Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Unsur 01 02 03 04 05 06 07
SiO2 54,99 53,99 53,62 53,81 54,33 54,45 54,64
Al2O3 20,31 19,65 19,89 19,32 18,90 19,51 19,84
Fe2O3 3,55 3,89 5,02 5,14 3,79 4,26 3,39
FeO 4,08 4,74 4,58 3,43 4,79 4,03 4,39
CaO 6,88 7,88 6,84 6,91 7,63 6,99 6,73
MgO 2,63 3,95 4,21 3,49 3,39 3,56 3,38
Na2O 3,67 3,06 3,05 3,03 3,68 3,31 3,64
K2O 1,37 0,99 1,00 1,14 1,16 1,35 1,24
MnO 0,18 0,17 0,17 0,16 0,17 0,18 0,16
TiO2 0,75 0,69 0,74 0,76 0,77 0.77 0.79
P2O5 0,44 0,43 0,31 0,36 0,38 0,44 0,43
H2O 0,15 0,16 0,16 0,82 0,14 0,17 0,18
HD 0,58 0,35 0,31 1,59 0,76 0,80 0,52
Jumlah 99,88 99,92 99,90 99,96 99,89 99,97 99,88
Hasil analisa Conto abu pada letusan tanggal 13 Juli 2007 terlihat pada tabel
di bawah, memperlihatkan komposisi SiO2 mencapai 54.28 % berat yang
mengindikasikan jenis kandungan magma bersifat andesit-basaltis.
Hasil Analisa Kimia Abu Letusan G. Gamkonora 13 Juli 2007 (Sumber: Badan
Geologi Kementrian ESDM)
1564/1565 Terjadi letusan di kawah puncak yang menimbulkan hujan abu dan aliran
lava. Suara dentuman terdengar hingga jarak kurang lebih 200 km,
sedangkan aliran lavanya mencapai laut. Akibat letusan ini menyebabkan
kerusakan pada hutan dan tanah garapan, juga menimbulkan korban
manusia.
1673 Tanggal 20 - 21 Mei, terjadi letusan yang banyak mengeluarkan abu,
hingga kota Ternate menjadi gelap gulita. Awan abu luar biasa besarnya,
hingga pada jarak +/- 350 km abu masih mengendap cukup tebal.
Bersamaan dengan letusan ini juga terasa gempa bumi. Akibat letusan ini
menyebabkan pula kerusakan hutan dan tanah garapan serta menimbulkan
korban manusia.
1917 Tanggal 18 Oktober terjadi peningkatan kegiatan, kadang-kadang kilat
api tampak di samping kepulan berupa tiang asap tebal.
1926 Terjadi peningkatan kegiatan tanggal 1 dan 2 Juni, diduga terjadi letusan
eksplosif dari kawah pusat. Beberapa hari kemudian de Kroon melakukan
pendakian ke puncak, pada malam hari dilihatnya api pijar di lima buah
tempat lapangan solfatara.
1949 Terjadi peningkatan kegiatan, diduga telah terjadi letusan eksplosif dari
kawah pusat.
1950 Bulan Oktober terjadi letusan eksplosif. Akibat letusan ini tumbuh-
tumbuhan di pinggir kawah sebelah selatan-baratdaya hangus terbakar,
abu cukup tebal.
1951 Tanggal 12 April keluar asap hitam dari kawahnya. Kepulan asap ini
terlihat dari kampung Gamsungi. Tanggal 2 Mei terdengar 2 kali suara
gemuruh dari lobang kawahnya. Tanggal 16 Juli terjadi letusan kecil.
Tahun ini pula suhu kawah memperlihatkan suhu yang relatif tinggin
yaitu berkisar antara 400-5000 C.
1983 Tanggal 16 dan 17 Pebruari terjadi letusan abu. Keterangan lebih lanjut
tidak ada.
1987 Tanggal 13, 24, 25 dan 26 April terjadi letusan abu, tinggi asap sekitar
1000 m, bergerak ke arah selatan. Material letusan dilontarkan dan jatuh
kembali di sekitar kawah. Sebagian penduduk pantai mengungsi, setelah
petugas Vulkanologi datang untuk melakukan pemeriksaan, baru mereka
kembali.
1997 10 Januari terjadi letusan abu setinggi 200 m di atas puncak
2007 Tanggal 1 Juni - 7 Juli
Seismograf di Pos PGA G. Gamkonora merekam 1 kali gempa vulkanik
dalam (VA), 7 kali gempa tektonik lokal dan 57 kali gempa tektonik jauh.
Pukul 19:05 WIT terekam getaran (tremor) vulkanik tidak menerus
dengan amplitude 2 - 4 mm.
Tanggal 8 Juli 2007 (pukul 17:30 WIT) Terjadi hembusan asap dan abu
(letusan freatik) berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian 200 m di
atas puncak G. Gamkonora. 8 Juli pukul 19:30 WIT Status kegiatan G.
Gamkonora dinaikan dari AKTIF NORMAL (Level 1) menjadi
WASPADA (Level II) Tanggal 9 Juli
Pukul 06:00-9:30 WIT
Seismograf merekam getaran (tremor) menerus dengan amplitude 6 - 8
mm dan diiringi dengan gempa - gempa letusan dengan amplitude
mencapai 30 mm. Asap hembusan mencapai ketinggian 1000 m di atas
puncak G. Gamkonora.
Pukul. 10:00 WIT
Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari WASPADA (Level II)
menjadi SIAGA (Level III).
Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 5 km dari
puncak G. Gamkonora diungsikan ke Kecamatan Ibu Tengah.
Pukul 16:30 WIT,
Hembusan abu semakin tinggi hingga mencapai 4000 m dari puncak G.
Gamkonora.
Pukul 16:30 WIT
Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari SIAGA (Level III) menjadi
AWAS (Level IV).
Pemerintah Daerah Setempat dan Pengamat G. Gamkonora telah
memutuskan bagi masyarakat yang bermukim di Kawasan Rawan
Bencana II dan III atau yang bermukim dalam radius 8 Km dari pusat
letusan (Kp. Baru, Kp. Adu, Kp. Nanas, Kp. Ngawet, Kp. Jere, Kp.
Gamsungi, Kp. Bataka, Kp. Talaga, Kp. Tobelos, Kp. Gamkonora dan
Kp. Sarau), untuk menghindari lontaran material pijar dan hujan abu lebat
direkomendasikan mengungsi ke arah utara (Kec. Ibu Tengah).
10 Juli (dini hari)
Sinar api teramati pada ketinggian 10-20 m di atas puncak, disertai
lontaran material pijar. Letusan disertai dentuman masih terjadi dengan
ketinggian asap 2000-4000 m 11 Juli
Masih terjadi letusan dengan tekanan semakin lemah dan ketinggian asap
sekitar 100-2500 m 12 dan 13 Juli
Masih terjadi letusan-letusan kecil.
(Sumber: Badan Geologi Kementrian ESDM)
DAFTAR PUSTAKA
Agus Solihin dkk., Laporan Pemasangan Alat Dan Pemeriksaan Kawah G. Dukono
Dan G. Gamkonora, P. Halmahera, Maluku Utara, Direktorat Vulkanogi, Tahun
1994
Sri Hidayati, Agus Solihin, Ahmad Basuki., 2007, Kegiatan Tanggap Darurat
Letusan G. Gamkonora, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Bandung