Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru
atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal
dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ
yang lain.
Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sebesar 8,8 juta
kematian di tahun 2015 disebabkan oleh kanker. Dari jumlah tersebut, kanker paru
tergolong menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 1,69 juta kematian, kanker hati
sebesar 788.000 kematian, kanker usus besar sebesar 774.000 kematian, kanker perut
754.000 kematian dan kanker payudara sebesar 571.000 kematian. International Agency
for Research on Cancer (IARC) memperoleh data setidaknya 1,8 juta (12,9%) kasus
kanker paru ditemukan di tahun 2012, sehingga menjadi kasus kanker paling umum di
dunia. Faktanya, sebagian besar kasus kanker paru (58%) ditemukan di negara-negara
berkembang. Berdasarkan data Profil Mortalitas Kanker (Cancer Mortality Profile) yang
dirilis oleh WHO menyebutkan, angka kematian yang disebabkan oleh kanker di
Indonesia mencapai 195.300 orang, dengan kontribusi kanker paru sebesar 21,8% dari
jumlah kematian (Global Burden Cancer, 2012).
Kanker paru memang sudah menjadi ancaman yang mematikan bagi kaum laki-
laki dan perempuan di seluruh dunia terutama laki-laki. Di Indonesia, kanker paru
menjadi penyebab kematian utama kaum laki-laki dan lebih dari 70% kasus kanker itu
baru terdiagnosis pada stadium lanjut (UGM Farmasi, 2014). Penyebab utama kanker
paru adalah asap rokok karena mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 63 jenis
diantaranya bersifat karsinogen dan beracun (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2003:2). American Cancer Society mengemukakan bahwa 80% kasus kanker paru
disebabkan oleh rokok (perokok aktif) sedangkan perokok pasif berisiko 20% sampai
30% untuk terkena kanker paru. Penyebab kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi
udara (American Cancer Society, 2017).

1
B. Masalah

Cara membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ca paru

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Membuat asuhan keperwatan pada pasien dengan penyakit ca paru
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi ca paru
b. Untuk mengetahui etiologi ca paru
c. Untuk mengetahui manisfetasi klinis ca paru
d. Untuk mengetahui patofisiologi ca paru
e. Untuk mengetahui patogenesa ca paru
f. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis ca paru
g. Untuk mengetahui stadium ca paru

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi
Tumor paru adalah tumor ganas,95% tumor ganas ini bronkogenik krsinoma(price
aand wilsons,1994)
Proses kanker paru berasl dri saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi
mligna:
1.sel-sel bronkus
2.sel-sel alveolus
3.sel-sel mucus
4.jaringan ikat diluar pernapasan
Kanker paru bnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).

B. Etiologi

1. Merokok
Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru pada
pria, dan sekitar 70% pada wanita.Di negara-negara industri, sekitar 56% -
80% merokok menyebabkan penyakit pernafasan kronis dan sekitar 22%
penyakit kardiovaskular.Indonesia menduduki peringkat ke-4 jumlah perokok
terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang.Diperkirakan,
konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang
rokok.Akibatnya adalah kematian sebanyak 5 juta orang pertahunnya
(Gondidoputra, 2007).
Kasus kanker paru baik di Amerika ataupun negara-negara industri
lainnya sekitar 90% berhubungan dengan merokok. Data RSUP Persahabatan
Jakarta menunjukkan bahwa 24,5% perempuan dan 83,6% pria pasien kanker
paru adalah perokok (Murray, 2010).
a. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, banyak
yang telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker.

