Вы находитесь на странице: 1из 197

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN


LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN
DURASI TIDUR PADA LANSIA DI UPT PSLU MAGETAN

PENELITIAN QUASY-EXPERIMENTAL

Oleh:

Komsiatiningsih
NIM. 131311123033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN


LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN
DURASI TIDUR PADA LANSIA
DI UPT PSLU MAGETAN

PENELITIAN QUASY-EXPERIMENTAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


dalam Program Studi Pendidikan Ners
pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh:

Komsiatiningsih
NIM. 131311123033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpali bahwa skripsi ini adalab basil karya sendiri dan belum pemali

dikuinpiilkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagaijenjang

pendidikan perguruan tinggi manapun.

Surabaya, 14 Januari 2015

lUUt [ 1- 1^ Al]
Yang Menyatakan,
M P EL

A4ADF798211524

RiaURUPtAH
Komsiatiningsih

NIM: 131311123033

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


m
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2 MOTTO

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi

ketakutan yang membuat sulit karena itu jangan pernah

mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah

untuk mencoba, maka jangan katakan pada Allah aku

punya masalah tapi katakan pada masalah aku punya

Allah yang maha segalanya

(Ali bin Abu Thalib)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya yang telah diberikan sehingga proposal penelitian yang berjudul PROGRAM

RUTIN EXERCISE AEROBIK DAN PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI

OTOT PROGRESIF TERHADAP LATENSI DAN DURASI TIDUR LANSIA

DI UPT PSLU MAGETAN dapat penulis selesaikan dengan baik. Penyusunan

karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak

yang telah memberi dukungan, bimbingan, serta arahan baik moral maupun material.

Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Purwaningsih, S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga yang telah banyak memberikan ilmu serta dukungan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

2. Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si., selaku pembimbing I yang telah menyediakan

waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan solusi,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Eka Mishbahatul MHas, S.Kep,Ns., M.Kep., selaku pembimbing II yang telah

menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan dan bimbingan,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Retno indarwati S.Kep.,Ns, M.Kep., selaku dewan penguji yang telah bersedia

menguji, memberikan saran dan bimbingan dan waktu pada penulis untuk

menyelesaikan skripsi.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Drs Setyo Budi, MM., selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan sosial

Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan yang telah memberikan izin, bantuan,

fasilitas dan keleluasaan dalam pelaksanaan penelitian.

6. Seluruh pegawai kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan sosial Lanjut Usia

(UPT PSLU) Magetan yang sudah menemani, memberikan bimbingan dan

bantuan pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh lansia dan responden di UPT PSLU Magetan yang telah bersedia

berpartisipasi dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

8. Segenap dosen Fakultas Keperawatan yang telah membimbing saya selama

kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

9. Seluruh staf Fakultas Keperawatan yang telah membantu menyelesaikan skripsi.

10. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa pada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

11. Anakku tersayang Affan Jazir Akhmal yang selalu memberi motivasi dan

semangat untuk melewati semua ini.

12. Kedua sahabat saya yang selalu memberi inspirasi, motivasi dan semangat untuk

segera menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman seperjuangan angkatan B16 pendidikan NERS Fakultas

Keperawatan UNAIR, yang selalu berbagi ceria dan saling mendukung dalam

suka dan duka, terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini

Semoga Allah SWT memberikan rahmatNya kepada semua pihak yang

telah memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga penulis

dapat menyelesaikan dengan baik.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi

atau cara penulisannya.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya

dan bagi pembaca umumnya.

Surabaya, 14 Januari 2015

Penulis

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

The Influence of Routine Aerobic Exercise Program and Progressive Muscle


Relaxation Training to The Latency and Sleep Duration on elderly at UPT
PSLU Magetan
Quasy Experiment Research
By:
Komsiatiningsih

Sleep is human basic need which has to be fulfilled by each person. One of
non-pharmacological intervention to enhance sleep was aerobic exercise and
progressive muscle relaxation training, it can stimulate optimal melatonin secretion
and beta-endhorphin to help sleep improvement in elderly and mechanism of
progressive muscle relaxation with using principle of sympathetic and
parasympathetic nervous system theory. The purpose of this study was to analyze the
influence of routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation
training to the latency and sleep duration on elderly.
This study was used quasy-experiment design. Total sample was 20 elderly at
UPT PSLU Magetan, devided into experiment and control group. Variable
independent were routine aerobic exercise program and progressive muscle relaxation
training, while variable dependent were latency and sleep duration on elderly. Data
were collected by using structured interview. Data were then examine by using paired
t-test and independent t-test with level of significance <0.05.
The result had showed that sleep latency and duration on elderly after
intervention. The improvement of sleep latency based on paired t-test showed
p=0.000 for intervention group and p=0.726 for control group and independen t-test
p=0.000 for post intervention and post control. Duration of sleep based on paired t-
test had p=0.000 for intervention group and p=0.591 for control group and
independen t-test p=0.000 for post intervention and post control.
It can be concluded that routine aerobic exercise program and progressive
muscle relaxation training can be used as one of alternative intervention to enhance
latency and sleep duration on elderly. Routine aerobic exercise program and
progressive muscle relaxation training affect fulfillment of sleep need for elderly.
Further research should involued bigger number of elderly as samples.

Keyword: routine aerobic exercise program, progressive muscle relaxation, sleep


latency, sleep duration, elderly.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM..... ii


SURAT PERNYATAAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ ... iv
HALAMAN PENETAPAN SKRIPSI .. v
MOTTO ....................................................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
1.4.1 Tujuan umum .......................................................................................... 7
1.4.2 Tujuan khusus ......................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
1.5.1 Manfaat teoritis ....................................................................................... 8
1.5.2 Manfaat praktis........................................................................................ 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10
2.1 Lansia ........................................................................................................... 10
2.1.1 Definisi lansia........................................................................................ 10
2.1.2 Batasan-batasan Lansia ......................................................................... 10
2.1.3 Teori terjadinya proses penuaan............................................................ 10
2.1.4 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia ........................... 16
2.2 Konsep Tidur ................................................................................................ 20

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.1 Definisi .................................................................................................. 20


2.2.2 Peranan neurotransmiter dalam pengaturan tidur ................................. 20
2.2.3 Kualitas tidur ......................................................................................... 22
2.2.4 Kuantitas tidur ....................................................................................... 22
2.2.5 Latensi tidur .......................................................................................... 22
2.2.6 Durasi tidur ........................................................................................... 23
2.2.7 Irama Sirkadian ..................................................................................... 23
2.2.8 Pola tidur ............................................................................................... 24
2.2.9 Fisiologis tidur pada lansia.................................................................... 26
2.2.10 Gangguan pemenuhan tidur .................................................................. 27
2.2.11 Penanganan gangguan pemenuhan tidur ............................................... 28
2.3 Konsep Olahraga .......................................................................................... 29
2.3.1 Pengertian .............................................................................................. 29
2.3.2 Manfaat olahraga bagi kesehatan .......................................................... 29
2.3.3 Prinsip olahraga pada lansia .................................................................. 30
2.3.4 Olahraga yang baik bagi Lansia ............................................................ 31
2.4 HPA Axis ..................................................................................................... 33
2.4.1 Konsep HPA Axis ................................................................................. 33
2.4.2 Pengaruh olahraga terhadap HPA dan pemenuhan kebutuhan tidur ..... 34
2.4.3 Pengaruh olahraga terhadap sekresi hormon endoprin ......................... 35
2.5 Program Rutin Exercise Aerobik ................................................................. 36
2.5.1 Definisi program rutin exercise aerobik ................................................ 36
2.5.2 Metabolisme energi saat exercise aerobik............................................. 37
2.6 Senam lansia ................................................................................................. 38
2.6.1 Definisi .................................................................................................. 38
2.6.2 Manfaat Senam Lansia .......................................................................... 40
2.6.3 Pengaruh senam terhadap pemenuhan kebutuhan tidur ........................ 40
2.6.4 Prosedur senam ..................................................................................... 41
2.7 Konsep Relaksasi Otot Progresif .................................................................. 54
2.7.1 Definisi .................................................................................................. 54

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.7.2 Alasan latihan otot progresif ................................................................. 55


2.7.3 Tujuan relaksasi otot progresif .............................................................. 56
2.7.4 Cara pelaksanaan ................................................................................... 57
2.8 Konsep Comfort Kolcaba ............................................................................. 69
2.9 Keaslian Penulisan ....................................................................................... 72
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................................. 75
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................... 75
3.2 Hipotesis ....................................................................................................... 77
BAB 4 METODE PENELITIHAN ............................................................................ 78
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 78
4.2 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 79
4.2.1 Populasi ................................................................................................. 79
4.2.2 Sampel ................................................................................................... 80
4.3 Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................... 80
4.3.1 Variabel Independen (variabel bebas) ................................................... 80
4.3.2 Variabel Dependen (variabel terikat) .................................................... 81
4.4 Definisi Operasional ..................................................................................... 81
4.5 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 83
4.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 83
4.7 Uji validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 84
4.7.1 Uji Validitas .......................................................................................... 84
4.7.2 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 85
4.7.3 Uji Coba Instrumen ............................................................................... 86
4.8 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data .......................................................... 87
4.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ........................................... 87
4.10 Kerangka kerja ............................................................................................. 90
4.11 Analisa Data ................................................................................................. 91
4.12 Etika Penelitian............................................................................................. 92
4.13 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 93

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 95


5.1 Hasil Penelitian............................................................................................. 95
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 95
5.1.2 Data umum ............................................................................................ 97
5.1.3 Data Khusus ........................................................................................ 101
5.2 Pembahasan ................................................................................................ 105
5.2.1 Latensi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan........ 105
5.2.2 Durasi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan
pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan........ 107
5.2.3 Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan
relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU
Magetan109
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 117
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 117
6.2 Saran ........................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 119
LAMPIRAN ............................................................................................................. 124

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik Dan
Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi Dan
Durasi Tidur Pada Lansia Di UPT PSLU Magetan ... 7
Gambar 2.1 Model Healthy Aging dengan faktor-faktornya. 13
Gambar 2.3 Hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif para lanjut
usia.. 14
Gambar 2.3 Pemanasan 1..... 40
Gambar 2.4 .... Pemanasan 2........................................................................ 41
Gambar 2.5 Pemanasan 3 ......................................................................................... 41
Gambar 2.6 Pemanasan 4 ......................................................................................... 42
Gambar 2.7 Pemanasan 5......................................................................................... 42
Gambar 2.8 Pemanasan 6 ......................................................................................... 43
Gambar 2.9 Pemanasan 7 ......................................................................................... 43
Gambar 2.10 Peralihan ............................................................................................... 44
Gambar 2.11 Inti 1.......45
Gambar 2.12 Inti 2.......45
Gambar 2.13 .Inti 3 .................................................................................................... 46
Gambar 2.14 Inti 4 ..................................................................................................... 46
Gambar 2.15 Inti 5 ..................................................................................................... 47
Gambar 21.6 Inti 6 ..................................................................................................... 47
Gambar 2.17 Inti 7 ..................................................................................................... 48
Gambar 2.18 Inti 8 ..................................................................................................... 48
Gambar 2.19 Inti 9 ..................................................................................................... 49
Gambar 2.20 Pendinginan 1 ...................................................................................... 49
Gambar 2.21 Pendinginan 2... 50
Gambar 2.22 Pendinginan 3...... 50

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.23 Pendinginan 4 ...................................................................................... 53


Gambar 2.24 Pendinginan 5...................53
Gambar 2.25 Pendinginan 6 ...................................................................................... 54
Gambar 2.26 Pendinginan 7 ...................................................................................... 54
Gambar 2.27 Pendinginan 8 ...................................................................................... 55
Gambar 2.27 Pendinginan 9 ...................................................................................... 55
Gambar 2.28 Gerakan melatih otot tangan.......... 59
Gambar 2.29 Gerakan melatih otot tangan bagian belakang........ 60
Gambar 2.30 Gerakan melatih otot-otot bisep....... 61
Gerakan 2.31 Gerakan melatih otot bahu..... 62
Gambar 2.32 Gerakan mengerutkan otot dahi... 63
Gambar 2.33 Gerakan mengerutkan otot mata 63
Gambar 2.34 Gerakan menegangkan otot rahang... 64
Gambar 2.35 Menegangkan otot di sekitar mulut..... 65
Gambar 2.36 Menegangkan otot leher.... 66
Gambar 2.37 Gerakan melatih otot leher bagian depan.... 67
Gerakan 2.38 Melatih otot punggung.... 67
Gambar 2.39 Gerakan melatih otot dada.... 68
Gambar 2.40 Gerakan melatih otot perut... 69
Gambar 2.41 Gerakan melatih otot kaki.... 71
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian pengaruh program rutin exercise aerobik
dan pemberian relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi
lansia di UPT PSLU Magetan... 90

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Keaslian penulisan ................................................................ 73


Tabel 4.1 Tabel Desain Penelitian......................................................... 79
Tabel 4.2 Definisi operasional .............................................................. 81
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ................... 97
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur ................................ 98
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal dipantai ...... 89
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu 98
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan......... 100
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan agama .............................. 100
Tabel 5.7 Latensi tidur pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan
sesudah melakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian
latihan relaksasi otot
progresif.................................................................................. 101
Tabel 5.8 Durasi tidur pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan
sesudah melakukan program rutin exercise aerobik dan pemberian
latihan relaksasi otot
progresif.................................................................................. 103

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Keterangan lolos etik............................................................. 124


Lampiran 2 Permohonan fasilitas pengambilan data awal ....................... 125
Lampiran 3 Permohonan fasilitas pengambilan data penelitian ............... 126
Lampiran 4 Izin pengambilan data awal dari DEPSOS............................ 127
Lampiran 5 Izin penelitian dari DEPSOS................................................. 128
Lampiran 6 Izin pengambilan data dari UPT PSLU Magetan .................. 129
Lampiran 7 Surat keterangan penelitian dari UPT PSLU di Magetan ..... 130
Lampiran 8 Lembar penjelasan penelitian................................................ 131
Lampiran 9 Lembar penjelasan menjadi responden kelompok perlakuan 133
Lampiran 10 Lembar penjelasan menjadi responden kelompok kontrol.... 135
Lampiran 11 Informed Consent................................................................. 137
Lampiran 12 Lembar kuesioner pengumpulan data ................................... 138
Lampiran 13 SAK senam lansia ................................................................. 141
Lampiran 14 Lembar SPO senam lansia .................................................... 145
Lampiran 15 SAK relaksasi otot progresif ................................................. 147
Lampiran 16 Lembar SPO relaksasi otot progresif .................................... 153
Lampiran 16 Lembar Kuesioner ................................................................. 156
Lampiran 17 Booklet latihan otot progresif ................................................ 158
Lampiran 18 Tabel data demografi............................................................. 168
Lampiran 19 Tabulasi pre dan post latensi tidur kelompok perlakuan ...... 169
Lampiran 20 Tabulasi pre dan post latensi tidur kelompok kontrol........... 170
Lampiran 21 Tabulasi pre dan post durasi tidur kelompok perlakuan ....... 171
Lampiran 22 Tabulasi pre dan post durasi tidur kelompok kontrol ........... 172
Lampiran 23 Tabulasi skor senam lansia dan relaksasi otot progresif ....... 173
Lampiran 24 Hasil uji statistik.................................................................... 174
Lampiran 24 Hasil uji Instrumen ................................................................ 180

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

NREM : Non Rapid Eye Movement


NSC : Nucleus Supra Chiasmatic
PSQI : Pitssburgh Sleep Quality Index
REM : Rapid Eye Movement
BPS : Badan Pusat Statistik
ACTH : Adrenocorticotropoc hormon
ARAS : Ascending Reticulary Sistem
HPA Axis : Hypotalamic Pytuitari Adrenal Axis
GH : Growth hormon
GAS : General Adaptasi Syndrome
TSH : Thyroid Stimulating Hormon
LH : Lutenizing Hormone
PVN : Paraventricularis Hypotalamic Hormon
WHO : World Health organization
ATP : Adenosine tripospate
DNM : Denyut Nadi Maksimum

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3 BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi

pertambahan jumlah lanjut usia. Abad 21 merupakan abad lanjut usia (era of

population aging). Dari data BPS diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi

kenaikan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan presentasi

penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total jumlah penduduk sekitar 23,9

juta dan tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020 atau tercatat 28,8 juta

orang (Efendi, 2009). Seiring perubahan usia, tanpa disadari lanjut usia akan

mengalami perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Salah satu perubahan tersebut

adalah perubahan kualitas tidur baik latensi atau durasi tidur pada lansia.

Menurut National Sleep Foundation sekitar 67 % dari 1508 lansia di Amerika

usia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh

berbagai faktor seperti pensiun, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan

obat-obatan atau penyakit yang dialami. Di Indonesia, gangguan tidur menyerang

sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia adalah gangguan tidur yang

paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20% sampai dengan 50%

lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang

serius. Pravelensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 % (Budi, 2011).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada bulan Oktober

2014 didapatkan jumlah lansia di UPT PSLU Magetan sebanyak 87 lansia, maka

diperoleh data 44 orang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang dialami

bervariasi mulai dari kesulitan untuk memulai tidur yaitu membutuhkan waktu lebih

dari 30 menit untuk tertidur, sering terbangun di malam hari hingga jumlah waktu

tidur yang kurang dari 4 jam. Dari 44 Lansia yang mengalami gangguan tidur, 45%

dari Lansia tersebut melaporkan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tidur

(latensi tidur) dan 55% lainnya mengalami durasi tidur yang kurang dari 6 jam.

Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar yang penting bagi kehidupan

manusia, kurang lebih dari sepertiga kehidupan dijalankan dengan aktifitas tidur.

Pada kondisi tidur, individu berada dalam kondisi yang tidak sadar yakni persepsi

terhadap lingkungan yang hilang atau menurun. Semakin bertambahnya usia

berpengaruh terhadap penurunan dari periode tidur. Kebutuhan tidur akan berkurang

dari usia bayi sampai usia lanjut. Perubahan kualitas tidur pada lansia disebabkan

oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun

karena kemampuan organ dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paru-paru, dan

ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan

tubuh turut terpengaruh (Prasadja, 2009). Kemampuan tidur seseorang dipengaruhi

oleh suatu sistem mekanisme khusus yang disebut sebagai irama sirkadian (circadian

rhythm).

Irama sirkadian merupakan pola bioritme yang selama rentang waktu 24 jam

terjadi secara berulang. Pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam mempengaruhi

fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kemampuan sensorik dan suasana hati (Potter & Perry, 2005). Irama sirkadian diatur

oleh hipotalamus dan berfungsi untuk mengkoordinasikan siklus tidur-bangun,

sekresi hormon, pengaturan suhu tubuh, suasana hati dan kemampuan performa

(Kunert & Kolkhorst, 2007). Siklus tidur secara fisik dipengaruhi oleh beberapa

hormon seperti noradrenalin/adrenaline, asetilkolin, hipokretin, histamin, GABA

(Gamma Amino Butyric Acid), galanin, adenosin, serotonin, dan hormon melatonin.

Hormon ini masing masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior

melalui hipotalamus pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran

neurotransmitter yang mempengaruhi proses tidur dan bangun seseorang dengan

kadar hormon dalam tubuh berbeda beda pada setiap orang (Prasadja, 2009).

Sleep latency adalah lama waktu yang dibutuhkan lansia untuk jatuh tidur.

Lansia secara normal membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit.

Kelatenan ini berhubungan dengan proses awal penurunan aktivitas RAS (Reticular

Activating System) hingga pelepasan serotonin. Kelatenan tidur dipengaruhi oleh

pengaturan suhu tubuh, sistem peredaran darah dan perubahan hormon, namun yang

pada lansia, mengalami perubahan pada hormon dan kemampuan pengaturan suhu

tubuh sehingga mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan untuk kelatenan tidur

tersebut (Chayatin, 2007).

Masalah lain yang sering dialami lansia adalah pemendekan durasi tidur.

Durasi tidur berhubungan dengan lamanya seseorang tertidur atau masuk dalam

tahapan-tahapan tidur yang dikenal dengan NREM (Non Rapid Eye Movement) dan

REM (Rapid Eye Movement). Normalnya, NREM berlangsung selama 60-90 menit

dalam satu siklus tidur sedangkan REM berkisar 20-25% selama tidur malam.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai memendek.

Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4.

Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang

mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010).

Selama ini terdapat beberapa penanganan yang bisa diberikan pada pasien

lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, yaitu farmakologis golongan

benzodiazepine dan non farmakologis (Ganong, 2002). Salah satu terapi non

farmakologis yang dapat diberikan adalah olahraga secara rutin. Salah satu olahraga

yang meningkatkan pemenuhan tidur adalah olah raga kardiovaskular atau olahraga

aerobik yang melibatkan otot-otot besar seperti paha, yang dilakukan selama 15 menit

(Saputra, 2009). Pada penelitian Rahmawati (2013) di Posyandu Lansia Harapan I

dan II Kelurahan Pabuaran menyebutkan bahawa lansia yang diberi perlakuan terapi

aktifitas senam ergonomis dapat memperbaiki kualitas tidur.

Exercise aerobik adalah merupakan serangkaian aktivitas yang terstruktur dan

berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani yang dilakukan dengan cara aerobik. Olahraga

aerobik merupakan olahraga yang menggunakan oksigen dalam penyediaan energi

dan yang bertujuan untuk melatih efisiensi sistem jantung, pembuluh darah dan

pernapasan (Kelly & Tracey, 2005). Untuk lansia disarankan tidak melakukan

aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3

hari dalam satu minggu (Gunters, 2002). Relaksasi otot progresif ditujukan untuk

melawan rasa tegang, cemas dan stres. Seseorang dapat menghilangkan kontraksi otot

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan mengalami rasa rileks dengan membedakan sensasi tegang dan rileks dengan cara

menegangkan atau melemaskan beberapa kelompok otot (Resti, 2014).

Salah satu bentuk olahraga aerobik yang sesuai dengan lansia adalah senam

secara rutin. Senam memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan

rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Salah satu senam yang cocok

untuk lansia adalah senam lansia. Frekuensi latihan yang berguna untuk

mempertahankan kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan

sebanyak-banyaknya lima kali dalam seminggu (Maryam dkk, 2008). Senam ini

merupakan olahraga yang ringan dan mudah dilakukan, dan tidak memberatkan.

Aktifitas olahraga ini membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena dapat

melatih tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

Relaksasi mengakibatkan renggangan pada arteri akibatnya terjadi

vasodilatasi pada arteora & vena divasilitasi oleh pusat vasomotor, ada beberapa

macam vasomotor yaitu reflek baroreseptor, reflek femoreseptor, reflek brain, reflek

pernafasan. Dalam hal ini yang paling kuat yaitu reflek baroreseptor yang mana

relaksasi akan menurunkan aktifitas saraf simpatis dan epinefrin serta peningkatan

saraf parasimpatis sehingga kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup

(CO) menurun, serta terjadi vasodilatasi arteriol dan venula.

Berdasarkan masalah gangguan tidur berupa latensi dan durasi pada lansia,

optimalisasi kebutuhan tidur diperlukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh lansia,

salah satunya yakni dengan pemberian aktifitas latihan lansia secara rutin. Pemberian

aktifitas latihan diharapkan mampu percepatan tidur, jarang terbangun serta

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tercapainya tidur yang dalam. Beberapa latihan sudah diterapkan untuk meningkatkan

kualitas tidur lansia, namun efektifitas latihan terhadap latensi dan durasi masih

belum jelas. Berdasar fenomena di atas penulis akan melakukan penelitian tentang

pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.

