Вы находитесь на странице: 1из 9

56 Trinova Budi Santoso, Solichin, Prihanto Tri Hutomo, Pengaruh Kuat Arus Listrik...

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK PENGELASAN TERHADAP


KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO LAS SMAW DENGAN
ELEKTRODA E7016

Oleh:
Trinova Budi Santoso , Solichin2, Prihanto Tri Hutomo3
1
1
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
2, 3
Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
E-mail: trinova.bluerider3@gmail.com

Abstrak: Pengelasan (welding) adalah teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan
sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
logam kontinyu. Di dalam dunia teknik pengelasan atau dunia industri saat ini baja karbon rendah
merupakan salah satu logam yang sering digunakan dalam pembangunan konstruksi. Salah satu
masalah yang sering terjadi dalam penggunaan baja sebagai bahan dasar konstruksi adalah baja
mempunyai sifat yang mudah mengalami patahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana sifat mekanik dan struktur mikro serta hubungan keduanya hasil pengelasan SMAW
dengan variasi kuat arus pengelasan menggunakan elektroda E7016. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimental dan jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Untuk
memperoleh hasil tentang analisis besarnya kekuatan tarik dan struktur mikro baja karbon rendah
yang telah mengalami pengelasan SMAW dengan variasi kuat arus, data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis deskriptif, yakni menjabarkan perbandingan spesimen yang diberi
perlakuan secara berbeda-beda ketika proses pengelasannya. Nilai dari hasil uji kekuatan tarik
setiap kelompok di rata-rata kemudian di bandingkan dengan nilai rata-rata uji kelompok yang
lain. Hasil perbandingan uji kekuatan tarik dan kelompok kemudian di analisis. Setiap variasi kuat
arus diambil 1 spesimen struktur mikro pada HAZ, logam las dan logam induk. Objek penelitian
pengelasan yang dipakai adalah baja karbon rendah. Spesimen uji kekuatan tarik mengacu pada
standar ASTM E8/E8M-09. Hasil penelitian diperoleh Kekuatan tarik sambungan las raw material
36,711 kgf/mm2. nilai kekuatan tarik dengan kuat arus pengelasan 100 Amper mengalami
penurunan yaitu 31,863 kgf/mm2. Sedangkan dengan kuat arus pengelasan 125 Amper mengalami
kenaikan 40,827 kgf/mm2. Pada kuat arus pengelasan 150 Amper mengalami kenaikan 48,503
kgf/mm2 Struktur mikro logam induk terdiri dari perlit dan ferrit, struktur mikro daerah HAZ.
Struktur mikro daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus pengelasan 150 Ampere terdiri dari
bainit dan widmanstatten ferrite. Struktur mikro daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus
pengelasan 100 dan 125 Ampere terdiri dari asutenit sisa dan widmanstatten ferrite.

Kata kunci: sifat mekanik, struktur mikro, pengelasan SMAW, baja karbon rendah

Pengembangan teknologi di bidang kons- sambungan yang secara teknis memerlukan


truksi yang semakin maju tidak dapat di- ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya
pisahkan dari pengelasan karena mempunyai agar diperoleh sambungan dengan kualitas
peranan penting dalam rekayasa dan re- baik. Pengelasan (welding) adalah teknik
parasi logam. Pembangunan konstruksi de- penyambungan logam dengan cara mencair-
ngan logam pada masa sekarang ini banyak kan sebagian logam induk dan logam pe-
melibatkan unsur pengelasan khususnya bi- ngisi dengan atau tanpa logam penambah
dang rancang bangun karena sambungan las dan menghasilkan logam kontinyu
merupakan salah satu pembuatan sambuatan (Siswanto, 2011). Lingkup penggunaan
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 57

