Вы находитесь на странице: 1из 2

Definisi dan Penyebab Xerostomia

Xerostomia secara harfiah berarti mulut kering,berasal dari dua kata, xeros
yang berarti kering dan stoma yang berarti mulut. Xerostomia merupakan gejala
dari bermacam-macam kondisi kesehatan (Amerongen, 1992). Laju aliran saliva
keseluruhan yang tidak terstimulasi <0,1ml/menit adalah menurun
(Greenberg dkk, 2008; Scully, 2008).
Beberapa penyebab xerostomia adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan umum yang menurun
Kesehatan umum yang menurun pada beberapa penderita dapat menyebabkan berkurangnya
sekresi kelenjar saliva yang dapat meningkatkan resiko terhadap radang mulut. Gangguan-
gangguan ini dapat timbul karena berbagai sebab, misalnya berkeringat yang berlebihan, diare
yang lama atau pengeluaran urin yang melampaui batas
(Amerongen, 1992).

2. Gangguan sistem saraf


Sekresi saliva terutama terdapat di bawah pengaturan hormonal dan diatur oleh neuronal baik
oleh sistem saraf otonom parasimpatis maupun simpatis. Gangguan pada sistem saraf pusat dan
perifer dapat mempunyai akibat bagi kecepatan sekresi saliva. Kelainan saraf yang diikuti gejala
degenerasi, seperti sklerosis multipel, juga akan mengakibatkan menurunnya sekresi saliva
(Amerongen, 1992).

3. Obat-obatan
Obat-obatan yang memblokade sistem saraf akan menghambat sekresi saliva. Oleh karena
sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem saraf parasimpatis, obat-obatan dengan
pengaruh antikolinergik akan menghambat paling kuat pengeluaran saliva. Obat-obatan dengan
pengaruh anti -adrenergik (yang disebut -bloker) terutama akan menghambat sekresi saliva
mukus (Amerongen, 1992). Terdapat kurang lebih 400 jenis obat-obatan yang dapat
menyebabkan xerostomia. Golongan-golongan utama dari obat-obatan tersebut adalah
antihistamin, antidepresan, antikolinergik, anti anorexia, anti hipertensi, anti psikotik, anti
parkinson, diuresis, dan sedatif. Sebagian besar efek xerogenik dari obat-obatan tersebut bersifat
sementara (Bartels, 2005).

4. Gangguan kelenjar saliva


Gambaran penyakit dengan sel-sel asinar dan sel-sel duktus kelenjar saliva yang berkurang atau
mengecil, mengakibatkan penurunan sekresi saliva, seperti; aplasi atau hipoplasi kelenjar saliva
mayor pembawaan, atropi kelenjar saliva karena ketuaan atau penyinaran, penyumbatan muara
pembuangan oleh batu saliva, tumor, penyakit autoimun, radang kelenjar saliva (Amerongen,
1992).

5. Penyinaran daerah kepala-leher


Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah penyinaran dengan sinar ionisasi pada daerah kepala
leher sudah banyak diketahui. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva
tergantung dosis dan lamanya penyinaran (Amerongen, 1992). Pada perawatan untuk kanker
mulut, untuk kondisi neoplastik di kepala dan leher, atau pada iradiasi mantel
atau iradiasi tubuh total (TBI) sebelum transplantasi sel induk haematopoietic (transplantasi
tulang sumsum) (Scully, 2008).

6. Fisiologi
Sensasi mulut kering yang subyektif terjadi setelah pembicaraan yang berlebihan dan selama
berolahraga. Pada keadaan ini ada dua faktor yang ikut berperan. Bernafas melalui mulut yang
terjadi pada saat olah raga, berbicara atau menyanyi, juga dapat memberi efek kering pada mulut.
Selain itu, juga ada komponen emosional, yang merangsang terjadinya efek simpatik dari sistem
saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran saliva dan mulut menjadi kering. Sebagian besar orang mengalami sensasi mulut kering
sebelum melakukan tanya jawab yang penting atau sebelum berpidato (Gayford dan Haskell,
1990).

7. Agenisis dari kelenjar saliva


Sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang pasien memang mempunyai keadaan mulut yang
kering sejak lahir. Hasil sialograf menunjukkan cacat yang besar dari kelenjar saliva (Gayford
dan Haskell, 1990).

8. Karena penyumbatan hidung


Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering terlihat adalah pembesaran
tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang dewasa terdapat berbagai macam penyebab, dari
penyimpangan keadaan hidung, polip hidung atau hipertropi rinitis. Semua keadaan tersebut
menyebabkan pasien bernafas dari mulut, tanpa penyumbatan hidung (Gayford dan Haskell,
1990).

9. Faktor ketuaan dan psikologi


Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan mengunyah dan menelan, atau
kesulitan dalam mempergunakan gigi tiruan. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi
tiruan tidak menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukous untuk tempat
gigi tiruan melayang pada permukaannya, dan dengan tegangan permukaan yang berkurang
untuk retensi gigi tiruan atas dalam menahan tekanan kunyah. Bila daerah pendukung gigi tiruan
telah terasa nyeri, trauma dapat berlangsung terus (Gayford dan Haskell, 1990). Menurut
Hasibuan (2002),
perubahan atropi pada kelenjar saliva seiring dengan pertambahan usia,
dimana hal ini akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya (Hasibuan, 2002).

10. Penyakit kelenjar saliva


Selain sindrom sjogren, penyakit-penyakit kelenjar saliva jarang menimbulkan xerostomia.
Penyakit harus mengenai kedua kelenjar parotid secara bergantian, untuk dapat menimbulkan
kerusakan yang menyeluruh (Gayford dan Haskell, 1990).

Вам также может понравиться