3.2 Identifikasi Masalah


Dari data responden yang
dilakukan pengkajian
awal di UPT PSLU
Magetan, pada Oktober
Faktor-faktor yang 2014 didapatkan 44 dari
mempengaruhi 87 lansia mengalami
gangguan tidur, 45% dari
kualitas tidur pada lansia Lansia tersebut
antara lain : melaporkan membutuhkan
- Penyakit waktu lebih dari 30 menit
- stress psikologis untuk tidur (latensi tidur)
- obat dan 55% lainnya
- nutrisi mengalami durasi tidur
- lingkungan yang kurang dari 6 jam.
- Motivasi upaya yang sudah
- gaya hidup dan
dilakukan untuk
latihan
mengatasi masalah tidur
(Saryono & Widianti, 2010)
yaitu dengan mengikuti
senam 2 kali dalam
seminggu

Program rutin exercise aerobik


dan pemberian latihan relaksasi Pemenuhan latensi dan
otot progresif durasi tidur

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik


Dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi
Dan Durasi Tidur Pada Lansia Di UPT PSLU Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adanya proses aging maka akan terjadi gangguan pemenuhan tidur baik latensi atau

durasi. Masalah yang menjadi faktor penyebab gangguan pemenuhan tidur yakni proses

degeneratif tubuh, gangguan mental dan psikologi. Faktor penyebab gangguan tidur

antara lain antara lain penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi,

gaya hidup dan latihan. Dan apabila tidak diatasi faktor-faktor tersebut akan

mengakaibatkan tergangguanya kualitas dari tidur lansia.

3.3 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik

relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU

Magetan?

3.4 Tujuan Penelitian

3.4.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik

relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU

Magetan.

3.4.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi latensi tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan program

rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap

latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Mengidentifikasi durasi tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan program rutin

exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi

dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT PSLU Magetan.

3. Menganalisis pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik

relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur lansia di UPT

PSLU Magetan.

3.5 Manfaat Penelitian

3.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini menjelaskan program rutin exercise aerobik dan

pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia tidur

lansia di UPT PSLU Magetan, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam

pengembangan ilmu keperawatan gerontik yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan tidur pada lansia.

3.5.2 Manfaat praktis

1. Lansia

Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif

dapat menjadi pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan latensi dan durasi tidur

pada lansia di di UPT PSLU Magetan.

2. Bagi perawat geriontik

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif

diharapkan menjadi intervensi pilihan bagi perawat dalam menangani gangguan tidur

berupa latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.

3. Panti

Program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif

diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam menangani

gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berupa latensi dan durasi tidur pada lansia di

UPT PSLU Magetan.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang program

rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap latensi

dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Lansia

4.1.1 Definisi lansia

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Di Indonesia

istilah untuk kelompok lansia masih memiliki sebutan yang berbeda. Ada yang

menyebutkan istilah usia lanjut ada pula yang menyebutkan lanjut usia (Tamber &

Noorkasiani, 2009). Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya

secara berlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak bisa bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

4.1.2 Batasan-batasan Lansia

Menurut WHO dalam Nugroho (2008) membagi batas-batas rentang lanjut

usia :

1) Usia pertengahan (middle/young elderly) usia antara 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia antara 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) berusia di atas 90 tahun.

4.1.3 Teori terjadinya proses penuaan

1. Teori biologis

Darmojo dan Martono (2010) menjelaskan teori-teori proses menua antara lain:

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1). Teori Genetic clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies spesies

tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik di yang telah

diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut konsep ini bila jam kita itu

berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan

atau penyakit. Secara teoritis dapat memungkinkan memutar teori genetic clock meski

hanya dengan beberapa waktu menggunakan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan atau tindakan

tertentu.

2). Mutasi somatik (Error Catastrope)

Dalam teori ini disebutkan bahwa dikatakan ada faktor-faktor lingkungan

yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik, proses menua disebabkan radiasi dan

zat kimia dan menghindari zat kimia yang bersifat kardiogenik dapat memperpanjang

umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik,

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Terjadi

kesalahan dalam proses transkripsi maupun proses translasi, kesalahan tersebut

menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan menyebabkan reaksi metabolisme

yang salah sehingga akan mengurangi fungsional sel, maka akan terjadi kesalahan

yang makin banyak sehingga terjadilah catastrop (Suhana, 1994 dalam Darmojo &

Martono, 2010).

3). Rusaknya sistem imun tubuh

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Teori rusaknya autoimun mutasi adalah suatu mutasi yang berulang atau

perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik

menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat

menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan

tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi

dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989 dalam Darmojo & Martono,

2010). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen

permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel

yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.

Peristiwa inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun.

4). Teori menua akibat metabolisme

Dalam teori ini dikatakan bahwa pengurangan asupan kalori disebabkan

karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Pentingnya

metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang dikemukakan pula oleh Ballin

dan Allen (1989) dikutip oleh Suhana (1994) dalam Darmojo & Martono (2010).

Menurut mereka ada hubungan antara tingkat metabolism dengan panjang umur.

Hewan-hewan di alam bebas dikatakan lebih panjang umurnya daripada hewan

laboratorium.

5). Kerusakan akibat radikal bebas

Dalam teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas dapat terbentuk di alam

bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam

rantai rantai pernafasan di mitokondria. Makin lanjut usia makin banyak radikal

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel

makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993 dalam Darmojo &

Martono, 2010). Walaupun ada sistem penangkal namun sebagian radikal bebas tetap

lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga

proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organela sel makin lama makin banyak

dan akhirnya sel mati.

Healthy aging akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu endogenic dan exogenic

factor (Darmojo & Martono, 2010). Endogenic factor yang dimulai dengan cellular

aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh.

Proses ini seperti jam yang terus berputar. Sedangkan Exogenic factor, yang dapat

dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan faktor

sosio budaya yang paling tepat disebut gaya hidup (life style). Faktor exogenic aging

tadi sekarang lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko.

Gambar.2.1. Model Healthy Aging dengan Faktor-Faktornya (Darmojo & Martono,


2010)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menuju healthy aging (menua sehat) dapat dengan jalan peningkatan mutu

(promotion), pencegahan penyakt (prevention), pengobatan penyakit (curative), dan

pemulihan (rehabilitation), sehingga keadaan patologikpun dicoba untuk

disembuhkan karena proses patologik akan mempercepat jalan jam waktu tadi,

endogenic dan exogenic factors ini seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena

saling mempengaruhi dengan erat maka bila faktor tersebut tidak dapat dicegah

terjadinya, maka orang tersebut akan lebih cepat meninggal. Faktor endogenic dan

exogenic ini lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko, hubungan antara faktor

resiko dengan penyakit degeneratif pada para lanjut usia dapat lebih jelas dilihat pada

gambar menyerupai laba-laba di bawah ini (Darmojo & Martono, 2010)

Gambar 2.2. Hubungan Antara Faktor Resiko Dengan Penyakit Degeneratif pada
Para Lanjut Usia (Darmojo & Martono, 2010)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Faktor resiko dan penyakit degeneratif seringkali bersamaan sehingga

memungkinkan terjadi banyak penyakit pada satu penderita (multi patologi) maka

faktor resiko tadi haruslah dicegah dan dikendalikan.

2. Teori psikososial

Teori Psikososial, yang terdiri dari menurut Stanley& Barre 2007, sebagai

berikut :

1). Teori kepribadian

Kepribadian ada dua yaitu introvert dan ektrovert yang mana harus ada

keseimbangan di antaranya. Penuaan juga berpengaruh pada kepribadian lansia

tersebut. Teori ini mengatakan untuk mengembangkan diri dapat melalui aktifitas

yang dapat merefleksikan dirinya sendiri. Lansia yang sehat tidak tergantung pada

jumlah aktivitas sosial seseorang tetapi tergantung dari kepuasan dari aktivitas

kesehatan yang dilakukan (Stanley dan Barre, 2007).

2).Teori tugas perkembangan

Tugas utama lansia harus mampu melihat kehidupan seseorang sebagai

kehidupan yang dijalani dengan integritas. Jika tidak ada pencapaian menjalani hidup

dengan baik lansia akan beresiko untuk menghadapi penyesalan. Aktifitas dan

tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang sebagai tahapan spesifik dalam

kehidupan.

a. Teori disengagement

Proses penarikan diri dapat diprediksi, sistematis, dan penting untuk fungsi

yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Kontak dan tanggung jawab lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

akan di berikan pada generasi muda supaya lansia dapat menyediakana waktu untuk

dapat merefleksikan pencapaian hidup dan harapan hidup yang belum terpenuhi.

b. Teori aktifitas

Jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif, penting

aktifitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan

pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan

seseorang harus seimbang dengan dengan pentingnya perasaan dari yang dibutuhkan

orang lain.

c. Teori kontinuitas

Dikenal dengan teori perkembangan yang merupakan suatu kelanjutan dari

kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada

kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan

terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping

individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana

seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat menua. Lansia

yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan

mudah menyerahkan kendali kepada generasi muda.

4.1.4 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2008), selama proses penuaan terjadi perubahan pada

lansia, baik perubahan fisik, mental maupun psikososial.

Perubahan meliputi:

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Perubahan Fisik

1) Sel

Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati. Jumlah sel

otak menurun dan otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 10%, lekukan

otak menjadi dangkal dan lebar dan mekanisme perbaikan sel terganggu.

2) Sistem integument

Kulit keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon

terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun. Kulit kepala dan rambut

menipis berwarna kelabu. Berkurang elastisitas kulit akibat penurunan

vaskularisasi dan cairan, fungsi keringat menurun dan terjadi perubahan pada

kuku.

3) Sistem Muskulo sekeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Terjadi kifosis,

persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami

skelerosis, serta terjadi atrofi serabut otot. Komposisi otot berubah, dan terjadi

penurunan aliran darah keotot.

4) Sistem endokrin

Pada lansia seperti penurunan reabsorbsi sodium dan air, penurunan lanjut

metabolisme, penurunan respon sistem kekebalan, penurunan efisiensi dari

respon stres, peningkatan jumlah gula darah 2 jam setelah makan, tidak

toleransi terhadap karbohidrat dan jaringan tepi kebal terhadap insulin.

Berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH dan terjadi penurunan dari

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

aldosteron dan hormon reproduksi seperti progesterone, estrogen dan

testoteron.

5) Sistem Neurologis

Menurunnya hubungan persyarafan, berat otak menurun, lambat dalam respon

dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indera dan kurang sensitif

terhadap sentuhan, terjadi defisit memori.

6) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menjadi tebal, elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan

jantung memompa darah menurun. Hilangnya pembuluh darah dan tekanan

darah meninggi.

7) Sistem pendengaran

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga, membrana timpani

menjadi atrofi dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan jiwa atau stres, terjadi tinnitus dan vertigo.

8) Sistem penglihatan

Hilangnya respon terhadap sinar, sfingter pupil timbul sklerosis, lensa lebih

suram, kehilangan daya akomodasi dan menurunya lapang pandang. Daya

membedakan warna menurun terutama warna biru atau hijau pada skala.

9) Sistem pengaturan temperature tubuh

Suhu yang sering ditemukan pada lansia yaitu temperatur tubuh menurun

(hipotermia) akibat metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek

menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

penurunan aktifitas otot.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar

menurun, peristaltik lemah dan timbul konstipasi, serta fungsi absorpsi

melemah, hati mengecil.

11) Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Penurunan

aktifitas dari silia dan paru-paru kehilangan elastisitas. Ukuran alveoli

melebar, reflek untuk batuk berkurang dan menurunnya kemampuan

kemampuan pegas dada dan otot-otot pernapasan.

12) Sistem Reproduksi

Pada wanita vagina terjadi kontraktur dan mengecil, ovarium mengecil dan

atrofi pada uterus, vagina, dan vulva. Pada laki-laki testis masih memproduksi

spermatozoa walaupun terjadi penurunan serta kehidupan seksual masih

menetap.

13) Sistem genitourinaria

Pada ginjal dan otot vesika urinaria mengalami kelemahan sehingga

mengakibatkan frekuensi buang air seni meningkat pada lansia wanita,

sedangkan vesika urinaria pada lansia laki-laki susah dikosongkan sehingga

mengakibatkan retensi urin. Sekitar 77% pria di atas usia 65 tahun mengalami

pembesaran prostat.

2. Perubahan mental

Pada lansia akan terjadi perubahan mental seperti semakin egosentris, mudah

curiga bertambah pelit. Setiap lansia memiliki keinginan berumur panjang, tetap

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

diberi perana dalam masyarakat, ini tetap berwibawa dan jika meninggal ingin

secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental

yaitu adanya perubahan fisik (khusus organ perasa), kesehatan umum, tingkat

pendidikan, hereditas (keturunan) dan lingkungan.

3. Perubahan Psikososial

Jika seseorang pensiun, akan mengalami kehilangan, antara lain kehilangan

finansial, kehilangan status, hilangnya teman atau relasi, kehilangan pekerjaan

atau kegiatan. Perubahan dalam cara hidup, hilangnya kekuatan dan ketegapan

fisik perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri, menderita

penyakit kronis gangguan syaraf panca indra serta terjadi gangguan gizi.

4.2 Konsep Tidur

4.2.1 Definisi

Menurut Asmadi (2008), tidur adalah keadaan tidak sadar di mana persepsi

dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan

kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Kebutuhan tidur muncul secara

otomatis jika tubuh merasa lelah yang diawali oleh respon mengantuk, dan menjadi

isyarat tubuh untuk mendapatkan istirahat secara fisik dan mental.

4.2.2 Peranan neurotransmiter dalam pengaturan tidur

Menurut Japardi (2002) mengatakan bahwa sistem tidur sangat dipengaruhi

oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activity System):

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Sistem seretonergik

Serotonergik dipengaruhi oleh hasil metabolime asam amino tryptophan,

bertambah tryptophan maka jumlah serotonin yang dihasilkan meningkat sehingga

bisa menyebabkan rasa kantuk dan sebaliknya apabila jumlah tryptophan yang

dihasilkan berkurang atau terhambat akan membuat seseorang susah tidur.

2. Sistem Andrenergik

Neuron-neuron yang mengandung norepineprin terletak di badan sel nucleus

cerelus di batang otak. Kerusakan cerelus dibatang otak akan mempengaruhi

penurunan dan hilangnya fungsi REM.

3. Sistem Kholinergik

Stimulasi jalur kholinergik ini mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti

dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik central yang berhubungan

dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan

latensi tidur REM. Pada pasien yang menggunakan obat anti kholionergik akan

didapatkan gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

4. Sistem histaminergik

Sistem histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

5. Sistem Hormon

Hormon yang mempengaruhi sistem tidur yaitu ACTH, GH, TSH, dan LH.

Hormon-hormon ini di sekresi oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus

pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmister

norepineprin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan

bangun.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.2.3 Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tertidur dan mendapatkan

jumlah tidur REM dan NREM yang tepat (Kozier, dkk, 2004). Kualitas tidur yang

baik dapat dinilai dari tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa

semangat untuk melakukan aktivitas. Busyee, dkk (1989) pertama kali melakukan

penelitiannya tentang pengukuran kualitas dan pola tidur menggunakan The

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang membedakan antara tidur yang baik dan

buruk melalui pemeriksaan 7 komponen yaitu latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur,

efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan fungsi

tubuh di siang hari (Kunnert, 2007). Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari

tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur.

4.2.4 Kuantitas tidur

Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur seorang idnividu (Kozier, dkk

2004). Jumlah waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang itu berbeda-beda

menyesuaikan dengan tahap perkembangan, dari bayi hingga lansia. Namun,

seseorang dengan kuantitas tidur yang tergolong normal (pada usia dewasa tengah 6-7

jam) belum menjamin ia untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.

4.2.5 Latensi tidur

Sleep latency adalah lama waktu yang dibutuhkan responden untuk jatuh

tidur. Lansia secara normal membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15

menit. Kebiasaan lansia yang minum kopi dan merokok, hal ini dapat mempengaruhi

lansia untuk jatuh tertidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia adalah

kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

minum, merokok, mengonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa

berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007).

4.2.6 Durasi tidur

Kebutuhan dan pola tidur normal pada lansia adalah tidur sekitar 6-7 jam

sehari. Lansia mengalami tidur 6-7 jam sehari karena adanya penurunan fase NREM

1 dan 2, stadium 3 dan 4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang, hal ini

membuat tidur lansia menjadi lebih singkat atau berkurang dibandingkan dengan

orang dewasa yang rata-rata 8 jam sehari. Lansia yang tidurnya lebih dari 7 jam, hal

ini dimungkinkan lansia mampu beradaptasi dengan perubahan seiring dengan proses

penuaan pada dirinya (Potter & Perry, 2005).

4.2.7 Irama Sirkadian

Irama sirkadian merupakan pola bioritme yang selama rentang waktu 24 jam terjadi

secara berulang. Pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam mempengaruhi fluktuasi

dan prakiraan suhu tubuh denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan

sensorik dan suasana hati (Potter & Perry, 2005). Irama sirkadian diatur oleh

hipotalaus dan berfungsi untuk mengkoordinasikan siklus tidur-bangun, sekresi

hormon, pengaturan suhu tubuh, suasana hati dan kemampuan performa (Kunert &

Kolkhorst, 2007). Pola tidur-bangun yang muncul dapat menyebabkan dan

disebabkan oleh adanya pelepasan hormon tertentu. Melatonin yang disintesis di

kelenjar pineal dikala gelao, yang saat siang hari kelenjar pineal tidak aktif tetapi saat

hari mulai gelap, maka pineal mulai memproduksi melatonin yang dilepaskan ke

dalam darah. Selain dipengaruhi oleh hormon, siklus tidur-bangun seseorang juga

dipengaruhi oleh rutinitas sehari-hari, kegiatan sosial, kebisingan dan alarm jam.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.2.8 Pola tidur

Siklus tidur dan terjaga manusia dikontrol dalam otak dan dipengaruhi oleh

faktor lingkungan (DeLaune & Ladner, 2002). Secara fisiologis, proses tidur yang

normal diawali oleh respon mengantuk. Pada kondisi ini, terjadi penurunan kesadaran

tubuh akan rangsangan dari luar, namun rangsangan tersebut masih dapat diterima

dengan mudah dan membuat individu kembali tersadar. Proses berikutnya kesadaran

individu semakin menurun dan masuk ke dalam tahapan tidur NREM. Pada tahapan

ini, rangsangan dari luar masih dapat diterima (sayup-sayup) namun tidak

mengganggu kesadaran. Tahapan NREM berganti menjadi tahap akhir yakni tahap

tidur REM (Lanywati, 2001). Pola tidur dapat diklasifikasi berdasarkan tanda-tanda

pergerakan mata menjadi fase Non REM dan REM. Persentase durasi tidur normal

manusia yakni 75-80% fase Non REM dan 20-25% fase REM (Darmojo & Martono,

2010). Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai

memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak

memiliki tahap 4. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf

pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010).

Perubahan kualitas tidur pada lansia

1. Tidur Non REM (Non Rapid Eye Movement)

Fase NREM merupakan fase awal tidur manusia. Disebut Non REM karena

tidak terdapat pergerakanan bola mata yang intensif dan cepat. Pada tahap ini,

individu mendapatkan tidur yang nyaman dan dalam tanda-tanda tidur NREM yakni:

sebagian besar organ tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernafasan

teratur, kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata dan muka

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

diam tanpa gerak (Lanywati, 2001). Berdasarkan kedalaman tidurnya, fase NREM

digolongkan menjadi 4 fase, antara lain:

1) Tingkat 1

Tingkat pertama ini merupakan tahap transisi individu dari kondisi sadar

menuju kondisi tidur. Ciri-ciri dari tingkat 1 yakni seseorang merasa kabur dan rileks,

seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak

ke kiri dan kanan, kecepatan jantung dan pernafasan menurun secara jelas (Asmadi,

2008). Kualitas tidur pada tingkat ini masih rendah, dengan artian individu masih

dapat terbangun dengan mudah (deLaune & Ladner, 2002). Pada orang normal, fase

ini berkisar 5-10% bagian dari total waktu tidur. Jika dilihat melalui EEG, terjadi

penurunan gelombang alfa dan muncul gelombang yang lebih lambat yakni beta dan

teta.

2) Tingkat 2

Merupakan masih tahap tidur ringan namun proses tubuh terus menurun dari

tingkat pertama. Karakteristik dari tingkat 2 yakni kedua bola mata berhenti,

bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan berkurang, serta kecepatan

jantung dan pernapasan menurun. Tahap 2 memiliki waktu 10-15 menit dan muncul

gelombang beta dengan frekuensi 14-18 siklus/detik (Asmadi, 2008).

3) Tingkat 3

Pada tingkat ini individu mendapatkan tidur yang cukup dalam sehingga lebih

sulit untuk dibangunkan. Durasi dari tingkat 3 membutuhkan waktu 30-45 menit.

Individu berada pada kondisi rileks, jarang bergerak, dan kondisi medium deep sleep.

Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh semakin menurun akibat dominasi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sistem parasimpatis. Pada monitor EEG diketahui terdapat gelombang lambat (slow

wave) delta dan teta mencapai 50%.

4) Tingkat 4

Pada tingkat 4, individu berada pada kondisi yang lelap dan paling sulit untuk

dibangunkan. Karakteristik tingkat ini yakni jarang bergerak, fisik lemah dan lunglai,

napas serta denyut jantung menurun sekitar 20-30%, dan individu berada pada tahap

deep sleep. Pada EEG, terlihat hanya gelombang delta yang lambat dengan frekuensi

1-2 siklus per detik (Asmadi, 2008).

2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Disebut fase REM karena pada waktu ini individu mengalami pergerakan bola

mata yang lebih tinggi dari tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini kondisi individu

berbeda dari tidur Non REM, yakni merupakan tahap tidur yang sangat aktif.

Karakteristik dari tidur REM yakni napas dan denyut jantung tak teratur, terdapat

mimpi, lebih sulit dibangunkan, dan pergerakan otot irreguler. Status kerja otak

bekerja aktif ketika tahap REM dan metabolisme otak meningkat hingga 20%

(Guyton, 2006). Dengan kata lain, tidur jenis REM merupakan tidur paradoks, yakni

meskipun individu tertidur namun otak masih bekerja sama seperti ketika bangun.

4.2.9 Fisiologis tidur pada lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Akan tetapi,

kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut. Episode tidur

REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur

NREM 3 dan 4. Beberapa lansia tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Seorang

lansia yang terbangun lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

untuk jatuh tidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain

penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan

(Saryono & Widianti, 2010). Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap

perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah mempertahankan

tidur REM (Perry & Potter, 2005). Peningkatan melatonin dimulai pukul 9 malam

dan terus meningkat sepanjang malam dan hilang pada jam 9 pagi (Martono &

Darmojo, 2010).

4.2.10 Gangguan pemenuhan tidur

1. Gangguan tidur karena pernapasan

Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok pada tidur dan mengantuk hebat

pada siang hari. Terdapat tiga jenis gangguan tidur karena pernapasan yaitu berupa

sindrom tahanan saluran atas (Upper Airway Resisten Sindroma/UARS), henti napas

karena obstruksi (Obtruktive Sleep Apnue/OSA) dan sindroma hiperventilasi karena

obesitas (Obesity Hypoventilation Syndrome) (Martono & Pranarka, 2009)

2. Sindroma kaki kurang tenang (Restless Legs Syndrome) dan gangguan gerakan

tungkai yang periodik ( Periodic Limb Disorder)

Suatu sindroma ditandai dengan kaki kurang tenang berupa rasa sakit yang berlebihan

terutama di malam hari pada waktu istirahat. Disebut akathisia berupa perasaan

seperti dirayapi semut atau hewan lain, sehingga mendorong seseorang untuk

menggerakkan kakinya atau bangun dan berjalan untuk menghilangkan rasa sakit

(Martono & Pranarka, 2009).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Gangguan perilaku REM

Sering muncul pada lansia, disebabkan karena adanya disinhibisi transmister

aktifitas motorik saat bermimpi. Pasien sering bermimpi dan jatuh dari tempat tidur

sehingga terjadi resiko perlukaan (Martono & Pranarka, 2009).

