Вы находитесь на странице: 1из 28

i

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2

BLOK ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I

GENAP 2015/2016

Oleh Kelompok Tutorial VII :

Jovanna Andhara E.P. (Nim: 151610101067)

M. Idris Kamali (Nim: 151610101072)

Widy Jatmiko (Nim: 151610101075)

Ginanjar Hidayatullah (Nim: 151610101078)

Nurafifa Dwi P. (Nim:151610101079)

Nurina Dyah Ayu (Nim:151610101083)

Luaily Rizqon A. (Nim:151610101082)

Devita Titania N. (Nim:151610101084)

Karin Pinta A. (Nim:151610101085)

Titis M. H. (Nim:151610101087)

Nur Wahyu Noviyanti (Nim:151610101088)

Galuh Ayu S. (Nim:151610101089)

Putri Nila K. (Nim:151610101091)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

i
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah skenario kedua blok Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi yang
berjudul Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik. Laporan ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi hasil diskusi tutorial kelompok VII pada skenario keempat.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Dwi Merry C., M.Kes. selaku pembimbing dalam jalannya diskusi
tutorial yang dilakukan kelompok VII Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan telah membantu dan memberi masukan yang bermanfaat untuk
tercapainya tujuan belajar.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan-
perbaikan agar kedepannya dapat tercipta kesempurnaan dalam laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 8 Mei 2016

Tim Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii

STEP 1............................................................................................... 1
STEP 2............................................................................................... 3
STEP 3............................................................................................... 4
STEP 4............................................................................................... 7
STEP 5............................................................................................... 8
STEP 7............................................................................................... 9

Lampiran........................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 26

iii
1

STEP 1
IDENTIFYING UNFAMILIAR WORD
1. Resin Akrilik
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya. Ada dua kelompok resin akrilik yang menarik bagi
kedokteran gigi. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik,
CH2=CHCOOH, dan kelompok lain dari asam metakrilik
CH2=C(VH3)COOH (Philips, 2004).
2. Basis Gigi Tiruan
Basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar di atas
tulang yang ditutupi dengan jaringan lunak. Basis gigi tiruan merupakan
tempat anasir gigi tiruan dilekatkan. Daya tahan dan sifat-sifat dari suatu
basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh bahan basis gigi tiruan tersebut.
Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigi tiruan, seperti logam
dan resin, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua
persyaratan basis gigi tiruan (Noort, 2007).
3. Polimerisasi
Proses bereaksi molekul monomer bersama dalam reaksi kimia untuk
membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer.
Polimerisasi digolongkan ke beberapa sistem: sistem adisi-kondensasi dan
sistem pertumbuhan rantai bertahap (Philips, 2004).
4. Akrilik Self Cured
Resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi
yaitu dimetil-para-toluidin (CH3C6H4N(CH3))2. Bila dibandingkan
dengan heat cured acrylic resin bahan ini memiliki stabilitas warna yang
kurang (Philips, 2004).
5. Akrilik Heat Cured
Resin akrilik yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi
(Philips, 2004).
6. Sendok Cetak
Sendok cetak merupakan alat kedokteran gigi yang dipakai untuk
memegang material cetak pada tempatnya untuk membuat cetakan dari
permukaan jaringan di dalam rongga mulut. Sendok cetak juga
didefinisikan sebagai alat yang dipakai untuk membawa, membatasi, dan
mengkontrol material cetak ketika membuat cetakan (Noort, 2007).
2

STEP 2

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja syarat resin akrilik yang dapat digunakan dalam bidang kedokteran
gigi ?
2. Apa saja sifat dari resin akrilik ?
3. Apa saja klasifikasi dari resin akrilik ?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian dari resin akrilik ?
5. Apa saja penggunaan atau indikasi resin akriliki dalam kedokteran gigi ?
6. Mengapa pembuatan sendok cetak menggunakan self cured sedangkan basis
gigi tiruan dibuat dengan heat cured ?
7. Mengapa terjadi porus pada hasil akhir dan apa akibatnya ?
3