3
b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari
memiliki 20-25 kali lebih besar risiko terkena kanker paru-paru
daripada orang yang tidak pernah merokok.
c. Setelah seseorang berhenti merokok, risiko nya untuk kanker
paru-paru berkurang secara bertahap. Sekitar 15 tahun setelah
berhenti, risiko untuk kanker paru-paru menurun dengan tingkat
seseorang yang tidak pernah merokok.
d. Cigar dan merokok pipa meningkatkan risiko kanker paru-paru,
tetapi tidak sebanyak merokok. Sekitar 90% kanker paru-paru
timbul akibat penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru
berkembang adalah berkaitan dengan faktor-faktor berikut:
Jumlah rokok yang diisap, Usia di mana seseorang mulai
merokok, Berapa lama seseorang merokok (atau pernah
merokok sebelum keluar).
Penyebab lain kanker paru termasuk sebagai berikut:
1) Merokok pasif, atau asap bekas, menyajikan lain risiko
untuk kanker paru-paru. Sebuah kematian diperkirakan
3.000 kanker paru-paru terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat yang dapat diatribusikan pada perokok pasif.
2) Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau (rokok)
ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol aromatik
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau
hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang
bersifat lengket dan menempel pada paru paru. Kadar
tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar
merupakan suatu zat karsinogen yang dapat
menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru
(Gondodiputro, 2007).
2 .Polusi udara
Polusi dari kendaraan bermotor, pabrik, dan sumber lain mungkin
meningkatkan risiko kanker paru-paru. Gas yang paling berbahaya bagi paru-
paru adalah SO2 dan NO2. Kalau unsur ini diisap, maka berbagai keluhan di
paru-paru akan timbul dengan nama CNSRD (chronic non spesific respiratory

4
disease) seperti asma dan bronkhitis (Aditama, 1992). Kenaikan konsentrasi gas
SO2 dan NO2 dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi paru
a.Pengaruh pencemaran akibat oksida sulfur adalah meningkatnya
tingkat morbiditas, insidensi penyakit pernapasan,
seperti bronchitis, emphysema dan penurunan kesehatan umum.
Konsentrasi SO2 0,04 ppm dengan partikulat 169 g/m3
menimbulkan peningkatan yang tinggi dalam kematian
akibatbronchitis dan kanker paru-paru (Soedomo, 1999).
b.Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem
pernapasan dan dapat menjadi emfisema, bila kondisinya kronis
dapat berpotensi menjadi bronkhitis serta akan terjadi
penimbunan NO2 dan dapat merupakan sumber karsinogenik
(Sunu, 2001).
3. Akibat Kerja
a. Pemaparan asbes meningkatkan resiko kanker paru-paru sembilan
kali. Kombinasi dari paparan asbes dan merokok meningkatkan
resiko untuk sebanyak 50 kali. Kanker lain dikenal sebagai
mesothelioma (suatu jenis kanker pada lapisan rongga dada yang
disebut pleura atau lapisan rongga perut disebut peritoneum) juga
sangat terkait dengan paparan asbes.
b.Pekerjaan tertentu dimana paparan arsenik,, kromium nikel,
hidrokarbon aromatik, dan eter terjadi dapat meningkatkan risiko
kanker paru-paru.
c. Penyakit Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot. Cat semprot
mengubah substansi menjadi aerosol, yaitu kumpulan partikel
halus berupa cair atau padat, sehingga karena ukurannya yang
kecil akan mudah terhisap, selanjutnya merupakan pajanan
potensial khususnya terhadap kesehatan paru. Pigmen dalam cat
berguna untuk mewarnai dan meningkatkan ketahanan cat.
Banyak jenis pigmen merupakan bahan berbahaya yaitu
Chromium dan Cadmium Memberikan warna hijau, kuning, dan
oranye dapat menyebabkan kanker paru dan iritasi kulit, hidung,
dan saluran nafas atas (Wahyuningsih, 2003).
4. Penyakit Paru,

5
Penyakit paru seperti tuberkulosis (TBC) dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), juga membuat risiko untuk kanker paru-
paru.Seseorang dengan PPOK memiliki risiko empat sampai enam kali lebih
besar terkena kanker paru-paru bahkan ketika pengaruh merokok dikecualikan.
5. Iradiasi
a. Radon pose eksposur risiko lain merupakan produk sampingan dari radium
alami, yang merupakan produk uranium.
b. Radon hadir di udara indoor dan outdoor.
c. Risiko kanker paru meningkat dengan paparan jangka panjang yang
signifikan untuk radon, meskipun tidak ada yang tahu risiko yang tepat.
Sebuah% 12 diperkirakan kematian akibat kanker paru-paru timbul gas
radon, atau sekitar 21.000 kematian paru-paru terkait kanker setiap tahun di
US Radon gas adalah penyebab utama kedua kanker paru-paru di Amerika
Serikat setelah merokok. Seperti dengan paparan asbes, merokok sangat
meningkatkan resiko kanker paru-paru dengan paparan radon.
d. Seseorang yang telah menderita kanker paru-paru lebih mungkin
mengembangkan kanker paru-paru detik dibanding rata-rata orang adalah
untuk mengembangkan kanker paru-paru terlebih dahulu.

6. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme (Adisani, 2008).
7. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru (Suyono, 2001).
C.Manifestasi Klinis
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.

6
4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan
penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut.
Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti:

1. Berat badan berkurang.

2. Nafsu makan hilang.

3. Demam hilang timbul.

4.Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary, osteoartheopathy, trombosis


vena perifer, dan neuropatia.

D.Patofisiologis

Awalnya menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang


dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer
yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Arisandi, 2008).

7
E. Patogenesa

Sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap


paparan kronis dari partikel yang terhirup dan kemudian melukai paru. Sebagai respon dari
adanya luka selular tersebut, maka terjadilah peradangan. Sel basal mukosal akan
mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus.
Aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan
epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik
yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat
dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun.

F. Klasifikasi Ca Paru

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak
kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari
ketiganya.
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat
merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel
skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung
menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan
mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson,
2005).
2. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
3. Karsinoma bronkoalveolus

8
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru
dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus
dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga
lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering
ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh
dan sering memperlihatkan fragmentasi dan crush artifact pada sediaan biopsi.
Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan
sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma
yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
5. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-
tempat yang jauh (Wilson, 2005).
G. Stadium

Stadium Klinis Kanker Paru.


STADIUM TNM
Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0


Stadium IIB T2, N1, M0 atau T3, N0, M0
Stadium IIIA T3, N1, M0 atau T1-3, N2, M0
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0 atau T4, N berapa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

9
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat
pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura
viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm
distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm
dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi
pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)


N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral

N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.


N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar
getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M)


M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak

10
H. WOC

11
BAB III

ASKEP

A. Pengkajian

1. Identitas
Nama klien,umur,agama,alamat,diagnosa medik,alasan masuk
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Batuk produktif,dahak bersift mukoid,batuk darah
2) Malase
3) Anorexia
4) Badan makin kurus
5) Sesak napas pada penyakit lanjut
6) Nyeri dada bersifat lokal atau pleuritik
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Terpapar asap rokok
2) Industri abses,uranium
3) Konsumsi bahan pengawet
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker
3. Kebutuhan Dasar
a. Makanan dan cairan
Kehilangan nafsu makan,mual,muntah,kesulitan meneln akibat kurangnya
asupan makanan,kurus kerempeng,penurunan berat badan,rasa haus
b. Eliminasi
Dire,peningkatan frek,jumlah urine
c. Aktivitas/istirahat
Kesulitan beraktivitas,mudah lelah,susah untuk
istirahat,nyeri,sesk,kelesuan,insomnia
4. Pemeriksaan fisik
a. Integumen
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat padabibir atau ujung
jari/dasar kuku menandakan penurunan perfusi perifer.

12
b. Kepala dan Leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, devisiasi trakea.
c. Telinga
Biasanya tak ada kelainan.
d. Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia dan gangguan nutrisi.
e. Muka, hidung dan rongga mulut
Pucat atau sianosis bibir/mukosa menandakan penurunan perfusi.
Ketidakmampuan menelan
Suara serak.
f. Thoraks dan paru
Pernapasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat).
Napas dangkal.
Penggunaan otot aksesori pernapasan.
Batuk kerinh/ nyaring/ non produltif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum.
Peningkatan fremitus, krekels inspirasi atau ekspirasi.
g. Sistem CV
Frekuensi jantung mungkin meningkat/takikardi (150/menit atau lebih
pada saat istirahat).
Bunyi gerakan perikardial (pericardial effusion).
h. Abdomen
Bising usus meningkat.
i. Sistem urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine.
j. Sistem reproduksi
Ginekomestia, amenorhea, impotensi.
k. Sistem limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, axila (metastase)
l. Sistem muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot.
Jari-jari tubuh (clubbing fingers).
m. Sistem persarafan

