Вы находитесь на странице: 1из 11

MONITORING GUNUNG API GAMKONORA

Gunung Gamkonora juga dikelan sebagai Gunung Gamkunura atau


Gammaconore, yang terletak di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku
Utara dengan letak lokasi geografis yaitu 1 22' 30" LU dan 127 3' 00". Gunungapi
Gamkonora memiliki ketinggian 1635 mdpl dan memilki empat buah kawah yang
di pantau melalui pos pengamatan yang terletak di wilayah Kampung Gamsungi,
Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Berdasarkan morfologinya, Gunung Gamkonora memiliki lima satuan
bentuk lahan (Mulyana 1995), yaitu:
1. morfologi kawah, terdapat tiga kawah utama yang terbentuk pertama
lagi di bagian paling utara Gunung Gamkonora dengan ukuran paling
besar, disusul dengan pembentukan kawah 2 dan kawah 3 berturut-turut
keaarah selatan. Keetiga kawah tersebut memperlihatkan bentuk rift
vulkano.
2. morfologi kerucut puncak,
3. morfologi lereng,
4. morfologi kaki dan morfologi dataran
Guung Gamkonora memiliki komposisi lava antara basaltic andesit sampai
andesit. Melalui batuan-batuan hasil erupsi Gunung Gamkonora dapat di
identifikasi komposisi mineral utamanya yaitu adanya fenokris plagioklas,
klinopiroksen, magnetit, dan juga hornblende dalam jumlah yang sedikit, dengan
massa dasar berupa mikrolit plagioklas, gelas vulkanik, lithic serta sedikit piroksen.
Karakteristk lava Gunung Gamkonora memiliki kemirpan dengan karakteristik lava
pada deretan busur gunungapi Halmahera yang bertipe calc alkaline.
Data analisa kimia batuan Gunung Gamkonora dengan kisaran kandungan
SiO2 antara 53,62 - 56,91 % berat. Kandungan K2O berkisar antara 0,99 - 1,65 %
berat. Berdasarkan kandungan K2O terhadap SiO2 menurut klasifikasi Peccerillo
dan Taylor (1976) termasuk basaltik andesit seri calk alkaline (Irianto, 1993).
Kandungan MgO yang dijumpai pada basaltik andesitik Gunung Gamkonora
tergolong rendah. Thomson (1973) mengemukakan bahwa batas kandungan MgO
pada Gunung Gamkonora berkisar antara 2,42 - 4,99% berat. Berdasarkan diagram
Harker untuk SiO2 VS MgO; SiO2 VS FeO; SiO2 VS CaO menunjukkan hubungan
negatif. Penurunan kandungan MgO, FeO dan CaO yang diikuti denganbahwa
naiknya kandungan SiO2 menunjukkan bahwa unsur MgO, FeO dan CaO sangat
diperlukan dalam pembentukan mineral klinopiroksen dan magnetit dalam
fraksinasi kristalisasi magma seri calc alkaline Gunung Gamkonora. Hal tersebut
diimbangi menurunnya kandungan Al2O3 yang berkisar antara 18,28 - 20,31%
berat, maka kandungan Al2O3 tersebut masuk dalam kisaran yang dimiliki andesit
Oregon (Gill, 1981).

Data Geokimia Batuan Gunung Gamkonora (Sumber: Badan Geologi


Kementrian ESDM)

No. No.Conto Jenis SiO2 Batuan


1 Gam.01 Komponen magnetis dalam 54,99 Andesit
piroklastika flow
2 Gam.02 Komponen bom piroklastika 53,93 Andesit
jatuhan
3 Gam.03 Lava pucak 53.62 Andesit
4 Gam.04 Lava puncak 53,81 Andesit
5 Gam.05 Lava puncak 54,33 Andesit
6 Gam.06 Lava puncak 54,45 Andesit
7 Gam.07 Lava puncak 54,64 Andesit
8 Gam.08 Lava puncak 55,94 Andesit
9 Gam.09 Lava puncak 54,96 Andesit
10 Gam.10 Lava puncak 56,46 Andesit
11 Gam.11 Kubah lava 56,91 Andesit
12 Gam.12 Lava puncak 55,45 Andesit
13 Gam.13 Lava puncak 53,77 andesit
Analisa Kimia Mayor Element Gunung Gamkonora (Sumber: Badan Geologi
Kementrian ESDM)

Unsur 01 02 03 04 05 06 07
SiO2 54,99 53,99 53,62 53,81 54,33 54,45 54,64
Al2O3 20,31 19,65 19,89 19,32 18,90 19,51 19,84
Fe2O3 3,55 3,89 5,02 5,14 3,79 4,26 3,39
FeO 4,08 4,74 4,58 3,43 4,79 4,03 4,39
CaO 6,88 7,88 6,84 6,91 7,63 6,99 6,73
MgO 2,63 3,95 4,21 3,49 3,39 3,56 3,38
Na2O 3,67 3,06 3,05 3,03 3,68 3,31 3,64
K2O 1,37 0,99 1,00 1,14 1,16 1,35 1,24
MnO 0,18 0,17 0,17 0,16 0,17 0,18 0,16
TiO2 0,75 0,69 0,74 0,76 0,77 0.77 0.79
P2O5 0,44 0,43 0,31 0,36 0,38 0,44 0,43
H2O 0,15 0,16 0,16 0,82 0,14 0,17 0,18
HD 0,58 0,35 0,31 1,59 0,76 0,80 0,52
Jumlah 99,88 99,92 99,90 99,96 99,89 99,97 99,88