4. Insomnia

Insomnia adalah suatu keadaan tidak mampu untuk tidur walaupun ada keinginan

untuk tidur. Terdiri dari 3 jenis insomnia yaitu jangka pendek, sementara dan kronik

(Stanley, 2007)

5. Hipersomnia

Suatu keadaan tidur yang di tandai pasien tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode

24 jam dengan keluhan tidur berlebihan (Stanley, 2007)

4.2.11 Penanganan gangguan pemenuhan tidur

Ada dua cara untuk menangani gangguan tidur yaitu dengan cara

farmakologis dan non farmalogi

1. Tindakan farmakologis

Terapi diberikan pada penyebab terjadinya gangguan tidur dan gangguan tidur yang

terjadi. Obat tidur dapat membantu klien mengatasi gejala insomnia. Benzodiasepin

paling sering digunakan mengatasi insomnia

2. Tindakan Nonfarmakologi

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

tidur

1) Memulai tidur dan usahakan pada waktu yang sama tiap hari

2) Makan dan minum dalam jumlah yang banyak sebelum tidur

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3) Menghindari nikotin, kafein dan minuman berakhohol

4) Olah raga secara teratur

5) Membuat kamar tidur dingin, gelap, tenang dan nyaman

6) Tidur lebih awal, tidur siang mungkin bisa mengganti waktu tidur malam

7) Menggunakan alas tidur dan bantal yang nyaman

8) Melakukan rutinitas sebelum tidur

9) Tidur ketika merasa lelah

4.3 Konsep Olahraga

4.3.1 Pengertian

Menurut Menpora (2010) olahraga adalah proses sistematis yang berupa

segala kegiatan yang dapat mendorong, mengembangkan, membina potensi

jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat dalam

bentuk permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperolah

rekreasi, kemenangan, dan pretasi puncak dalam rangka membentuk manusia

Indonesia yang seutuhnya yang berdasar pada Pancasila.

4.3.2 Manfaat olahraga bagi kesehatan

1. Sebagai pencegahan

Olahraga pada lansia bersifat endurance atau ketahanan tubuh sangat baik

untuk mengatasi degenerasi tubuh. Olahraga tersebut misalnya jalan kaki, berenang

dan bersepeda.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Sebagai pengobatan

Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan dengan olahraga adalah

kelemahan sirkulasi darah, insufisiensi koroner, diabetes mellitus, kelainan infark

jantung, kelainanpembuluh darah (depkes RI, 1989). Olahraga dapat meningkatkan

kebutuhan tidur sehingga membantu mengatasi insomnia (Saputra, 2006)

3. Sebagai rehabilitasi

Untuk menambah kebugaran pada kondisi cacat tubuh, dengan latihan fisik

tertentu dapat membantu latihan penggunaan otot dan memperkuat organ lain.

4.3.3 Prinsip olahraga pada lansia

Menurut Maryam dkk (2008) prinsip olahraga bagi lansia dapat meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1) Latihan yang diberikan merupakan kegiatan yang digemari, bervariasi serta

disesuaikan denan kondisi kesehatan peserta.

2) Latihan fisik harusnya bersifat aerobik, yaitu berlangsung lama dengan ritmik

yang berulang-ulang

3) Latihan fisik berlangsung lama dan berulang. Durasi berkisar 15-45 menit secara

kontinu dilakukan rutin 3-4 kali per minggu. Intensitas latihan sebesar 60-80%

denyut nadi maksimal (Denyut Nadi Maksimal: 220 usia)

4) Setiap latihan diawali pemanasan, peregangan dan latihan inti. Pada akhir

olahraga sebaiknya diakhiri dengan pendinginan dan peregangan.

5) Komponen yang diperhatikan dalam melatih kesegaran jasmani meliputi

ketahanan kardio-pulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh,

keseimbangan dan kelincahan gerak.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6) Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta jangan

memakai pakaian yang tebal

4.3.4 Olahraga yang baik bagi Lansia

Pada lansia terjadi banyak penurunan fungsi seiring dengan proses degenerasi,

kebutuhan dan kemampuan olahraga bagi lansia tidak sama dengan dewasa

umumnya. Aktifitas fisik yang sesuai dengan lansia antara lain:

1. Pekerjaan rumah dan berkebun

Kegiatan harian yang dilakukan di rumah dapat memberikan latihan fisik yang

dibutuhkan untuk menjaga kebugaran tubuh. Untuk hasil yang optimal, harus

dikerjakan secara tepat agar napas dan denyut jantung sedikit lebih cepat, dan otot

menjadi lelah sehingga tubuh mengeluarkan keringat (Maryam dkk, 2008). Kegiatan

yang disukai lansia dapat menjadi olahraga rutin sehingga motivasi menjaga

kebugaran meningkat.

2. Berjalan

Berjalan kaki merupakan olahraga yang sangat baik untuk mergangkan otot-

otot kaki dan jika temponya semakin cepat bermanfaat untuk daya tahan tubuh

(Maryam dkk, 2008). Selain itu, kelenturan tubuh terlatih karena olahraga berjalan

membutuhkan koordinasi gerak ekstremitas. Jalan kaki, jika dilakukan dengan tempo

yang sedikit lebih cepat merupakan latihan yang berguna untuk mempertahankan

kesehatan dan kebugaran jasmani. Olahraga ini merupakan latihan yang aman, murah

dan menyenangkan bagi lansia.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Jalan cepat

Jalan cepat adalah olah raga lari yang bukan untuk perlombaan dan dilakukan

dengan kecepatan dibawah 11 km/jam atau di bawah 5,5 menit/km. Jalan cepat

berguna untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.

4. Senam kebugaran lansia

Jenis olahraga ini membantu tubuh tetap bugar dan segar. Senam dapat

menjaga tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh. Selain meningkatkan

fungsi organ tubuh, senam juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam

tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi dkk, 2010).

5. Yoga

Yoga adalah dapat memberikan keuntungan fisik dan mental. Bentuk lain dari

yoga adalah senam tera dan aerobik yang ideal bagi lansia.

6. Bersepeda

Bersepeda sangat baik bagi arthritis karena tidak menyentuh lantai yang

menyebabkan sakit pada sendi-sendinya, bersepeda juga baik untuk meningkatkan

keregangan tapi tidak menambah kelenturan.

2.3.1 Olahraga yang membahayakan Lansia

Menurut Maryam (2008) ada beberapa gerakan yang membayakan untuk dilakukan

oleh lansia yaitu antara lain:

1. Sit up dengan kaki lurus

Sit up dengan kaki lurus mengakibatkan tekanan yang cukup besar pada

vertebrata. Sit up dengan cara ini menyebabkan otot ilopsoasl fleksor pada punggung

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang melekat pada columna vertebrate dan femur menanggung beban. Latihan seperti

ini punggung akan naik keatas secara permanaen dan lengkung lordosis menjadi lebih

banayak yang berakibat nyeri pada pinggang.

2. Meraih ibu jari kaki

Latihan seperti ini kurang baik dan mengakibatakan cidera. Latihan ini

biasanya dilakukan ditujukan untuk menguatkan punggung bagian bawah.

3. Mengangkat kaki

Melatih dengan mengangkat kaki dan menahannya untuk beberapa saat.

Latihan ini kurang baik karena dapat mengakibatkan nyeri pungung bagian bawah

dan menyebabkan kejadian lordosis.

4. Melengkugkan punggung

Pada lansia olahraga ini tidak boleh dilakukan karena pada lansia hal ini tidak

mengencangkan perut tapi menguatkan punggung bawah. Jika terjadi hiperextensi

dari punggung maka bisa melampaui lengkungan dari punggung itu sendiri.

4.4 HPA Axis

4.4.1 Konsep HPA Axis

Hipotalamus pituitary adrenal (HPA Axis) yaitu kesatuan komplek yang

memiliki pengaruh langsung dan merupakan interaksi umpan balik antara

hipotalamus, kelenjar pituaitary dan kelenjar adrenal. HPA Axis adalah bagian utama

dari neuroendokrin sistem yang mengontrol reaksi stress dan regulasi beberapa proses

di tubuh termasuk pencernaaan, sistem imum dan tubuh, seksualitas dan gudang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penyimpanan energy di tubuh. HPA Axis merupakan mekanisme umum sebagai

interaksi antara kelenjar-kelenjar, hormone-hormon dan bagian dari batang otak yang

mempengaruhi General Adaptasi Sindrom (GAS).

Komponen dari HPA Axis adalah paraventrikuler nucleus pada nucleus yang

terdiri dari neuro-neuron endokrin yang yang mensekresi vasoperin dan CRH atau

CRF, vasoperin dan CRH atau CRF berfungsi sebagai:

1. Kelenjar pituitary di lobus anterior

2. Korteks adrenal yang memproduksi hormon glucorcortitoid dalam merespon

stimulasi ACTH.

Menurut Mc Cance dalam putra (2005) di sebutkan bahwa pengaruh respon

stress terhadap fungsi sistem imun terjadi melalui peptide hipotalamuas pituitary

yaitu CRF dan ACTH. CRF merupakan faktor substansi utama yang merambatkan

sinyal stressor ke sistem imun. CRF mengakibatkan HPA Axis menjadi aktif, berupa

peningkatan ACTH yang merangsang kortex adrenal untuk meningkatkan sekresi

kortisol. Sinyal stress yang dirasakan individu baik dari dalam atau dari luar akan

mengaktifkan HPA axis. Beberapa dari monoamine neurotransmtter dibutuhkan

dalam pengaturan HPA Axis seperti dopamine, serotonin dan non adrenalin.

4.4.2 Pengaruh olahraga terhadap HPA dan pemenuhan kebutuhan tidur

Perubahan bahan humoral akibat aktifitas fisik serta pengaruh saraf pusat

yang lebih atas meningkatkan aktivitas hypothalamus. Nucleus paraventrikular-

hypotalamus (PVN) sangat dipengaruhi oleh stress baik fisik maupun psikis. CRH

dan AVP adalah hormone yang di sekresi akibat aktivitas fisik yang meningkat. CRH

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

akan merangsang pituitary anterior, selanjutnya pituitary anterior akan merangsang

sekresi CTH sehingga terjadi peningkan kortisol.

Ada 4 hormon yang dihasilkan sebagai akibat peningkatan HPA Axis yaitu

hormon CRH, AVP, ACTH, dan kortisol. Selain itu terjadi peningkatan ketokolamin

akibat peningkatan fisik merangsang HPA Axis sedangkan kortisol melakukan

hambatan timbal-balik (negative feedback mechanism) terhadap HPA Axis.

Kemudian kondisi tersebut dapat meningkatkan produksi hormon endoprin dan

serotonin. Hormon-hormon tersebut mempengaruhi peningkatan pemenuhan

kebutuhn tidur pada lansia. Sekresi melatonin yang optimal dapat mempengaruhi beta

endorphin dan enkephalin membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia

(Rahayu, 2008).

4.4.3 Pengaruh olahraga terhadap sekresi hormon endoprin

Endoprin adalah hormon penting dalam kehidupan untuk menciptakan rasa

nyaman. Endoprin menyebabkan seseorang menjadi senang dan bahagia, serta

memicu aktifitas gerak lebih banyak. Menurut Lousin Taylor dalam rahayu (2008)

endoprin tidak datang secara tiba-tiba dalam tubuh kita, tapi manusia harus

melakukan usaha untuk mendatangkan hormon endoprin. Karena hormon endorprin

baru muncul kalau cadangan glukosa dalam tubuh mulai habis.

Otot tubuh membutuhkan glukosa yang cukup untuk membakar glukosa

menjadi adenosine tripospate (ATP) yang dapat di ubah menjadi energi yang

dibutuhkan oleh sel kita. Ketika glukosa habis lemak baru dibakar. Ketika glukosa

sudah habis terbakar endoprine mulai muncul. Inilah pentingnya melakukan aktifitas

fisik yang teratur baik aerobik ataupun anaerobik yang bertujuan untuk membakar

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

glukosa yang menghasilkan ATP sehingga endorphin akan muncul yang akan

membawa rasa nyaman, senang dan bahagia. Sehingga setiap selesai olahraga tubuh

menjadi bugar walaupun olahraga telah menggunakan tenaga dari tubuh kita.

4.5 Program Rutin Exercise Aerobik

4.5.1 Definisi program rutin exercise aerobik

Exercise adalah merupakan serangkaian aktivitas yang terstruktur dan

berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani (Afriadi, 2011). Olahraga aerobik merupakan olah

raga yang menggunakan oksigen dalam penyediaan energi dan yang bertujuan untuk

melatih efisiensi sistem jantung, pembuluh darah dan pernapasan (Kelly & Tracey,

2005).

Kata aerobik sering dipahami sebagai senam intruktur. Sebenarnya semua

bentuk latihan atau aktivitas yang membuat anda menghirup oksigen dalam jumlah

besar serta memompa jantung secara teratur, dapat disebut aerobik (Poniman,

Nugroho, & Azzaini, 2007). Sebagai contoh olahraga aerobik adalah gerak jalan

cepat, jogging, lari, senam, renang dan bersepeda.

Latihan aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan

jantung dan paru. Jantung dan paru bekerja lebih keras untuk meningkatkan

kebutuhan oksigen, latihan ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum

seperti berjalan kaki. Bisa disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai

dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan

aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3

hari dalam satu minggu (Gunters, 2002).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Aerobik adalah latihan kebugaran yang dapat meningkatkan detak jantung.

Dengan bantuan oksigen, aerobik membakar lemak, meningkatkan system kekebalan

tubuh, dan memacu jantung (Kelly & Tracey, 2005). Salah satu olahraga yang dapat

meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah dengan senam lansia. Frekwensi

yang latihan yang berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki kesegaran

jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyaknya banyaknya lima

kali dalam satu minggu dengan lamanya 15 menit (Maryam at al, 2008)

4.5.2 Metabolisme energi saat exercise aerobik

Proses metabolisme dalam tubuh adalah proses pembakaran molekul

Adenosin trifosfat/ATP, yang prosesnya dapat berupa aerobik dan anaerobik. Pada

saat olah raga terdapat tiga jalur metabolisme untuk menghasilakan ATP yaitu

hidrolisis phospatcreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran

karbohidrat, lemak dan protein.

Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme

yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan

sempurna untuk menghasilkan ATP tiga simpanan energi digunakan oleh tubuh yaitu

simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein. Di dalam sel

tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme energi secara aerobik, glukosa yang

berasal dari glukosa darah ataupun dari glikogen otot mengalami proses glikolisis

yang dapat menghasilkan molekul ATP serta menghasilkan asam piruvat. Proses ini,

sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila sumber glukosa berasal dari

glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila glukosa

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berasal dari glikogen otot. Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang

dihasilkan kemudian diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondria.

Saat latihan aerobik metabolisme berjalan melalui pembakaran simpanan

karbohidrat, lemak dengan melipatkan oksigen yang diperoleh memlaui pernapasan

untuk menghasikan ATP. Didalam tubuh metabolisme energy secara aerob glukosa

berasal dari glukosa darah dan glikogen otot akan mengalami glikolisis yang dapat

menghasilkan molekul ATP serta asam piruvat, melalui glikolisis asam piruvat di

ubah menjadi Asetil KoA yang akan berjalan jika ada oksigen serta menghasilkan

produk sampinga berupa NAOH dengan menghasilkan 32 ATP. Proses metabolisme

energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang bersih karena selain

menghasilkan energi, proses tersebut hanya menghasilkan produk samping berupa

karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

4.6 Senam lansia

4.6.1 Definisi

Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang merupakan

representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatu bentuk latihan fisik yang

dikemas secara sistimatis yang tersusun dalam suatu program yang bertujuan untuk

meningkatkan kesegaran tubuh. Memberikan pengaruh baik (positif) terhadap

kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar. Manfaat latihan

fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisiologis, psikologis dan sosial

(Nugroho, 2008). Salah satu bentuk olahraga aerobik yang sesuai dengan lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

adalah senam secara rutin. Senam memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan,

menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Salah satu senam

yang cocok untuk lansia adalah senam lansia. Frekuensi latihan yang berguna untuk

mempertahankan kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan

sebanyak-banyaknya lima kali dalam seminggu (Maryam dkk, 2008). Macam senam

aerobik menurut harber and scoot (2009) adalah senam high impacts, low impacts,

discorobic, rockrobic dan aerobic sports.

Senam lansia adalah masuk dalam jenis senam aerobik low impacts karena

kaki selalu menapak di lantai setiap waktu, terdiri dari tiga unsur gerakan yanga

divariasikan yaitu berupa gerakan langkah tunggal, langkah ganda, langkah segitiga,

berjalan dengan cara maju mundur dan gerakan langkah ganda.

Senam lansia adalah senam yang cocok bagi lansia karena gerakan di

dalamnya menghindari gerakan-gerakan loncat-loncat (low impact), melompat, kaki

menyilang, maju mundur namun masih dalam memacu kerja jantung paru dengan

intensitas ringan sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan

sebagaian besar otot tubuh, serasi dengan gerakan sehari-hari dan mengandung

gerakan gerakan yang melawan beban badan dengan pemberian beban antara yang

kanan dan yang kiri secara berimbang. Gerakan-gerakan ini diharapkan mampu

meningkatkan komponen kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot,

kelenturan dan komposisi badan yang seimbang (Suhardo, 2004).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6.2 Manfaat Senam Lansia

1. Sebagai pencegahan

Pada usia 40 tahun keatas senam sangat baik untuk mengatasi proses-proses

degenerasi tubuh. Setelah umur 40 tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance

sangat baik untuk mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang kelihatan lebih

muda. Kekurangan gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan

baik, otot yang lemah akan menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan

menjadi kelainan tulang.

2. Sebagai pengobatan (kuratif)

Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia adalah

kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung, kelainan

insufisiensi koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan osteoporosis.

3. Sebagai rehabilisasi

Dengan senam yang baik dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut

memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia, mempermudah

untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan, fungsi melindungi yaitu

memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya tuntutan (sakit).

4.6.3 Pengaruh senam terhadap pemenuhan kebutuhan tidur

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilaksanakan dan tidak

memberatkan, yang dapat di laksanakan pada lansia. Kegiatan senam membuat lansia

tetap segar dan bugar, karena senam lansia melatih tulang tetap kuat, mendorong

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

jantung bekerja optimal dan membantu radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh

(Widianti & Proverawati, 2010).

Senam lansia mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem syaraf dan

aliran darah. Senam mampu memaksimalakn aliran oksigen ke otak, menjaga

kesegaran tubuh dan membuang energi negatif dari tubuh. Senam lansia merupakan

kombinasi gerakan otot dan teknik pernapasan. Teknik pernapasan dilakukan dengan

sadar dan menggunakan otot diafragma sehingga abdomen terangkat perlahan dan

dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut bisa memberikan pijatan pada

jantung sehingga bisa memperlancar aliran darah ke jantung dan ke seluruh tubuh.

Senam lansia merangsang penurunan aktifitas syaraf para simpatis sehingga

mengakibatkan penurunan hormon adrenalin, noreprineprin dan ketokolamin serta

vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan transport oksigen ke otak dan

seluruh tubuh menjadi lancar, kondisi ini akan menyebabkan peningkatan relaksasi

pada lansia, sekresi hormon melatonin yang maksimal dan pengaruh beta endorphin

akan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008).

4.6.4 Prosedur senam

1. Gerakan Pemanasan

Tujuan: untuk menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian serta

menaikkan denyut jantung secara perlahan.

1) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri tegak, menghadap kedepan dengan

sikap seperti gambar dibawah ini:

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.3 Pemanasan 1 (Suroto, 2004)

2) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8 hitungan

Gambar 2.4 Pemanasan 2 (Suroto, 2004)

3) Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala menengok ke samping, miringkan

kepala, menundukkan kepala 8X8 hitungan.

Gambar 2.4 Pemanasan 3 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping dengan menggerakkan bahu 8x8

gerakan

Gambar 2.5 Pemanasan 4 (Suroto, 2004)

5) Latihan 4

Dorong tumit kanan depan bergantian dengan tumit kiri, angkat kaki, tekuk

lengan dengan hitungan 8x8

Gambar 2.6 Pemanasan 5 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6) Latihan 5

Peregangan dinamis dengan jalan ditempat hitungan 8x8

Gambar 2.7 Pemanasan 6 (Soroto, 2004)

7) Latihan 7

Gerakan peregangan dinamis dan statis

Gambar 2.7 Pemanasan 7 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Gerakan inti

1) Gerakan peralihan

Gerakan dimulai dengan jalan tepuk dan goyang tangan 2 x 8 hitungan

Gambar 2.8 Gerakan Peralihan (Suroto, 2004)

2) Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan dan tungkai 2x8 hitungan

Gambar 2.9 Inti 1 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke depan,

menguatkan otot lengan 2x8 hitungan

Gambar 2.10 Inti 2 (Suroto, 2004)

4) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke

samping menguatkan lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan.

Gambar 2.11 Inti 3 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5) Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang dengan lengan ke belakang 2x8

hitungan

Gambar 2.12 Inti 4 (Suroto, 2004)

6) Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke samping dengan lengan mendorong

ke atas, 2x8 hitungan

Gambar 2.13 Inti 5 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7) Gerakan mengangkat mengangkat lutut ke depan dengan tangan lurus keatas,

koordinasi otot tungkai, 2x8 hitungan

Gambar 2.15 Inti 6 (Suroto, 2004)

8) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan

Gambar 2.16 Inti 7 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan

Gambar 2.17 Inti 8 (Suroto, 2004)

10) Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke samping 2 langkah tekanan

tangan diayun ke samping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga sama 2x8

hitungan

Gambar 2.18 Inti 9 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Gerakan pendinginan

1) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan 2x8 hitungan

Gambar 2.19 Pendinginan 1 (Suroto, 2004)

2) Peregangan dinamis mengangkat lengan keduanya 2x8 hitungan

Gambar 2.20 Pendinginan 2 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3) Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat tangan ke kanan atas, tangan kiri

ke samping 2x8 hitungan

Gambar 2.21 Pendinginan 3 (Suroto, 2004)

4) Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke atas

melalui samping, tangan kiri disamping badan 2x8 hitungan

Gambar 2.22 Pendinginan 4 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5) Peregangan dinamis dan statis dengan memutar badan dan memindahkan

kedua ujung kaki hitungan ke kanan, dan kiri dengan hitungan 4x8

Gambar 2.23 Pendinginan 5 (Suroto, 2004)

6) Gerakan pernapasan dengan membuka kaki selebar bahu mendorong ke

samping dan ke kanan dan ke kiri hitungan 2x8

Gambar 2.24 Pendinginan 6 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7) Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk tangan mendorong ke bawah 2x8

hitungan

Gambar 2.25 Pendinginan 7 (Suroto, 2004)

8) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk dan tangan mendorong ke depan

2x8 hitungan

Gambar 2.26 Pendinginan 8 (Suroto, 2004)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9) Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar bahu diangkat ke atas

membentuk huruf V 2x8 hitungan

Gambar 2.27 Pendingin 9 (Suroto, 2004)

4.7 Konsep Relaksasi Otot Progresif

4.7.1 Definisi

Relaksasi otot progresif dipelopori oleh seorang ahli fisiologis dan psikologis

bernama Edmund Jacobson pada tahun 1930-an. Metode relaksasi ini merupakan cara

untuk mengurangi kecemasan yang efektif. Menurut Jacobson, relaksasi otot

progresif digunakan untuk mengurangi atau mengatasi ketegangan serta memberikan

rasa nyaman tanpa harus tergantung kepada hal atau subjek dari luar diri seseorang.

Metode relaksasi ini merupakan suatu ketrampilan yang dapat dengan mudah untuk

dipelajari (Vitahealth, 2004).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut Herodes (2010) dalam Setyoadi dan Kushariadi (2011) teknik

relaksasi otot progresif merupakan suatu teknik otot yang dalam penggunaannya tidak

memerlukan ketekunan, imajinasi, dan sugesti.

Relaksasi otot progresif ditujukan untuk melawan rasa tegang, cemas dan

stres. Seseorang dapat menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rileks

dengan membedakan sensasi tegang dan rileks dengan cara menegangkan atau

melemaskan beberapa kelompok otot (Resti, 2014).

