Вы находитесь на странице: 1из 26

Filum Hemichordata

Anatomi

Gambar 8 : Anatomi filum Hemichordata(Sumber : Kardong, 2006)

Tubuh hemichordata ditandai dengan Organisasi tripartit. Anteroposterior sumbu dibagi


menjadi tiga bagian: yang prosome anterior, yang mesosome menengah, dan metasome
posterior. Tubuh cacing acorn adalah cacing berbentuk dan dibagi ke proboscis anterior, leher
menengah, dan badan posterior.Proboscis adalah tubuh berotot dan bersilia, digunakan dalam
penggerak dan dalam pengumpulan dan transportasi partikel makanan.Mulut Terletak Antara
proboscis dan leher.Badan adalah bagian terpanjang dari hewan.Pada bagian ini terdapat
faring, yang berlubang dengan celah insang (atau celah faring), kerongkongan, usus yang
panjang, dan anus terminal, serta mengandung gonad.
Prosome dari pterobranchia bergerak ke otot dan bersilia berbentuk perisai yang
digunakan dalam gerak dan mengeluarkan coenecium tersebut.Mesosome meluas ke satu
pasangan (dalam genus Rhabdopleura) atau beberapa pasang (dalam genus Cephalodiscus)
senjata tentakel digunakan dalam Feeding filter. Metasome atau batang mengandung saluran
pencernaan melingkar, gonad, dan meluas ke kontraktil individu tangkai itu menghubungkan
ke anggota lain dari koloni.Dalam genus Cephalodiscus, individu aseksual diproduksi
kontraktil tinggal melekat pada badan induk individu sampai pengembangan (Indriawati,
2009).
a. Kelas Enteropneusta
Gambar Kelas Enteropneusta
(Kardong, 2006)

- Struktur tubuh
Bentuk tubuh seperti cacing, soliter, berukuran 9-45 cm, kecuali Balanoglosus di
Brazilia mencapai 1,5m. Tubuhnya lembek dan terdiri atas belalai, kelepak (collar),
dan badan yang panjang. Suwignyo et al (2002) .
- Habitat
Umunya terdapat diperairan dangkal, dibawah batu dan karang dan meliang dalam
lumpur dan pasir. Dipermukaan pasir dan lumpur pada air surut seringkali tampak
tumpukan menggulung sisa pencernaan diatas bukaan posterior cacing Suwignyo et al
(2002) .
- Sistem Gerak
Pada belalai (probosis) terdapat silia yang berfungsi sebagai tenaga penggerak dan
mengalirkan butir-butir makanan yang menempel pada lendir ke mulut. Pada sisi
dorsal badan yang berbatasan dengan kelepak terdapat deretan pori-pori insang
(faring) yang tersusun secara longitudinal. Jumlah pori-pori bertambah seiring dengan
bertambahnya umum Suwignyo et al (2002).
- Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan terdiri dari mulut, faring, esophagus, usus, dan anus diujung
posterior. Salah satu contoh kelas enteropneusta adalah meliang. Kebanyakan jenis
meliang memakan pasir dan lumpur serta bahan organik yang terkandung di
dalamnya.
- Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah terbuka, terdiri atas 2 pembuluh kontraktil dan 1 sistem
saluran sinus. Darah tidak berwarna.
- Sistem Pernapasan
Dilakukan oleh pori-pori insang
- Sistem Reproduksi
Reproduksi seksual ,terjadi secara eksternal. Telur menetas menjadi larva
torniaria yang berenang bebas dengan adanya cilia atau stadium larva lebih lanjut.
Reproduksi aseksual terjadi pada Glassobalanus dan Balanoglossus.
a. Kelas Pterobranchia

Gambar kelas Pterobranchia (Kardong, 2006)

- Struktur tubuh
Merupakan cacing kecil-kecil yang hidup dalam tabung, berkelompok atau
berkoloni. Panjang tiap individu tidak lebih dari 12mm. Tubuh terdiri atas probosis,
berbentuk seperti tameng (perisai), dan tangan -tangan yang mengandung tentakel
terletak dibagian dorsal kelepak (collar). Pada ordo Rhabdopleurida, terdapat
sepasang tangan, sedangkan pada ordo Chepalodiscida 5-9 pasang tangan. Tangan
bertentakel tersebut disebut tangan lophophore.
- Habitat
Umumnya terdapat di laut dalam di selatan khatulistiwa kecuali Rhabdopleura di
pantai Eropa.
- Sistem Pencernaan
Tentakel berfungsi untuk menangkap makanan, yang beruba organisme kecil-
kecil, dan disalurkan oleh silia pada tentakel ke mulut.
- Sistem Reproduksi
Reproduksi aseksual dengan pertunasan membentuk koloni lebih besar.
Reproduksi seksual dioechious, pembuahan diluar, larva mirip larva tornaria.
Filum Chordata

Ciri-ciri umum Chordata

Chordata dikelompokkan sebagai deuterostoma bersama-sama dengan


Echinodermata karena chordate yang meliputi vertebrate yakni ikan, amfibia, reptilian,
burung dan mamalia memiliki cirri-ciri yang sama dengan deuterostoma, yakni
pembelahannya secara radial, perkembangan selom dari arkenteron, dan pembentukan mulut
pada ujung embrio yang berlawanan arah dengan blastopori Campbell (2003).

Dalam hal ini vertebrata membentuk satu subfilum dalam filum chordate. Meskipun
chordate sangat bervariasi dalam penampakannya, chordate dikelompokkan dalam satu filum
melalui kehadiran empat struktur anatomis yang muncul pada suatu waktu selama masa
kehidupan hewan tersebut, namun kadang hanya selama perkembangan embrionik . menurut
Campbell (2003), keempat cirri khas chordata ini adalah:

1. Notokord
Nama chordata diberikan berdasarkan suatu struktur kerangka, yaitu notokord, yang
ditemukan pada semua embrio chordata. Notokord adalah batang fleksibel yang
longitudinal yang terdapat di antara saluran pencernaan dan tali saraf. Terdiri dari sel-
sel besar penuh cairan yang terbungkus dalam jaringan serat yang agak kaku,
notokord menyokomh kerangka di sebagian besar panjang tubuh hewan tersebut.
Notokord tetap dipertahankan pada beberapa chordate invertebrate dewasa dan
vertebrate primitif dewasa .