Hasil analisa Conto abu pada letusan tanggal 13 Juli 2007 terlihat pada tabel
di bawah, memperlihatkan komposisi SiO2 mencapai 54.28 % berat yang
mengindikasikan jenis kandungan magma bersifat andesit-basaltis.

Hasil Analisa Kimia Abu Letusan G. Gamkonora 13 Juli 2007 (Sumber: Badan
Geologi Kementrian ESDM)

Unsur Dalam Satuan % berat


SiO2 54.28
Al2O3 18.51
Fe2O3 8.07
CaO 6.68
MgO 2.48
Na2O 1.64
K2O 0.75
MnO 0.10
TiO2 0.79
P2O5 0.27
H2O 2.70
HD 3.45

Perkembangan struktur geologi pada Gunung Gamkonora dan sekitarnya


baerupa kelurusan vulkanik dan topografi, yang dipengaruhi oleh struktur geologi
regional yang secara dominan dikontrol oleh zona depresi Sahu yang terdapat di
Pulau Halmahera.
Kegiatan vulkanisme Gunungapi Gamkonora tercatat berawal sejak tahun
1564/1565 hingga Juli 2007. Selama periode tersebut Gunung Gamkonora telah
meletus sebanyak 11 kali yang terjadi pada kawah puncak.
Berikut ini sejarah erupsi Gunung Gamkonora:

1564/1565 Terjadi letusan di kawah puncak yang menimbulkan hujan abu dan aliran
lava. Suara dentuman terdengar hingga jarak kurang lebih 200 km,
sedangkan aliran lavanya mencapai laut. Akibat letusan ini menyebabkan
kerusakan pada hutan dan tanah garapan, juga menimbulkan korban
manusia.
1673 Tanggal 20 - 21 Mei, terjadi letusan yang banyak mengeluarkan abu,
hingga kota Ternate menjadi gelap gulita. Awan abu luar biasa besarnya,
hingga pada jarak +/- 350 km abu masih mengendap cukup tebal.
Bersamaan dengan letusan ini juga terasa gempa bumi. Akibat letusan ini
menyebabkan pula kerusakan hutan dan tanah garapan serta menimbulkan
korban manusia.
1917 Tanggal 18 Oktober terjadi peningkatan kegiatan, kadang-kadang kilat
api tampak di samping kepulan berupa tiang asap tebal.
1926 Terjadi peningkatan kegiatan tanggal 1 dan 2 Juni, diduga terjadi letusan
eksplosif dari kawah pusat. Beberapa hari kemudian de Kroon melakukan
pendakian ke puncak, pada malam hari dilihatnya api pijar di lima buah
tempat lapangan solfatara.
1949 Terjadi peningkatan kegiatan, diduga telah terjadi letusan eksplosif dari
kawah pusat.
1950 Bulan Oktober terjadi letusan eksplosif. Akibat letusan ini tumbuh-
tumbuhan di pinggir kawah sebelah selatan-baratdaya hangus terbakar,
abu cukup tebal.
1951 Tanggal 12 April keluar asap hitam dari kawahnya. Kepulan asap ini
terlihat dari kampung Gamsungi. Tanggal 2 Mei terdengar 2 kali suara
gemuruh dari lobang kawahnya. Tanggal 16 Juli terjadi letusan kecil.
Tahun ini pula suhu kawah memperlihatkan suhu yang relatif tinggin
yaitu berkisar antara 400-5000 C.
1983 Tanggal 16 dan 17 Pebruari terjadi letusan abu. Keterangan lebih lanjut
tidak ada.
1987 Tanggal 13, 24, 25 dan 26 April terjadi letusan abu, tinggi asap sekitar
1000 m, bergerak ke arah selatan. Material letusan dilontarkan dan jatuh
kembali di sekitar kawah. Sebagian penduduk pantai mengungsi, setelah
petugas Vulkanologi datang untuk melakukan pemeriksaan, baru mereka
kembali.
1997 10 Januari terjadi letusan abu setinggi 200 m di atas puncak
2007 Tanggal 1 Juni - 7 Juli
Seismograf di Pos PGA G. Gamkonora merekam 1 kali gempa vulkanik
dalam (VA), 7 kali gempa tektonik lokal dan 57 kali gempa tektonik jauh.
Pukul 19:05 WIT terekam getaran (tremor) vulkanik tidak menerus
dengan amplitude 2 - 4 mm.
Tanggal 8 Juli 2007 (pukul 17:30 WIT) Terjadi hembusan asap dan abu
(letusan freatik) berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian 200 m di
atas puncak G. Gamkonora. 8 Juli pukul 19:30 WIT Status kegiatan G.
Gamkonora dinaikan dari AKTIF NORMAL (Level 1) menjadi
WASPADA (Level II) Tanggal 9 Juli
Pukul 06:00-9:30 WIT
Seismograf merekam getaran (tremor) menerus dengan amplitude 6 - 8
mm dan diiringi dengan gempa - gempa letusan dengan amplitude
mencapai 30 mm. Asap hembusan mencapai ketinggian 1000 m di atas
puncak G. Gamkonora.
Pukul. 10:00 WIT
Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari WASPADA (Level II)
menjadi SIAGA (Level III).
Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 5 km dari
puncak G. Gamkonora diungsikan ke Kecamatan Ibu Tengah.
Pukul 16:30 WIT,
Hembusan abu semakin tinggi hingga mencapai 4000 m dari puncak G.
Gamkonora.
Pukul 16:30 WIT
Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari SIAGA (Level III) menjadi
AWAS (Level IV).
Pemerintah Daerah Setempat dan Pengamat G. Gamkonora telah
memutuskan bagi masyarakat yang bermukim di Kawasan Rawan
Bencana II dan III atau yang bermukim dalam radius 8 Km dari pusat
letusan (Kp. Baru, Kp. Adu, Kp. Nanas, Kp. Ngawet, Kp. Jere, Kp.
Gamsungi, Kp. Bataka, Kp. Talaga, Kp. Tobelos, Kp. Gamkonora dan
Kp. Sarau), untuk menghindari lontaran material pijar dan hujan abu lebat
direkomendasikan mengungsi ke arah utara (Kec. Ibu Tengah).
10 Juli (dini hari)
Sinar api teramati pada ketinggian 10-20 m di atas puncak, disertai
lontaran material pijar. Letusan disertai dentuman masih terjadi dengan
ketinggian asap 2000-4000 m 11 Juli
Masih terjadi letusan dengan tekanan semakin lemah dan ketinggian asap
sekitar 100-2500 m 12 dan 13 Juli
Masih terjadi letusan-letusan kecil.
(Sumber: Badan Geologi Kementrian ESDM)