4.7.2 Alasan latihan otot progresif

Latihan relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi yang membantu

lansia dalam mengatasi gangguan tidur. Selain itu dengan latihan otot progresif lansia

dapat meningkatkan ekspresi perasaan negatif menjadi positif sehingga membantu

lansia mengubah pola hidup yang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas tidur

pada lansia (Sani, 2003).

Secara fisiologis latihan otot progresif dapat mengurangi aktifitas syaraf

simpatisyang dapat mengembalikan tubuh dalam keadaan seimbang dari pupil,

pendengaran, tekanan darah. Denyut jantung kembali normal dan otot-otot menjadi

rilaks. Latihan relaksasi otot dapat menurunkan stress dan dapat berpengaruh pada

peningkatan imun. Latihan ini meningkatkan endorphin dan menurunkan

ketokolamin. Endorphin berinteraksi dengan HPA Axis yang berada di hipotalamus

mengubah stimulus cemas akibat stressor menjadi tenang, senang dan nyaman

(Davis, 1995).

Latihan relaksasi otot progresif yang dikombinasikan dengan teknik

diafragma, mengakibatkan abdomen terangkat berlahan dan dada mengembang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penuh. Teknik pernapasan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pijatan pada

jantung sehingga membuka sumbatan-sumbatan dan membuka aliran darah kejantung

serta meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat juga

dapat meningatkan nutrient dan oksigen dalam darah. Oksigen didalam otak

merangsang peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang

dan mudah untuk tidur (Purwanto, 2007).

Pada saat bernapas dalam, disebelah atas, ketika udara di hembuskan keluar

secara berlahan-lahan, pernapasan itu mendorong dan menekan paru-paru. Dengan

demikian membebaskan dari sumbatan-sumbatan yang ada. Sedangkan disebelah

bawah pada saat menarik napas, merangsang dan membersihkan gerak peristaltik dari

usus, sehingga merangsang usus untuk lebih membersihkan sisa peristaltik, serta

membersihkan lemak, gas, cairan yang berlebihan bagi tubuh.

4.7.3 Tujuan relaksasi otot progresif

Tujuan teknik relaksasi otot progresif menurut Herodes (2010), Potter (2005),

dalam Setyoadi & Kushaiyadi (2011) adalah:

1. Menurunkan ansietas, ketegangan pada otot, hipertensi, nyeri leher dan

punggung, laju metabolik, serta frekuensi jantung

2. Mengurangi disritmia dan memenuhi kebutuhan oksigen

3. Dapat meningkatkan gelombang alpha otak yang terjadi pada saat seseorang

sadar dan tidak berkonsentrasi secara rileks

4. Meningkatkan konsentrasi dan kebugaran tubuh

5. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi stres yang menimpanya

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Mampu mengatasi kelelahan, ketegangan pada otot, fobia ringan, insomnia,

gagap ringan, dan kondisi depresi

7. Metode relaksasi ini efektif dalam membangun emosi yang positif dari emosi

negatif.

4.7.4 Cara pelaksanaan

Cara terbaik untuk melakukan relaksasi otot progresif adalah dengan

mengencangkan dan merelaksasikan setiap kelompok otot didalam tubuh, secara

bergantian. Fase ketegangan cukup singkat, hanya sekitar 5-10 detik. Jika

dibandingkan fase relaksasi cukup lama yaitu sekitar 45 detik. Perlu dingat hanya satu

otot yang kontraksi yang lain relaksasi. Latihan relaksasi otot progresif dilakukan 20-

30 menit, satu kali sehari sebelum tidur malam sangat efektif dalam menurunkan

insomnia (Davis, 1995).

Untuk menghindari kemungkinan tertidur pada saat santai, tunggu sekurang-

kurangnya satu jam setelah makan untuk melakukan latihan ini (McKay&

Dinkmeyer, 2005). Cara pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi

& Kushaiyadi (2011) adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan adalah bantal, kursi atau kasur, lingkungan yang

hening dan tenang

2. Persiapan klien

Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan pasien yaitu:

1) Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan

terapi kepada klien

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2) Posisikan klien senyaman mungkin dengan berbaring atau duduk di

sandaran kursi, dengan mata tertutup. Hindari posisi berdiri. Apabila

posisi klien berbaring, gunakan bantal di bawah kepala dan lutut. Kepala

klien ditopang apabila menggunakan posisi duduk.

3) Asesoris seperti jam, kacamata, dan sepatu dilepaskan dari klien

4) Longgarkan hal-hal yang bersifat mengikat ketat, seperti dasi, dan ikat

pinggang.

3. Prosedur

1) Gerakan 1 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan

Gambar 2.28 Gerakan Melatih Otot Tangan

(1) Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan

(2) Buat kepalan menjadi semakin kuat sambil rasakan sensasi ketegangan

yang terjadi

(3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien diminta selama 10 detik merasakan

rileks

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(4) Lakukan gerakan pada tangan kanan tersebut sebanyak dua kali agar

klien dapat merasakan perbedaan antara ketegangan yang terjadi pada

otot dan kondisi rileks yang dialami.

(5) Lakukan hal serupa pada tangan kiri

2) Gerakan 2 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan bagian


belakang

Gambar 2.29 Gerakan Melatih Otot Tangan Bagian Belakang

(1) Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada pergelangan tangan

sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bagian bawah

menegang

(2) Jari-jari klien keatas menghadap langit-langit, tahan dan pelajari

ketegangan yang terjadi, kemudian lemaskan dan selama 10 detik

pelajari perbedaan ketegangan yang terjadi pada otot dan kondisi rileks

yang dialami.

(3) Lakukan gerakan tersebut sebanyak dua kali

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gerakan 3 gerakan ini ditujukan untuk melatih otot-otot bisep

Otot bisep

Gambar 2.30 Gerakan Melatih Otot-Otot Bisep

(1) Genggam kedua tangan sehingga terbentuk suatu kepalan

(2) Arahkan kedua kepalan tersebut ke pundak sehingga otot biseps akan

menegang

(3) Rasakan ketegangan yang terjadi pada otot-otot bisep dan kemudian

rilekskan kembali selama 10 detik, perhatikan perbedaaan antara

kondisi rileks dengan ketegangan otot

(4) Lakukan gerakan tersebut sebanyak dua kali

3) Gerakan 4 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bahu agar

mengendur

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gerakan 2.31 Gerakan Melatih Otot Bahu

(1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah akan menyentuh kedua

telinga

(2) Pusatkan perhatian gerakan pada perbedaan ketegangan yang terjadi di

bahu, punggung atas, dan leher

(3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya

secara pelan-pelan relaksasikan

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4) Gerakan 5 dan 6 : gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot

wajah

Gambar 2.32 Gerakan Mengerutkan Otot Dahi

Gambar 2.33 Gerakan Mengerutkan Otot Mata

(1) Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa dan kulitnya menjadi

keriput

(2) Tutup mata dengan keras sehingga dapat dirasakan ketegangan di

sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan mata

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama 10 detik dan selanjutnya

secara pelan-pelan relaksasikan

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.

5) Gerakan 7 : gerakan ini bertujuan untuk mengendalikan ketegangan di

otot-otot rahang

Gambar 2.34 Gerakan Menegangkan Otot Rahang

(1) Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5 detik sehingga terjadi

ketegangan di sekitar otot rahang

(2) Lemaskan rahang dengan posisi bibir sedikit terbuka. Selama 10 detik

rasakan perbedaan antara otot yang tegang dan dengan kondisi rileks

(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6) Gerakan 8 : gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar

mulut

Gambar 2.35 Menegangkan otot di sekitar mulut

(1) Moncongkan dan tekan kedua bibirnya dengan kencang dan tahan

selama 5 detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar mulut

(2) Rilekskan kembali dan lemaskan otot-otot di sekitar mulut, pipi

beristirahat dengan nyaman

(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7) Gerakan 9: gerakan ini ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian

depan maupun bagian belakang

Gambar 2.36 Menegangkan Otot Leher

(1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang dan kemudian otot

leher bagian depan

(2) Letakkan kepala di atas bantal sehingga dapat beristirahat

(3) Tekan kepala pada permukaan bantal sedemikian rupa selama 5 detik

sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan

punggung atas. Secara perlahan-lahan rilekskan kembali.

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi

8) Gerakan 10 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.37 Gerakan Melatih Otot Leher bagian Depan

(1) Arahkan kepala ke depan

(2) Benamkan dagu ke dada dan tahan selama 5 detik sehingga

ketegangan di daerah leher bagian depan dapat dirasakan

(3) Secara perlahan lepaskan dan nikmati serta rasakan perbedaan antara

otot yang tegang dan yang dalam kondisi rileks selama 10 detik.

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi

9) Gerakan 11 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot punggung

Gerakan 2.38 Melatih otot punggung

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(1) Duduk dengan santai

(2) Punggung dilengkungkan

(3) Busungkan dada dan selama 10 detik tahan kondisi tegang kemudian

rilekskan

(4) Saat rileks, biarkan otot-otot menjadi lemas dan letakkan tubuh

kembali ke kursi

(5) Ulangi gerakan ini sekali lagi

10) Gerakan 12 : gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada

Gambar 2.39 Gerakan Melatih Otot Dada

(1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-

banyaknya

(2) Tahan selama beberapa waktu, sambil merasakan ketegangan yang

terjadi pada bagian dada sampai turun ke perut, kemudian lepaskan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(3) Lakukan nafas normal dengan lega saat ketegangan dilepas

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi sampai dapat merasakan perbedaan

antara keadaan tegang dan rileks

11) Gerakan 13 : gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut

Gambar 2.40 Gerakan Melatih Otot Perut

(1) Tarik perut dengan kuat ke dalam

(2) Tahan hingga menjadi kencang dan keras selama 10 detik, kemudian

rilekskan

(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi

12) Gerakan 14-15 : Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.41 Gerakan melatih otot kaki

(1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha menjadi tegang

(2) Kunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan berpindah ke otot

betis

(3) Tahan posisi ini selama 10 detik kemudian rilekskan

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi.

4.8 Konsep Comfort Kolcaba

Teori keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Comfort

yang dikemukakan oleh Kolcaba. Menurut Kolcaba kebutuhan keperawatan

kesehatan adalah kebutuhan tentang kenyamanan dan peningkatan dari kondisi penuh

tekanan dalam situasi perawat kesehatan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik,

psikospiritual, sosial dan kebutuhan lingkungan yang memfasilitasinya.

Menurut Kolcaba dalam Tomey dan Alligood (2006), untuk memberikan

kenyamanan pasien setidaknya memerlukan tiga jenis intervensi kenyamanan, yaitu:

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1) Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah intervensi

yang didesain untuk mempertahankan homeostasis dan manajemen nyeri, seperti

monitor tanda-tanda vital dan hasil kimia darah darah.

2) Pembinaan (coaching), termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan

rasa nyeri dan menyediakan penenteraman hati dan informasi, membangkitkan

harapan, mendengar, dan membantu perencanaan yang realistis untuk pemulihan,

integrasi, atau meninggal sesuai budayanya.

3) Comfort Food untuk jiwa, meliputi intervensi yang tidak dibutuhkan pasien saat

ini tetapi sangat berguna bagi pasien. Sugesti kenyamanan ini dapat diberikan

dalam bentuk pijatan, lingkungan yang adaptif yang menciptakan kedamaian dan

ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang masa lalu, dan sentuhan

terapeutik.

Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik.

Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri

individu.

Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga

perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu

diolah oleh otak. Kemudian otak memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu

nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain

(Satwiko, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan

adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak

nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda dengan individu

lainnya.

Menurut Kolcaba (2003) aspek kenyamanan terdiri dari:

a. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu

itu sendiri.

b. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang

meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan

yang sangat dekat dan lebih tinggi.

c. Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari

luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan, suara, dll.

d. Kenyamanan sosial kultural berkenaan dengan hubungan interpesonal, keluarga,

dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, kegiatan

religius, serta tradisi keluarga).

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.9 Keaslian Penulisan

Tabel 2.1 Keaslian penulisan pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik dan
Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi dan Durasi Tidur
Lansia di UPT PSLU Magetan

Metode
Judul Artikel;
No. (Desain, Sample, Variabel, Hasil Penelitian
Penulis; Tahun
Instrumen, Analisis
1. Pengaruh Senam - Quasy eksperiment Senam Lansia dapat
Lansia terhadap - 28 responden tanpa- menurunkan insomnia
Penurunan Skala responden kontrol lansia.
Insomnia pada - Variabel bebas Senam
Lansia di Panti lansia dan variabel
Werdha Dewanata terikatnya insomnia
Cilacap. - Pitsburg sleep quality
(Sumedi & Kuswati, index /PSIQ
2010)

2. Pengaruh Terapi - Quasy Experiment Senam ergonomis dapat


Aktifitas Senam - Variabel bebas terapi memperbaiki kualitas
Ergonomis terhadap aktifitas senam tidur
Kualitas agronomisdan variabel lansia di posyandu lansia
Tidur pada Lansia di terikatnya Kualitas tidur Harapan I dan II
Posyandu Lansia - Pitsburg sleep quality Kelurahan Pabuaran
Harapan I dan II index /PSIQ
Kelurahan Pabuaran.
(Rahmawati, 2013)

3. Pengaruh Latihan - Quasy eksperiment Terdapat penurunan


relaksasi otot - 25 subyek kelompok yang signifikan setelah
progresif terhadap tanpa kelompok kontrol diberikan terapi relaksasi
tingkat insomnia - Variabel bebas Latihan otot progresif
pada lansia dipanti relaksasi otot progresif,
wreda Mojopahit variabel terikat Tingkat
Mojokerto insomnia
(Masyfani, 2010) - Pitsburg insomnia rating
scale /PIRS

4. Pengaruh senam - Quasy experiment Terdapat peningkatan


lansia terhadap - 17 orang sebagai kualitas tidur setelah
kualitas tidur pada subyek dilakukan senam lansia
lansia di desa - Variabel bebas

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

leyangan Senam lansia,


kecamatan ungaran variabel terikat
timur kualitas tidur
kabupaten - Pitsburg sleep quality
semarang index /PSIQ
(Kartiko Heri
Cahyono 2011)

5. Pengaruh relaksasi - Pra exsperiment design Terdapat pengaruh


otot progresif - Subyek 90 dengan teknik pengaruh relaksasi otot
terhadap kuantitas pengambilan sampel progresif terhadap
tidur pada lansia di teknik purposive kuantitas tidur lansia
Unit Rehabilitasi sampling
sosial Purboyuono - Variabel bebas Pengaruh
Brebes (Paramita, relaksasi otot progresif
wahyu, 2013) - Variabel terikat kuantitas
tidur pada lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5 BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

5.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang mempengaruhi tidur:


a. Penyakit fisik e. Stres & emosi Lansia
b. Obat-obatan f. Lingkungan
c. Gaya hidup g. Latihan fisik &
d. Pola tidur kelemahan
abnormal h. Asupan kalori& Aging Proses
& Excsessive makanan
Daytime
Sleepiness
Latensi tidur dan Durasi tidur Jelek

Program Rutin Aerobik Pemberian Tehnik Relaksasi Otot Progresif

Menggunakan oksigen Mengurangi Aktifitas Parasimpatis

Tubuh Meningkatkan endoprin dan menurunkan


Aktifitas Mitokondria Ketokolamin

meningkat
ATP meningkat
Denyut jantung pernapasan menjadi normal
Kehangatan Meningkat dan otot-otot menjadi rileks

Kenyamanan meningkat

Fisik Psikospiritual Lingkungan Sosiobudaya

Tidur Lansia Membaik

Latensi Tidur menurun Durasi Tidur Meningkat


Diukur

Tidak Diukur
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik
dan Pemberian Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap latensi
dan Durasi tidur Lansia menurut Teori Comfort Kolcaba

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada lansia faktor aging proses tedapat pula faktor-faktor yang dapat

menimbulkan stress, diantaranya meliputi stresor biologis, stresor psikologis, stresor

dari lingkungan. Menua juga mengakibatkan penurunan aktifitas HPA axis sehingga

menimbulkan gangguan pemenuhan tidur pada lansia baik latensi atau durasi tidur

pada lansia. Menurut Riza saputra (2008), salah satu olah raga yang dapat

meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah olah raga kardiovaskular. Oleh

karena itu dibutuhkan suatu usaha guna meningkatkan kembali pemenuhan tidur yang

optimal bagi lansia, salah satunya dengan pemberian aktifitas terapi program rutin

exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif.

Latihan aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan

jantung dan paru. Jantung dan paru akan bekerja lebih keras untuk meningkatkan

kebutuhan akan oksigen, latihan ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum

seperti berjalan kaki. Bisa disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai

dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan

aktifitas fisik yang terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3

hari dalam satu minggu (Gunters, 2002).

Secara fisiologis latihan otot progresif akan mengurangi aktifitas saraf

simpatis yang mengembalikan tubuh pada kedaan seimbang dari pupil, pendengaran,

tekanan darah. Denyut jantung, pernapasan dan sirkulasi kembali normal dan otot-

otot menjadi rilaks. Respon relaksasi merupakan efek penyembuhan yang

memberikan kesempatan untuk beristirahat dari stress dari lingkungan eksternal dan

internal (Davis, 1995). Efek relaksasi ini berdampak pada rangsangan hipotalamus

untuk menstimulasi produksi endorfin. Interaksi ini merubah faktor-faktor yang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

merubah stimulus cemas akibat stressor internal dan eksternal menjadi suasana

senang, tenang, dan nyaman. Kondisi seperti itu sesuai teori comfort Kolcaba maka

rasa nyaman akan terpenuhi baik fisik, psikospiritual dan sosiobudaya. Dengan

kondisi yang demikian dapat membantu lansia untuk mendapatkan kenyamanan

dalam tidur sehingga latensi dan durasi tidur menjadai lebih baik.

5.2 Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian adalah:

H1: Ada pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian teknik relaksasi otot

progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia di UPT PSLU Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6 BAB 4

METODE PENELITIHAN

6.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,

mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat

dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan. Desain penelitian yg

digunakan desain penelitian semu (Quasy Experiment). Desain Quasy Experiment ini

berusaha menjelaskan adanya hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

kelompok kontrol selain kelompok experimental (Nursalam, 2013).

Penelitian pengaruh latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif terhadap latensi dan durasi tidur pada lansia menggunakan desain Quasy

Experiment dengan Pre dan Post test. Kedua kelompok akan diberikan pre test yang

sama, kemudian kelompok perlakuan di beri perlakuan program rutin exercise

aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol tidak

diberikan perlakuan. Pada akhir penelitian akan diadakan post test pada ke dua

kelompok. Perbandingan dari hasil akan menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap

hasil penelitian.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 4.1 Desain Penelitian Pengaruh Pemberian Program Rutin Exercise Aerobik
dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif di UPT PSLU di Magetan
Subyek Pre tes Perlakuan Post tes
K-A O 1 O1-A
K-B O _ O1-B
Time 1 Time 2 Time 3
Sumber : Nursalam 2013

Keterangan :
K-A : Subyek (lansia) perlakuan
K-B : Subyek (lansia) kontrol
O : Pengukuran pemenuhan kebutuhan tidur sebelum intervensi
I : Intervensi perlakuan hidroterapi kaki dengan minyak lemon
OI (A-B) : Pengukuran pemenuhan kebutuhan tidur sesudah intervensi
(kelompok perlakuan dan kontrol).

6.2 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

6.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang dipilih yang memenuhi

kreteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dapat berupa orang, benda,

objek, peristiwa, atau apa saja yang nantinya akan menjadi obyek penelitian. Populasi

dapat di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu populasi terjangkau dan populasi

target. Nursalam (2013) menjelaskan bahwa populasi target adalah kumpulan dari

karakteristik subyek penelitian yang akan ditarik kesimpulan secara ekplisit oleh

peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah kelompok subyek penelitian yang

akan digunakan sebagai sumber sampel.

Dalam penelitian ini, populasi targetnya adalah seluruh lansia yang tinggal di

di UPT PSLU Magetan yang mengalami gangguan tidur yaitu berjumlah 44 orang.

Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 60-

75 tahun, mampu berjalan tanpa menggunakan alat, tidak nyeri sendi, kondisi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pendengaran baik atau mengerti secara verbal terhadap informasi dengan jumlah 20

orang dan bersedia di jadikan responden.

6.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik dari suatu populasi

yang dapat dipelajari dalam sampel, maka kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk keseluruhan populasi (Sugiyono, 2011). Menurut Nursalam (2013), sampel

harus memiliki dua syarat yaitu harus cukup banyak dan representatif.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah diambil dari

keseluruhan populasi terjangkau yaitu berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan merupakan sampel jenuh atau total sampling yaitu

keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel sehingga diharapkan dapat mewakili

keseluruhan karakteristik dari populasi (Heriyanto, 2012)

Setelah sampel ditentukan, kemudian responden dibagi menjadi dua yaitu

menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dibagi dengan cara

matching berdasarkan jenis kelamin, usia dan penyakit degeneratif yang diderita

seperti diabetes, artritis dan inkontinensia.

6.3 Identifikasi Variabel Penelitian

6.3.1 Variabel Independen (variabel bebas)

Dalam penelitian ini variabel indipenden yang digunakan adalah program

rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.3.2 Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan latensi tidur dan

durasi tidur pada lansia

6.4 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik pemberian
teknik relaksasi otot progresif terhadap Latensi dan Durasi Tidur pada
Lansia di UPT PSLU Magetan

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skoring


operasinal ukur

1 Variabel Program Senam lansia : SOP Ordinal Baik 17


Independen : senam lansia 1.Gerakan terdiri Cukup 9-16
Program rutin yang dari Buruk 8
exercise dilakukan 30 pemanasan,
aerobik menit tiap 3 inti dan
kali seminggu pendinginan
selama 3 2.Setiap sesi
minggu pertemuan
lamanya 15-
20 menit
3. setiap satu
minggu 3 kali
selama 2
minggu.
4.Hari
pelaksanaan
tiap selasa,
kamis dan
minggu

Latihan Tindakan Teknik relaksasi SOP Ordinal Baik 15


Relaksasi latihan berupa otot Cukup 8-15
Otot Progresif kontraksi dan 1.Atur posisi Buruk 7
relaksasi otot yang nyaman
pada lansia dan ruangan
diberikan yang tenang
setiap hari 2. Mulai
memusatkan
satu kali perhatian pada
sebelum tidur pernapasan
selama 2

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

minggu 3.Regangkan tiap


dengan durasi kelompok otot
20-30 menit 5-10 detik dan
relaks sampai
10 detik
4.Ikuti petunjuk,
ulangi 2-3 kali
setiap
kelompok otot
sesuai SOP
5. Dilakukan tiap
hari selama 2
minggu

2 Variabel Waktu yang Latensi tidur kuesioner Interval Penilaian


Dependen : dibutuhkan (lama waktu latensi tidur
Peningkatan lansia untuk yang
memulai tidur Baik 15
latensi tidur dibutuhkan menit
yaitu mulai lansia untuk
dari persiapan
memulai tidur) Cukup =
di tempat tidur
hingga bisa yaitu < 15 menit 16-30
jatuh tidur menit

Kurang =
31-45
menit

Buruk 45
menit

Peningkatan Waktu lama Durasi tidur kuesioner Interval Penilaian


Durasi tidur tidur lansia (lama waktu durasi tidur
yang dihabiskan
Baik =6-7
lansia untuk jam
tidur) yaitu 6-7
jam Cukup = 5-
6 jam

Kurang =
4- 5 jam

Buruk < 4
jam

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2007). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner/angket

yang dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index).