2. Tali saraf dorsal berlubang


Tali saraf suatu ebrio chordate berkembang dari suatu lempengan ectoderm yang
menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletak dorsal terhadap notokordnya.
Hasilnya adalah tali saraf yang dorsal dan berlubang yang hanya dimiliki oleh hewan
chordate. Anggota filum lain memiiki tali saraf yang tidak berlubang yang umumnya
terletak di bagian ventral. Tali saraf suatu embrio chordate berkembang menjadi
system sarat pusat: otak dan tulang belakang Campbell (2003).

3. Celah faring
Saluran pencernaan chordate memanjang dari mulut sampai ke anus. Daerah yang
terletak tepat posterior terhadap mulut adalah faring, yang membuka ke arah bagian
luar hewan melalui beberapa pasang celah. Celah faring ini memungkinkan air yang
masuk melalui mulut dapat keluar tanpa harus terus mengalir melalui keseluruhan
saluran pencernaan. Celah faring berfungsi sebagai alat untuk memakan suspense
pada banyak chordate invertebrate. Celah-celah tersebut dan struktur yang
menyokongnya telah termodifikasi untuk pertukaran gas (pada vertebrate akuatik),
penyokong rahang, pendengaran, dan fungsi-fungsi lain selama evolusi vetebrata.

4. Ekor post-Anal yang berotot


Sebagian besar chordate memiliki ekor yang memanjang kea arah posterior terhadap
anus. Sebaliknya, seagian besar hewan yang bukan chordate memiliki saluran
pencernaan yang membentang hamper dsepanjang tubuhnya. Ekor chordate
mengandung unsure otot
kerangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada banyak spesies akuatik
.

Sub filum Cephalocordhata

Ciri ciri tubuh menurut (Suwignyo et al, 2002):

1. Bentuk Cephalochordata mirip ikan kecil, panjang 4-5 cm


2. Bentuk tubuh pipih, lateral.
3. Bentu kepala tidak jelas, kedua ujungnya meruncing
4. Hidup di dalam pasir pantai yang dangkal, dan hanya kepalanya yang muncul diatas
permukaan pasir.
5. Dinding tubuhnya transparan dan berwarna kesumba (pink), sehingga dalam keadaan
hidup, organ-organ dalamnya tampak jelas.

Anatomi

Tubunya dapat dibagi menjadi kepala, badan dan ekor. Kepala terdiri atas rostrum,
mulut dan oral cirri. Rostrum seperti mocong, terdapat diujung anterior, berfungsi untuk
menyingkirkan pasir saat menggali lubang. Mulut dikelilingi oral cirri, yaitu rangkaian
tonjolan panjang-panjang sebagai alat indera. Badan yang besar dan setengahnya terisi oleh
pharynx dan gonad. Pada posisi latero-ventral badan terdapat lipatan metapleura. Tubuh
dilapisi epidermis, tanpa kutikula maupun tunic (Suwignyo et al, 2002).
Sebagai anggota chordata lanselet mempunyai notocord yang terletak sepanjang
tubuh, benang saraf bolong sepanjang tubuh, tetapi tidak melebar membentuk otak, ekor
terletak di belakang anus, dan pharynx besar dengan celah insang berpasangan (Suwignyo et
al, 2002).

Cephalochordata merupakan kelompok Coeloma yang beruas-ruas seperti annelida


dan vertebrata. Tubuh Cephalochordata beruas-ruas tampak jelas dari otot renang yang
tersusun sepanjang badan, sebanyak 50 75 unit, berbentuk V, disebut Myomere (ruas otot),
yang terletak pada kedua sisi tubuh. Masing-masing myomere dibatasi oleh myosepta.

The Lancelet Branchiostoma, sebuah cephalochordata. invertebrata kecil ini menampilkan semua
empat karakter chordate utama. Air masuk mulut dan melewati celah faring ke atrium, ruang yang
ventilasi ke luar melalui atriopore tersebut; partikel besar yang diblokir dari memasuki mulut dengan
cirri tentakel-seperti. Otot-otot segmental serial diatur menghasilkan gerakan renang seperti
gelombang yang Lancelet ini (Campbell et al, 2010).

Sistem Gerak

Walaupun bukan perenang tangguh, chordata vertebrata ini menunjukkan mekanisme


berenang ikan dalam bentuk sederhana. Kontraksi otot-otot terkoordinasi yang tersusun
seperti bentuk V di sepanjang sisi notokord meliuk-liukkan notokord, menghasilkan gerakan
mengibas dari sisi ke sisi, sehingga mendorong tubuh ke depan. Susunan otot berseri ini
merupakan bukti segmentasi lanselet. Segmen-segmen otot berkembang dari blok-blok
mesoderm yang disebut somit, yang ditemukan disepanjang setiap sisi notokord pada semua
embrio chordata (Campbell et al, 2010).

Sistem Pencernaan

Amphioksus memasukkan makanan ke dalam mulut dengan cara mengalirkan air


dengan menggunakan silia yang terdapat pada faring. Bahan-bahan organik kecil akan masuk
bersama sama aliran air. Hewan yang mempunyai cara makan seperti ini disebut ciliary
feeder . Makanan yang masuk kedalam faring diteruskan ke rongga atrial melalui celah
insang. Dari rongga atrial makanan dikeluarkan ke atriopor. Pada saat makan tudung oral
diperlebar dan sirip oral ditonjolkan ke depan, dengan demikian dapat mencegah masuknya
pasir ke dalam mulut (Indriawati, 2009).

Alira air kedalam mulut diatur oleh gerakan silia dari organ jentera. Beberapa partikel
makanan terlepas dari aliran air di dalam faring, dan partikel makanan itu dicampur dengan
mukosa yang dihasilkan oleh celah hatscheck yang dimasukkan kembali ke dalam faring.
Ketika aliran air masuk ke faring melalui enterostom, partikel yang didapatkan jatuh ke
dalam lembaran insang, disini partikel-partikel makanan bercampur dengan mukosa yang
dihasilkan oleh endostil dan lapisan epitel dinding faring (Indriawati, 2009).