STEP 3
BRAINSTORMING

1. Apa saja syarat dari resin akrilik yang digunakan di kedokteran gigi?
Non toksis, non karsinogenik, tidak iritan
Tidak berasa dan berbau, biaya terjangkau, mudah dimanipulasi
Tidak terpengaruh cairan di rongga mulut, mudah direparasi, mudah
dibersihkan, keras dan tahan abrasi
Densitas tinggi
Konduktivitas termal baik
2. Apa saja sifat dari resin akrilik?
Sifat fisik:
- warna harmonis
- dimensional flexibility baik sehingga mudah dibentuk
- mudah mengalami fraktur
- kekuatan tergantung gigi tiruan
- dapat mengalami pengerutan
- dapat mengalami keretakan akibat stress
Sifat mekanis:
- Memiliki kekuatan impact (ketahanan terhadap fraktur)
Idealnya harus tinggi, namun resin kekuatan impact-nya rendah
- Modulus elastisitas (kelenturan)
- Memiliki kekuatan fatigue
Sifat biologis:
- Memungkinkan terjadinya kolonisasi bakteri
Sifat kimiawi:
- Dapat menyerap air
- Stabilisasi warna
- Biokompatibilitas
- Mudah porus
- Tidak toksik dan estetika baik
- Sisa monomer (radikal bebas) dapat menyebabkan alergi
3. Apa saja klasifikasi dari resin akrilik?
Berdasarkan aktivatornya terdiri atas:
- Self cured: aktivasi oleh cairan
- Heat cured: aktivasi oleh suhu
- Light cured: aktivasi oleh cahaya tampak
- Microwave cured: aktivasi oleh sinar mikro
4. Apa saja keuntungan dan kekurangan resin akrilik?
Keuntungan:
- Manipulasi mudah
- Estetika stabil
- Mudah didapatkan
- Murah
- Mudah direparasi
4

Kekurangan:
- Kekuatan rendah
- Tidak tahan abrasi
- Monomer sisa dapat menyebabkan iritasi
5. Apa saja penggunaan atau indikasi resin akriliki dalam kedokteran gigi ?
Basis gigi tiruan dalam rehabilitasi
Alat-alat orto
Restorasi crown dan bridge
Protesa maksilofasial
Sendok cetak
6. Mengapa pembuatan sendok cetak menggunakan self cured sedangkan
basis gigi tiruan dibuat dengan heat cured ?
Karena self cured dan heat cured memiliki perbedaan sifat yang tidak
dapat menggantikan peran satu dengan yang lainnya. Heat cured memiliki
sifat yang lebih kuat dan tidak mudah pecah dan porus karena pemanasan
suhu yang tinggi sehingga manipulasi dan polimerisasi lebih baik dari
pada yang self cured. Oleh karena itu, penggunaan self cured sebatas untuk
sendok cetak individu dalam pelalatan orto.
5

7. Mengapa terjadi porus pada hasil akhir dan apa akibatnya ?


Porus diakibatkan oleh manipulasi dan polimerisasi yang tidak merata. Hal
ini menimbulkan ikatan rantai polimer mudah bergerak sehingga kekuatan
atau daya ikatnya melemah. Akibatnya resin akan retak dan mudah pecah.
6

STEP 4

MAPPING

Resin Akrilik

Syarat

Klasifikasi

Sifat Komposisi Manipulasi dan Kekurangan


Polimerisasi dan Kelebihan

Indikasi
7

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat resin akrilik secara umum


2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi berdasarkan sifat, komposisi,
manipulasi, polimerisasi, serta kekurangan dan kelebihan resin akrilik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi resin akrilik dalam kedokteran gigi
8