Kuesioner ini kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Kuesioner

ini memiliki 2 jenis pertanyaan yaitu 1 jenis pertanyaan untuk latensi tidur dan 1

jenis pertanyaan untuk durasi tidur. Penilaian latensi tidur yaitu baik 15 menit,

cukup = 16-30 menit, kurang = 31-45 menit, buruk 45menit. Penilaian durasi tidur

baik 7 jam, cukup = 6-7 jam, kurang = 5-6 jam, buruk 5 jam. Nilai hasil uji

validitas dan relabilitas adalah sebagai berikut r tabel= 0,444, nilai r hitung 0,551.

Skor tertinggi dalam SPO senam adalah 24 dan skor terendah 0, maka jika nilai

diperoleh angka 8 berarti buruk, nilai 9-16 cukup dan 17 berarti nilai baik. SPO

latihan relaksasi otot progresif dengan total item 20, dengan nilai tertinggi 20 dan terendah 0

maka diperoleh penilaian sebagai berikut 7 berarti buruk, nilai 8-15 cukup dan 15

berarti nilai baik.

6.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai SOP (Standar

Operasional Prosedur) dari tindakan exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi

otot progresif :

1. Tape recorder

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Kaset CD

3. Mikrofone

4. Jam tangan

5. Kasur/kursi

6.7 Uji validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan di lapangan maka dilakukan uji coba kuesioner.

Uji kuesioner ini untuk mencegah terjadinya kesalahan sistemik. Kesalahan ini harus

dihindari, sebab akan merusak validitas dan kualitas penelitian. Instrumen penelitian

(kuesioner) ini diharapkan mempunyai validitas dan reabilitas yang tinggi.

6.7.1 Uji Validitas

Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan dan

kesahihan pada alat ukur yang digunakan dalam penelitian (instrument). Instrumen

harus bisa diukur (Nursalam, 2013). Pentingnya uji validitas yaitu mengetahui ada

tidaknya pertanyaan dalam kuesioner yang harus diganti karena dianggap kurang

relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menghitung

korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total perhitungan

memakai rumus korelasi product moment sebagai berikut:

keterangan : r : koefisien validitas

X : skor pertanyaan tiap nomor

Y : skor total subyek

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

X : jumlah skor Item

Y : jumlah skor total

X2 : jumlah kuadrat skor item

Y2 : jumlah kuadrat Skor total

N : banyaknya subjek

6.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument yang dalam hal

ini kuesioner dapat dipakai lebih dua kali, paling tidak dengan responden yang sama

menghasilkan data yang konsisten. Reliabilitas instrument adalah hasil pengukuran

yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrument diperlukan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan metode alpha cronbach diukur berdasarkan skala

alpha cronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan : r : Kefisien reliabilitas instrument (crombach alpha)

k : Banyak butir pertanyaan atau banyakknya soal

b2 : Total varians butir instrumen

t 2 : Total varians

Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan rentang yang sama,

maka ukuran kemantapan alpha cronbach dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1) Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20, berarti kurang reliabel

2) Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40, berarti agak reliabel

3) Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60, berarti cukup reliabel

4) Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80, berarti reliabel

5) Nilai alpha cronbach 0,81 sampai dengan 1,00, berarti sangat reliabel

6.7.3 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas alat

pengumpul data sebelum instrumen digunakan. Instrumen Kuesioner durasi dan

latensi tidur belum pernah digunakan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas,

sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas ulang. Uji instrumen dilakukan pada

20 responden lansia dengan gangguan latensi dan durasi dilakukan di PSLU Pandaan

dengan mempertimbangkan karakteristik yang sama dengan responden penelitian dan

yang telah dijadikan sebagai responden uji validitas dan reliabilitas tidak lagi

dijadikan sebagai calon responden penelitian. Uji coba instrumen dilakukan pada 2

pertanyaan yang terdapat di kuesioner

Analisis uji validitas dan reliabilitas menggunakan perangkat lunak komputer

dengan degree of freedom dengan r tabel= 0,444. Hasil uji validitas kuesioner latensi

dan durasi tidur menyatakan bahwa semua pernyataan dinyatakan valid dan reliabel

apabila semua pernyataan memiliki nilai r hitung > r tabel (0,551). Hasil uji validitas

untuk pernyatan favourable dan unfavourable menunjukkan r hitung lebih besar dari r

tabel sehingga semua item pernyataan dinyatakan valid dan hasil uji reliabilitas untuk

pernyataan favourable dan unfavourable bernilai sama yaitu 0,704 yang berarti sangat

reliabel

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.8 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Penelitian ini dilaksanakan mulai September hingga Desember 2014 yang

meliputi tahapan proses pencarian fenomena, pengumpulan data, pembuatan

proposal, uji etik, pengambilan data hingga analisis data yang menghasilkan hasil dan

pembahasan serta sidang hasil. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada

November hingga Desember 2014 di UPT PSLU Magetan.

6.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan surat rekomendasi pengambilan data awal dari Fakultas

Keperawatan Unair, peneliti berkoordinasi dengan Dinas Sosial provinsi Jawa timur

dan Pimpinan UPT PSLU di Magetan untuk mengumpulkan data awal dan di

dapatkan 44 lansia mengalami ganguan latensi dan durasi tidur. Pada tahap ke dua

setelah dapat surat pengambilan data penelitian dari Fakultas Keperawatan Unair,

peneliti berkoordinasi dengan Dinas Sosial provinsi Jawa timur dan Pimpinan UPT

PSLU di Magetan untuk mengumpulkan data penelitian. Peneliti dibantu oleh petugas

UPT PSLU Magetan melakukan wawancara terstruktur untuk mengetahui jumlah

lansia yang mengalami gangguan tidur sesuai dengan populasi target.

Dari wawancara terstruktur dengan menggunakan menggunakan

kuesioner/angket yang dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index)

didapatkan 20 responden yang sesuai kreteria inklusi, kemudian peneliti membagi

responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Semua responden diberi penjelasan penelitian meliputi kegiatan penelitian,

tujuan penelitian, perlakuan yang akan di berikan ke responden, manfaat, bahaya

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

potensial, hak undur diri dan insentif untuk subyek. Selanjutnya peneliti menjelaskan

surat permohonan kesediaan responden baik pada kelompok perlakuan atau kontrol di

bantu penanggung jawab wisma. Responden yang setuju dengan penjelasan dan

permonan diberikan informed consent sebagai bukti mau dijadikan sampel penelitian,

responden memberikan persetujuan untuk di jadikan sampel penelitian baik sebagai

kelompok intervensi atau kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat

intervensi latihan aerobik dan dan latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu

dengan rincian senam dilakukan 3 kali dalam seminggu, yaitu hari selasa, kamis dan

minggu selama 3 minggu dan relaksasi otot progresif sehari sekali setiap hari

sebelum tidur selama 2 minggu, yang mulai dilakukan pada minggu ke dua. Untuk

senam di pandu dengan instruktur dari UPT PSLU Magetan dan pemberian latihan

relaksasi otot progresif di lakukan oleh peneliti. Untuk kelompok kontrol akan di

berikan exercise aerobik berupa senam dan latihan relaksasi otot progresif selama

seminggu setelah dilakukan post test.

Setelah dilakukan pre-test, peneliti menjelaskan SAK (Satuan Acara

Kegiatan) latihan exercise aerobik dan latihan relaksasi otot progresif pada kelompok

perlakuan. Kelompok perlakuan mendapat intervensi latihan aerobik berupa senam

yang dilakukan hari selasa, kamis dan minggu serta latihan relaksasi otot progresif

selama 2 minggu dimulai minggu ke dua dilakukan setiap hari sebelum tidur.

Semua responden perlakuan berkumpul di tempat yang sudah di tentukan,

responden kelompok kontrol tidak di ikutkan dalam program rutin exercise aerobik

dan latihan relaksasi otot progresif. Setelah dilakukan intervensi exercise aerobik

berupa senam tiga kali dalam seminggu dan latihan relaksasi otot progresif

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

responden yang dilakukan dua kali seminggu yang dilakukan malam hari, kembali

dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner/angket yang

dimodifikasi dari PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index), baik kelompok perlakuan

ataupun kelompok kontrol sebagai post test hasil penelitian pada tiga Minggu.

Sebagai etik keadilan dalam penelitian kelompok kontrol setelah dilakukan

penilaian post test mereka kita berikan intervensi exercise aerobik berupa senam 3

kali seminggu dan pemberian relaksasi otot progresif selama satu minggu sebelum

tidur. Pelaksanaan intervensi terakhir di tempat kegiatan, semua responden diberi

booklet tentang latihan relaksasi otot progresif yang bisa digunakan setelah intervensi

berhenti, dan memberikan souvenir kepada kelompok intervensi, kelompok kontrol

dan penghuni wisma yang lain.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.10 Kerangka kerja


Populasi terjangkau dari lansia yang
mengalami gangguan tidur di UPT
PSLU magetan sebanyak 20 orang
Total sampling

Sampel penelitian berjumlah 20 rang (n=20)

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


n= 10 orang n=10 0rang

Pre intervensi
Wawancara pre test dengan kuesioner latensi dan
durasi tidur

Intervensi Kelompok kontrol


Program rutin exercise aerobik Tidak diberi perlakuan
dan pemberian relaksasi otot
progresif

Post intervensi
Wawancara,post test dengan kuesioner latensi dan durasi
tidur
Tabulasi data

Menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan uji

kolmogrov of smirnov test, paired t-test dan independent t-

test ( 0,05)
Penyajian hasil penelitian kuesioner

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Program Rutin


Exercise Aerobik dan Pemberian Latihan Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Latensi dan Durasi Tidur Lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.11 Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

membuat penilaian atau scoring pada lembar kuesioner yang telah diisi responden.

Scoring atau pemberian skor dilakukan pada item-item jawaban yang membutuhkan

skor. Kemudian dilakukan coding atau pemberian kode terhadap item-item yang tidak

membutuhkan skor. Kode biasanya digunakan untuk mengidentifikasi data demografi

responden. Sebagai contoh, yaitu

1) Nomor urut responden menggunakan angka arab

2) Jenis Kelamin: L untuk laki-laki dan P untuk perempuan diletakkan setelah

nomor urut responden yang dipisahkan dengan tanda strip (-)

3) Umur: angka arab setelah kode jenis kelamin

Sebagai contoh jika dalam penelitian ini ditemukan kode 1-L60 maka dapat

diartikan bahwa responden dengan nomor urut 1 adalah laki-laki berusia 60 tahun.

Setelah dilakukan coding, data kemudian ditabulasi. Tabulasi data dilakukan untuk

memudahkan dalam melihat distribusi hasil penelitian dan untuk memudahkan dalam

analisis data.

Penelitian ini memperoleh dua data. Data pertama adalah data hasil pre test

dan post test dari kelompok intervensi (kelompok yang diberikan tindakan program

rutin latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif) dan data kedua

adalah data hasil pre test dan post test dari kelompok kontrol (kelompok yang tidak

diberikan tindakan program rutin latihan aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif). Setiap data di atas diukur menggunakan uji statistik t-test berpasangan

yaitu uji statistik komparasi dua sampel berpasangan dengan variabel skala interval

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang menggunakan derajat kemaknaan p0,05. Jika hasil analisis penelitian

didapatkan nilai p0,05 maka hipotesis penelitian diterima yang artinya ada pengaruh

antara program rutin aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap

latensi dan durasi tidur lansia.

Kemudian dilakukan lagi uji statistik independent t-test yaitu uji statistik

komparasi dua sampel bebas dengan variabel skala interval yang menggunakan

derajat kemaknaan p0,05. Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui

perbandingan hasil post test latensi dan durasi tidur pada lansia kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai 0,05 maka

hipotesis penelitian diterima yang artinya ada perbedaan antara kelompok yang

mendapat perlakuan dan yang tidak mendapat perlakuan.

Setelah dilakukan uji statistik, kemudian dilakukan pembahasan secara

deskriptif dan analitik sehingga akan diperoleh suatu gambaran dan pengertian yang

lengkap tentang hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS.

6.12 Etika Penelitian

Menurut Aziz, (2007) masalah etik dalam penelitian keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat akan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etik dalam penelitian harus diperhatikan karena manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini,

sebelumnya peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan rekomendasi

dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, pimpinan UPT PSLU Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Setelah mendapat persetujuan penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada

masalah etika sebagai berikut:

1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani surat persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti, maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi dari masingmasing subjek, dalam

lembar pengumpulan data tidak akan dicantumkan nama dan cukup dengan

memberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden dijamin oleh peneliti.dan

informasi hanya digunakan untuk kegiatan penelitian.

6.13 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian, dslsm

penelitian ini adalah:

1. Sampel yang digunakan terbatas pada lansia di UPT PSLU Magetan, sehingga

belum bisa di generalisasikan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Feasibility, dalam melakukan penelitian adanya pertimbangan pelatih senam

lansia tidak bersertifikat.

3. Peneliti tidak dapat memantau responden selama tidur sehingga kurang bisa

memantau latensi dan durasi tidur lansia secara akurat.

4. Setiap melaksanakan intervensi harus mengulang penjelasan SAK dan SOP

pelaksanaan program rutim exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot

progresif.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh

program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot progresif

terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian dilakukan

di UPT PSLU Magetan mulai tanggal 25 November sampai tanggal 20 Desember

2014. Data yang terkumpul kemudian diuji stastistik dengan paired t-test pada

kelompok perlakuan dan kontrol untuk mengetahui latensi dan durasi tidur lansia

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dan Independent t-test untuk mengetahui

perbedaan pada kelompok perlakuan dan kontrol post intervensi.

5.1 Hasil Penelitian

7.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada tanggal 1 Januari 1983 sesuai gagasan Menteri sosial RI berdirilah panti

jompo di Magetan dengan penghuni berjumlah 10 lansia dengan alamat di Balai Desa

Milangasri dengan sumber dana dari kantor wilayah Departemen Sosial Propinsi

Jawa Timur. Pada tanggal 1 September 1983, lokasi pelayanan kesejahteraan lanjut

usia di pindah ke jalan raya Panekan Selosari dengan jumlah daya tamping 40 lansia.

Pada tanggal 5 September 1984 Panti Werdha tersebut diresmikan oleh Direktur

Kesejahteraan Anak dan lanjut usia Depsos RI dan diberi nama Sasana Tresna

werdha Bahagia yang berada dibawa naungan Kanwil Depsos Propinsi Jawa Timur,

dengan alokasi biaya dari anggaran rutin berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

No. 14/HUK/1994 yang berisi tentang perubahan status Sasana Tresna Werdha

bahagia menjadi Panti Sosial tresna Werdha Bahagia Magetan.

Pada tahun 1999 Departemen Sosial dibubarkan sehingga PSTW Bahagia di

kelola oleh Bada Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN) dan pada tahun 2001 berada

dibawa naungan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dengan dasar PERDA No.12

tahun 2000 yang telah diubah dengan PERDA No.14 tahun 2001 dan Keputusan

Gubernur No.41 tahun 2001 yanga diubah dengan Keputusan Gubernur No.51 tahun

2003 tentang uraian tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknik Dinas Sosial Propinsi

Jawa Timur. Pada tahun 2008 sesuai Pergub N0. 119/2008 diubah namanya menjadi

Unit Pelaksana Teknik Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan (UPT PSLU Magetan)

dan memiliki cabang di Ponorogo.

Fasilitas tempat tinggal yang dimiliki UPT PSLU Magetan bangunan yang

memadai dengan sanitasi lingkungan berlantaikan keramik, terdiri dari 8 wisma yang

dipakai untuk lansia mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar berupa wisma

berisikan kamar-kamar, dapur, kamar tamu, ruang makan, kamar mandi, masing-

masing kamar terdiri 2 orang, dan 1 wisma yaitu wisma yang berbentuk zaal terdiri

dari 12 tempat tidur dipergunakan untuk lansia yang tidak mandiri dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya. Penghuni UPT PSLU berjumlah 87 lansia. Laki-laki berjumlah

33 lansia dan perempuan berjumlah 54 lansia.

Fasilitas lain yang di UPT PSLU Magetan antara lain klinik kesehatan dengan

fasilitas medis yang memadai dengan tenaga paramedis lulusan D3 sebanyak 3 orang,

dapur umum menyediakan makan dan minum bergizi 3 kali dalam sehari ditambah

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

snack, aula, masjid, kebun, kolam, makam. Semua biaya pelayanan tanpa dipungut

biaya dan sumber dana berasal dari APBD Pemerintah propinsi Jawa Timur dan dari

donator baik dari lembaga pemerintah dan swasta.

Kegiatan yang dilakukan di UPT PSLU Magetan adalah bimbingan mental

agama tiap hari, olah raga senam tiap selasa senam otak dan kamis senam tera,

pemeriksaan kesehatan dan bimbingan kreatif tiap hari rabu, bimbingan ketrampilan

tiap hari selasa, kamis dan jumat, bimbingan yasinan dan ceramah agama tiap hari

kamis, bimbingann kelompok kerja bakti tiap hari jumat dan untuk sabtu dan minggu

digunakan untuk kegiatan individu.

Jenis kegiatan yang sudah dilakukan di UPT PSLU Magetan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur lansia antara lain senam terra 1 minggu

sekali.

7.1.2 Data umum

1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lansia di UPT


PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20
Desember 2014
Kelompok
Jenis Kelamin Perlakuan Kontrol
n % n %
Laki-laki 4 44 4 40
perempuan 6 60 6 60
Total 10 100 10 100
Dari Tabel 5.1 dari data di atas didapatkan sebagaian besar baik kelompok perlakuan

dan kontrol berjenis kelamin perempuan sebanyak 60% dan hampir setengahnya

sebanyak 40% berjenis kelamin laki-laki.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di UPT PSLU


Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember
2014

Kelompok
Umur Responden Perlakuan Kontrol
n % n %
60-65 Tahun 3 30 3 30
66-70 Tahun 2 20 2 20
71-75 Tahun 5 50 5 50
Jumlah 10 100 10 100

Dari tabel 5.2 di atas didapatkan hampir setengah responden kelompok perlakuan

berumur 71-75 tahun dan dan sebagaian kecil berusia 66-70 tahun. Pada kelompok

kontrol hampir setengah responden berusia 71-75 tahun dan sebagaian kecil berusia

66-70 tahun.

3. Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di panti

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di UPT PSLU


Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember
2014

Kelompok
Lama Tinggal Perlakuan Kontrol
n % n %
< 1 Tahun 2 20 2 20
1-5 Tahun 6 60 6 60
5-10 Tahun 1 10 2 20
>10 Tahun 1 10 0 0
Jumlah 10 100 10 100

Dari tabel 5.3 di atas didapatkan sebagian besar responden kelompok

perlakuan lama tinggal di UPT PSLU Magetan yaitu 5-10 tahun dan sedikit di

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

atas 10 tahun, sedangkan kelompok kontrol hampir setengahnya lama tinggal 1-

5 tahun dan siasanya lama tinggal 1-5 tahun.

4. Distribusi responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan riwayat pekerjaan dahulu di UPT

PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20

Desember 2014

Kelompok
Riwayat
Pekerjaan Perlakuan Kontrol
n % n %
Tidak bekerja 4 40 4 40
PNS 0 0 0 0
Wiraswasta 6 60 6 60
Jumlah 10 100 10 100

Dari tabel 5.4 di atas didapatkan setengah responden perlakuan

mempunyai riwayat pekerjaan sebagai wiraswasta dan hampir setengah dulunya

tidak bekerja sedangkan kelompok responden kelompok kontrol sebagaian besar

riwayat pekerjaan sebagai swasta dan hampir setengahnya tidak bekerja.

5. Distribusi responden berdasarkan riwayat perkawinan

Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan riwayat perkawinan dahulu


lansia di UPT PSLU Magetan, tanggal 25 November 2014 sampai
dengan 20 Desember 2014

Kelompok
Status
Perkawianan Perlakuan Kontrol
n % n %
Tidak Kawin 0 0 1 10
Kawin 0 0 0 0
Duda/Janda 10 100 9 90
Jumlah 10 100 10 100

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berdasarkan tabel 5.1 di atas pada responden kelompok perlakuan

seluruhnya berstatus duda/janda sedangkan pada kelompok kontrol hampir

seluruhnya berstatus duda/janda dan sebagaian kecil berstatus tidak pernah

menikah.

6. Distribusi responden berdasarkan agama

Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan agama di UPT PSLU Magetan,

tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014

Kelompok
Agama Perlakuan Kontrol
n % n %
Islam 10 100 10 100
Kristen 0 0 0 0
Hindu 0 0 0 0
Budha 0 0 0 0
Jumlah 10 100 10 100

Dari tabel 5.6 di atas didapatkan seluruh responden baik perlakuan dan

kontrol beragama islam.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7.1.3 Data Khusus

1. Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif terhadap latensi tidur lansia di UPT PSLU Magetan

Tabel 5.7 Tabel Latensi Tidur Pada Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Intervensi Program Rutin Exercise Aerobik Dan
Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Di UPT PSLU Magetan,
tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014

Waktu mulai tidur/latensi (menit)


No Perlakuan kontrol Perlakuan Kontrol
Responden pre post pre post post post
1 60 40 -20 55 60 +5 40 60
2 60 40 -20 70 70 0 40 70
3 60 35 -25 60 55 -5 35 55
4 50 30 -20 50 45 -5 30 45
5 60 30 -30 60 60 0 30 60
6 75 40 -35 60 60 0 40 60
7 60 30 -30 55 55 0 30 55
8 50 25 -25 60 60 0 25 60
9 50 20 -30 60 60 0 20 60
10 60 40 -20 50 60 10 40 60
Mean 58.5 33.00 58 58.5 33.00 58.5
SD 7.472 7.149 5.869 6.258 7.149 6.258
p=0.000 p=0.726 p=0,000
Paired t
Paired t Test Test Independent t-Test

Tabel 5.7 di atas menggambarkan latensi sebelum (pre test) dan sesudah (post

test) pada kelompok perlakuan yang diberikan program rutin exercise aerobik selama

3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu. Pada tabel

di atas menunjukkan adanya penurunan latensi tidur pada kelompok perlakuan setelah

dilakukan intervensi dan pada kelompok kontrol tanpa intervensi. Sebelum dilakukan

intervensi latensi tidur rata-rata 58,5 menit. Setelah program rutin exercise aerobik

selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Setelah diberikan intervensi terjadi penurunan latensi tidur menjadi 33 menit. Setelah

dilakukan uji statistik paired t test dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000

berarti ada pengaruh yang signifikan program rutin exercise aerobik selama 3

minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap

latensi tidur.

Tabel 5.7 menunjukkan perubahan latensi pada kelompok kontrol. Dari hasil

pre-test didapatkan latensi tidur rerata responden 58 menit. Setelah 3 minggu

dilakukan post-test terdapat perubahan latensi tidur menjadi lama yaitu 58,5 menit.

Setelah dilakukan uji statistik paired t test dengan signifikan p0,05 menunjukkan

p=0,726 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan latensi tidur pada kelompok

kontrol.

Tabel 5.7 di atas menggambarkan latensi tidur pada kelompok yang diberikan

perlakuan berupa program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian

latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan kelompok kontrol. Dari tabel

diatas menunjukkan terjadi adanya perubahan latensi tidur pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi terjadi

penurunan latensi tidur menjadi 33 menit sedangkan pada kelompok kotrol setelah 3

minggu dilakukan post test latensi tidur menjadi 58,5 menit. Setelah dilakukan uji

statistik dengan independent t-test signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000 ada

pengaruh yang signifikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan

pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap latensi tidur

pada lansia di UPT PSLU di Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif terhadap durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan

Tabel 5.8 Tabel Durasi Tidur Pada Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Intervensi Program Rutin Exercise Aerobik Dan
Pemberian Latihan Relaksasi Otot Progresif Di UPT PSLU Magetan,
tanggal 25 November 2014 sampai dengan 20 Desember 2014

Lama tidur/durasi (jam)


No Perlakuan kontrol Perlakuan Kontrol
Responden pre post pre post post post
1 4 5 1 4 4 0 5 4
2 4 6 2 4 4 0 6 4
3 3 5 2 3 3 0 5 3
4 4 5 1 4 4 0 5 5
5 3 5 2 3 4 1 5 4
6 4 5 1 3 3 0 5 3
7 4 6 2 4 3 -1 6 3
8 4 5 1 4 4 0 5 4
9 4 6 2 4 4 0 6 4
10 3 5 2 4 4 0 5 4
Mean 3.70 5.30 3.70 3.70 5.30 3.70
SD 0.483 0.483 0.483 0.483 0.483 0.483
p=0.000 p=1,000 p=0.000
Paired t Paired t
Test Test Independent t Test

Tabel 5.8 di atas menggambarkan durasi sebelum (pre test) dan sesudah (post

test) pada kelompok perlakuan yang diberikan program rutin exercise aerobik selama

3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan pada

kelompok kontrol tanpa intervensi. Pada tabel di atas menunjukkan adanya

peningkatan durasi tidur pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi.