13
Perubahan status mental/kesadaran: apatis, letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi.
5. Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi
yang labil, marah, sedih.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan non invasif
Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada: menggambarkan bentuk, ukuran dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan masa udara pada bagian hilus, efusi pleural,
atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) dilakukan untuk
mengkaji adanya tahap karsinoma.
Mediastinoskopi; digunakan untuk per tahapan karsinoma.
Scan radioisotop; dapat dilakukan pada paru, hati, otak, yulang dan organ lain
untuk bukti metastsis.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA: dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi.
b. Pemeriksaan invasi
Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan
bilasan bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik.
Bronkuskopi serta optik: memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma dapat dilihat).
Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan.
Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus, atau pleura
untuk membuat diagnosa.
Tes kulit, jumlah absolut limfosit: dapat dilakukan utuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).

B. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola napas B.d hipoventilasi.


b. Tak efektif bersihan jalan napas B.d peningkatan jumlah/ viskositas sekret,
sekresi darah.
c. Nyeri akut B.d agen cidera biologis

14
d. Ketakutan/ansietas B.d ancaman terhadap perubahan status
kesehatan,ancaman kematian.
e. Perubahan nutrisi: ketidakseimbangan nutrisi berhubungn dengan
ketidaksanggupan mencerna makanan
f. Intoleransi aktivitas berhubungn dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan oksigen
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit.
h. Resiko infeksi
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau pengobatan
j. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler
(atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).

C. Intervensi Keperawatan

No dx TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


1 Ketidakefekt Setelah di lakukan 1. Kaji posisi pasien 1. Memaksimalkan
ifan pola tindakan untuk memaksimalkn pernafasan dan
napas B.d keperawatan di ventilasi menurunkan kerja
hipoventilasi harapkan pola nafas 2. Auskultasi bunyi nafas.
klien efektif dengan nafas, dan catat adanya 2. Perubahan bunyi nafas
KH: bunyi nafas tambahan. menunjukan obstruksi
- Klien 3. posisikan untuk sekunder
mengungkapkan meringankan sesak 3. Posisi membantu
kemampuan dalam napas memaksimalkan
mengeluarkan sekret 4.monitor status ekspansi paru dan
- Respirasi dalam pernafasan dan oksigen menurunkan upaya
batas normal. 5. kelola pengobatan pernafasan
- Tidak aerosol 4.Untuk mengetahui
menggunakan otot frekuensi & kedalan
bantu pernafasan pernafasan karena
kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung

15
derajat gagal nafas.
5. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu pengenceran
secret
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Lakukan pengkajian 1. Membantu dalam
berhubungan tindakan yang komprehensif evaluasi gejala nyeri
dengan agen keperawatan nyeri yang meliputi kanker yang dapat
cidera dapat diatasi dengan lokasi,karakteristik,frek melibatkan visera, saraf
biologis KH: ,intensitas,faktor atau jaringan tulang
1.Tidak bingung dan 2.kaji pernyataan verbal 2. Ketidaksesuaian
gelisah dan non verbal nyeri antara verbal dan non
2.TTV normal pasien verbal
3.nyeri yang 3. dorong perasaan menunjukan.derajat
dilaporkan menyatakan tentang nyeri
4. ekspresi wajah nyeri 3. takut dapat
4. ajarkan meningkatkan
penggunaan teknik non ketegangan dan
farmakologi seperti menurunkan ambang
teknik presepsi nyeri.
relaksasi,disentrik 4. Meningkatkan
5. Evaluasi keefektifan relaksasi dan
pemberian obat pengalihan perhatian.
5. Memberikan obat
berdasarkan turan

3. Bersihan Setelah dilakukan 1. Berikan pasien O2 1. Mencegah terjadinya


jalan nafas intervensi 2. Berikan pasien hipoksia
tidak efektif keperawatan, klien posisi semifowler (jika 2. Memaksimalkan
berhubungan menunjukkan tidak hemaptoe) atau ventilasi
dengan kepatenan jalan supinasi (jika
peningkatan napas. Dengan hemaptoe)
jumlah / kriteria hasil :

