Demonstrasikan cara 8. Melakukan pemeriksaan gula darah
pemeriksaan gula darah dengan oleh diri sendiri 4 kali atau lebih
menggunakan finger stick dan dalam setiap harinya
beri kesempatan pasien untuk memungkinkan fleksibilitas dalam
mendemonstrasikan kembali. perawatan diri, meningkatkan
control kadar gula darah dengan
lebih ketat (misal, 60-150 mg/dL)
dan dapat mencegah/ mengurangi
perkembangan komplikasi jangka
panjang.
9. Kesadaran tentang pentingnya
9. Diskusikan tentang rencana diit,
control diet akan membantu pasien
penggunaan makanan tinggi serat
dalam merencanakan makan/
dan cara untuk melakukan makan
menaati program. Serat dapat
36
diluar rumah. memperlambat absorbs glukosa
yang akan menurunkan fluktuasi
kadar gula dalam darah, tetapi
dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada saluran
cerna, flatus meningkat, dan
mempengaruhi absorbs vitamin/
mineral.
10. Pemahaman tentang semua aspek
yang digunakan obat meningkatkan
10. Tinjau ulang program pengobatan
penggunaan yang tepat.
meliputi awitan, pucak dan
lamanya dosis insulin yang
diresepkan, bila disesuaikan
11. Nikotin menginstruksikan pembuluh
dengan pasien atau keluarga.
11. Tinjau ulang pengaruh rokok pada darah kecil dan absorbs insulin
penggunaan insulin. Anjurkan diperlambat selama pembuluh
pasien untuk menghentikan darah ini yang mengalami
merokok (jika pasien seorang konstriksi.
12. Waktu latihan tidak boleh
perokok).
12. Buat jadwal latihan/ aktivitas yang bersamaan waktunya dengan kerja
teratur dan identifikasi hubungan puncak insulin. Makanan kudapan
dengan penggunaan insulin yang harus diberikan sebelum atau
perlu menjadi perhatian. selama latihan sesuai kebutuhan
dan rotasi injeksi harus menghindari
kelompok otot yang akan digunakan
untuk aktifitas (misal daerah
abdomen) untuk mencegah
percepatan ambilan insulin.
13. Dukungan kontinu biasanya penting
untuk menopang perubahan gaya
13. Identifikasi sumber-sumber yang
hidup dan meningkatkan
ada di masyarakat, bila ada.
penerimaan atas diri sendiri.
37
14. Umpan balik dari pasien akan
14. Tanyakan kepada pasien membantu anda mengevaluasi
bagaimana perasaannya proses belajar.
mengenai informasi yang anda
berikan tentang penyakitnya. 15. Intervensi segera dapat mencegah
15. Lihat kembali tanda/gejala yang
perkembangan komplikasi yang
memerlukan evaluasi secara
lebih serius atau komplikasi yang
medis, seperti demam, pilek/
mengancam kehidupan.
gejala flu, nyeri saluran kemih,
urin keruh/berwarna pekat,
perubahan sensori, perubahan
kadar gula darah.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
F. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes merupakan suatu penyakit metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak sebagai akibat kekurangan insulin yang efektif. Diabetes terbagi menjadi
dua, yaitu :
39
Faktor Obesitas
Faktor Genetik
Faktor Imunologi
Faktor Lingkungan
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa/i Akademi Keperawatan
Dirgahayu terkhususnya dalam memahami tentang melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan Diabetes Melitus.
40