Sebelum dilakukan intervensi durasi tidur rata-rata 3,7 jam. Setelah program rutin

exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

selama 2 minggu. Setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan durasi menjadi

5,30 jam. Setelah dilakukan uji statistik paired t-test dengan signifikan p0,05

menunjukkan p=0,000 berarti ada pengaruh yang signifikan program rutin exercise

aerobik selama 3 minggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif selama 2

minggu terhadap durasi tidur pada lansia di UPT PSLU di Magetan.

Tabel 5.8 juga menunjukkan perubahan durasi pada kelompok kontrol. Dari

hasil pre-test didapatkan durasi rerata responden 3,7 jam. Setelah 3 minggu dilakukan

post test tidak terjadi perubahan rerata durasi tetap 3,7 jam. Setelah dilakukan uji

statistik paired t-test dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,591 yang berarti

tidak ada pengaruh perubahan latensi tidur pada kelompok kontrol.

Tabel 5.8 di atas menggambarkan durasi tidur pada kelompok yang diberikan

perlakuan berupa program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian

latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu dan kelompok kontrol. Dari tabel

diatas menunjukkan terjadi adanya perubahan durasi tidur pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi terjadi

peningkatan durasi tidur menjadi 5,30 jam sedangkan pada kelompok kontrol durasi

tidur tetap 3,7 jam. Setelah dilakukan uji statistik dengan independent t-test

signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000 ada pengaruh yang signifikan setelah

diberikan program rutin exercise aerobik selama 3 minggu dan pemberian

latihanrelaksasi otot progresif selama 2 minggu terhadap durasi tidur pada lansia di

UPT PSLU di Magetan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7.2 Pembahasan

Secara umum dari hasil penelitian didapatkan ada pengaruh program rutin

exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif terhadap latensi dan durasi

tidur lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian ini memiliki hasil yang bervariatif

dalam setiap variabelnya, sehingga perlu diadakan pembahasan kenapa hal ini bisa

terjadi.

7.2.1 Latensi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan

pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak lansia yang mengalami gangguan

tidur berupa latensi. Berdasar hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 5.7

menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mengalami gangguan latensi tidur.

Responden memulai tidur umumnya jam 20.30 sampai dengan jam 21.00 baik

sebelum dilakukan intervensi atau sesudah dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan

intervensi program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif, dari

10 responden kelompok perlakuan semua harus menunggu 60 menit atau lebih untuk

dapat memulai tidur. Setelah 3 minggu diberikan intervensi program rutin exercise

aerobik berupa senam 3 kali seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu

berturut-turut sebagaian besar dengan skor penilaian senam baik dengan skor 17

poin dan relaksasi otot progresif semua responden berada pada skoring baik yaitu

15 poin, terjadi perubahan latensi tidur pada responden kelompok perlakuan, seluruh

responden yang memiliki latensi tidur yang buruk menjadi 5 orang meningkat dari

buruk menjadi kurang dan 5 responden meningkat dari buruk menjadi cukup. Rata-

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

rata terjadi penurunan latensi tidur 20 sampai dengan 30 menit, satu responden nomer

5 mengalami penurunan latensi tidur lebih banyak yaitu 35 menit dibandingkan

responden yang lain, hal ini dikarenakan responden mempunyai aktifitas yang banyak

di siang hari dibandingkan dengan responden yang lain dan untuk nilai senam adalah

baik yaitu 20 poin dan relaksasi otot progresif 17 poin sehingga hal ini dapat

mempercepat memulai tidur. Jika responden cepat memulai tidur maka lama tidur

akan bertambah meskipun pada tengah malam responden terbangun 2 sampai 3 kali

ke kamar mandi, namun responden dapat tidur kembali secara mudah saat kembali

ketempat tidur.

Sedangkan pada kelompok kontrol dari 10 responden semua mempunyai

latensi tidur yang buruk tidak ada penurunan latensi tidur baik pre atau post test. Pada

kelompok kontrol 2 responden mengalami kenaikan latensi tidur 5 sampai dengan 10

menit hal ini disebabkan karena mereka lama tidur di siang hari dan 2 responden

mengalami penurunan latensi tidur 5 menit dikarenakan aktifitas yang banyak di

siang hari dan hujan di malam hari sehingga menyebabkan responden lebih cepat

memulai tidur dibandingkan dengan pre test. Hal ini membuktikan bahwa pemberian

program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif dapat

menurunkan latensi tidur lansia. Hal ini di perkuat dengan hasil uji statistik paired

t-test pada kelompok perlakuan dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000 dan

pada kelompok kontrol p=0,726. Hasil uji independent-test pada kelompok perlakuan

dan kontrol post intervensi dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Proses degeneratif yang muncul pada lansia dapat mengakibatkan penurunan

waktu tidur serta munculnya gangguan yang menurunkan kualitas tidur. Seorang

lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama

di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu

tidur nyenyaknya (Darmojo & Martono, 2010). Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia dapat dilihat dari faktor internal

dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari penyakit fisik, stres emosional,

depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor eksternal meliputi penggunaan

medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan hormon (Potter & Perry, 2005).

Kebiasaan lansia yang minum kopi dan merokok dapat mempengaruhi lansia untuk

jatuh tertidur. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia adalah kondisi

lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum,

merokok, mengonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa

berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007)

7.2.2 Durasi tidur sebelum dan sesudah program rutin exercise aerobik dan

pemberian latihan relaksasi otot progresif lansia di UPT PSLU Magetan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak lansia yang mengalami gangguan

tidur berupa durasi. Berdasar hasil penelitian yang ditunjukan pada tabel 5.8

menunjukkan bahwa sebagaian besar responden mengalami gangguan durasi tidur.

Sebelum dilakukan intervensi program rutin exercise aerobik dan pemberian relaksasi

otot progresif, dari 10 responden kelompok perlakuan semua mengalami gangguan

durasi tidur buruk yaitu semua responden memiliki durasi tidur 3 dan 4 jam. Setelah 3

minggu diberikan intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam 3 kali

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu berturut-turut sebelum tidur

terjadi perubahan durasi tidur pada responden kelompok perlakuan, seluruh

responden yang memiliki durasi tidur yang buruk 7 orang meningkat dari buruk

menjadi cukup dan 3 responden meningkat dari buruk menjadi baik. Skor senam dan

skor relaksasi responden rata - rata berada pada level baik yaitu senam dengan skor

17 poin dan relaksasi otot progresif semua responden berada pada skoring baik

yaitu 15 poin, hal ini juga menjadi pengaruh meningkatnya durasi tidur pada lansia

yang mendapat perlakuan.

Pada kelompok kontrol dari 10 responden 1 orang yang mengalami penurunan

durasi tidur sebanyak 1 jam, hal ini dikarenakan kebiasaan lansia sering bak dan

susah untuk mulai tidur sehingga mengurangi durasi tidur dan 1 responden

mengalami kenaikan durasi tidur, hal ini di karenakan responden tersebut banyak

melakukan aktifitas di siang hari dan kondisi musim hujan dimalam hari sehingga

waktu tidur menjadi lebih lama. Jadi kelompok kontrol baik pre atau post test durasi

tidur dalam posisi buruk. Hal ini membuktikan bahwa pemberian program rutin

exercise aerobik dan pemberian relaksasi otot progresif dapat menaikkan durasi tidur

lansia. Hal ini di perkuat dengan hasil uji statistik paired t test pada kelompok

perlakuan dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000 dan pada kelompok

kontrol p=1,000. Hasil uji independent t-test pada kelompok perlakuan dan kontrol

post intervensi dengan signifikan p0,05 menunjukkan p=0,000.

Berkurangnya tingkat kualitas tidur pada lansia yang diakibatkan oleh beberapa

keluhan di atas sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (2005) bahwa lansia

terdapat ciri khas yakni tidak tidur sepanjang malam yang disebabkan oleh

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pemendekan siklus tidur; akibat pengosongan kandung kemih yang sering, nyeri dan

gangguan psikologis; dan medikasi yang mempengaruhi siklus bangun-tidur. Lansia

memiliki waktu pendek pada tidur yang dalam (delta sleep), dan lebih panjang

waktunya pada stadium tidur I dan II (Darmojo, 2009). Gangguan-gangguan yang

sering muncul ketika malam hari ini membuat terhambatnya siklus tidur. Lansia akan

kesulitan masuk ke dalam stadium III hingga fase REM ketika mendadak terbangun,

sehingga ketika tertidur kembali harus mengulang ke stadium awal terlebih dahulu.

7.2.3 Pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi otot

progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden baik perlakuan atau kontrol berjenis

kelamin perempuan (60%)

Jenis kelamin merupakan gender dari seseorang yaitu laki dan perempuan.

Menurut (Rawlins, 2001) wanita secara psikologis memiliki mekanisme koping yang

lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam mengatasi masalah. Dengan adanya

gangguann fisik dan psikologis wanita akan mengalami kecemasan, jika kecemasan

lanjut seseorang tersebut akan mengalami kejadian gangguan tidur dibanding laki-

laki. Sehingga dari teori tersebut dapat disimpulkan kenapa gangguan tidur berupa

latensi dan durasi lebih bayak terjadi perempuan.

Tabel 5.2 menunjukkan setengah dari responden perlakuan dan kontrol

berumur 71-75 tahun (50%) dan sebagian kecil berusia 66-70 tahun (20%).

Latensi dan durasi tidur sering ditemukan pada lansia. Seringkali lansia

mengatakan dirinya kesulitan untuk memulai tidur, sering terjaga tidurnya Kualitas

tidur pada lansia mengalami perubahan yaitu tidur REM mulai memendek.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4.

Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang

mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono &Widianti, 2010). Seorang lanjut usia akan

membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur

sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyaknya

(Darmojo & Martono, 2010).

Tabel 5.3 menunjukkan sebagaian besar baik kelompok perlakuan atau kontrol

lama tinggal dipanti adalah 1-5 tahun (60%) dan sebagaian sedikit 5-10 tahun (10%).

Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain penyakit,

stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan (Saryono

& Widianti, 2010). Lama tinggal dipanti bisa menjadi stressor tambahan yang bisa

mempengaruhi latensi dan durasi tidur. Lansia harus beradaptasi dengan teman

sekamar, penghuni lain, petugas, peraturan yang berlaku di panti dan lingkungan fisik

panti. Dari sini dapat dilihat tentang lama tinggal di panti masing-masing lansia

sangat berpengaruh. Semakin lama tinggal di panti, maka lansia semakin lama

beradaptasi dengan lingkungan.

Tabel 5.4 sebagaian besar koresponden perlakuan dan kontrol dulunya bekerja

menjadi wiraswasta (60%)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia

dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari

penyakit fisik, stres emosional, depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor

eksternal meliputi penggunaan medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan

hormon (Potter & Perry, 2005). Bila di masa siang hari sibuk dan produktif sepanjang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hari, ketika malam hari gangguan tidur akan minimal. Hal sebaliknya jika lansia di

siang hari tidak ada aktifitas dan cenderung tidak aktif, ketika malam akan sulit untuk

tidur dengan baik. Aktifitas maupun pekerjaan yang cukup pada jam produktif dapat

membantu mengurangi waktu tidur di siang hari. Namun karena sudah menurunnya

kemampuan fisik, lansia sudah masuk masa pensiun dan kebanyakan tidak

melakukan aktifitas produktif. Perubahan aktifitas sebelum dan setelah tinggal di

panti dapat mempengaruhi latensi dan durasi tidur lansia.

Tabel 5.5 hampir semua lansia yang menjadi koresponden adalah duda/janda

(90%) dan sisanya belum menikah (10%)

Menurut Nugroho (2010) depresi pada lansia dapat dipengaruhi oleh

kemiskinan, usia, jenis kelamin, penyakit fisik yang tak kunjung sembuh, perceraian

atau kematian pasangan. Dengan ketidak beradaan pasangan di hari tua pada lansia

menyebabkan kecemasan sehingga mempengaruhi gangguan tidur berupa latensi dan

durasi lansia.

Pada tabel 5.6 didapatkan semua lansia yang mengalami gangguan tidur adalah

beragama islam (100%)

Penghuni lansia di UPT PSLU semua beragama islam. Salah satu aktifitas yang

tidak bisa di kendalikan peneliti adalah aktifitas harian responden, beberapa lansia

yang beragama islam memiliki kebiasaan menjalankan ibadah setiap tengah malam

seperti solat tahajud, dzikir dan membaca Al Quran dan lain-lainnya . Hal ini

menyebabkan lama tidur lansia berkurang 1 sampai 1,5 jam perhari.

Setelah dilakukan intervensi berupa program rutin exercise aerobik selama 3

minggu dan relaksasi otot progresif selama 2 minggu didapatkan data penurunan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

latensi tidur pada kelompok perlakuan dari rerata 58,5 menit menjadi 33 menit dan

peningkatan durasi tidur dari rerata 3,7 jam menjadi 5,3 jam. Hal ini di dukung oleh

uji statistik pada latensi dan durasi tidur paired t Test dan independent t-Test pada

kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil uji statistik latensi tidur menunjukkan paired t

Test pada kelompok perlakuan menunjukkan P=0.000 yang artinya H0 di tolak dan

H1 diterima. Sedangkan uji paired t Test pada kelompok kontrol menunjukkan

p=0.726 yang artinya H0 di terima. Hal ini juga di perkuat dengan hasil uji statistik

independent t-Test yang menunjukkan hasil p=0.000. Hasil uji statistik durasi tidur

menunjukkan paired t Test pada kelompok perlakuan menunjukkan P=0.000 yang

artinya H0 di tolak dan H1 diterima. Sedangkan uji paired t Test pada kelompok

kontrol menunjukkan p=1.000 yang artinya H0 di terima. Hal ini juga di perkuat

dengan hasil uji statistik independent t-Test yang menunjukkan hasil p=0.000. Jadi

program rutin exercise aerobik 3 kali seminggu dan relaksasi otot progresif 2 minggu

sebelum tidur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap latensi dan durasi tidur

lansia di UPT PSLU magetan.

Setelah dilakukan intervesi program rutin exercise aerobik berupa senam 3

kali seminggu dan relaksasi otot progresif selama 2 sebelum tidur, lansia mengatakan

tidak mengalami kesulitan untuk memulai tidur, badan menjadi segar, tidur menjadi

nyenyak dan mudah memulai tidur lagi ketika bangun pada malam harinya.

Proses degeneratif yang muncul pada lansia dapat mengakibatkan penurunan

waktu tidur serta munculnya gangguan yang menurunkan kualitas tidur. Seorang

lanjut usia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama

di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tidur nyenyaknya (Darmojo & Martono, 2010). Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur lansia dapat dilihat dari faktor internal

dan eksternal. Faktor internal dapat bermula dari penyakit fisik, stres emosional,

depresi, aktifitas fisik dan gaya hidup. Faktor eksternal meliputi penggunaan

medikasi, kondisi lingkungan, asupan makanan, dan hormon (Potter & Perry, 2005).

Menurut Kelly & Tracey (2005) latihan aerobik dapat meningkatkan detak

jantung. Dengan bantuan oksigen, aerobik akan membakar lemak, meningkatkan

sistem kekebalan tubuh, dan memacu jantung. Salah satu olah raga yang dapat

meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur adalah dengan senam lansia. Latihan

aerobik adalah latihan yang dilakukan guna memelihara kesehatan jantung dan paru.

Jantung dan paru bekerja lebih keras untuk meningkatkan kebutuhan oksigen, latihan

ini bisa berupa gerakan gerakan tubuh secara umum seperti berjalan kaki. Bisa

disesuaikan dengan kemampuan lansia. Umumnya dimulai dengan berjalan kaki

sekitar 5-10 menit. Untuk lansia disarankan tidak melakukan aktifitas fisik yang

terlalu membebani tulang. Latihan aerobik dilakukan minimal 3 hari dalam satu

minggu (Gunters, 2002). Frekwensi yang latihan yang berguna untuk

mempertahankan dan memperbaiki kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu

minggu sekali dan sebanyaknya banyaknya lima kali dalam satu minggu dengan

lamanya 15 menit (Maryam at al, 2008).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilaksanakan dan tidak

memberatkan, yang dapat dilaksanakan pada lansia. Kegiatan senam membuat lansia

tetap segar dan bugar, karena senam lansia melatih tulang tetap kuat, mendorong

jantung bekerja optimal dan membantu radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(Widiawati & Proverawati, 2010). Senam mampu memaksimalakn aliran oksigen ke

otak, menjaga kesegaran tubuh dan membuang energi negatif dari tubuh. Senam

lansia merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernapasan. Teknik pernapasan

dilakukan dengan sadar dan menggunakan otot diafragma sehingga abdomen

terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut bisa

memberikan pijatan pada jantung, sehingga bisa memperlancar aliran darah ke

jantung dan ke seluruh tubuh. Senam lansia merangsang penurunan aktifitas syaraf

para simpatis, sehingga mengakibatkan penurunan hormon adrenalin, noreprineprin

dan ketokolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan

transport oksigen ke otak dan seluruh tubuh menjadi lancar, kondisi ini akan

menyebabkan peningkatan relaksasi pada lansia, sekresi hormon melatonin yang

maksimal dan pengaruh beta endorphin akan membantu peningkatan pemenuhan

kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008).

Secara fisiologis latihan otot progresif dapat mengurangi aktifitas syaraf

simpatis yang dapat mengembalikan tubuh dalam keadaan seimbang dari pupil,

pendengaran, tekanan darah. Denyut jantung kembali normal dan otot-otot menjadi

rilaks. Latihan relaksasi otot dapat menurunkan stress dan dapat berpengaruh pada

peningkatan imun. Latihan ini meningkatkan endorphin dan menurunkan

ketokolamin. Endorphin berinteraksi dengan HPA Axis yang berada di hipotalamus

mengubah stimulus cemas akibat stressor menjadi tenang, senang dan nyaman

(Davis, 1995).

Latihan relaksasi otot progresif yang dikombinasikan dengan teknik

diafragma, mengakibatkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penuh. Teknik pernapasan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pijatan pada

jantung, sehingga membuka sumbatan-sumbatan dan membuka aliran darah

kejantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Aliran darah yang

meningkat juga dapat meningatkan nutrient dan oksigen dalam darah. Oksigen di

dalam otak akan merangsang peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh

menjadi tenang dan mudah untuk tidur (Purwanto, 2007).

Olah raga secara teratur menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalur HPA

Axis. Pada keadaan tersebut produksi serotonin, encephalin, dan endorphin

mengalami peningkatan. Hormon serotonin kemudian merangsang pembentukan

melatonin yang sangat baik untuk pemenuhan kebutuhan tidur. Hormon encephalin,

dan endorphin menyebab tubuh menjadi rileks. Menurut Lousin Taylor dalam

Rahayu (2008), Endorfin tidak datang secara tiba-tiba dalam tubuh kita, tapi manusia

harus melakukan usaha untuk mendatangkan hormon endoprin. Karena hormon

endorprin baru muncul kalau cadangan glukosa dalam tubuh mulai habis.

Pemberian program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif sangat

bermanfaat bagi lansia untuk membantu mengurangi latensi dan menambah durasi

tidur. Kondisi yang rileks dan nyaman akan mempercepat lansia untuk mampu

memulai tidur dengan waktu yang lebih cepat. Hormon melatonin dibantu oleh

serotonin dan endorfin membantu mencapai tidur yang dalam (delta sleep), sehingga

ketika tidur muncul respon rangsangan dari luar maupun dalam, lansia akan lebih

toleran dan tidak mudah terbangun. Pemenuhan tidur dalam yang cukup akan

meningkatkan proses regenerasi sel dan tercapainya kebugaran tubuh yang baik.

Latensi dan durasi tidur yang cukup juga membuat lansia dapat beraktifitas dengan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

baik dan tidak mudah mengantuk di siang hari. Dengan demikian, lansia dapat

mengungkapkan secara personal bahwa kualitas tidur mereka lebih baik daripada

sebelumnya.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang

berjudul pengaruh program rutin exercise aerobik dan pemberian latihan relaksasi

otot progresif terhadap latensi dan durasi tidur lansia di UPT PSLU Magetan.

Penelitian dilakukan di UPT PSLU Magetan dilakukan mulai tanggal 25 November

sampai tanggal 20 Desember 2014.

8.1 Kesimpulan

1. Sebelum intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan

intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif

selama 2 minggu sebagaian besar lansia di UPT PSLU Magetan mengalami

gangguan latensi tidur dan sesudah intervensi program rutin exercise aerobik

berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian

latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebelum tidur didapatkan hasil

terjadi penurunan menurunkan latensi tidur.

2. Sebelum intervensi program rutin exercise aerobik berupa senam lansia dengan

intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian latihan relaksasi otot progresif

selama 2 minggu sebagaian besar lansia di UPT PSLU Magetan mengalami

gangguan durasi tidur dan sesudah intervensi program rutin exercise aerobik

berupa senam lansia dengan intensitas 3 kali dalam seminggu dan pemberian

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

latihan relaksasi otot progresif selama 2 minggu sebelum tidur didapatkan hasil

terjadi peningkatan durasi tidur.

3. Hasil analisis data mengenai pengaruh program rutin exercise aerobik berupa dan

pemberian latihan relaksasi otot progresif pada lansia di UPT PSLU Magetan

dengan menggunakan uji paired t-test, menunjukkan hasil ada pengaruh

penurunan latensi tidur dan peningkatan durasi tidur lansia di UPT PSLU

Magetan.

8.2 Saran

1. Bagi pengurus panti, program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif

dapat menjadi program alternatif untuk tetap dilaksanakan secara rutin bagi

lansia yang mampu.

2. Bagi lansia di masyarakat hendaknya juga melakukan program rutin exercise

aerobik dan relaksasi otot progresif karena bisa dilakukan secara mandiri

3. Bagi perawat gerontik program rutin exercise aerobik dan relaksasi otot progresif

dapat dijadikan intervensi pilihan dalam menangani pemenuhan kebutuhan tidur

pada lansia.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat dilakukan dengan jumlah sampel

yang lebih besar dan homogen sehingga hasil penelitian lebih representatif.

Penelitian yang serupa dapat dilakukan pada area penelitian yang berbeda.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9 DAFTAR PUSTAKA

Afriadi, S. (2011). Ilmu kedoktera olah raga. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC.

Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Ann marier-Tomey,. & Martha Alligood. (2006),. Nursing Theorist and their work:
Elsevier Health Science

Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bloom, et al 2009. Evidence-based Recommendations for the Assessment and


Management of Sleep Disordes in Olderly. JAGS 57:761-789. The American
Geriatrics Society

Buysse, et al, 1989. Pittsburgh Sleep Quality Index: a New Instrument for Psychiatric
Practice and Research. Psychiatry Research Elsevier. Volume 28 Issue 2

Budi, 2011. Buah Pala, Mengobati Gangguan Insomnia, Mual dan masuk angin.
http://budiboga.com/2006/05/buah-pala-mengobati-gangguan-
insomnia.%20html.%2020%20Agustus%202011.
Bompa, Tudor O, 1990 Theory and Methodology of Training; the key to athletic
performance Dubuque, Iowa: Kendall/ Hunt publishing company

Chayatin, 2007. Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta: EGC.