Aliran makanan di daerah bagian akhir dari faring. a. Faring, b. Esofagus, c. Usus tengah, d. Usus
belakang, e. Anus, f. Ciicin iliofolik, g. Usus tengah (Jordan, 1983 dalam Indriawati, 2009)

Selanjutnya makanan dan mukosa dipindahkan dari esofagus ke dalam usus tengah.
Dari usus tengah makanan itu diteruskan ke diventrikulum usus tengah. Dari ventrikulum
usus tengah makanan dikembalikan lagi ke usus tengah. Cincing iliokolik atau iliokolonik
mengaduk makanan sehingga makanan itu bercampur dengan enzim. Selanjutnya makanan
diteruskan ke usus belakang (Indriawati, 2009).
Penampang melintang tubuh Amphioksus melalui daerah usus tengah. a. Sirip dorsal, b. Jari-jari sirip
dorsal, c. Tali saraf, d. Selubung saraf, e. Notokord, f. Aorta dorsal, g. saluran soelom, h. Usus tengah,
i. Papila renal, j. Otot, k. Lipatan metapleural, l. Rongga atrial, m. Miokoma, n. Miotom, o. Dinding
tubuh (Jordan, 1983 dalam Indriawati, 2009).

Proses pencernaan oleh enzimmula-mula terjadi pada usus tengah dan berlangsung
terus sampai pada usus belakang. Proses pencernaan di dalam rongga usus itu merupakan
proses pencernaan ektrasel. Setelah makanan diserap oleh sel-sel epitel usus, di dalam sel-sel
epitel itu partikel-partikel makanan masih dicerna lagi, pencernaan ini masih merupakan
pencernaan intrasel. Beberapa papil pada dasar atrium mengandung sel-sel fagosit. Sel-sel
fagosit itu menelan partikel-partikel makanan yang masuk ke dalam rongga atrium.
Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi pada usus belakang, dan hanya sebagian
kecil yang terjadi pada usus tengah (Indriawati, 2009).

Sistem Respirasi

Siri menarik air laut ke dalam mulut lanselet. Jaringan mukus yang disekresikan
melintasi celah faring menyingkirkan partikel makanan kecil saat air melewati celah tersebut,
dan makanan yang tertangkap akan masuk ke usus. Faring dan celah faring berperan kecil
dalam pertukaran gas yang terutama berlangsung melalui permukaan eksternal tubuh
(Campbell et al, 2010).

Sistem sirkulasi

Sistem pembuluh darah sudah berkembang dengan baik, terdiri atas arteri, pembuluh
vena dan pembuluh kapiler, namun tidak ada jantung yang khusus. Darah tidak berwarna,
berisi sedikit sel, diedarkan oleh otot pada dinding pembuluh darah (Suwignyo et al, 2002).
Darah dalam pembuluh kapiler insang, tempat terjadinya pertukaran gas, mengalir ke
sepasang aorta dorsal, kemudian menuju posterior menjadi satu pada sebuah aorta caudal.
Aorta caudal mengalirkan darah ke tiga buah arteri yang masing-masing menuju pembuluh
kapiler dalam myosepta, kapiler dalam atrium dan gonad, dan kapiler dalam dinding usus.
Pada dasarnya dara dari pemuluh kapiler dalam organ-organ tersebut kembali ke insang
melalui dua pembuluh vena kardinal (Suwignyo et al, 2002).

Potongan membujur kepala Cephalochordata pada


umumnya (Ruppert dan Bunes, 1994 dalam Suwignyo
et al, 2002).
Sistem Ekskresi

Pada tiap ruas myomere di daerah insang terdapat sepasang nephridia. Tiap
nephridium terdiri atas sekumpulan podocytes yang dihubungkan dengan sebuah tubule
bercilia (nephridioduct) ke atrium (Suwignyo et al, 2002).

Sistem reproduksi

Seks terpisah tetapi tidak dapat dibedakan antara jantan dan betinanya, kecuali pada
gonad. Gonad, baik testes dan ovari terletak dibagian ventrolateral dinding tubuh yang
menghadap ke atrium. Terdapat 26 testes atau ovari yang tersusun secara metamerik, yang
terletak pada segmen ke 25 sampai 51 mulai dari bagian tengah faring sampai ke anus pada
tiap sisinya. Pada penampang melintang, ovari memiliki sel-sel yang bernukleus besar tetapi
testes tampak lebih terbatas atau kurang jelas. Gonad-gonad merupakan derivat dari dinding
soelom dan masing-masing terlindung dalam kantong soelom. Tidak terdapat slauran
germinal. Jika gamet masak, dinding gonad pecah dan ovarium atau sperma menuju ke
atrium dan selanjutnya keluar melalui atriopor. Fertilisasi terdapat di dalam air laut
(Suwignyo et al, 2002).
Daur hidup lanselet

Ketika masih berupa larva, lanselet mengembangkan sebuah notokord, sebuah batang
saraf dorsal yang berongga, banyak celah faring, dan ekor post-anal. Larva memakan
plankton di dalam kolom air, berganti-gantian antara berenang ke atas dan tenggelam secara
pasif. Saat larva tenggelam, mereka menjebak plankton dan partikel-partikel tersuspensi lain
di dalam faringnya (Campbell et al, 2010).

Lanselet dewasa mencapai 5 cm. Mereka mempertahankan sifat-sifat kunci chordata.


Setelah metamorfosis, lanselet dewasa berenang turun ke dasar laut dan menggeliat mundur
ke dalam pasir, sehingga hanya unjung anteriornya yang terekspos di atas pasir (Campbell et
al, 2010).

Sub filum Urochordata

Menurut Campbell (2003) filum chordate dibagi dalam 3 subfilum, yakni


Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata. Anggota-anggota dari kedua subfilum
chordate invertebrate ,yakni Urochordata dan Cephalochordata menggambarkan susunan
tubuh chordate dalam keadaan telanjang; tanpa ciri tambahan yang berkembang pada
Subfilum Vertebrata. Kajian Urochordata dan Cephalochordata memberikan petunjuk aka
nasal mula vertebrata.

Urochordata umunya disebut tunikata. Tunikata terdiri dari 3 kelas yaitu Ascidiacea,
Thaliacea, dan larvacea. Tunikata dewasa hanya sedikit sekali menyerupai chordate, hewan
ini tidak menunjukkan adanya bekas notokord, juga tidak terdapat tali saraf atau ekor. Hanya
celah faring yang memperlihatkan adanya hubungan tunikata dengan chordate lain. Karakter-
karakter pada chordate yang dimiliki oleh tunikata terlihat paling jelas selama tahap larva,
yang mungkin hanya berlangsung beberapa menit. Pada kebanyakan spesies, larva
menggunakan otot-otot ekor dan notokord untuk berenang melalui air saat mencari substrat
yang cocok untuk dihuni, dipandu oleh petunjuk-petunjuk yang diterimanya dari sel-sel yang
peka cahaya dan peka terhadap gravitasi Campbell (2010).

