Вы находитесь на странице: 1из 3

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No.

2, Des 2012 ISSN 1412-6869

MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE


PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY
Abstrak: PT. Primatexco Indonesia merupakan perusahaan tekstil dengan
produk benang tenun, kain, printing, dan waste. Di PT. Primatexco Indonesia terdapat
bagian blowing yang bertugas menyuplai bahan baku untuk proses produksi. Artikel ini
membahas mengenai alternatif jadwal perbaikan maupun perawatan dengan biaya
terkecil untuk komponen mesin blowing. Dengan menghitung biaya perawatan untuk
repair policy dan dibandingkan dengan biaya preventive maintenance policy, maka
akan didapatkan jadwal perbaikan maupun perawatan yang optimal. Dari hasil
perhitungan, diusulkan jadwal perawatan mengikuti kebijakan repair untuk
kerusakan komponen klasifikasi A. Untuk kerusakan komponen klasifikasi B
diterapkan kebijakan preventive maintenance setiap 5 bulan. Dan untuk kerusakan
komponen klasifikasi C diterapkan kebijakan preventive maintenance setiap 7 bulan.
PENDAHULUAN
PT. Primatexco Indonesia, yang didirikan pada bulan Juni 1972, adalah salah
satu perusahaan tekstil yang menghasilkan kain mori, sebagai bahan baku utama pada
industri batik. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Desa Sambong,
Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah. Pendirian dilakukan setelah ada
persetujuan dari Presiden Republik Indonesia saat itu dengan No.B28/Pres/2/71 serta
surat keputusan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 155/M/SK//IV/71
tertanggal 2 April 1971. Primatexco Indonesia merupakan perusahaan dengan status
join venture atau kerjasama antar negara, dengan mayoritas saham dimiliki oleh PT.
GKBI Investment.
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel keputusan pada kebijakan sistem perawatan meliputi 4 (empat) hal,
yaitu (Corder, 1996):
1. Apa yang harus dirawat? Sistem produksi terdiri dari banyak komponen,
dalam bentuk fasilitas produksi, proses kerja, dan sistem manusia-mesin.
Dalam kasus perawatan, komponen dalam sistem produksi dapat dibuat
kelompokdengan menggunakan analisis ABC, berdasar pada reliability dan
biaya operasi total.
2. Bagaimana perawatan dilaksanakan? Setelah menentukan mesin yang
dirawat, maka perlu untuk menentukan pelaksanaan perawatannnya. Dalam

1
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869
hal ini, perlu diperhatikan alternatif perawatan komponen, sehingga
kondisinya memuaskan dan dengan biaya yang minimum.
3. Siapa yang melaksanakan perawatan? Teknologi proses produksi dan
permintaan dari pelayanan maintenance akan menentukan pelaksana
program maintenance, baik pihak internal maupun external perusahaan.
Pertimbangan utama dalam menentukan pihak yang melakukan perawatan
adalah biaya terendah.
4. Dimana perawatan dilaksanakan? Kegiatan perawatan sebaiknya
ditentukan tempatnya, terpusat (sentralisasi) atau tersebar
(desentralisasi). Keputusan tentang ini dapat dilihat dari jumlah permintaan
perawatan, kemampuan operator, tingkat keparahan breakdown, jarak
supplier spare parts, dan sebagainya.
Penentuan jadwal optimal dalam maintenance membutuhkan informasi
tentang: 1. data peralatan, mengenai operating time dan repair yang akan dilakukan.
2. Biaya untuk spare parts dan kebutuhan operator. 3. Nilai kerugian produksi akibat
dari downtime.
Pengolahan data yang dilakukan meliputi :
1. Menentukan distribusi kerusakan selama kurun waktu bulan Juli 2011
sampai dengan Juni 2012. Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi
jumlah kerusakan yang terjadi pada periode (bulan) tertentu dengan jumlah
seluruh kerusakan selama kurun waktu tersebut.
2. Menentukan besarnya biaya perbaikan (repair cost ~ Cr) rata-rata yang
terjadi. Perhitungan dilakukan dengan membagi seluruh biaya perbaikan
yang ada dengan jumlah seluruh kerusakan yang terjadi.
3. Menentukan besarnya jumlah biaya perawatan (preventive cost ~ Cm)
untuk tiap unit mesin. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
4. secara rutin dalam periode waktu tertentu yang digunakan untuk merawat
mesin-mesin yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses produksi kain mori pada PT. Primatexco Indonesia dibagi dalam tiga
tahap besar yaitu: spinning, weaving dan finishing. Tahap spinning atau pemintalan
benang adalah tahap paling awal dalam proses produksi benang. Salah satu proses
penting dalam tahapan spinning adalah proses blowing.

KESIMPULAN
2
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869
Dari pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tipe distribusi frekuensi breakdown dari mesin blowing, mengikuti
distribusi frekuensi breakdown case 2, dimana waktu terjadinya breakdown
sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu harus diberikan perawatan dan
perlakuan yang baik agar kerusakan satu komponen tidak mempengaruhi
komponen lain, sehingga run time mesin menjadi lebih lama dan
produktivitas mesin tidak terganggu.
2. Usulan kebijakan perawatan dapat diambil dengan mempertimbangkan
biaya terendah antara biaya repair dengan biaya preventive maintenance
3. Usulan kebijakan perawatan untuk mesin blowing adalah kebijakan repair
(repair policy) untuk kerusakan pada komponen klasifikasi A. Kebijakan
preventive maintenance diterapkan untuk kerusakan sparepart klasifikasi B
(setiap 5 bulan) dan untuk sparepart klasifikasi C.
4. Adapun usulan kegiatan preventive maintenance pada mesin yang
dimaksud meliputi: penjadwalan perawatan dan tindakan antisipasi yang
cepat apabila terdapat tanda-tanda yang memungkinkan adanya
kerusakan sparepart mesin, serta dilakukan inspeksi dan penggantian
komponen yang rusak jika ditemukan pada saat inspeksi.

Daftar Pustaka
Barry, J. 2001. Prinsip prinsip Manajemen Operasi. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Empat. Corder, A. 1996. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kyriakidis, E.G.; Dimitrakos, T.D. 2006. Optimal preventive maintenance of a
production system with an intermediate buffer. European Journal of Operational
Research, Vol. 168, pp. 8699.

Pujotomo, D.; Kartha, R. 2007. Analisa Sistem Perawatan Komponen


Bearing Bottom Roller dan V-Belt Mesin Ring Frame RY-5 pada Departemen
Spinning II A (Di PT Danrilis Surakarta). Jurnal Teknik Industri Undip. Vol. 2 (2),
pp. 40 - 48. Reksohadiprodjo, S. 1995. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit
BPFE: Yogyakarta.

Smith, R.; Mobley, R.K. 2003. Industrial Machinery Repair: Best


Maintenance PracticesPocket Guide. 1st Edition. USA: Elsevier Science.

Zulaihah, L.; Fajriah, N. 2009. Program Perencanaan Kebijakan Penjadwalan


Preventive Maintenance Unit Mesin Las. Jurnal Bina Teknika. Vol. 5 (2), pp. 78 90.

Вам также может понравиться