Darmojo & Martono. 2010. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

DeLaudne & Ladner, 2002. Fundamentals of Nursing. New York: Delmar/Thomson


Learning

Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 1997. Gizi Olahraga
UntukPrestasi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Pp. 9.

Davis, M, Eshelman, E.R dan Matthew Mckay. 1995. Panduan Relaksasi dan reduksi
stress edisi III. Alih Bahasa: Budi Ana Keliat dan Achir Yani. Penerbit Buku
Kedokteran Jakarta

Efendi,f., 2009. keperawatan kesehatan komunitas:Teori dan praktek dalam


keperawatan keperawatan. Jilid 2 penyunt. jakarta: Salemba medika.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gunters, k., 2002. Healty aktive aging: Physical activity guidelines for older adult.
United states:Oregon State University: s.n.
Gentili,. A. 2002 Geriatic Sleep Disorder
Http;//emedicine.medscape.com/article/292498-overview. Tanggal 13
November 2014 pukul 11.00

Guyton, A.C. 2006. Textbok of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier Saunders

Ganong, WF, (2002). Buku Ajar Fisiologis Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC

Heffner, et al. 2012. Sleep Disturbance and Older Adults Inflammatory Responses to
Acute Stress. The American Journal of Geriatric Psychiatry. 20(9): 744-52

Griwiyono, Santoso, 2007 ILMU FAAL OLAHRAGA;Fungsi tubuh manusia pada


olahraga, edisi7. Bandung: buku Ajar FPOK UPI.

Harber, P.M, T. & Scoot, T (2009) Aerobic Exercise Training improves whole
Muscle and Singgle Myofiber size and fungtion in Older Women. Journal
physical regular IntergralCompany Physical, 10,11-42

Japardi, I (2002). GangguanTidur.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-


iskandar%20japardi.pdf.Diakses 20 Agustus 2014 pukul 14.00

Kane, et al. 2008. Essentials of Clinical Geriatrics. New York: Mc Graw-Hill


Professional

Kathy Gunter. 2002. Healty, active aging: Physical Activity Guidelines for Older
Aduls. Oregon State University.

Kartiko, H.C, 2011. Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia di
desa leyangan kecamatan ungaran timur Kabupaten Semarang. Skripsi tidak
dipublikasikan . Program Sarjana keperawatan Universitas Diponegoro,
Semarang.

Kelly, & Tracey. (2005). 50 Rahasia Alami detoks. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kelana Kusuma Dharma, 2011 Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta: CV.


Trans Info Media
Kozier, 2004. Fundamental of Nursing sevent edition. vol.2 penyunt. Jakarta: EGC.
Lolak S, Connors GL, Sheridan MJ, & Wise T 2008, Effect of progressive muscle
relaxation training on anxiety and depression in patients enrolled in an

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

outpatient pulmonary rehabilitation program, Psychother Psychosom, vol. 77,


hal. 119-125, diakses 12 September 2014,
<http://psychiatry.stanford.edu/Psychosomatic/Lolak'08Progressive%20Relax
ation%20Pulm%20Rehab.pdf>

Lanywati, E, 2001. Insomnia. Yogyakarta: Kanisius


Litwak, S.R. 2003. Energy Metabolism. In Encyclopedia of Food Sciences &
Nutrition, 2nd Edition, Caballero B, Trugo LC, and Finglas PM. Eds.
Academic Press
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Masyfahani, M.A, 2010. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap


Tingkat Insomnia pada Lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Skripsi
tidak dipublikasikan Program Sarjana keperawatan Universitas Airlangga,
Surabaya.

Martono, & Darmojo. (2010). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Martono & Pranaka,K, 2009. Geriatri9Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta:


Penerbit FKUI.
McArdle, W., Katch, F., & Katch, V. (2007). Latihan Fisiologis, Energi, Nutrisi &
kinerja Manusia.

Mickey Stanly, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Geriontik Edisi 2. jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Morre CA, W. (2000). Sleep Disorder . Kaplan & sadock (ed) Conprenhensive
texbook of Psychiatry. Philadelphia: Lippincot Will & Wilkins.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, B. & Wahyudi, 2008. Geriontik dan Geriatrik. Edisi 3 penyunt.


Jakarta:Buku Kedokteran: EGC.
Notoatmodjo. P, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Reneka Cipta

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Poniman, F., Nugroho, I., & Azzaini, J. (2007). Kubik Leadership Solusi dan esensial
meraih sukses dan kemuliaan hidup. Jakarta: Penerbit Hikmah ( PT Mizan
Publika).
Purwanto & Zulaekah, 2007. Pengaruh pelatihan Relaksasi Religius untuk
mengurangi gangguan Insomnia(online), ( Sebastian Schmieg Blog at
wordpress, diakses 11 november 2014)
Putra, ST,(2005) Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: graham Masyarakat
ilmu Kedokteran (GRAMIK)FK-Unair
Prasadja, A., 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang benar. Jakarta:
Penerbit Hikmah.
Rafknowledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Rahayu, R.M. 2008. Pengaruh Perendaman Kaki Air Hangat Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Tidur Lansia Di UPT PSLU Jombang. Skripsi untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan UNAIR. Tidak dipublikasikan.

Resti, I., 2014. Tehnik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stress pada
penderita asma. http://ejournal.umm.ac.id.
Rawlins 2013. Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta : EGC

Saputra & Yudha, 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani,Kesehatan dan


rekreasi. Jakarta: FPOK UPI Bandung.

Sani. 2003. Yoga untuk Kesehatan. Semarang. Dahara Prize

Saryono & Widianti ,A.T, 2010. Catatan kuliah kebutuhan dasar manusia (KDM).
cetakan ke2 . Yogjakarta : Nuha Mediaka

Satwiko,2009.Fisika Bangunan.Yogjakarta:Andi
Stanley & Beare, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Sumedi, T, Wahyudi, & Kuswati,A. 2010. Senam Lansia terhadap Penurunan Skala
Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Jurnal
Keperawatan Soedirman, volume 5 no 1, maret 2010.

Sugiyono.2010.Statiska Untuk Penelitia. Bandung : Alfabeta


Suhardo,M. Senam Bugar Lansia AWARA 2004. Yogjakarta :Perwosari DIY FK
UGM Yogjakarta
Setyoadi, & Kushariyadi 2011, Terapi modalitas keperawatan pada klien
psikogeriatrik, Salemba Medika, Jakarta

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Suroto.2004.Pengertian senam Buku Pegangan kuliah , manfaat senam dan urutan


gerakan senam.Semarang

Thyer, et al, 2012. Human Behavior in the Social Environment. New York: John
Willey & Sons

Utami, MS 2002, Prosedur-prosedur relaksasi, dalam MA Subandi (ed),


Psikoterapi, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta

Wahyudi Nugroho, B. (2008). Geriontik dan Geriatrik. jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Widyawati, 2010. Pengaruh Senam Ergonomik Dasar terhadap Peningkatan


Kebugaran Lansia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan UNAIR. Tidak dipublikasikan

Wirakusumah, E. 2004. Agar Tetap Sehat, Cantik dan Bahagia di Masa Menopause
dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta
Widianti,A.T& Proverawati,A. 2010. Senam Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika
Widyastuti, NNS, Achjar KAH & Surasta W 2013, Perbedaan efektifitas terapi
musik dengan teknik relaksasi progresif terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia di Banjar Peken desa Sumerta Kaja, Community Of Publishing In
Nursing, vol. 1, no. 1, diakses 22 September 2014,
<http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/download/6127/4618>

Vitahealth, 2004, Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1

10 LAMPIRAN

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran43
Lampiran

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 5

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 6

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 7

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 8

ENJELASAN PENELITIAN

BAGI RESPONDEN PEMBERIAN AKTIFITAS LATIHAN AEROBIK, DAN

PEMBERIAN LATIHAN PELEMASAN OTOT SELURUH BADAN

Judul Penelitian : Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian Latihan

Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan di tempat tidur

sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT

PSLU Magetan

Tujuan Penelitian

A. Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh program senam lansia dan pemberian latihan pelemasan otot

seluruh badan terhadap waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam

(latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan

B. Tujuan khusus

4. Mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi)

sebelum dan sesudah dilakukan program senam lansia dan pemberian latihan

pelemasan otot seluruh badan

5. Mengetahui waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) lansia sebelum dan

sesudah dilakukan program program senam lansia dan pemberian latihan

pelemasan otot seluruh badan

6. Mengetahui pengaruh pengaruh program senam lansia dan pemberian latihan

pelemasan otot seluruh badan terhadap waktu mulai dari persiapan di tempat tidur

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi) di UPT

PSLU Magetan

C. Perlakuan yang Diterapkan Pada Subyek

Penelitian ini merupakan penelitian pemberian tindakan, berupa senam lansia yang

dilakukan tiga kali seminggu setiap hari selasa, kamis, minggu setiap pagi selama 20

sampai dengan 30 menit yang dipandu oleh instruktur senam lansia dan tindakan

pelemasan seluruh otot badan setiap hari selama dua minggu, dilakukan 2 sampai

sampai dengan 3 jam sebelum tidur yang dilakukan oleh peneliti di bantu oleh asisten

yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti.

D. Manfaat

Membuat lansia sehat, bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak

E. Bahaya Potensial

Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam

penelitian karena subyek hanya diberi perlakuan senam lansia dan pemberian

pelatihan pelemasan otot-otot badan.

F. Hak Untuk Undur diri

Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak

untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang

merugikan responden.

G. Adanya Insentif untuk subyek

Karena keikutsertaan subyek bersifat sukarela, tidak ada insetif berupa uang yang

akan diberikan ke responden. Responden dan seluruh penghuni panti hanya akan

diberikan souvenir.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 9

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

KELOMPOK INTERVENSI

Para bapak/ibu lansia UPT PSLU di Magetan yang terhormat.

Assalamualaikum wr wb

Saya Komsiatiningsih, mahasiswa Program Pendidikan Ners fakultas

Keperawatan universitas Airlangga Surabaya. Saya akan melakukan penelitian

dengan judul : Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian Latihan

Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan di tempat

tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun

(durasi) di UPT PSLU Magetan.

Manfaat dari penelitian ini bagi para lansia adalah membuat lansia sehat,

bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak dan umumnya program ini bisa

dijadikan pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan waktu mulai dari persiapan di

tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun

(durasi) di UPT PSLU Magetan. Untuk keperluan diatas saya mohon kesedianan

ibu/bapak untuk mau ikut program senam lansia yang dilakukan tiga kali seminggu

setiap hari selasa, kamis, minggu setiap pagi jam 07 sampai dengan selesai, selama 20

sampai dengan 30 menit dengan jarak mulai tidur malam selama 14 jam dan tindakan

pelemasan seluruh otot badan setiap hari selama dua minggu, dilakukan selama 15

samapai dengan 20 menit dilakukan 2 - 3 jam jam sebelum tidur. Kegiatan tersebut

dilaksanakan selama 2 minggu. Sebelum mulai dilakukan tindakan senam dan

pelemasan otot badan bapak/ibu akan di wawancara secara terstruktur dengan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kuisioner yang sudah saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari persiapan di

tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun

(durasi) dan sesudah melakukan senam lansia dan pelemasan otot badan selama dua

minggu bapak/ibu akan di wawancarai secara terstuktur dengan kuesioner yang sudah

saya sediakan.

Saya menjamin kerahasiaan kerahasiaan identitas bapak/ibu. Informasi yang

diberikan digunakan wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan dan tidak akan

digunakan untuk maksud lain. Jika bapak/ibu tidak berkenan menjadi responden,

bapak/ibu berhak untuk mengundurkan diri.

Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon

kesediaan bapak/ibu untuk menandatangani persetujuan yang telah saya siapkan.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini sangat saya hargai, saya akan memberikan

satu kaos olah raga sebagai ucapan terima kasih.

Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706

Magetan, November 2014

Hormat saya

Komsiatiningsih
NIM.131311123033

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 10

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

KELOMPOK KONTROL

Para bapak/ibu lansia UPT PSLU di Magetan yang terhormat.

Assalamualaikum wr wb

Saya Komsiatiningsih, mahasiswa Program Pendidikan Ners fakultas

Keperawatan universitas Airlangga Surabaya. Saya akan melakukan penelitian

dengan judul : Pengaruh Program Latihan Aerobik Dan Pemberian Latihan

Pelemasan Otot Seluruh Badan Terhadap Waktu Mulai dari Persiapan di

Tempat Tidur Sampai Terpejam (Latensi) dan Waktu Mulai Tidur Sampai

Terbangun (Durasi) Di UPT PSLU Magetan.

Manfaat dari penelitian ini bagi para lansia adalah membuat lansia sehat,

bugar dan nyaman sehingga lansia bisa tidur nyenyak dan umumnya program ini bisa

dijadikan pilihan bagi lansia untuk mengatasi gangguan waktu mulai dari persiapan di

tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun

(durasi) di UPT PSLU Magetan. Untuk keperluan diatas saya mohon kesedianan

ibu/bapak untuk mau ikut program yang saya adakan, sebelum memulai program

bapak/ibu saya beri pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan (kuisioner) yang sudah

saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari persiapan di tempat tidur sampai

terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai terbangun (durasi). Selama 2 minggu

bapak/ibu saya mohon untuk tidak ikut senam dan latihan pelemasan otot badan tapi,

setelah 2 minggu bapak/ibu bisa mengikuti senam dan akan saya beri latihan

pelemasan otot badan. Setelah 2 minggu tidak melakukan senam dan pelatihan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pelemasan otot badan bapak/ibu akan saya berikan pertanyaan terstruktur lagi dengan

pertanyaan (kuisioner) yang sudah saya siapkan untuk mengetahui waktu mulai dari

persiapan di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai

terbangun (durasi). Saya menjamin kerahasiaan kerahasiaan identitas bapak/ibu.

Informasi yang diberikan digunakan wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan

dan tidak akan digunakan untuk maksud lain. Jika bapak/ibu tidak berkenan menjadi

responden, bapak/ibu berhak untuk mengundurkan diri.

Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon

kesediaan bapak/ibu untuk menandatangani persetujuan yang telah saya siapkan.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini sangat saya hargai, saya akan memberikan

satu kaos olah raga sebagai ucapan terima kasih.

Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706

Magetan, November 2014

Hormat saya

Komsiatiningsih
NIM.131311123033

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 11

INFORMED CONCENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul Pengaruh Program Latihan Aerobik dan Pemberian
Latihan Pelemasan Otot Seluruh Badan terhadap Waktu mulai dari persiapan
di tempat tidur sampai terpejam (latensi) dan waktu mulai tidur sampai
terbangun (durasi) di UPT PSLU Magetan
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*)secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan
penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Nomor yang dapat dihubungi : Komsiatiningsih Hp 081350825706
Magetan, November 2014
Penelti Responden,

Komsiatiningsih
Saksi,

* corek yang tidak perlu

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 12

FORMAT PENGUMPULAN DATA

Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik Dan Pemberian Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Latensi Dan Durasi Tidur Lansia Di UPT PSLU Magetan

No Responden :

Tanggal pengisian :

Petunjuk :

1. Bapak/ibu tidak perlu menuliskan nama

2. Berikan jawaban sejujurnya, karena kejujuran anda sangat penting dalam

penelitian ini

3. Bapak/ibu dipersilakan memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan

memberikan tanda(V) pada kotak pilihan jawaban yang tersedia

4. Dalam penelitian tidak ada benar atau salah

5. Usaha agar tidak ada jawabanpun yang terlewatkan

6. Anda sepenuhnya bebas menentukan pilihan

7. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Data demografi

1. Usia

a. 60-65 tahun

b. 66-70 tahun

c. >75 tahun

2. Jenis kelamin

a. Laki-laki

b. Perem[puan

3. Lama tinggal di UPT PSLU Magetan

a. Kurang dari 1 tahun

b. 1-5 tahun

c. 5-10 tahun

d. > 10 tahun

4. Status perkawinan sebelumnya

a. Tidak kawin

b. Kawin

c. Janda/duda

5. Pekerjaan sebelum tinggal di UPT PSLU Magetan

a. Tidak bekerja

b. PNS

c. Wiraswasta

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Agama/kepercayaan

a. Islam

b. Kristen

c. Hindu

d. Budha

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 13

SATUAN ACARA KEGIATAN

PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK SENAM LANSIA

Materi : Gerakan Senam Lansia

Waktu : 30 sd 45 menit

I. Analisa Situasional

1. Pelaksana : Mahasiswa program studi pendidkan Ners FKP Unair

Surabaya yang Melaksanakan penelitian

2. Peserta : LansiaUPT PSLU di Magetan

II. Tujuan instruksional

A. Tujuan Instruksional umum

Lansia dapat meningkatkan kualitas tidur meliputi duransi dan latensi

sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal

B. Tujuan Instruksional Khusus

1) Lansia dapat tidur dengan nyaman dan dapat meminimalkan adanya

gangguan tidur

2) Membantu lansia meningkatkan latensi tidur lansia

3) Membantu lansia meningkatkan durasi tidur lansia

III. Sarana

1. Lembar wawancara dan observasi serta questioner Pittsburg Sleep Quality

Index (PSQI) modifikasi

2. SPO Senam lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Sound system dan micropone wireless untuk media komunikasi instruktur

IV. Kegiatan

4. Gerakan Pemanasan

8) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri tegak, menghadap kedepan

dengan sikap seperti gambar dibawah ini:

9) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8 hitungan

10) Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala menengok ke samping,

miringkan kepala, menundukkan kepala 8X8 hitungan.

11) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping dengan menggerakkan bahu

8x8 gerakan

12) Latihan 4, Dorong tumit kanan depan bergantian dengan tumit kiri,

angkat kaki, tekuk lengan dengan hitungan 8x8

13) Latihan 5, Peregangan dinamis dengan jalan ditempat hitungan 8x8

14) Latihan 7,Gerakan peregangan dinamis dan statis

5. Gerakan inti

1) Gerakan dimulai dengan jalan tepuk dan goyang tangan 2 x 8 hitungan

2) Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan dan tungkai 2x8 hitungan

3) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke

depan, menguatkan otot lengan 2x8 hitungan

4) Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan mengayun lengan ke

samping, menguatkan lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan.

5) Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang dengan lengan ke belakang

2x8 hitungan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6) Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke samping dengan lengan

mendorong ke atas, 2x8 hitungan, Gerakan mengangkat mengangkat lutut

ke depan dengan tangan lurus keatas, koordinasi otot tungkai, 2x8 hitungan

7) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan

8) Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan tekuk lurus 2x8 hitungan

9) Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke samping 2 langkah tekanan

tangan diayun kesamping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga sama 2x8

hitungan

1. Gerakan pendinginan

10) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan 2x8 hitungan

11) Peregangan dinamis mengangkat lengan keduanya 2x8 hitungan

12) Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat tangan ke kanan atas,

tangan kiri ke samping 2x8 hitungan

13) Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil mengangkat tangan kanan ke

atas melalui samping, tangan kiri disamping badan 2x8 hitungan

14) Peregangan dinamis dan statis dengan memutar badan dan

memindahkan kedua ujung kaki hitungan kekanan, dan kiri dengan hitungan

4x8

15) Gerakan pernapasan dengan membuka kaki selebar bahu mendorong

ke samping dan kekanan dank e kiri hitungan 2x8

16) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk tangan mendorong ke

bawah 2x8 hitungan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk dan tangan mendorong ke

depan 2x8 hitungan

18) Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar bahu diangkat ke atas

membentuk huruf V 2x8 hitungan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 15

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

SENAM LANSIA

Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak

1. Persiapan

1) Persiapan tempat
2) Siapkan peralatan yang diperlukan
1. Tape recorder
2. Micropone
3. CD
3) Perkenalkan diri dan identifikasi pasien dengan
memeriksa gelang identitas
4) Jelaskan hal-hal yang akan dilakukan dan yang dapat
terjadi
2. Tahap Kerja

1. Gerakan pemanasan
1) Sikap permulaan dan pemanasan, sikap berdiri
tegak, menghadap ke depan dengan sikap
seperti gambar dibawah ini:
2) Latihan 1, Jalan di tempat dengan hitungan 4x8
hitungan
3) Latihan 2, Jalan maju mundur, gerakan kepala
menengok ke samping, miringkan kepala,
menundukkan kepala 8X8 hitungan.
4) Latihan 3, melangkah satu langkah ke samping
dengan menggerakkan bahu 8x8 gerakan
5) Latihan 4, Dorong tumit kanan depan
bergantian dengan tumit kiri, angkat kaki, tekuk
lengan dengan hitungan 8x8
6) Latihan 5, Peregangan dinamis dengan jalan di
tempat hitungan 8x8
7) Latihan 7,Gerakan peregangan dinamis dan
statis
2. Gerakan Inti

a. Jalan maju mundur melatih koordinasi lengan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan tungkai 2x8 hitungan


b. Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan
mengayun lengan kedepan, menguatkan otot
lengan 2x8 hitungan
c. Gerakan peralihan melangkah ke samping dengan
mengayun lengan ke samping, menguatkan
lengan otot dan bawah, 2x8 hitungan.
d. Gerakan peralihan mendorong kaki ke belakang
dengan lengan kebelakang 2x8 hitungan
e. Gerakan peralihan : gerakan mendorong ke
samping dengan lengan mendorong keatas, 2x8
hitungan, Gerakan mengangkat mengangkat lutut
kedepan dengan tangan lurus ke atas, koordinasi
otot tungkai, 2x8 hitungan
f. Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan
tekuk lurus 2x8 hitungan
g. Mengangkat kaki ke depan serong dengan tangan
tekuk lurus 2x8 hitungan
h. Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah ke
samping 2 langkah tekanan tangan diayun ke
samping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga
sama 2x8 hitungan

3. Gerakan Pendinginan

1) Peregangan dinamis dengan mengangkat lengan


2x8 hitungan
2) Peregangan dinamis mengangkat lengan
keduanya 2x8 hitungan
3) Buka kaki, tekuk iutut sambil mengangkat
tangan ke kanan atas, tangan kiri ke samping 2x8
hitungan
4) Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil
mengangkat tangan kanan ke atas melalui
samping, tangan kiri d isamping badan 2x8
hitungan
5) Peregangan dinamis dan statis dengan memutar
badan dan memindahkan kedua ujung kaki
hitungan ke kanan, dan kiri dengan hitungan 4x8
6) Gerakan pernapasan dengan membuka kaki
selebar bahu mendorong ke samping dan ke
kanan dank e kiri hitungan 2x8
7) Gerakan pernapasan dengan lutut di tekuk tangan
mendorong kebawah 2x8 hitungan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8) Gerakan pernapasan kaki terbuka lebar selebar


bahu di angkat ke atas membentuk huruf V 2x8
hitungan

3. Tahap Terminasi

1) Kembalikan alat-alat ketempat semula


2) Rapikan tempat
3) Komunikasi dengan lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 16