Sebagian besar tunikata adalah hewan laut yang diam menempel (sesil) pada batuan
galangan kapal, dan sampan, sedangkan tunikata yang lain hidup seperti plankton. Beberapa
spesies hidup membentuk koloni. Air laut memasuki tunikata melalui sifon incurrent,
kemudian lewat melalui celah faring ke dalam suatu ruangan yang disebut atrium, dan keluar
melalui sifon excurrent, atau atriopori. Makanan yang disaring dari aliran air ini oleh suatu
jaring mucus dilewatkan oleh silia ke dalam usus halus. Anus kemudian mengeluarkan isinya
melalui aliran excurrent. Keseluruhan tunikata diselubungi oleh suatu tunika atau jubah yang
terbuat dari karbohidrat yang mirip selulosa. Tunikata disebut penyemprot laut karena ketika
dalam keadaan terancam, tunika akan menyemprotkan air yang keras melalui sifon excurrent
kea rah ancamannya Campbell (2003).

Gambar 1. Tunikata berkoloni kelas


Ascidiacea

Subfilum Tunikata memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum yaitu:

1. Habitatnya hidup di daerah tropis, terutama daerah perairan pantai yang


dangkal, seperti: di laut
2. Reproduksi secara seksual, dan beberapa secara aseksual dengan tunas
3. Hidup berkoloni
4. Memiliki celah insang
5. Urochordata bertubuh pendek
6. Urochordata dewasa tidak memiliki notochord ataupun cekungan nervechord

Kelenjar ini terletak sebelah ventral dari simpul saraf yang sering dianggap homolog
dengan kelenjar hypophysa. Kelenjar ini masih belum pasti peranannya, walaupun
mengeluarkan sekresi. Terdapat suatu pembuluh ke muka yang terdapat pada pharynx.
Saluran itu pada bagian terminal mengandung sel-sel yang bersillia, dan pada bagian
dorsalnya terdapat proyeksi tubercel dorsalis ke pharynx. Sistem ini merupakan ciri yang
sangat sederhana (Storer dan Usinger, 1957).
Pada hewan ini terdapat sistem syaraf sangat sederhana terdiri dari single ganglion dan
neural ganglion. hasil percobaan menunjukan bahwa sistem syaraf ini sangat membantu
terhadap organ dalam merespon kondisi lingkungan seperti suhu, arus dan sentuhan mekanik
lainya. Respon yang ditimbulkan berupa kontraksi otot, gerakan membuka menutup kedua
siphon. Neural ganglion dapat menghasilkan hormon tertentu serta mampu mendorong
terjadinya pelepasan telur serta merangsang sel kelamin saat reproduksi (Pechenik, 1996)

Kelas Ascidiacea
Ascidian merupakan nama bagi kelompok hewan yang termasuk ke dalam Kelas
Ascidiacea, yang menyusun hampir sebagian besar jenis-jenis dalam Subfilum
Urochordata dari Filum Chordata. Anatomi dari urochordata berbeda dengan hewan
chordata lainnya, terutama vertebrata. Pada fase larva, urochordata memiliki tali
syaraf (neural tube) dan notochord, namun akan hilang pada fase dewasa sehingga
menyebabkan urochordata termasuk ke dalam invertebrata. Subfilum Urochordata ini
terdiri dari 3 kelas, yaitu Ascidiacea (ascidian), Thaliacea, dan Appendicularia
(larvacean). Dari ketiga kelas tersebut, Kelas Ascidiacea adalah kelas terbesar yang
paling beragam Mc Clintock dan Baker (2001).
Habitat
Ascidiacea atau sea squirts hidup menempel pada substrat (sesil). Ascidiacea
tersebar diseluruh dunia terutama di daerah tropis dan perairan dangkal yang beriklim
sedang. Sebanyak 3000 spesises telah ditemukan termasuk ascidiacea yang hidup
secara individu atau berkoloni Jeffery (1997). Ascidian ditemukan tersebar hampir di
semua perairan laut, mulai dari zona dangkal litoral sampai zona abysal yang dalam,
mendiami perairan tropis dan subtropis bahkan perairan dingin Antartika serta hidup
dalam perairan bersih sampai tercemar berat. Kelompok tersebut ditemukan lebih
melimpah dan beragam pada habitat dengan perairan yang relatif terlindung dari
cemaran bahan-bahan organik (Abrar 2005).
Ascidian dimasukkan dalam filum Chordata karena larvanya memiliki
Notokorda Kowalevsky (1866). Ascidiacea yang hidup secara individual atau zooids,
memiliki panjang 0,5 mm sampai 20 cm, dan ascidiacea yang soliter umumnya
memiliki panjang tubuh yang lebh pendek. Pada ascidiacea koloni, zooids berbagi
tunikanya dan masing-masing tunika pada ascidiacea koloni berhubungan melalui
sebuah sirkulasi Ballarian dan Burighel (1997) .
Ascidian berbentuk sebagai silinder atau bulat memanjang. Pada satu ujung ia
melekat pada sesuatu. Tubuhnya ditutup oleh tunica yang dibuat dari cellulose atau
tunicin. Ia dibuat oleh cel-cel mesoderm. Tunica melapisi pallium, ialah suatu lapisan
yang tersusun dari ectoderm, jaringan pengikat dan serabut-serabut otot, yang
terutama berjalan melingkar. Pada ujung yang bebas terdapat satu lubang 12 yang
disebut lubang oral. Pada satu sisi dekat ujung bebas terdapat lubang lain adalah
lubang atrul. Pada tepi lubang tersebut pallium berhubungan dengan tunica. Di
keliling lubang-lubang tersebut di dalam pallium ada otot spinecter yang kuat. Oral
dari crista peripharyngealis yang oral, terdapat suatu lingkaran tentakel-tentakel kecil.
Diduga bahwa pada tentakel-tentakel ini ada sel-sel indra yang berfungsi sebagai
chemore/eseptor. Esophagus mulai dari dasar saccus branchialis dan bermuara ke
dalam ventriculus yang melebar. Ventriculus melanjutkan diri ke dalam intestinum.
Intestinum bermuara melalui anus ke dalam atrium dekat lubang atrist. Pada Ascidia
ada hermaproditisme protogyni. Ovarium dan testis berlekatan, dikelilingi oleh
intestinum. Oviduct dan ductus deferens berjalan mengikuti intestinum dan bermuara
ke dalam atrium dekat anus (Rudman, 2000)