teknik pengelasan dalam konstruksi sangat las SMAW (Shielding Metal Arc Welding)
luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka (Wiryosumarto, 1988).
baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, Mesin las SMAW menurut arusnya
pipa saluran dan lain sebagainya. dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin
Untuk industri yang menyangkut lo- las arus searah atau Direct Current (DC),
gam atau baja, khususnya bidang pemba- mesin las arus bolak-balik atau Alternating
ngunan dengan menggunakan pengelasan Current (AC) dan mesin las arus ganda yang
dibutuhkan berbagai penelitian agar dapat merupakan mesin las yang dapat digunakan
sambungan las yang bermutu tinggi, karena untuk pengelasan dengan arus searah (DC)
menyangkut keselamatan dan umur pakai. dan pengelasan dengan arus bolak-balik
Seiring dengan pemakaian sambungan las (AC). Mesin las arus DC dapat digunakan
baja yang semakin meningkat, maka tek- dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan
nologi proses yang berkaitan dengan pe- polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas
rubahan sifat dan karakteristik memiliki lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan
peranan yang yang tak kalah pentingnya. induk tinggi dan kapasitas besar, untuk
Faktor yang mempengaruhi las adalah pemegang elektrodanya dihubungkan de-
prosedur pengelasan yaitu suatu perencana- ngan kutub negatif dan logam induk dihu-
an untuk pelaksanaan penelitian yang meli- bungkan dengan kutub positif, sedangkan
puti cara pembuatan konstruksi las yang untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+)
sesuai rencana dan spesifikasi dengan me- digunakan bila titik cair bahan induk rendah
nentukan semua hal yang diperlukan dalam dan kapasitas kecil, untuk pemegang elek-
pelaksanaan tersebut. Faktor produksi pe- trodanya dihubungkan dengan kutup positif
ngelasan adalah jadwal pembuatan, proses dan logam induk dihubugkan dengan kutub
pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, negatif. Tidak semua logam memiliki sifat
urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan mampu las yang baik. Bahan yang mem-
(meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan punyai sifat mampu las yang baik diantara-
juru las, pemilihan elektroda, penggunaan nya adalah baja karbon rendah. Baja ini
jenis kampuh) (Wiryosumarto, 1988). dapat dilas dengan las busur elektroda
Pengelasan berdasarkan klasifikasi ca- terbungkus, las busur redam dan las MIG
ra kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok (las logam gas mulia). Baja karbon rendah
yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan, dan biasa digunakan untuk pelat-pelat tipis dan
pematrian. Pengelasan cair adalah suatu cara konstruksi umum (Wiryosumarto, 1988).
pengelasan dimana benda yang akan disam- Penyetelan kuat arus pengelasan akan
bung diapanaskan sampai mencair dengan mempengaruhi hasil las. Bila kuat arus yang
sumber energi panas. Cara pengelasan yang digunakan terlalu rendah akan menyebabkan
paling banyak digunakan adalah pengelasan sukarnya penyalaan busur listrik. Busur
cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. listrik yang terjadi menjadi tidak stabil.
Jenis las busur listrik ada 4 yaitu las busur Panas yang terjadi tidak cukup untuk
dengan elektroda terbungkus, las busur gas melelehkan elektroda dan bahan dasar se-
(TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa hingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang
gas, las busur rendam. Jenis dari las busur kecil dan tidak rata serta penembusan ku-
elektroda terbungkus salah satunya adalah rang dalam. Sebaliknya bila kuat arus terlalu
58 Trinova Budi Santoso, Solichin, Prihanto Tri Hutomo, Pengaruh Kuat Arus Listrik...