SATUAN ACARA KEGIATAN

Sub pokok bahasan : Menerapkan Relaksasi Otot Progresif

Sub Topik : Mengajarkan teknik relaksasi otot progresif

Sasaran : Lansia di UPT PSLU Magetan

Tempat : UPT PSLU Magetan

Waktu : 30 menit

A. Analisa Situasional

1. Pelaksana : Mahasiswa Program Pendidikan Ners Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya

2. Peserta : Lansia di UPT PSLU Magetan

B. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum

Mengajarkan teknik relaksasi otot progresif pada lansia di UPT PSLU

Magetan

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan, individu mampu :

a. Melakukan teknik relaksasi otot progresif dengan benar

b. Mencapai keadaan rileks

c. Terpenuhinya latensi dan durasi tidur pada lansia

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

C. Alat dan Bahan

1. Ruangan dengan lingkungan yang tenang

2. Bantal

3. Kursi atau kasur

4. Booklet

D. Metode

1. Demontrasi

2. Tanya jawab

E. Kegiatan

No Topik Kegiatan Evaluasi

1 Pembukaan 5 a. Menyampaikan salam a. Klien menjawab


menit b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyampaikan tujuan kegiatan b. Klien kooperatif
dan
memperkenalkan
diri
c. Klien mengerti
maksud dan tujuan
kegiatan
2 Pelaksanaan a. Menjelaskan pengertian, tujuan a. Klien
20 menit dan manfaat dari relaksasi otot memperhatikan
progresif dan kooperatif
b. Mendemonstrasikan prosedur b. Klien
teknik relaksasi otot progresif : memperhatikan
1. Klien duduk atau berbaring teknik relaksasi
dengan posisi yang nyaman otot progresif yang
2. Genggam tangan kanan dan di demonstrasikan
buat suatu kepalan, buatlah
agar kepalan tersebut
menjadi semakin kuat dan
tegang, kemudian lepaskan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rasakan keadaan rileks


selama 10 detik. Lakukan
hal yang sama pada tangan
kiri. Ulangi gerakan ini
sekali lagi
3. Tekuk kedua lengan ke arah
belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot di
tangan bagian belakang dan
lengan bagian bawah
menjadi tegang. Tahan
selama 10 detik dan
rilekskan. Ulangi gerakan ini
sekali lagi
4. Genggam kedua tangan
sehingga membentuk suatu
kepalan, arahkan kedua
kepalan tersebut ke pundak
sehingga otot bisep
menegang dan tahan selama
10 detik. Rilekskan kembali
dan ulangi gerakan ini sekali
lagi
5. Angkat kedua bahu setinggi-
tingginya seolah-olah akan
menyentuh kedua telinga,
pusatkan perhatian pada
ketegangan yang terjadi di
bahu, punggung atas, dan
leher. Tahan selama 10
detik, kemudian rilekskan.
Ulangi gerakan ini sekali
lagi.
6. Kerutkan dahi dan alis
hingga otot dahi terasa
tegang, tutup mata dengan
keras sehingga dirasakan
ketegangan di sekitar mata,
tahan selama 10 detik

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kemudian rilekskan. Ulangi


gerakan ini sekali lagi
7. Katupkan rahang dan gigit
gigi-gigi selama 5 detik
sehingga terjadi ketegangan
di sekitar otot rahang,
rilekskan dan ulangi gerakan
ini sekali lagi
8. Moncongkan dan tekan
kedua bibir dengan kencang
dan tahan selama 5 detik
sambil merasakan
ketegangan yang terjadi di
sekitar mulut. Rilekskan dan
ulangi gerakan ini sekali lagi
9. Letakkan kepala diatas
bantalan kursi dan tekan
kepala pada permukaan
bantalan kursi sehingga
terjadi ketegangan di
belakang leher dan
punggung atas, tahan selama
5 detik kemudian rilekskan.
Ulangi gerakan ini sekali
lagi
10. Arahkan kepala ke depan,
benamkan dagu ke dada dan
tahan selama 5 detik
kemudian rilekskan dan
istirahat selama 10 detik.
Ulangi gerakan ini sekali
lagi
11. Angkat tubuh dari sandaran
kursi, punggung
dilengkungkan. Busungkan
dada dan tahan selama 10
detik. Rilekskan dan ulangi
gerakan ini sekali lagi.
12. Tarik nafas panjang untuk

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengisi paru-paru dengan


udara sebanyak-banyaknya,
tahan selama beberapa saat
hingga terjadi ketegangan
pada dada sampai ke perut.
Rilekskan dan ulangi
gerakan ini sekali lagi
13. Tarik perut dengan kuat ke
dalam, tahan selama 10
detik dan rilekskan. Ulangi
gerakan ini sekali lagi
14. Luruskan kedua telapak kaki
sehingga otot paha menjadi
tegang, kunci lutut
sedemikian rupa sehingga
ketegangan berpindah ke
otot betis, tahan posisi ini
selama 10 detik dan
rilekskan. Ulangi geerakan
ini sekali lagi.

3 Penutup 10 a. Mengucapkan terima kasih atas Klien membalas


partisipasi peserta salam
b. Mengucapkan salam penutup

F. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Klien berada di tempat kegiatan

b. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan di kamar lansia yang mendapat

intervensi

c. Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelumnya

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Evaluasi Proses

a. Klien antusias terhadap kegiatan

b. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai

3. Evaluasi Hasil

a. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan teknik relaksasi

otot progresif

b. Jumlah klien dalam kegiatan sesuai dengan jumlah sampel yang

ditetapkan

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 17

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak

1. Persiapan

1) Persiapan tempat
2) Siapkan peralatan yang diperlukan
1. Bantal
2. Kursi atau kasur
3. Booklet
3) Perkenalkan diri
4) Jelaskan maksud dan tujuan
2. Tahap Kerja
a. Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat dari
relaksasi otot progresif
b. Mendemonstrasikan prosedur teknik relaksasi otot
progresif :
1. Klien duduk atau berbaring dengan posisi yang
nyaman
2. Genggam tangan kanan dan buat suatu kepalan,
buatlah agar kepalan tersebut menjadi semakin
kuat dan tegang, kemudian lepaskan. Rasakan
keadaan rileks selama 10 detik. Lakukan hal yang
sama pada tangan kiri. Ulangi gerakan ini sekali
lagi
3. Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada
pergelangan tangann sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bagian bawah menjadi
tegang. Tahan selama 10 detik dan rilekskan.
Ulangi gerakan ini sekali lagi
4. Genggam kedua tangan sehingga membentuk suatu
kepalan, arahkan kedua kepalan tersebut ke pundak
sehingga otot bisep menegang dan tahan selama 10
detik. Rilekskan kembali dan ulangi gerakan ini
sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah-olah


akan menyentuh kedua telinga, pusatkan perhatian
pada ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
atas, dan leher. Tahan selama 10 detik, kemudian
rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi.
6. Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi terasa
tegang, tutup mata dengan keras sehingga
dirasakan ketegangan di sekitar mata, tahan selama
10 detik kemudian rilekskan. Ulangi gerakan ini
sekali lagi
7. Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5 detik
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang,
rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi
8. Moncongkan dan tekan kedua bibir dengan
kencang dan tahan selama 5 detik sambil
merasakan ketegangan yang terjadi di sekitar
mulut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali lagi
9. Letakkan kepala diatas bantalan kursi dan tekan
kepala pada permukaan bantalan kursi sehingga
terjadi ketegangan di belakang leher dan punggung
atas, tahan selama 5 detik kemudian rilekskan.
Ulangi gerakan ini sekali lagi
10. Arahkan kepala ke depan, benamkan dagu ke dada
dan tahan selama 5 detik kemudian rilekskan dan
istirahat selama 10 detik. Ulangi gerakan ini sekali
lagi
11. Angkat tubuh dari sandaran kursi, punggung
dilengkungkan. Busungkan dada dan tahan selama
10 detik. Rilekskan dan ulangi gerakan ini sekali
lagi.
12. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak-banyaknya, tahan selama
beberapa saat hingga terjadi ketegangan pada dada
sampai ke perut. Rilekskan dan ulangi gerakan ini
sekali lagi
13. Tarik perut dengan kuat ke dalam, tahan selama 10

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

detik dan rilekskan. Ulangi gerakan ini sekali lagi


14. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha
menjadi tegang, kunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan berpindah ke otot betis, tahan
posisi ini selama 10 detik dan rilekskan. Ulangi
gerakan ini sekali lagi.

3. Tahap Terminasi

1) Kembalikan alat-alat ketempat semula


2) Rapikan tempat
3) Komunikasi dengan lansia

SPO latihan relaksasi otot progresif dengan total item 20, dengan nilai tertinggi 20

dan terendah 0 maka diperoleh penilaian sebagai berikut:

Nilai 7 berarti buruk

Nilai 8-15 cukup

Nilai 15 berarti nilai baik.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 18

KUESIONER

LATENSI DAN DURASI TIDUR LANSIA


Data Demografi
No responden :
Umur :
Riwayat Penyakit:
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda selama seminggu
terakhir ini!

1. Latensi Tidur
No. Keterangan Waktu (menit)

<15 16-30 31-45 >60

1. Berapa lama waktu


yang anda butuhkan
untuk memulai tidur
setiap malamnya
(mulai dari anda
mempersiapkan tidur
di tempat tidur
hingga jatuh tidur)

2. Durasi Tidur
No. Keterangan Waktu (jam)

6-7 5-6 4-5 <4

1. Berapa lama total


waktu tidur anda
setiap malamnya
(dalam jam)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ketentuan Scoring

1. Latensi tidur (lama waktu untuk memulai tidur) :


< 15 menit = baik
16-30 menit = cukup
31-45 menit = kurang
>45 menit = buruk
2. Durasi tidur (total waktu tidur) :
6-7 jam = baik
5-6 jam = cukup
4-5 jam = kurang
<4 jam = buruk

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 19
13. Gerakan 14-15 TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

(1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga


otot paha menjadi tegang
(2) Kunci lutut sedemikian rupa sehingga
KOMSIATININGSIH
ketegangan berpindah ke otot betis
(3) Tahan posisi ini selama 10 detik PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
kemudian rilekskan
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi. FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014 12. Gerakan 13

Daftar Isi

Hal

Pengertian Relaksasi Otot

Progresif........................................................ 3

Manfaat.......................................................... 3 (1) Tarik perut ke dalam


(2) Tahan hingga terasa kencang dan keras
Persiapan........................................................ 3 selama 10 detik, kemudian lemaskan
(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
Prosedur.......................................................... 4

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11. Gerakan 12 Relaksasi Otot Progresif

Merupakan salah satu jenis relaksasi yang

dilakukan dengan menegangkan dan melemaskan

sekelompok otot yang ada di badan

Manfaat

Menurunkan kecemasan, ketegangan otot, tekanan

(1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru darah tinggi, nyeri leher, nyeri punggung
Memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
dengan udara sebanyak-banyaknya
Meningkatkan gelombang alfa otak
(2) Tahan selama beberapa waktu, sambil
Meningkatkan kemampuan dalam mengatasi stres
merasakan ketegangan yang terjadi pada Mengatasi kelelahan dan sulit tidur
bagian dada sampai turun ke perut, Membangun emosi positif
kemudian lepaskan.
Persiapan
(3) Lakukan nafas normal dengan lega saat
ketegangan dilepas Dilakukan sedikitnya satu (1) jam setelah makan

(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi sampai dapat Ciptakan lingkungan yang tenang, kursi dan bantal
Longgarkan perhiasan dan baju yang ketat
merasakan perbedaan antara keadaan
tegang dan rileks

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Prosedur 10. Gerakan 11

Gerakan 1

(1) Angkat tubuh dari sandaran kursi


(1) Genggam tangan kanan dan buat suatu
(2) Punggung dilengkungkan
kepalan
(3) Busungkan dada dan selama 10 detik tahan
(2) Buat kepalan menjadi semakin kuat
kondisi tegang kemudian rilekskan
sambil rasakan ketegangan yang terjadi
(4) Saat rileks, biarkan otot-otot menjadi lemas dan
pada kepalan tersebut
letakkan tubuh kembali ke kursi
(3) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan
(5) Ulangi gerakan ini sekali lagi
rasa rileks selama 10 detik
(4) Ulangi gerakan pada tangan kanan
tersebut sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Gerakan 10 2. Gerakan 2

(1) Tekuk kedua lengan ke arah belakang pada


(1) Arahkan kepala ke depan
pergelangan tangan, sehingga otot di tangan
(2) Benamkan dagu ke dada dan tahan
bagian belakang dan lengan bagian bawah
selama 5 detik sehingga ketegangan di
menjadi tegang
daerah leher bagian depan dapat
(2) Jari-jari keatas menghadap langit-langit, tahan
dirasakan
dan rasakan ketegangan yang terjadi,
(3) Secara perlahan lepaskan dan nikmati serta
kemudian lemaskan dan selama 10 detik
rasakan perbedaan antara otot yang
pelajari perbedaan ketegangan yang terjadi
tegang dan yang dalam kondisi rileks
pada otot dan keadaan rileks yang dialami
selama 10 detik
(3) Ulangi gerakan tersebut sekali lagi
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Gerakan 3 8. Gerakan 9

(1) Genggam kedua tangan sehingga


terbentuk suatu kepalan
(2) Arahkan kedua kepalan tersebut ke (1) Letakkan kepala di atas bantalan kursi
pundak sehingga otot lengan menegang sehingga dapat beristirahat
(3) Rasakan ketegangan yang terjadi pada (2) Tekan kepala pada permukaan bantalan
otot-otot tersebut dan kemudian kursi sedemikian rupa selama 5 detik
lemaskan kembali selama 10 detik, sehingga dapat merasakan ketegangan di
perhatikan perbedaaan antara kondisi bagian belakang leher dan punggung
rileks dengan ketegangan otot atas. Secara perlahan-lahan lemaskan
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi kembali
(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Gerakan 8 4. Gerakan 4

(1) Moncongkan dan tekan kedua bibir


dengan kencang dan tahan selama 5 (1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seolah

detik sehingga terjadi ketegangan di akan menyentuh kedua telinga

sekitar mulut (2) Pusatkan perhatian gerakan pada perbedaan


ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
(2) Rilekskan kembali dan lemaskan otot-
atas, dan leher
otot di sekitar mulut, pipi beristirahat
(3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut selama
dengan nyaman
10 detik dan selanjutnya secara pelan-pelan
(3) Ulangi gerakan ini sekali lagi
dilemaskan kembali
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Gerakan 7
5. Gerakan 5 dan 6

(1) Kerutkan dahi dan alis hingga otot dahi


terasa dan kulitnya menjadi keriput
(2) Tutup mata dengan keras sehingga dapat (1) Katupkan rahang dan gigit gigi-gigi selama 5
detik sehingga terjadi ketegangan di sekitar
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot rahang
otot-otot yang mengendalikan mata
(2) Lemaskan rahang dengan posisi bibir sedikit
(3) Rasakan ketegangan otot-otot tersebut
terbuka. Selama 10 detik rasakan perbedaan
selama 10 detik dan selanjutnya secara
antara otot yang tegang dan dengan kondisi
pelan-pelan lemaskan
rileks
(4) Ulangi gerakan ini sekali lagi (3) Ulangi gerakan ini sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 20

Data Demografi

No Jenis
responden Kelamin Riwayat
Kelompok Usia Lama Status Agama
pekerjaan
tinggal perkawinan
1A 3 1 1 3 3 1
2A 2 1 2 3 3 1
3A 1 1 1 3 3 1
4A 1 1 3 3 3 1
Perlakuan

5A 3 2 2 3 3 1
6A 1 2 2 3 1 1
7A 3 2 2 3 3 1
8A 3 2 4 3 1 1
9A 2 2 2 3 1 1
10A 3 2 2 3 1 1
1B 3 1 1 3 3 1
2B 3 1 2 3 3 1
3B 1 1 1 3 3 1
4B 2 1 2 3 3 1
kontrol

5B 1 2 2 3 1 1
6B 1 2 2 3 1 1
7B 3 2 2 3 3 1
8B 2 2 2 1 1 1
9B 3 2 3 3 1 1
10B 3 2 3 3 3 1

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keterangan:

Usia:
1=60-65 tahun
2=66-70 tahun
3=71-75 tahun

Jenis Kelamin:
1= Laki-laki
2= perempuan

Lama tinggal dipanti:


1=< 1 tahun
2=1-5 tahun
3= 5-10 tahun
4 = 10 tahun

Riwayat Pekerjaan:
1= Tidak bekerja
2= Pensiunan
3= Wiraswasta

Status Perkawianan:
1= Tidak kawin
2= kawin
3= Duda/Janda

Agama:
1= Islam
2= Kristen
3= Hindu
4= Budha

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 21

Tabulasi Skor PSQI Modifikasi


Latensi Tidur Pre Test (Kelompok Kontrol)
No responden Waktu memulai tidur Keterangan

1 55 Buruk
Buruk
2 70
Buruk
3 60
Buruk
4 50
Buruk
5 60
Buruk
6 60
Buruk
7 55
Buruk
8 60
Buruk
9 60
Buruk
10 50
Tabulasi Skor PSQI Modifikasi
Latensi Tidur Post Test (Kelompok Kontrol)

No responden Waktu memulai tidur Keterangan


1 60 Kurang
2 70 Kurang
3 55 Kurang
4 45 cukup
5 60 Kurang
6 60 Kurang
7 55 Kurang
8 60 Kurang
9 60 Kurang
10 60 Kurang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 22

Tabulasi Skor PSQI Modifikasi


Durasi Tidur Pre Test (Kelompok Perlakuan)

No responden Waktu memulai tidur Keterangan

1 4 Buruk
Buruk
2 4
Buruk
3 3
Buruk
4 4
Buruk
5 3
Buruk
6 4
Buruk
7 4
Buruk
8 4
Buruk
9 4
Buruk
10 3

Tabulasi Skor PSQI Modifikasi


Durasi Tidur Post Test (Kelompok Perlakuan)

No responden Waktu memulai tidur Keterangan

1 5 cukup
2 6 baik
3 5 cukup
4 5 cukup
5 5 cukup
6 5 cukup
7 6 baik
8 5 cukup
9 6 baik
10 5 cukup

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 23

Tabulasi Skor PSQI Modifikasi

Durasi Tidur Pre Test (Kelompok Kontrol)

No responden Lamatidur Keterangan

1 4 Buruk
Buruk
2 4
Buruk
3 3
Buruk
4 4
Buruk
5 3
Buruk
6 3
Buruk
7 4
Buruk
8 4
Buruk
9 4
Buruk
10 4
Tabulasi Skor PSQI Modifikasi
Durasi Tidur Post Test (Kelompok Kontrol)

No responden Lama tidur Keterangan

1 4 Kurang
2 4 Kurang
3 3 Kurang
4 5 cukup
5 4 Kurang
6 3 Kurang
7 3 Kurang
8 4 Kurang
9 4 Kurang
10 4 Kurang

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 24

Tabulasi Skor Senam dan Relaksasi Kelompok Intervensi

No Skor Senam Sekor Relaksasi Otot


Responden Progresif
1 20 16
2 21 18
3 19 17
4 21 18
5 19 16
6 20 16
7 20 17
8 19 16
9 19 16
10 17 17

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 25

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Lama memulai Lama memulai


tidur sebelum tidur sesudah
(perlakuan) perlakuan
N 10 10
Normal Parametersa,,b Mean 58.50 33.00
Std. Deviation 7.472 7.149
Most Extreme Differences Absolute .320 .236
Positive .320 .164
Negative -.280 -.236
Kolmogorov-Smirnov Z 1.013 .747
Asymp. Sig. (2-tailed) .256 .632
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Latensi tidur sebelum 58.50 10 7.472 2.363
(perlakuan)
Latensi tidur sesudah 33.00 10 7.149 2.261
(perlakuan)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 Latensi tidur sebelum (perlakuan) & 10 .718 .019
Latensi tidur sesudah (perlakuan)

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Latensi tidur 25.500 5.503 1.740 21.564 29.436 14.655 9 .000
sebelum
(perlakuan) Latensi
tidur sesudah
(perlakuan)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Lama memulai Lama memulai waktu


waktu tidur/latensi tidur/latensi sesudah
sebelum (kontrol) (kontrol)
N 10 10
Mean 58.00 58.50
Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 5.869 6.258
Absolute .267 .305
Most Extreme Differences
Positive .267 .305
Negative -.233 -.295
Kolmogorov-Smirnov Z .843 .965
Asymp. Sig. (2-tailed) .476 .309
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Latensi tidur sebelum 58.00 10 5.869 1.856
(kontrol)
Latensi tidur sesudah (kontrol) 58.50 10 6.258 1.979

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Latensi tidur sebelum (kontrol) & 10 .741 .014
Latensi tidur sesudah (kontrol)

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Latensi tidur -.500 4.378 1.384 -3.632 2.632 -.361 9 .726
1 sebelum (kontrol)
Latensi tidur
sesudah (kontrol)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Lama waktu Lama waktu
tidur/durasi tidur/durasi
sebelum sesudah(perlakuan
(perlakuanl) )
N 10 10
Normal Parametersa,,b Mean 3.70 5.30
Std. Deviation .483 .483
Most Extreme Differences Absolute .433 .433
Positive .267 .433
Negative -.433 -.267
Kolmogorov-Smirnov Z 1.368 1.368
Asymp. Sig. (2-tailed) .047 .047
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Durasi tidur sebelum (perlakuan) 3.70 10 .483 .153

Durasi tidur sesudah(perlakuan) 5.30 10 .483 .153

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Durasi tidur sebelum (perlakuan)& Durasi 10 .429 .217
tidur sesudah (perlakuan)

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Durasi tidur sebelum -1.600 .516 .163 -1.969 -1.231 -9.798 9 .000
(perlakuan) - Lama
Durasi tidur sesudah
(perlakuan)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Lama waktu Lama waktu
tidur/durasi tidur/durasi
sebelum (kontrol) sesudah(kontrol)
N 10 10
Normal Parametersa,,b Mean 3.70 3.70
Std. Deviation .483 .483
Most Extreme Differences Absolute .433 .433
Positive .267 .267
Negative -.433 -.433
Kolmogorov-Smirnov Z 1.368 1.368
Asymp. Sig. (2-tailed) .047 .047
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Durasi tidur sebelum (kontrol) 3.70 10 .483 .153
Durasi tidur sesudah (kontrol) 3.70 10 .483 .153

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Durasi tidursebelum 10 .524 .120
(kontrol) & Durasi tidur
sesudah(kontrol)
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Durasi tidur .000 .471 .149 -.337 .337 .000 9 1.000
1 sebelum
(kontrol)
Durasi tidur
sesudah
(kontrol)

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Latensi tidur sebelum kelompok perlakuan 10 58.50 7.472 2.363
kelompok kontrol 10 58.00 5.869 1.856
Latensi tidur sesudah kelompok perlakuan 10 33.00 7.149 2.261
kelompok kontrol 10 58.50 6.258 1.979
Durasi tidur sebelum kelompok perlakuan 10 3.70 .483 .153
kelompok kontrol 10 3.70 .483 .153
Durasi tidur sesudah kelompok perlakuan 10 5.30 .483 .153
kelompok kontrol 10 3.70 .483 .153

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Mean Error
Sig. (2- Differe Differ
F Sig. t df tailed) nce ence Lower Upper
Latensi tidur Equal variances .123 .730 .166 18 .870 .500 3.005 -5.812 6.812
sebelum assumed
Equal variances not .166 17.043 .870 .500 3.005 -5.838 6.838
assumed
Latens itidur Equal variances 1.142 .299 -8.487 18 .000 - 3.005 -31.812 -19.188
sesudah assumed 25.500
Equal variances not -8.487 17.690 .000 - 3.005 -31.820 -19.180
assumed 25.500
Durasi tidur Equal variances .000 1.000 .000 18 1.000 .000 .216 -.454 .454
sebelum assumed
Equal variances not .000 18.000 1.000 .000 .216 -.454 .454
assumed
Durasi tidur Equal variances .000 1.000 7.407 18 .000 1.600 .216 1.146 2.054
sesudah assumed
Equal variances not 7.407 18.000 .000 1.600 .216 1.146 2.054
assumed

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
status riwayat
jenis lama perkawin pekerjaa agam
umur kelamin tinggal an n a
N 20 20 20 20 20 20
Normal Mean 2.20 1.60 2.05 2.90 2.20 1.00
Parametersa,,b Std. Deviation .894 .503 .759 .447 1.005 .000c
Most Extreme Absolute .314 .387 .326 .538 .387
Differences Positive .210 .284 .326 .412 .284
Negative -.314 -.387 -.274 -.538 -.387
Kolmogorov-Smirnov Z 1.406 1.730 1.459 2.408 1.730
Asymp. Sig. (2-tailed) .038 .005 .028 .000 .005
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 26

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N
Valid 20

Excludeda 0

Total 20
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.704 2

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item1 1.70 1.168 .551 .a


item2 1.40 1.621 .551 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This
violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

SKRIPSI PENGARUH PROGRAM RUTIN EXERCISE AEROBIK ... KOMSIATININGSIH

Вам также может понравиться