Manfaat Ascidiacea

Ascidian ini merupakan invertebrata di ekosistem terumbu karang yang banyak


menghasilkan senyawa bioaktif untuk farmakologi di mana hewan ini dapat
berasosiasi dengan mikroba fotosintetik dan mempunyai potensi molekular yang
besar, karena kandungan metabolit sekundernya yang merupakan substansi bioaktif
ini sangat berguna sebagai pertahanan diri organisme yang memproduksinya juga bagi
kehidupan manusia, yaitu sebagai antitumor atau antikanker dan antibakteri atau
antimikroba (Manuputty et al 2004).
Di alam, ascidian dimanfaatkan untuk menyaring bahan pencemar dari perairan,
seperti logam berat dan bakteri. Kemampuan berbagai jenis ascidian untuk menyerap
vanadium dan logam berat lainnya dari air laut merupakan salah satu keanehan
fisiologi yang membedakan biota tersebut dari sebagian besar hewan lainnya
(Michibata et al 1986 dalam Abrar 2005). Racun vanadium yang ada dalam tubuh
ascidian digunakan untuk menghindari penempelan epibiota di tubuh biota tersebut
(Stoecker 1978 dalam Abrar 2005). Selain itu, manusia juga dapat memanfaatkan
ascidian dalam bidang embriologi (ilmu mempelajari perkembangan embrio) serta
mempelajari kekerabatan mereka yang dekat dengan hewan bertulang belakang
(Estradivari et al 2009).
Reproduksi
Ascidian merupakan biota hermafrodit yang dapat menghasilkan sel telur dan
sperma dalam satu individu yang sama. Semua jenis ascidian melepaskan spermanya
langsung di dalam perairan. Beberapa sel telur dilepaskan dan mengalami pembuahan
secara eksternal. Setelah sel telur dibuahi akhirnya berkembang di perairan terbuka
menjadi tadpole yang merupakan bentuk larva dari ascidian. Larva tersebut
mengalami tahap free swimming dengan adanya notochord dan neural tube. Selain
itu, ada juga sel telur yang dibuahi secara internal dan dierami sampai mereka menjadi
larva tadpole, kemudian dilepaskan. Dalam hitungan jam, larva yang dilepaskan akan
berubah bentuk menjadi ascidian yang mendiami dasar perairan (substrat) dan dengan
cepat akan kehilangan notochord dan neural tube (Colin dan Arneson 1995 dalam
Abrar 2005).
Reproduksi Tunikata (Ascidiacea) cukup rumit dan bervariasi. Secara umum
proses reproduksi dibagi atas dua tipe yaitu reproduksi aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pertunasan dan fragmentasi. Sedangkan
reproduksi seksual terjadi oleh pembuahan sel kelamin (telur dan sperma) yang
berkembang menjadi larva tadpole dan berenang bebas, kemudian menempel pada
substrat dan berkembang menjadi Ascidian dewasa (Yokobori et al., 2003).
Ascidian koloni menghasilkan tunas (asexual) untuk menambah anggota dalam
koloni yang dikenal sebagai Ascidiozooids, sedangkan penambahan generasi secara
sexual diawali dengan pembuahan sel kelamin, berkembang menjadi larva disebut
tadpole yang beberapa saat berenang bebas, kemudian menempel pada substrat keras.
Setelah mengalami beberapakali perubahan (metamorfosa) berkembang menjadi
Ascidian bentik dewasa (Burighel dan Cloney, 1997)
Cara Makan
Ascidian merupakan hewan penyaring makanan (filter feeder). Air yang masuk
ke rongga tubuh disebabkan oleh adanya gerakan silia yang terdapat di sepanjang
permukaan stigma dalam rongga tubuh. Seekor Ascidian dewasa soliter dengan
panjang 8 cm mampu menyaring 3 - 4 liter air laut per jam. Partikel makanan yang
tersaring akan ditangkap oleh jaringan lendir (mucous) yang terdapat diatas dinding
permukaan rongga tubuh. Jaringan ini mempakan kepanjangan tengorokan
(esophagus). Partikel makanan diserap pada lapisan epithelium yang terdapat pada
permukaan dalam dinding saluran pencernaan. Makanan dicerna dan diedarkan oleh
beberapa sel khusus dalam lapisan epithelium tersebut. Sisa pencernaan berupa feses
di keluarkan ke dalam rongga peribranchial yang kemudian dilepaskan ke keluar
melalui exhalant siphon, Ekskresi dilakukan oleh organ seperti pankreas (kidney) atau
renal sac terletak pada sisi kanan tubuh. Pankreas ini mengandung larutan isotonic
dengan air laut, kosentrasi nitrogen (uric acid), bakteri danjamur simbion, fungsinya
adalah pembersih dan pensteril cairan dan darah sebelum diekskresikan (Burighel dan
Cloney, 1997).
Makanan diperoleh dari aliran air yang masuk melalui mulut ke celah insang.
Makanan berupa plankton-plankton kecil masuk ke dalam pharynx. Plankton ini
terjerat oleh getah yang pekat yang berasal dari sel-sel kelanjar yang berasal dari
endostyle, dan dialirkan oleh gerakan silia pada endostyle, cristae epicaryngeales dan
lamina dorsalis ke lubang esophagus, lalu mengalir melalui stigmata di mana terjadi
pertukaran gas antara darah dan air. Kontraksi jantung ialah secara peristaltik dengan
arah yang berganti-ganti, sehingga aliran darah juga berganti-ganti. Kelompok sel-sel
besar dengan gelembung-gelembung besar yang mengandung asam urat diduga
berfungsi sebagai alat exskresi. Juga diduga bahwa grandula neurelaris berhubungan
dengan exkresi. Pada tentakel di dalam lubang mulut diduga ada sel-sel yang
berfungsi sebagai chemoreceptor. Juga diduga bahwa tuberculum dorsale merupakan
suatu alat indera. Pada keadaan protogyni, ovarium berfungsi dulu, kemudian testis.
Oleh karenanya dapat terjadi autofertilisasi (Kott, 1972).
Gambar 2. (a) seekor tunikata (Ascidiacea) dewasa, atau sea squirt, adalah hewan sesil.
(b) pada tunikata dewasa, celah faring yang menonjol berfungsi untuk memakan
suspense, namun karakter chordate lainnya tidak jelas terlihat. (c) Larva tunikata
merupakan kecebong yang berenang ebas namun tidak makan, dan mnunjukkan
keempat karakter utama chordate dengan jelas Campbell (2010).