STEP 7
REPORTING GENERALITATION

A. SYARAT RESIN AKRILIK SECARA UMUM

Dalam memenuhi kebutuhan bidang kedokteran gigi, diperlukan syarat-syarat


tertentu agar resin akrilik dapat dikatakan ideal untuk digunakan. Syarat-syarat yang
Dibutuhkan resin akrilik adalah:
a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak mudah
mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika
terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehingga akrilik dapat dipakai sebagai bahan
restorasi yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna
yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.

m.Tidak berpengaruh oleh cairan mulut (saliva), meskipun dapat menyerap sedikit air.

n. Mempunyai sifat mekanis, antara lain:


a. Modulus elastisitasnya tinggi.
b. Tidak mudah mengalami perubahan secara permanent jika mengalami tekanan.
c. Kekuatannya tinggi.
d. Cukup resilience (kekenyalan).
e. Impact strength tinggi.
f. Fatique strength tinggi.
g. Abbration ressistence dan kekerasan tinggi.
9

o. Sifat-sifat lainnya yang harus dimiliki:


a. Thermal conductivity baik
b. Density tinggi membantu retensi gigi tiruan rahang atas.

Dimana densi
p. Sifat fisik basis gigi tiruan, secara estetik memuaskan. Bahan hendaknya
transparan / translucent.
q. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Radio opacity (tidak tembus cahaya), agar bila tertelan dapat diidentifikasi
b. Mudah dimanipulasi (diproses dengan alat sederhana).
c. Mudah diperbaiki jika patah.
d. Tidak mengalami perubahan dimensi.
e. Mudah dibersihkan. (Annusavice, 2004)

Polimer metakrilat sangat popular dalam kedokteran gigi karena bahan tersebut
ekonomis dan dapat diproses dengan mudah menggunakan teknik yang relatif sederhana
(Anusavice, 2004). Kebutuhan-kebutuhan suatu material basis gigi tiruan dapat dinyataan
dengan tepat dengan istilah sifat-sifat fisikal, mekanikal, kimiawi, biological, dan lain-
lainnya (McCabe dan Walls, 2011).

Sifat fisikal

Suatu material basis gigi tiruan yang ideal harus dapat sesuai dengan penampilan
natural jaringan lunak oral. Pentingnya kebutuhan ini bervariasi, tergantung apakah basis
akan tertampakkan saat penderita membuka mulutnya (McCabe dan Walls, 2011).

Resin harus memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit
atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi dalam
rongga mulut. Bahan tersebut juga harus stabil dimensinya di bawah semua keadaan,
termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban. Bila digunakan sebagai
basis gigi tiruan untuk protesa rahang atas, gaya gravitasinya harus rendah (Anusavice,
2004).

Suatu polimer yang digunakan untuk membentuk basis gigi tiruan harus memiliki
basis dimensional yang baik agar bentuk gigi tiruan tidak berubah untuk suatu jangka
waktu. Sebagai tambhan, distorsi atau penyimpangan dapat terjadi akubat pelunakan
karena termal, mekanisme-mekanisme lain seperti pembebasan stress internal,
10

polimerisasi yang berlanjut, dan absorpsi air, dapat mengontribusi ketidakstabilan


dimensional (McCabe danWalls, 2011).

Material harus secara ideal mempunyai nilai gravitasi spesifik yang rendah, agar
gigi tiruan dapat dan harus menjadi seringan mungkin. Basis gigi tiruan secara ideal harus
radiopak. Keadaan ini harus dapat dideteksi menggunakan teknik diagnostic radiografik
umum. Kadang-kadang gigi tiruan tertelan oleh penderita bahkan fragmen dari gigi tiruan
terhirup jika beraa dala suatu kejadian kekerasan misalnya kecelakaan tabrakan mobil
(McCabe dan Walls, 2011).

Sifat mekanikal

Walaupun pendapat agak bervariasi, pada umumnya klinisi menetapkan bahwa


basis gigi tiruan harus kaku. Dalam hal ini nilai modulus elastisitas yang tinggi tampak
menguntungkan. Nilai limit elastic yang tinggi dibutuhkan untuk memastikan bahwa
stress yang diterma saat menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan deformasi
permanen. Selain itu, basis gigi tiruan harus mempunyai cukup kekuatan lentur untuk
menahan farktur (McCabe dan Walls, 2011).