16
viskositas 1. Klien akan 3. Auskultasi dada
sekret/sputu menunjukkan bunyi untuk karakteristik
m napas bersih, bebas bunyi napas dan adanya
kering / bunyi secret
tambahan 3. Pernapasan bising,
4. Observasi ronki dan mengi
2. Klien karakteristik batuk, menunjukkan
mengeluarkan secret (misalnya, menetap, tertahannya sekret atau
tanpa kesulitan efektif, tak efektif), obstruksi jalan napas
juga jumlah dan
3. Klien karakter sputu 4. Karakteristik batuk
menunjukkan dapat berubah tergantung
hilangnya dipsnea 5. Lakukan pada penyebab/ etiologi
penghisapan bila batuk gagal perbafasan.
4. Tanda-tanda vital lemah atau ronki tidak Sputum bila ada
dalam rentang hilang dengan upaya mungkin banyak, kental,
normal batuk. Hindari berdarah, dan/ atau
penghisapan ETT dan purulen yang
OTT yang dalam pada memerlukan pengobatan
klien pneunomektomi lebih lanjut
bila mungkin

5. Penghisapan
6. Dorong masukan meningkatkan resiko
cairan peroral hipoksia dan kerusakan
(sedikitnya mukosa. Penghisapan
2500ml/hari) dalam trakeal secara umum
toleransi jantung kontraindikasi pada klien
pneunomektomi untuk
7. Kaji nyeri / menurunkan resiko
ketidaknyamanan dan rupture jahitan bronchial
lakukan latihan
pernapasan 6. hidrasi adekuat
untuk meningkatkan

17
pengeluaran secret

8. Bantu klien dan 7. mendorong klien


intruksikan untuk napas untuk bergerak, batuk
dalam dan batuk efektif lebih efektif, dan napas
dengan posisi duduk dalam untuk mencegah
tinggi dan menekan kegagalan pernafasan
daerah insisi.
8. Posisi duduk
9. Observasi tanda- memkungkinkan eksansi
tanda vital paru maksimal dan
penekanan upaya batuk
membantu untuk
memobilisasi /
membuang sekret

9. Mengetahui kondisi
terkini pasien

4. Ketakutan
etelah/ dilakukan intervensi 1. Evaluasi tingkat Pasien dan orang
ansietas ber keperawatan, pemahaman pasien/ terdekat mendengar dan
hubungan diharapkan cemas orang terdekat tentang mengasimilasi informasi
dengan dapat berkurang atau diagnosa. baru yang meliputi
ancaman hilang. Kriteria hasil perubahan ada gambaran
2. Akui rasa takut/
terhadap : diri dan pola hidup.
masalah pasien dan
perubahan 1) 1.Mengakui dan Pemahaman persepsi ini
dorong
status mendiskusikan takut/ melibatkan susunan
mengekspresikan
kesehatan, masalah tekanan perawatan

18
ancaman 2) 2. Menunjukkan perasaan. individu dan
kematian rentang perasaan memberikan informasi
3. Terima
yang tepat dan yang perlu untuk
penyangkalan pasien
penampilan wajah memilih intervensi yang
tetapi jangan dikuatkan.
tampak rileks/ tepat.
istirahat 4. Berikan kesempatan
2. Dukungan
3) 3. Menyatakan untuk bertanya dan
memampukan pasien
pengetahuan yang jawab dengan jujur.
mulai membuka atau
akurat tentang situasi Yakinkan bahwa pasien
menerima kenyataan
dan pemberi perawatan
kanker dan
mempunyai
pengobatannya.
pemahaman yang sama.
3. Bila penyangkalan
5. Libatkan pasien /
ekstrem atau ansiatas
orang terdekat dalam
mempengaruhi kemajuan
perencanaan perawatan.
penyembuhan,
Berikan waktu untuk
menghadapi isu pasien
menyiapkan peristiwa /
perlu dijelaskan dan
pengobatan
membuka cara
6. Berikan kenyamanan penyelesaiannya.
fisik pasien.
4. Membuat kepercayaan
dan menurunkan
kesalahan persepsi/ salah
interpretasi terhadap
informasi.