Kelas Thaliacea
Menurut Bullough (1958), anggota klass Thaliacea, hidup bebas mengambang.
Kelompok ini hidup soliter dan berkoloni. Semua anggota klass thaliacea adalah filter
feeder.

Struktur tubuh
Mereka memiliki tubuh berbentuk barel transparan yang memungkinkan mereka
memompa air untuk mendorong mereka. Sebagian besar tubuh terdiri dari faring
Bullough (1958). Sifon air masuk dan sifon air keluar pada Thaliacea terletak pada
ujung yang berlainan, dan aliran air selain untuk pertukaran gas dan makan, juga
berfungsi sebagai alat gerak Suwignyo et al (2002).

Sistem Respirasi
Air masuk ke faring melalui penyedot besar di ujung depan binatang tersebut,
dan didorong kedalam sejumlah celah di dinding faring ke beranda yang terletak tepat
di belakangnya. Dari sini, air dikeluarkan melalui sifon atrium pada bagian belakang
Bullough (1958).
Kelas Thaliacea dibagi menjadi 3 ordo berdasarkan cara hidup dan daur hidup
terbagi menjadi pyrosomida, doliolida, dan sapida.
Ordo Pyrosomida
Bentuk koloni seperti tabung silinder. Didalam tabung terdapat rongga,
yaitu lumen koloni, dan hanya 1 ujungnya berhibingan dengan lingkungan air
diluar. Semua zooid tersusun dibagian luar silinder dengan sifon air masuk
menghadap keluar. Air keluar melalui sifon excurrent yang menghadap lumen
koloni. Bentuk masing-masing zooid dalam koloni Thaliacea menyerupai
zooid Ascidian. Panjang koloni yang silinder dapat mencapai 2 meter sehingga
mnyerupai ular. Pyrosoma dilaut tropis mengeluarkan cahaya cemerlang
karena mempunyai organ luminescent. Lumen koloni merupakan kloaka bagi
seluruh koloni, dan membuang sisa air keujung yang terbuka.
Koloni Pryosoma berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Koloni
pryosoma tumbuh menjadi besar dengan jalan pertunasan. Tiap zooid dalam
koloni menghasilkan telur yang dibuahi dan mengandung kuning telur, yang
berkembang dalam rongga atrium. Embrio (oozooid) menghasilkan 4 buah
tunas sepanjang stolon dan melingkari oozooid tersebut. Oozooid beserta
tunasnya keluar melalui sobekan rongga atrium menuju kloaka koloni dan
keluar ke perairan. Selanjutnya turun ke dasar laut. Kemudian oozooid
mengalami degenerasi, dan ke empat buah tunas awal (blastozooid)
mengadakan pertunasan sekunder membentuk koloni baru yang selanjutnya
menjalani hidup sebagai plankton.
Ordo Doliolida
Bentuk tubuh soliter. Bentuk tubuh dewasa seperti gentong kayu
mempunyai otot melingkar yang lengkap. Kontraksi otot untuk menyemprot
air keluar melalui sifon atrium (sifon excurrent) sehingga organisme tersebuy
dapat berenang dengan cepat.
Reproduksi dan daur hidup doliolida sangat kompleks. Oozooid secara
aseksual dengan pertunasan dari daerah jantan menghasilkan tangkai (stolon)
yang pendek. Stolon menghasilkan tuna- tunas, yang kemudian pindah dan
melekat pada apendix dibagian dorsal oozooid. Tunas-tunas pada apendix
mengalami diferensiasi menjadi 3 macam zooid yaitu tropozoid, phorozooid,
dan gonozoid.
Tropozoid mempunyai lubang air masuk dan faring yang besar
berfungsi untuk memberi makan seluruh koloni. Porozoid berfungsi untuk
pergerakan dan mempunyai apendix (spore) posterior dengan sebuah tunas
yang kemudian menjadi gonozid. Porozoid yang telah tumbuh sempurna akan
melepaskan diri dari stolon dan berenang bebas. Gonozoid adalah zooid yang
akan melakukan reproduksi seksual. Pembuahan dan perkembangan embrio
terjadi dalam tubuh gonozooid, dan keluar dari tubuh gonozooid sebagai larva
berudu katak, yang kemudian mengalami metamorfosa menjadi oozooid. Tiap
gonozoid hanya menghasilkan larva berudu katak.
Ordo Sapida
Otot melingkar tidak lengkap, artinya tidak melingkari tubuh secara
menyeluruh. Tabung transparan seperti agar. Hidup soliter atau berkelompok.
Reproduksi dan daur hidup salpida juga kompleks. Oozooid melakukan
reproduksi aseksual dengan pertunasan dari daerah jantung menghasilkan
tangkai (stolon) yang panjang sampai beberapa meter. Stolon menghasilkan
tunas-tunas yang kemudian tersusun sebagai kelompok blastozooid terlepas
dari stolon membentuk rangkaian blastozooid. Di dalam masing-masing tubuh
blastozooid terjadi reproduksi seksual, pembuahan di dalam, dan telur yang
telah dibuahi dierami dalam kantung yang dilengkapi plancenta. Embrio
tumbuh menjadi oozooid dalam tubuh blastozooid, sampai akhirnya
melepaskan diri dari induknya, dan hidup sebagai oozooid yang berenang
bebas.

Sub - filum Agnata


Agnatha berasal dari kata Yunani, yang berarti "tidak ada rahang". Agnatha adalah
sebuah SUPERCLASS dari ikan dalam filum Chordata, subfilum Vertebrata.. Grup yang
mengecualikan semua vertebrata dengan rahang, yang dikenal sebagai gnathostomes. Ikan-
ikan anggota agnatha memang tidak berahang dan tidak ada pasangan sirip. Beberapa jenis
mempunyai sirip ekor dan sirip punggung. Mulut terletak di sebelah ujung. (Fired, 2006)
Menurut Kastawi (1992) Ciri-ciri umum :
1. Tidak memiliki rahang
2. Memiliki apendiks yang berpasagan, gigi eksoskeleton
3. Tengkorang memiliki atap membrane
4. Notokord dan tabung neural menyusun tulang belakang
5. Celah insang 7-14 pasang
6. Ginjal dan saluran ginjalnya panjang
7. Tidak memiliki saluran genital
8. Organ pineal berkembang baik
9. Pada sisi median ada sebuah hidung yang terbuka