tinggi maka elektroda akan menair terlalu kripsi tentang pengaruh variasi kuat arus pe-
cepat dan akan menghasilkan permukaan las ngelasan terhadap kekuatan tarik dan struk-
yang lebih lebar dan penembusan yang tur mikro pada pengelasan baja karbon ren-
dalam sehingga menghasilkan kekuatan ta- dah. Data yang telah diperoleh dari hasil pe-
rik yang rendah dan menambah kerapuhan ngujian kekuatan tarik selama penelitian di-
dari hasil pengelasan (Arifin, 1997). isikan pada lembar observasi. Sedangkan
Kasus yang terjadi di Bekasi rel kereta untuk menentukan perubahan struktur mi-
api yang patah di antara Stasiun Bekasi dan kro, data yang didapat dianalisis mengguna-
Stasiun Kranji, Jawa Barat, diduga diakibat- kan analisis deskriptif. Pada uji kekuatan ta-
kan karena kerusakan pada sambungan las. rik dan struktur mikro menggunakan spesi-
Akibatnya, rel putus dan satu bagian penyok men yang sama, terlebih dahulu dilakukan
ke arah bawah. Menurut seorang petugas uji tarik kemudian dilihat struktur mikro.
maintenance PT KA yang memperbaiki Objek penelitian pengelasan yang di-
sambungan rel tersebut, rel patah tepat di pakai adalah baja karbon rendah, yang me-
sambungan yang menggunakan perekat las miliki ukuran setiap spesimen dengan pan-
di sisi sebelah kanan (dari arah Jakarta), jang 300 mm, lebar 50 mm, dan tebal 8 mm,
sehingga satu bagian penyok ke bawah di sehingga total semua spesimen adalah 10
antara bantalan beton, dan satu bagian lain buah dengan ukuran yang sama. Standar uji
normal. Posisi rel yang patah sekira 300 tarik berdimensi panjang 200 mm, lebar
meter menjelang Stasiun Kranji dari arah 12,5 mm dan tebal 8 mm yang mengacu
Bekasi. Ini kami sedang perbaiki. Rel pada ASTM E8/E8M-09 tentang Standard
sudah retak tidak kuat. Mau diratakan dulu, Test Methods for Tension Testing of Me-
ungkap seorang petugas di lokasi, Minggu tallic Materials. Sedangkan spesimen struk-
(11/7/2010). Sebanyak delapan petugas tur mikro berdimensi panjang 20 mm, lebar
tampak memperbaiki bagian rel agar mudah 12,5 mm dan tebal 8 mm. Setiap variasi kuat
diratakan. Posisi rel penyok ke bawah sekira arus pengelasan diambil 1 struktur mikro
5 centimeter (http://news.okezone.com/read/ HAZ, 1 struktur mikro logam las. Sebagai
2010/07/11/338/351802/rel-ka-di-bekasire- struktur mikro pembanding diambil 1 foto
tak-dan-patah-di-sambungan-las). struktur mikro logam induk. Instrumen pe-
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh nelitian yang digunakan adalah lembar ob-
tegangan busur, besar busur, kecepatan pe- servasi yang berisi data angka kekuatan tarik
ngelasan, besarnya penembusan dan polari- pada baja yang telah mengalami proses pe-
tas listrik. Penentuan besarnya kuat arus ngelasan dengan variasi kuat arus penge-
dalam penyambungan logam menggunakan lasan 100A, 125A, dan 150A.
las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan Prosedur pengumpulan data pada
dan bahan las. Penentuan besar kuat arus penelitian ini dengan mempersiapkan bahan
dalam pengelasan ini mengambil 100 A, 125 baja karbon rendah, mesin las SMAW, mesin
A, dan 150 A. frais, mikroskop metalografi, mesin skrap,
dan mesin poles.
METODE PENELITIAN Pengambilan data dimulai dengan
Penelitian ini merupakan penelitian pembentukan spesimen pengelassan dengan
jenis eksperimental, untuk memperoleh des- kampuh V terbuka bersudut 600 dipotong
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 59

menggunakan gerinda. Spesimen pengelasan Prosedur pengamatan struktur mikro


berukuran panjang 200 mm, lebar 50 mm, adalah 1) Pemotongan pada spesimen hing-
tebal 8 mm. Kemudian melaksanakan pe- ga menyisakan daerah HAZ. 2) Permukaan
ngelasan sesuai dengan Welding Procedure samping spesimen dihaluskan dengan kertas
Spesification (WPS). Benda kerja hasil pe- gosok mulai grid 100, 220, 500, 800 dan
ngelasan kemudian dibentuk menjadi spesi- 1000. 3) Digosok menggunakan kain flanet
men uji tarik. Bentuk spesimen uji tarik se- + autosol. 4) Spesimen ditetesi dengan larut-
suai dengan ASTM E8/E8M-09. Pemben- an Nital, yaitu campuran 2% HNO3 + 98%
tukan spesimen ini dilakukan dengan meng- Alkohol. Larutan ini berfungsi untuk meng-
gunakan mesin gergaji dan mesin frais. kikis permukaan supaya strukturnya lebih
Pembentukan spesimen struktur mikro di- terlihat ketika difoto. 5) Spesimen diletak-
lakukan setelah spesimen melalui uji tarik. kan pada meja mikroskop. 6) Lensa difokus-
Daerah sambungan las pada spesinen di- kan pada gambar. 7) Kemudian dilakukan
potong dengan ukuran panjang 20 mm, lebar pengamatan dengan mikroskop mikro sam-
12,5 mm dan tebal 8 mm. pai diperoleh gambar yang jelas dengan
Langkah-langkah pengujian tarik ada- perbesaran 400X setelah itu dipotret.
lah 1) Menghidupkan mesin dan komputer.
2) Menginput data yaitu tebal dan lebar HASIL DAN PEMBAHASAN
spesimen yang akan diuji tarik. 3) Mema- Uji Kekuatan Tarik
sang spesimen uji pada grips. 4) Memulai Berdasarkan hasil pengujian tarik baja
uji tarik dengan menekan tombol start pada karbon rendah yang telah mengalami proses
layar monitor. 5) Setelah spesimen patah, pengelasan SMAW dengan variasi kuat arus
putar panel pada manual kontrol posisi nol. pengelasan 100 A, 125A, dan 150 A
6) Melepas spesimen yang sudah patah diperoleh angka kekuatan tarik baja karbon
setelah pengujian. 7) Melihat hasil penguji- rendah yang dapat dilihat pada tabel dan
an tarik di komputer dan dicetak. grafik di bawah ini.