5. Dapat membantu
memperbaiki beberapa
perasaan kontrol/
kemandirian pada pasien
yang merasa tak berdaya
dalam menerima
pengobatan dan

19
diagnosa.

6. Ini sulit untuk menerima dengan


isu emosi bila
pengalaman ekstrem/
ketidaknyamanan fisik
menetap.

5. 1. Catat ststus nutrisi 1. Berguna dalam


pasien pada mengidentifikasi derajat
perprperubahan Setelah di lakukan
penerimaan, catat kurang nutrisi dan
nutrisi tindakan
turgor kulit, berat menentukan pilihan
kurang dari keperawatan Nutrisi
badan dan derajat intervensi
kebutuhan klien terpenuhi.
kekurangan berat badan
yang Dengan KH: 2. Meningkatkan
berhubungan 1. Berat badan 2. Berikan penjelasan pengetahuan dan
dengan bertambah dan. tentang pentingnya kepatuhan untuk
ketidakmam 2. Menunjukan makanan yang adekuat menjalankan program
puan perubahan pola dan bergizi diet sesuai atura
mencerna makan.
3. Pastikan pola diet 3. Pertimbangan
makanan
pasien yang keinginan individu dapat
disukai/tidak disukai memperbaiki masukan
diet.
4. Awasi
pemasukan/pengeluara 4. Mengukur kefektifan
n dan berat badan nutrisi dan dukungan
secara periodic cairan.

5. Dorong klien untuk 5. Peningkatan


makan diet TKTP pemenuhan kebutuhan
dan kebutuhan
pertahanan

20
6. Intoleransi Setelah di lakukan 1.Kaji tingkat 1.Mencegah kondisi
aktivitas tindakan ganguan immobilisasi lebih buruk
berhubungn keperawatan klien 2.Mengoptimalkan
dengan intolernsi aktivitas 2.Membantu kondisi klien
ketidakseimbangan terpenuhi. melakukan aktivitas 3.Menilai kondisi klien
antara suplai Dengan KH: dan latihan fisik
dengan oksigen 1. kekutan tubuh 3.Kaji tingkat 4.Menurunkan
bagian atas perkembangan ketidaknyamanan
2. kekuatan tubuh aktivitas 5.Mempertahankan
bagiasn bawah 4.Ubah posisi secara kelenturan sendi
3. kemudahan sering bila klien tirah
melakukan aktivits baring
harian dengan 5.Latihan ROM
normal

7. Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Sembuh dari


Kurang intervensi dalam cara yang gangguan gagal paru
pengetahuan keperawatan jelas/ ringkas. dapat sangat
mengenai kondisi, diharapkan Klien menghambat lingkup
tindakan, dan keluarga perhatian pasien,
prognosis mengetahui konsentrasi dan energi
berhubungan tentang kanker untuk penerimaan
dengan kurang paru. Kriteria hasil 2. Berikan informasi/ tugas baru.
informasi 1. Klien dapat informasi verbal dan 2. Pemberian instruksi
menjelaskan tertulis tentang obat penggunaan obat yang
hubungan antara aman dapat membuat
penyakit dan 3. Kaji konseling pasien mengikuti
terapi. nutrisi tentang program pengobatan

rencana makan; dengan tepat


2. Klien dapat kebutuhan makanan
menggambarkan/ 3. Pasien dengan
menyatakan diet, masalah pernafasan

21
obat, dan program kalori tinggi berat biasanya
aktivitas. mengalami penurunan
4. Berikan pedoman berat badan dan
3. Klien/keluarga untuk aktivitas. anoreksia sehingga
dapat memerlukan
mengidentifikasi 5. Tanda-tanda vital peningkatan nutrisi
dengan benar tanda normal untuk menyembuhan.
dan gejala yang
memerlukan 4. Pasien harus
perhatian medik. menghindari untuk
terlalu lelah dan
4. Tanda-tanda mengimbangi periode
vital dalam rentang istirahatdan aktivitas
normal untuk meningkatkan
regangan/ stamina dan
mencegah konsumsi/
kebutuhan oksigen
berlebihan.