Penyebaran dan habitat


Membenamkan diri sepanjang pantai

Penyebarannya laut Pasifik dan Atlantik: Amerika, Chili, Jepang, Afrika, dan New
Zaeland

Klasifikasi
Sub-filum Agnata meliputi kelas Ostracodermi (yang sudah menjadi fosil/ telah punah)
dan kelas Cyclostomata yang masih hidup. Agnata merupakan hewan primitive. Memiliki
tubuh gilig dan bagian protoserkal ekor yang memipih. Secara pintas Nampak seperti ikan
belut. Hewan ini memiliki penyokong tubuh, tetapi tanpa rahang. Insang dikelilingi oleh
kantung ( Kastawi 1992)

Filum : Chordata
Sub filum : Agnata
Kelas 1 : Ostrachodermi
Kelas 2 : Cyclostomata
Ordo : Petromyzontia, Myxinoidea

1. Kelas Ostracodermi
Ciri ciri Ostracodermi :
a. Merupakan agnate air tawar yang sudah menjadi fosil
b. Tubuh menyerupai ikan dengan kepala yang keras
c. Kulit dilengkapi lempeng tulang yang keras
d. Pada beberapa bentuk, memiliki 1 pasang sirip yang terletak dibelakang kepala
e. Memiliki sebuah nostril
f. Mulut berupa celah
g. Memiliki 1 pasang mata
h. Endoskeleton cukup keras
i. Telinga dilengkapi 2 saluran semi sirkuler
j. Contoh :Cephalaspis

Cephalaspis
Cephalaspis memiliki bentuk tubuh menerupai bentuk ikan. Cephalaspis dibedakan
atas tiga bagian tubuh, yaitu kepala, badan dan ekor. Kepala berbentuk pipih dan dijumpai
adanya sisa sisik. Tubuh dilindungi oleh sisik yang tersusun secara vertical dan pada sisi
medio-posterior terdapat adanya sirip. Ekor heteroserkal dan dilindungi oleh sisik kecil (
Kastawi, 1992)
Daerah penting dibagian dorsolateral kepala berfungsu sebagai organ sensori. Mulut
(pada ujung anterior) berupa saluran terbuka pada ujung anterior dan sama sekali tidak
dilindungi rahang. Celah insang berjumlah 10 pasang, terbuka, tersusun dari 2 saluran
semiserkuler. Anatomi internal dari hewan ini tidak banyak diketahui, yaitu :

Lempeng pineal
Sirip dorsal Cincin
sklerotik

Sirip
kaudal

Sirip pektoral Tanduk Daerah sensoris


lateral lateral

2. Kelas Cylostoma
Ciri ciri :
a. Tubuh panjang
b. Kulit lunak halus tanpa eksoskeleton
c. Mulutnya tidak dilengkapi rahang
d. Skeleton berupa tulang rawan
e. Notokord bersifat persistent
f. Perkembangan secara langsung atau tidak langsung
g. Jantung memiliki 2 ruang
h. Nostrilnya 1 terletak median
i. Contoh Myxine, Bdellostoma, Petromyzon marinus

Myxine, Bdellostoma dan Petromyzon marinus


Myxine dan Bdellostoma pada umumnya Suka membenamkan diri dengan bentuk
tubuh seperti ikan belut lebih panjang 2 kaki. Tubuh Myxine dan Bdellostoma dibedakan atas
kepala, badan, dan ekor yang permukaan tubuh halus, licin, dan tanpa sisik, tidak memiliki
corong mulut dan rahang. Myxine dan Bdellostoma ini memiliki mata penial, 6-14 pasang
insang terbuka, memiliki sirip median, bersifat Hermaprodit dan termasuk hewan nokturnal (
Kastawi, 1992).

Myxine dan Bdellostoma

Petromyzon marinus memiliki tubuh panjang dan silindris memiliki, permukaan tubuh
bagian atas, tidak bersisik, dan tubuh dibedakan atas kepala, trunkus, dan ekor. Petromyzon
marinus tidak memiliki sirip berpasangan dan memiliki penis. Pada daerah kepala ditandai
corong bukal, mulut berupa saluran sirkuler dan memiliki 7 pasang celah insang, serta
memiliki satu pasang mata yang berkembang baik dan tidak punya kelopak mata. Petromyzon
marinus juga memiliki jajaran lubang reseptor lateral yang menyebar sepanjang tiap sisi
tubuh dan ekor ( Kastawi, 1992).

Petromyzon
marinus
Sistem Rangka
Skeleton aksial berkembang membentuk tulang tengkorak, notokord tersusun
dari sel notokord yang bervakuola. Tulang rawan disusun dari sel-sel yang terbenam
dalam matriks kondrin. Struktur tulang tengkorak primitif. Dinding kraniumnya keras.
Dua kapsula auditori yang kompak bersatu dengan ujung posteriosr lempeng basal.
Brachial basket tersusun atas 9 lembar kurva vertikal tulang rawan yang tersusun
tidak teratur pada tiap sisinya. Corong mulut disokong oleh semacam cincin tulang
rawan anuler. (Kastawi, 1992)

(Kastawi, 1992)
Sistem otot
Otot tubuh dan ekor tersusun atas miomer. Serabut serabut otot tersusun secara
longitudinal. Serabut otot termasuk otot lurik. Otot radier yang menggerakkan corong
mulut dan lidah mengalami perkembangan menjadi otot retraktor dan otot protaktor
kecil. (Kastawi, 1992)

Sistem pencernaan makanan


Mulut terletak dibagian atas lidah, berada dalam corong bukal. Corong bukal
merupakan tonjolan sucker. Gigi banyak dan terdapat di dalam corong bukalnya.
Giginya berupa lembaran berbentuk kerucut yang keras.mulut melanjutkan diri
menjadi rongga bukal yang dibentuk dari stomodeum pada masa embrio. Bagian
dorsal disebut esophagus sedangkan bagian ventral merupakan farink. Kelenjar
pencernaan berkembang baik. Cara makan hewan ini pun tidak dikatuhi banyak.
Selama melekat pada tubuh ikan, mereka makan daging dengan bantuan lidah
perutnya. (Kastawi, 1992)
Sistem pernafasan
Terdiri atas 7 pasang insang/ kantung insang. Air masuk ke tabung pernapasan
melalui tabung insang dan keluar melalui jalan yang sama. Kantung insang
mempunyai bentuk bikonveks seperti lensa, dan tersusun oleh banyak lamella insang
yang berkembang. Pertukaran gas terjadi pada kantung insang sebelah dalam. Air
masuk ke tabung pernapasan melalui kantung insang dan keluar melalui jalan yang
sama. Skeleton brankiannya elastis, dan selama respirasi bankia basket akan
mengembang. (Kastawi, 1992)