Tabel 1 Rata-rata Hasil pengujian tarik pada pengelasan baja Karbon rendah dengan variasi kuat arus
pengelasan
Data Pengujian Tarik
Kuat Arus Kekauatan Luluh Kekuatan saat Kekuatan tarik
(kgf/mm2) patah (kgf/mm2) (kgf/mm2)
Raw Material 18,841 28,771 36,711
Kuat Arus 100 A 16,024 23,907 31,863
Kuat Arus 125 A 31,827 27,146 40,827
Kuat Arus 150 A 30,373 33,485 48,503
60 Trinova Budi Santoso, Solichin, Prihanto Tri Hutomo, Pengaruh Kuat Arus Listrik...

60
Satuan dalam kgf/mm2 48.503
50
40.827
40 36.711
31.863 31.827 33.485
28.771 30.373
30 27.146
23.907
18.841
Kekuatan luluh
20 16.024
Kekuatan saat patah
10 Kekuatan tarik
0
Raw Arus 100A Arus 125A Arus 150A
Material
Arus Pengelasan

Gambar 1 Diagram Hasil Pengujian Tarik

Dari gambar diagram hasil pengujian


tarik dapat diketahui terdapat perbedaan Pengamatan Struktur Mikro
rerata kekuatan tarik, kekuatan luluh dan Pada penelitian ini, pengambilan foto
kekuatan saat patah pada masing-masing struktur mikro dilakukan pada 3 bagian pada
variasi kuat arus pengelasan. Hasil rerata sambungan las. Bagian pertama pada logam
tertinggi rerata kekuatan tarik, kekuatan induk. Pengambilan foto pada logam induk
luluh dan kekuatan saat patah, terjadi pada digunakan sebagai pembanding (raw materi-
penggunaan kuat arus pengelasan 150 A als). Bagian kedua diambil pada daerah
sebesar 48,503 kgf/mm2; 30,373 kgf/mm2; HAZ dan bagian ketiga pada logam las.
dan 33,485 kgf/mm2. Sedangkan hasil rerata Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa
terendah kekuatan tarik, kekuatan luluh dan struktur mikro logam induk terdiri dari perlit
kekuatan saat patah, terjadi pada peng- dan ferit. Pada logam induk didominasi oleh
gunaan kuat arus 100 A sebesar 31,863 ferit. Ferit besifat lunak dan ulet.
kgf/mm2; 16,024 kgf/mm2; 23,907

perlit

ferit

Gambar 2 Struktur Mikro Logam Induk (Raw Materials)


JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 61

A B
autenit
sisa

Ferrite
Widmanstatten
Ferrite

C D Dendrite

Widmanstatten
Ferrite

autenit
sisa

Widmanstatten
Ferrite bainit

Dendrite

E F

Gambar 3 Struktur mikro daerah HAZ (A) dan logam las (B) kuat arus 100 Ampere, struktur mikro
daerah HAZ (C) dan logam las (D) kuat arus 125 Ampere, struktur mikro daerah HAZ (E) dan
logam las (F) kuat arus 150 Ampere

Pengaruh Variasi Kuat Arus terhadap hadap kekuatan tarik dan struktur mikro
Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro sambungan las. Bila hasil pengujian tarik
Sambungan Las raw material yang dijadikan sebagai pem-
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- banding yaitu 36,711 kgf/mm2, maka nilai
wa adanya pengaruh variasi kuat arus ter- kekuatan tarik dengan kuat arus pengelasan
62 Trinova Budi Santoso, Solichin, Prihanto Tri Hutomo, Pengaruh Kuat Arus Listrik...