Berdasarkan sejarah letusannya, jenis letusan Gunungapi Gamkonora ini umumnya


bersifat eksplosif, yang mengeluarkan bahan-bahan piroklastik seperti bongkahan
batuan, lapilli dan abu vulkanik, serta kadang-kadang mengeluarkan aliran lava.

Letusan G. Gamkonora 11 Juli 2007


MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Gamkonora


KAWASAN RAWAN BENCANA
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamkonora dapat dibagi
kedalam tiga tingkatan (Hadisantono, 2006) yaitu Kawasan Rawan Bencana I,
Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana III.

Kawasan Rawan Bencana I


Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terkena
dampak lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas
dan aliran lava. Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan
perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang
sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di
daerah puncak. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah
berwarna kuning.
b Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa
memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran
batu (pijar). Daerah ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran
putus-putus diarsir berwarna kuning.

Kawasan Rawan Bencana II


Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terkena
dampak awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lahar dan
gas beracun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava,
aliran lahar dan gas beracun. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa
daerah berwarna merah muda.
b Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran
batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini diperlihatkan pada peta dalam
bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah
c
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III merupakan kawasan yang terletak dekat
dengan sumber bahaya seperti kawah dan daerah sekitar puncak.
Kawasan ini sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran.batu (pijar), dan
kemungkinan gas beracun. Kawasannya terdiri atas dua jenis yaitu kawasan yang
berpotensi terlanda :
a Aliran massa seperti awan panas, aliran lava, dan gas racun. Kawasan ini
diperlihatkan pada peta berupa daerah berwarna merah tua
b Lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan hujan abu lebat (jatuhan
piroklastik). Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa lingkaran bergaris
putus diarsir berwarna merah. Kawasan rawan bencana III yang berpotensi
dilanda lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat terutama adalah daerah
puncak dan sekitarnya hingga radius 3.0 km dari pusat erupsi.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Solihin dkk., Laporan Pemasangan Alat Dan Pemeriksaan Kawah G. Dukono
Dan G. Gamkonora, P. Halmahera, Maluku Utara, Direktorat Vulkanogi, Tahun
1994

Hadisantono, dkk, 2006, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamkonora,


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

Irianto dkk., 1991, Petrokimia Batuan Gunungapi Gamkonora, Direktorat


Vulkanologi, Bandung,

Kusumadinata., K, 1979. Data Dasar Gunungapi. Direktorat Vulkanologi,


Bandung, hal. 743 - 751.
Mulyana, AR dkk., Pemetaan Geologi Gunungapi Gamkonora, Direktorat
Vulkanologi, Kabupaten Maluku Utara, Tahun 1995

Sri Hidayati, Agus Solihin, Ahmad Basuki., 2007, Kegiatan Tanggap Darurat
Letusan G. Gamkonora, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Bandung

Вам также может понравиться