Sifat biologis

Resin harus tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksis, dan tidak mengiritasi
jaringan mulut. Untuk memenuhi persyarat ini bahan tersebut sama sekali tidak boleh
larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut, serta tidak dapat
ditembus cairan mulut, dalam arti tidak boleh menjadi tidak sehat atau mempunyai rasa
dan bau yang tidak dapat diterima. Bila resin digunakan sebagai bahan tambal atau
semen, bahan tersebut harus merekat dengan struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan
mikroba sepanjang pertemuan permukaan gigi restorasi (Anusavice, 2004).

Sifat estetik

Bahan harus menunjukkan translusesi atau transparansi yang cukup sehingga


cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikannya. Bahan juga harus dapat
diwarnai dan dipigmen tadi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah
pembentukan (Anusavice, 2004).
11

Pertimbangan ekonomis

Biaya resin dan metode pemrosesannya haruslah rendah, dan proses tersebut
tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Anusavice, 2004).

Karakteristik penanganan

Bahan tidak boleh menghasilkan usap atau debu toksis selama enanganan dan manipulasi.
Harus mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, serta tidak sensitive terhadap
variasi prosedur penanganan ini. Komplikasi klinis, seperti mencegah masuknya oksigen,
kontaminasi saliva,dan kontaminasi darah, hanya boleh srfikit berpengaruh atau tidak
sama sekali terhadap hasil akhir Sebagai tambahan, produk akhir haruslah mudah dipoles,
dan pada keadaan yang parah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki dengan
mudah dan efisien (Anusavice, 2004).

B. KLASIFIKASI BERDASARKAN SIFAT, KOMPOSISI, MANIPULASI,


POLIMERISASI, SERTA KEKURANGAN DAN KELEBIHAN RESIN
AKRILIK

Klasifikasi Resin

Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas.
Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu)
dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin
alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik
dantermosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila
diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras.
Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh
resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin
termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini
akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya.
Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami
pemanasan ulang.

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,
12

juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-

cured, self-cured, dan light-cured.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya
panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena
adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak

Pada dasarnya, dari semua tipe resin akrilik memiliki tujuan sama dalam awal
reaksinya yakni untuk mengaktifkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan
suatu muatan listrik netral dimana di dalamnya terkandung atom-atom yang tidak
berpasangan. Radikal ini merupakan hasil pemanasan benzoil peroksida yang
digunakan sebagai inisiator.

A. Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Panas)

Pada resin jenis ini, energy thermal diperoleh dari proses perendaman
akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari proses perebusan. Resin ini
memiliki komposisi bubuk atau powder berupa polimethyl metakrilat dengan
tambahan inisiator berupa benzoil peroksida. Disamping juga ada liquid atau
cairan berupa methyl metakrilat yang di dalamnya terkandung sedikit kandungan
hydroquinone yang ditambah dengan glikol dimetakrilat sebagai bahan ikat silang.
Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggul dimana warna hasil
akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, resin
akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi dan harga terjangkau. Sedangkan jika
dilihat dari segi kekurangan heat cured acrylic adalah daya tahan abrasi atau
benturan masih tergolong rendah, fleksibilitas juga masih rendah dan hasil akhir
dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.

B. Self Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)

Berbeda dengan heat cured acrylic, self cured acrylic menggunakan


activator berupa cairan kimia. Cairan kimia yangdigunakan adalah dari golongan
13

amin tersier biasanya adalah dietil paratuloidin. Jenis ini memang tidak
sesempurna tipe I karena residu monomer yang terbentuk dari proses polimerisasi
dan manipulasi lebih banyak. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan mengatur
suhu dan waktu manipulasi secara tepat. Kelebihan dari tipe ini adalah mudah
dilepaskan dari kuvet, fleksibilitas lebih tinggi dari tipe I, pengerutan volume
akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang
sempurna. Sedang kekurangannya adalah elastisitas dari tipe ini tergolong kurang
dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi
jaringan rongga mulut, dan dari segi ekonomis lebih mahal.