100 Amper mengalami penurunan yaitu pengelasan yang diberikan. Pada kuat arus
31,863 kgf/mm2. Sedangkan dengan kuat pengelasan 150 Ampere, adanya struktur
arus pengelasan 125 Amper mengalami ke- bainit mampu memperbaiki tegangan sisa
naikan 40,827 kgf/mm2. Pada kuat arus yang yang muncul. Bainit yang memiliki
pengelasan 150 Amper mengalami kenaikan sifat lebih kuat dari perlit, dan lebih tangguh
48,503 kgf/mm2. Bila dilihat pada struktur dan lebih ulet dari widmanstatten ferrite
mikro, diketahui bahwa kenaikan kuat arus menutupi cacat retak yang dihasilkan saat
pengelasan diikuti dengan bertambahnya pendinginan. Bainit yang memiliki sifat ulet
jumlah widmanstatten ferrite yang terben- dan widmanstatten ferrite memiliki sifat
tuk. Sehingga dapat dipastikan bahwa nilai keras, kedua unsur ini bila bersatu akan
kekerasan juga meningkat. memberikan hasil yang baik. Kekerasan dan
Pada hal ini variasi kuat arus penge- kekuatan tarik yang baik juga diikuti
lasan sangat berpengaruh pada kekuatan pertambahan panjang yang baik pula. Hal
tarik dan kekuatan impact suatu material. ini sesuai dengan pernyataan Wiryosumarto
Dimulai dari rapuh, yakni pada kuat arus (1981:67) bahwa ketangguhan yang paling
yang sangat rendah. Pada tahap ini, akibat baik didapat bila terbentuk struktur ganda
kuat arus yang sangat rendah mengaki- dari widmanstatten ferrite dan bainit bawah.
batkan ukuran butir mengecil sehingga jarak Sedangkan pada kuat arus pengelasan 100
antar butir semakin jauh, ikatan melemah, dan 125 Ampere, jumlah widmanstatten
dan rapuh (Raharjo, 2012). Dengan demi- ferrite sangat banyak. Sifat widmanstatten
kian material amat mudah patah, sehingga ferrite yang keras dan getas tidak mampu
energi yang dibutuhkan untuk menarik dan menutupi pengaruh tegangan sisa saat
mematahkannya sangat kecil pula. Selanjut- pendinginan terjadi, sehingga keretakan pa-
nya dengan bertambahnya kuat arus penge- da daerah ini tidak dapat dihindari. Aki-
lasan, maka ukuran butir makin membesar batnya, daerah ini memiliki kekerasan yang
sehingga jaraknya semakin dekat dan ikat- tinggi tetepai kekuatan tarik nya berkurang
annya menguat serta kekuatan tarik dan akibat cacat retak yang terbentuk selama
ketangguhannya meningkat, namun masih pendinginan dan juga daerah ini tidak
getas (Rubijanto, 2012). Dengan demikian mempu mengalami pertambahan panjang
kekuatan tarik dan kekuatan impactnya saat pengujian tarik.
meningkat. Kemudian apabila temperatur Dari uraian di sebelumnya, dapat
makin meningkat, hingga material mencapai diambil kesimpulan bahwa pengelasan
keuletan sampai pada temperatur maksimal- SMAW pada baja karbon rendah yang meng-
nya, energi yang dibutuhkan untuk menarik gunakan elektroda E7016, semakin tinggi
dan mematahkannya akan bertambah pula kuat arus pengelasan yang diberikan maka
sampai nilai maksimum. Selanjutnya jika semakin tinggi nilai kekuatan tariknya.
lewat dari titik ini, maka energi akan
menurun karena adanya deformasi PENUTUP
(Suherman, 1988). Kesimpulan
Pada gambar struktur mikro, jumlah Variasi kuat arus pengelasan
widmanstatten ferrite yang terbentuk ber- memberikan pengaruh terhadap nilai
banding lurus terhadap besar kuat arus kekuatan tarik sambungan las. Kekuatan
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 63