5. Mengetahui kondisi
terkini pasien
8. Resiko infeksi Setelah di lakukan 1.Awasi suhu 1. Deman dapat terjadi
tindakan 2. Kaji pentingnya karena infeksi dan/atau
keperawatan resiko latihan nafas, batuk dehidrasi
infeksi terpenuhi. efektif perubahan
Dengan KH: posisi sering dan 2. Aktivitas ini
1.tidak ada masukan cairan meningkatkan
kemerahan adekuat. mobilisasi dan
2.tidak demam 3. Dorong pengeluaran sekret
2.pasien tidak keseimbangan antara 3.Menurunkan
nyeri aktivitas dan istirahat konsumsi/kebutuhan
3.pasien tidak 4. Diskusikan keseimbangan oksigen
kehilangan nafsu kebutuhan masukan dan memperbaiki

22
makan nutrisi adekuat untuk pertahanan pasien
4. tidak menggigil menurunkan risiko terhadap infeksi,
terjadinya infeksi meningkatkan
paru. penyembuhan.
4. Malnutrisi dapat
memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi
9, Gangguan citra Setelah dilakukan 1.gunakan 1. klien harus diberi
tubuh tindakan pendekatan yang ketenngan dalam
berhubungan keperawatan tenang dan menghadapi situasinya
dengan efek ganggun citra meyakinkan
2.memberikan
tindakan atau tubuh dapat diatasi
2. berikan informasi pengetahuan kepada
pengobatan dengan KH :
faktual,dx, perawatan klien kenapa bisa terjadi
1. gambaran dan prognosis
3.bimbing klien dengan
internal diri normal
3.dorong keluarga didampingi oleh orang
2. deskripsi bagian untuk mendampingi terdekat klien
tubuh yng terkena klien dengan cara
4.memahami setip apa
dampak yang tepat
yang dikatakan klien
3. kepuasan 4. dengarkan klien dengan baik
dengan penampilan
5. lakukan usapan 5.membuat klien tenang
tubuh
punggung pada klien dapat menggunakan
4. penyesuaian teknik relaksasi
terhadap
penampiln fisik

23
10. Gangguan Setelah dilakukan 1.Catat frekuensi dan 1. Takiepnea dan
pertukaran gas tindakan kedalaman dispnea menyertai
berhubungan keperawatan pernapasan, obstruksi paru.
dengan gangguan pertukaran gas penggunaan otot
aliran udara ke kembali efektif. bantu dan napas
alveoli atau Kriteria : bibir, auskultasi
kebagian utama 1. GDA berada bunyi paru untuk
paru dan dalam batas normal penurunan bunyi
perubahan 2. Menunjukkkan napas dan adanya 2. Area yang tidak
membran alveoli ventilasi yang bunyi tambahan terventilasi dapat
kapiler adekuat krekels. diidentifikasikan
(atelektasis, 3. Oksigenasi 2. Observasi perfusi dengan tak adanya
edema paru, efusi adekuat daerah akral dan bunyi napas.
dan sekresi 4. Perbaikan sianosis (daun 3. Jalan napas lengket/
berlebihan, distress telinga, bibir, lidah, kolaps menurunkan
perdarahan aktif) pernapasan. dan membran lidah). jumlah alveoli yang
3. Tinggikan kepala berfungsi secara negatif
5.TTV dalam batas
/ tempat tidur sesuai mempengaruhi
normal
dengan kebutuhan. pertukaran gas.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok
3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4. Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang
cukup beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.
5. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala,
nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau
turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
6. Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan pencegahan
primer, sekunder dan tersier
7. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru

B. Saran
1. Perlunya Upaya Kesehatan bagi Penderita penyakit paru yakni melaksanakan upaya
Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Upaya Preventif, Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2. Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis penderita
penyakit paru dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang lainnya.

25
Daftar Pustaka

Donges,dkk.2000.Rencana asuhan keperawatan.jakarta;EGC

Nugroho,taufan.2011.asuhan keperawatn.yogyakarta;Nuha Medik

Wijaya,andra saferi,dkk.2013.keperawatan medikal bedah.jakarta KMB I;Nuha Medika

Suddart & burner.2002.keperawatan medikal bedah.jakart;EGC

26

Вам также может понравиться