C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Cahaya)

Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin akrilik jenis ini
adalah sinar UV dengan panjang gelombang 290-4nm dan sinar tampak dengan
panjang gelombang 400-700 nm. Pada proses manipulasi resin akrilik jenis ini,
ditambahkan bahan inisiator berupa champorquinon.

Kelebihan dari resin akrilik jenis ini adalah penyusutan saat polimerisasi
rendah, hasil akhir manipulasinya dapat dibentuk dengan baik dan resin ini dapat
dimanipulasi dengan peralatan sederhana. Kekurangan dari resin akrilik ini adalah
elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat
merusak jaringan rongga mulut.

D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)

Activator pada resin akarilik ini adalah gelombang mikro dimana


gelombang ini membuat molekul bergerak secara merata dan seimbang ke segala
arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini lebih sempurna dari yang lain. Hal
tersebut disebabkan karena hampir semua monomer beraksi sehingga proses
polimerisasinya sempurna. Kelebihan dari jenis resin akrilik ini adalah waktu
pemanasan yang dibutuhkan dari resin ini lebih singkat, perubahan warna kecil,
sisa monomer lebih sedikit karena polimerisasinya lebih sempurna. Kekurangan
dari resin jenis ini yakni resin akrilik ini masih dapat menyerap air, selain itu
harga cukup mahal karena peralatan manipulasinya canggih.
14

KOMPOSISI

Heat Cured Acryilic Self cured acrylic Light cured acrylic

Polimer : Tipe I a) Urethan Dimetakrilat


i. Polimer poly ( methyl Powder PMMA b) Silika ukuran mikro
methacrylate). Baik serbuk Benzoil Peroksida inisiator - Sinar yang terlihat oleh
yang Diperoleh dari Pigmen ; sekitar 1% mata berperan sebagai
polimerisasi methyl tercampur dalam partikel aktivator, curing agent, dan
methacrilate dalam air polimer bonding agent
maupun partikel yang tidak Opaficer Titanium atau Zinc - Camphoroquinone :
teratur bentuknya yang Oksida berperan sebagai inisiator
diperoleh dengan cara Plasticizers DibutilPtalat
menggerinda batangan
SeratSintetik Nilon, akrilik
polimer.
ii. Initiator peroksida
Tipe II
;berupa 0,2-0,5% benzoyl
Powder Polietil Metakrilat
peroksida.
Benzoil Peroksida:Inisiator
iii. Pigmen ;sekitar 1%
Pigmen ; sekitar 1%
tercampur(Merkuri sulfat
tercampur dalam partikel
dan cadminium sulfat)
polimer
dalam partikel polimer
Opaficer: Titanium atau Zinc
iv. Opaficer: Titanium atau
Oksida
Zinc Oksida
Plasticizers : Dibutil Ptalat
v. Plasticizers : Dibutil
Serat Sintetik: Nilon, akrilik
Ptalat
vi. Serat Sintetik : Nilon,
akrilik

Monomer : Tipe I Monomer resin akrilik yang


i. Monomer methyl Liquid MMA Dapat berberat molekul tinggi
methacrylate mengiritasi mukosa
ii. Stabilizer ; sekitar 0,006 Di-n-butilpthalat
% hydroquinone untuk Dimetil-P-
mencegah berlangsungnya ToluidineAktivator
polymerisasi selama Hidroquinon Inhibitor
penyimpanan. Cross Linking Agent Etilene
iii. Kadang-kadang Glikol Dimetakrilat
terdapat bahan untuk Tipe 2 :
memicu cross-link; seperti Liquid Butil Metakrilat
ethylene glycol Aktivator : Dimetil-P-
dimethacrylate Toluidine
Inhibitor : Hidroquinon
15

Cross Linking Agent : Etilene


Glikol Dimetakrilat

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN RESIN AKRILIK


Jenis resin kekurangan Kelebihan

Heat cured Terdapat pengerutan Warna stabil, murah,


volume akhir, dsri segi estetis lebih
pembuatannya tidak unggul
praktis, daya tahan
abrasi atau benturan
rendah, fleksibilitas
rendah.