Sistem peredaran darah


Agnatha memiliki jantung, dimana di dalam jantung terdapat 3 ruangan: ruang
sinus venosus, aurikel dan ventrikel. Sinus venosus dan aurikel dindingnya tipis
sedangkan ventrikelnya tebal. Jantung diselubungi oleh pericardium yang disokong
oleh lempang tulang rawan. Darah sudah memiliki hemoglobin. Tidak mempunyai
sistem porta renalis. (Kastawi, 1992)

Sistem Eksresi
Terdapat ginjal dengan tipe mesonephros. Ginjal berkembang dari jaringan
nefrogen. Tubulus mesonefros menjadi besar memanjang dan ujung anterior dari tiap-
tiap tubulus memiliki dinding yang disebut kapsula bowman. Ginjal melekat pada
dinding dorsal rongga tubuh dengan peritonium. Ginjal dilengkapi saluran sampai ke
sinus urogenital selanjutnya ke papila urogenital. (Kastawi, 1992)

Sistem reproduksi
Pada fase belum dewasa tidak dapat dibedakan jantan dan betina. Pada fase
dewasa alat perkembangbiakan terpisah. Hewan betina mempunyai ovari yang
menghasilkan telur dan hewan jantan mempunyai testis yang menghasilkan sperma.
Pembuahan terjadi di luar (eksternal). Telur yang dibuahi berkembang menjadi larva
ammocoete (pride) yang sangat berbeda dengan hewan dewasa. (Kastawi, 1992)

Sistem saraf
Otak Lamprey dibedakan menjadi 3 bagian utama: otak depan
(Prosensefalon), otak tengah (Mesensefalon) dan otak belakang(Rhombensefalon).
Otak depan berisi sepasang lobus olfaktori, cerebral hemisperes kecil, melekat ke
dienfeftor. Dibawah dienfeftor terdapat infundibulum dan pada bagian dorsal terdapat
mata pineal. Pada otak tengah terdapat sepasang lobus optikus (yang lebar). Pada
otak belakang terdapat cerebellum (rudimentair) kecil, arah ventral terdapat modulla
oblongata yang lebih besar. Dari otak keluar sepuluh pasang saraf cranial. Nervercord
berbentuk sabuk dan terdapat akar belakang (dorsal) dan ventral sebagai saraf
Spinalis. Sistem saraf simpatis tidak berkembang. (Kastawi, 1992)

Sistem reseptor
Terdapat satu pasang mata yang relatif besar dan fungsional, terdapat 2 mata
median kecil yang terletak pada puncak otak (mata pineal). Telinganya memiliki 2
saluran semisirkuler. (Kastawi, 1992)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Chordata dikelompokkan sebagai deuterostoma bersama-sama dengan Echinodermata
karena chordate yang meliputi vertebrate yakni ikan, amfibia, reptilian, burung dan
mamalia memiliki cirri-ciri yang sama dengan deuterostoma, yakni pembelahannya
secara radial, perkembangan selom dari arkenteron, dan pembentukan mulut pada
ujung embrio yang berlawanan arah dengan blastopore.
2. Bentuk Cephalochordata mirip ikan kecil, panjang 4-5 cm, entuk tubuh pipih, lateral,
bentu kepala tidak jelas, kedua ujungnya meruncing, hidup di dalam pasir pantai yang
dangkal, dan hanya kepalanya yang muncul diatas permukaan pasir, dinding tubuhnya
transparan dan berwarna kesumba (pink), sehingga dalam keadaan hidup, organ-organ
dalamnya tampak jelas.
3. Urochordata umunya disebut tunikata. Tunikata terdiri dari 3 kelas yaitu Ascidiacea,
Thaliacea, dan larvacea. Tunikata dewasa hanya sedikit sekali menyerupai chordate,
hewan ini tidak menunjukkan adanya bekas notokord, juga tidak terdapat tali saraf
atau ekor. Hanya celah faring yang memperlihatkan adanya hubungan tunikata
dengan chordate lain. Karakter-karakter pada chordate yang dimiliki oleh tunikata
terlihat paling jelas selama tahap larva, yang mungkin hanya berlangsung beberapa
menit. Pada kebanyakan spesies, larva menggunakan otot-otot ekor dan notokord
untuk berenang melalui air saat mencari substrat yang cocok untuk dihuni, dipandu
oleh petunjuk-petunjuk yang diterimanya dari sel-sel yang peka cahaya dan peka
terhadap gravitasi.
4. Tubuh hemichordata ditandai dengan Organisasi tripartit. Anteroposterior sumbu
dibagi menjadi tiga bagian: yang prosome anterior, yang mesosome menengah, dan
metasome posterior. Tubuh cacing acorn adalah cacing berbentuk dan dibagi ke
proboscis anterior, leher menengah, dan badan posterior.Proboscis adalah tubuh
berotot dan bersilia, digunakan dalam penggerak dan dalam pengumpulan dan
transportasi partikel makanan.Mulut Terletak Antara proboscis dan leher.Badan
adalah bagian terpanjang dari hewan.Pada bagian ini terdapat faring, yang berlubang
dengan celah insang (atau celah faring), kerongkongan, usus yang panjang, dan anus
terminal, serta mengandung gonad.
5. Agnatha berasal dari kata Yunani, yang berarti "tidak ada rahang". Agnatha adalah
sebuah SUPERCLASS dari ikan dalam filum Chordata, subfilum Vertebrata.. Grup
yang mengecualikan semua vertebrata dengan rahang, yang dikenal sebagai
gnathostomes. Ikan-ikan anggota agnatha memang tidak berahang dan tidak ada
pasangan sirip. Beberapa jenis mempunyai sirip ekor dan sirip punggung. Mulut
terletak di sebelah ujung. Tidak memiliki rahang, memiliki apendiks yang berpasagan,
gigi eksoskeleton, tengkorang memiliki atap membrane, notokord dan tabung neural
menyusun tulang belakang, celah insang 7-14 pasang, ginjal dan saluran ginjalnya
panjang, tidak memiliki saluran genital, organ pineal berkembang baik, pada sisi
median ada sebuah hidung yang terbuka.

Вам также может понравиться