Self cured Terdapat sisa monomer Pengerutan volume


dan jumlahnya lebih lebih kecil, praktis,
banyak, kestabilan relatif murah, mudah
warna rendah, dilepaskan dari kuvet,
porusitas lebih tinggi, fleksibilitas lebih
penggunaan bahan tinggi dari heat cured,
kimia dapat polimerisasi kurang
mengiritasi jaringan, sempurna
lbih mahal

Light cured Paparan sinar uv bisa Waktu polimerisasi


merusak jaringan dapat di atur,
penyusutan volume
akhir rendah, hasil
akhir manipulasi dapat
dengan baik, dapat
dimanipulasi dengan
peralatan sederhana
16

Microwave cured Biaya lebih mahal, Waktu yang di


bersifat menyerap air butuhkan lebih singkat,
polimerisasi lebih
sempurna, proses
pembuatannya lebih
bersih, sisa monomer
lebih sedikit

POLIMERISASI
Tahap Tahap Reaksi Resin Akrilik
1. Sandy Stage: Campurannya kasar seperti pasir basah.
2. Sticky Stage : Monomer akan melarutkan butir- butir polimer sehingga
campuran tersebut melunak, melekat serta berserabut. Bila dipegang atau ditarik-
tarik, campuran tadi masih melekat di tangan.
3. Dough Stage: Monomer makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer
dan ada juga monomer yang menguap sehingga konsistensi makin padat. Pada
akhirnya akan menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi di tangan
kalau dipegang.
4. Rubbery Stage: Bentuk dan campuran pada tingkatan paling akhir ini sudah
agak keras,menyerupai karet, tetapi masih dapat diputuskan dengan jari tangan.
5. Hard Stage: Sudah tidak dapat diputuskan dengan tangan (Craig, 2002).

Manipulasi Resin Akrilik


Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer
yang cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Ada dua jenis cara
manipulasi resin akrilik, yaitu teknik molding-tekanan, dan teknik molding-
penyuntikan (OBrien, dkk.,1985)
1. Teknik Molding-Tekanan
Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini,
dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan
17

diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras. Setelah proses


pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mould. Untuk melakukannya,
kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet kemudian
dikeluarkan atau diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian
malam luar dikeluarkan.Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk
melindungi bahan protesa (OBrien, dkk., 1985).
2. Teknik Molding-Penyuntikan
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master
diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
Sprue diletakkan dalam basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan pengeluaran protesa.
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan
kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan
terpolimerisasi, resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah selesai,
gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diprose akhir, dipoles (OBrien, dkk., 1985)

Aspek Aspek yang Mempengaruhi Manipulasi


1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau
2,5: 1 satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup
dibasahi oleh cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan
bergranul dan adonan tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold .
Sebaliknya, cairan juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi pada adonan akrilik , maka pengerutan selama polimerisasi
akan lebih besar (dari 7% menjadi 21 % satuan volume ) dan membutuhkan waktu
yang lama untuk mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan porositas
pada bahan gingiva tiruan (Anusavice ,2003).
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam
tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough .
18

Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak
melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat yang tepat
untuk memasukkan adonan ke dalam mold dalam waktu 10 menit.
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan
menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga tidak dapat
dimasukkan ke dalam mould (Anusavice ,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air
dari gips masuk ke dalam resin akrilik. (Anusavice ,2003)
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat
dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke
dalam mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu
selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian
dilakukan press terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit .
Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring (OBrien dkk, 1985)
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam
water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara
dipanaskan pada suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan
temperatur smapai 100 C dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).
Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk mendapatkan kekuatan dan
derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan mengurangi sisa
monomeryang tertinggal. (Anusavice ,2003)
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian
dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol.
(Anusavice ,2003)
19

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :


a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan mengandung
monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada
suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat
sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah
bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum
dikuring tiba tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik di
atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini menyebabkan
gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan . Pendinginan
dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses ini, harus dihindari
pendinginan secara tiba-tiba karena semalaman pendinginan terdapat perbedaan
kontrasksi antara gips dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam
polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi
kesempatan keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin
dikeluarkan dari cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya gingiva
tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik (Mc Cabe JF, 2008)

C. INDIKASI RESIN AKRILIK DALAM KEDOKTERAN GIGI

Resin akrilik merupakan bahan yang sering digunakan di dalam bidang


kedokteran gigi, resin akrilik dibagi menjadi beberapa tipe. Diantaranya adalah
self cured acrylic dan heat cured acrylic. Dimana self cured acrylic ini
penggunaannya untuk sebagai basis gigi tiruan, untuk perawatan individual
berupa pembuatansendok cetak perorangan, untuk perawatan ortodonsi, mahkota
sementara dan sebagai rebasing dan relining, hal ini dikarenakan sifat dari self
cured sendiri yang fleksibilitasnya lebih baik daripada heat cured acrylic dan
pengerutan saat hasil akhir lebih rendah. Sedangkan heat cured acrylic yaitu
digunakan sebagai mahkota tetap, dan basis gigi tiruan. Berikut adalah aplikasi
resin akrilik dalam kedokteran gigi secara umum :

A. Pembuatan basis gigi tiruan


20

Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan


dan dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan sebelumnya.
Resin akrilik digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik,
warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehinggga estetik di dalam mulut baik,
daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil

B. Bahan restorasi

Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi,
aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan
menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat

C. Bahan penambah post dam pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu)
tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas

D. Restorasi Gigi : tambalan, inlay, dan laminate (resin komposit)

E. Splint dan Stents

F. Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan

Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga


sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-
cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra
dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai
dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan
partikel bubuk selama proses pengasahan

G. Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan pedodonsia

Pada peralatan ortodonsi sebagai vinil.

H. Sebagai alat ortodonti lepasan

Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau
permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat
curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul
21

lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki


porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing
polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu
pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat
ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik.

Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan

I. Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)

J. Inlay dan post core pattern

K. Relining

Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan.


Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung
terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang
menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan
bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik
molding tekanan.

L. Rebasing

Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa


digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai
konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi Polimerisasi
yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan
hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.
22

Lampiran

1. Densitas
Densitas merupakan fungsi dari kerapatan komposisi sehingga dengan
menambahkan serat kaca yang nilai densitasnya sesuai dapat mengisi rongga
kosong sehingga meningkatkan nilai densitas dan kekuatan bahan resin akrilik
heat cured (Ferrancane, 2001).
Hubungan densitas suatu bahan adalah berbanding terbalik dengan nilai
porousitasnya, dimana semakin besar nilai densitas maka semakin sedikit
terbentuknya rongga atau porous dalam bahan tersebut sehingga mempengaruhi
sifat mekaniknya.Salah satu penyebab kegagalan suatu bahan adalah keberadaan
porousitas. Porousitas akan mempengaruhi sifat mekanis bahan, struktur berpori
akan menurunkan kekuatan dan kekerasan. Penambahan serat kaca dapat
meningkatkan densitas dari resin akrilik, dimana semakin besar diameter serat
kaca, semakin tinggi densitas dari resin. Seperti yang telah dibuktikan dalam
pengamatan, penambahan serat kaca dengan diameter 3 mm menghasilkan
penurunan penyerapan air menjadi 0,363% dari sebelum diberi serat kaca sebesar
0,48% dan saat diameter serat kaca menjadi 6 mm, penurunan penyerapan air
menjadi sebesar 0,360% (Sitorus, 2012).

2. Pengaruh Banyak Tidaknya Radikal Bebas dalam Polimerisasi Resin Akrilik


Adanya radikal bebas dapat menyebabkkan peningkatan viskositas cairan
secara lambat, serta pada akhirnya akan menyebabkan komponen cairan menjadi
solid atau padat. Radikal-radikal bebeas yang merupakan inisiator polimerisasi
23

dapat dihasilkan oleh activator yang bereaksi dengan peroksida dalam bubuk atau
powder. Aktivator hanya berada dalam produk yang dinyakan sebagai metarial
self-curing atau autopolymerizing. Radikal-radikal bebas yang terbentuk di dalam
cairan ini berekasi secara cepat dengan inhibitor membentuk radikal-radikal stabil
yang tidak mampu mengawali polimerisasi. Keadaan ini tertera dalam gambar
yang menyatakan bahwa produk radikal (z) merupakan spesies yang relatif stabil
ang tidak akan memulai proses polimerisasi metal metaklirat pada suhu ruang
(McCabe dan Walls, 2011).

Inhibitor (hidrokuinon) (y), bekerja secara bereaksi dengan radikal aktif (x), membentuk
radikal stabil (z)

Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya radikal-radikal yang tidak diinginkan dalam
likuid adalah dengan menyimpan material dalam syatu kaleng atau dalam suatu botol
berwarna gelap. Cahaya yang tampak atau radiasi ultraviolet dapat mengaktifkan
senyawa-senyawa yang secara potesial mampu membentuk radikal (McCabe dan Walls,
2011).

3. Apakah yang dimaksud syarat konduktivitas termal yang baik?


Menurut Craig (2002) resin akrilik memiliki konduktivitas termal yang lebih rendah
dari logam. Hal ini menyebabkan resin akrilik bersifat isolator atau penahan panas dan
mengakibatkan ketidakpekaan dalam merasakan panas dan dingin suatu makanan atau
benda yang masuk kedalam mulut. Akan tetapi sifat isolator ini juga berfungsi menahan
dari panas yang terlalu panas atau dingin yang terlalu dingin hingga tidak merusak atau
tidak bersifat konduktor secara berlebihan. Akan tetapi yang dimaksut konduktivitas yang
diharapkan sebagai syarat penggunaan dalam kedokteran gigi adalah resin akrilik yang
memiliki konduktivitas termal yang standar dalam artian peka terhadap dingin namun
tidak berlebihan, serta bersifat isolator namun tidak berlebihan.
4. Apa yang dimaksud relining dan indikasinya?
Relining adalah proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan gigi tiruan
(basis gigi tiruan) terhadap mukosa pendukungnya dengan cara menambah resin
akrilik baru pada permukaan tersebut tanpa mengubah relasi oklusal gigi geliginya.
24

Tujuan : untuk memperbaiki adaptasi basis gigi tiruan terhadap mukosa


pendukungnya.

Indikasi : 1. Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa


pendukungnya sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material
basis GT baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih
bahasa, Johan Arief Budiman, Susi Purwoko ; editor edisi bahasa
Indonesia, Lilian Juwono. Ed. 10. Jakarta : EGC.

Combe EC.1992.Sari Dental Material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai


Pustaka,

Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Dental Materials. 11th Ed.Missouri :
Mosby Inc.

Ferrancane JL.2001. Materials in dentistry: principles and applications 2nd ed.


Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins: 262-5.

Powers JM, Wataha JC.2008. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th
Ed. Missouri : Mosby Elsevier

Sitorus, Z. dan Dahar, E.2012.Perbaikan Sifat Fisis dan Mekanis Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca. Dentika Dental Journal,
Vol. 17, No. 1,: 24-29.
25

Вам также может понравиться