tarik sambungan las raw material 36,711 Saran


kgf/mm2. nilai kekuatan tarik dengan kuat Bagi industri pengelasan: (a) Perlu
arus pengelasan 100 Ampere mengalami pe- diperhatikan tentang pemilihan elektroda
nurunan yaitu 31,863 kgf/mm2. Sedangkan pada pengelasan SMAW agar mendapatkan
dengan kuat arus pengelasan 125 Ampere hasil las dengan sifat mekanik yang baik.
mengalami kenaikan 40,827 kgf/mm2. Pada Disarankan menggunakan elektroda E7016
kuat arus pengelasan 150 Ampere meng- untuk mengahasilkan sambungan las dengan
alami kenaikan 48,503 kgf/mm2. kekuatan tarik yang baik; (b) Perlu
Variasi kuat arus pengelasan mem- diperhatikan tentang pemilihan kuat arus
berikan pengaruh terhadap struktur mikro pada pengelasan SMAW agar mendapatkan
daerah HAZ dan logam las. Struktur mikro hasil las dengan sifat mekanik yang baik.
logam induk terdiri dari perlit dan ferrit, Disarankan menggunakan kuat arus 150
struktur mikro daerah HAZ. Struktur mikro Ampere untuk mengahasilkan sambungan
daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus las dengan kekuatan tarik yang baik.
pengelasan 150 Ampere terdiri dari bainit Bagi peneliti selanjutnya: (a) Perlu
dan widmanstatten ferrite. Struktur mikro penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus variasi kuat arus pada pengelasan SMAW
pengelasan 100 dan 125 Ampere terdiri dari untuk menghasilkan sifat mekanik seperti
asutenit sisa dan widmanstatten ferrite. kekerasan, kekuatan tekuk, kekuatan tarik
Dari hasil penelitian jika pengelasan dan lain-lain untuk mengahasilkan produk
SMAW menggunakan elektroda E.7016 las yang baik; (b) Perlu penelitian dengan
maka kuat arus yang direkomendasikan spesimen lebih banyak sehingga mendapat-
adalah 150 Ampere. kan hasil yang lebih teliti.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Kaharuddin. 2011. Faktor Perpatah- ASTM International G48, Standard Test
an dan Kelelahan pada Kekuatan Methods for Pitting and Crevice
Bahan Material. Jurnal Teknik Mesin. Corrosion Resistance of Stainless
6-12. Steels and Related Alloys by Use of
Alip, Muhammad. 1989. Teori dan Praktik Ferric Chloride Solution. 2003.
Las. Jakarta: Proyek pengembangan United States of America.
lembaga pendidikan tenaga kependidi- Hanafi, Ahmad. 2012. Pengaruh jenis media
kan Jakarta pendingin terhadap kekuatan tarik
Aljufri. 2013. Ketanggunhan Material Baja sambungan logam las plat baja St-60
AISI 1050 Akibat Pembebanan Impact dengan pengelasan MIG/MAG.
Hasil Pengelasan SMAW yang Telah Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Mengalami Proses Hardening dan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Tanpa Proses Hardening. Skripsi ti- Malang.
dak diterbitkan. Aceh: Fakultas Marihot, Goklas MTB. 1984. Mengelas
Teknik Universitas Malikussaleh. Logam dan Pemilihan Kawat Las.
ASTM Internasional (E8/E8M - 09). Stan- Jakarta : P.T. Gramedia
dard Test Methods for Tension Testing PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya
of Metalic Materials. 2010. United Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
States of America. Malang.
64 Trinova Budi Santoso, Solichin, Prihanto Tri Hutomo, Pengaruh Kuat Arus Listrik...

Raharjo, Samsudi & Rubijanto J.P. 2012. Sindo, Kou. 2002. Welding Metallurgy (2nd
Variasi Arus Listrik Terhadap Sifat Ed.). New York: John Wiley & Sons,
Mekanis Sambungan Las Shielding Inc.
Metal Arc Welding (SMAW). Jurnal Siswanto. 2011. Konsep Dasar Teknik Las
FT UMS, 1412-9612. (Teori dan Praktik). Jakarta : P.T.
Santosa, Joko. 2006. Pengaruh Arus Prestasi Pustakarya.
Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Suherman. 1987. Ilmu Logam I. Institut
dan Ketangguhan Las SMAW dengan Teknologi Sepuluh November :
Elektroda E7018. Skirpsi Tidak Surabaya.
Diterbitkan. Semarang. Universitas Widharto, Sri. 2003. Petunjuk Kerja Las.
Negeri Semarang. Jakarta: Pradnya Paramita.
Saroso. 1980. Pedoman Melas Listrik. Wiryosumarto. 2000. Teknologi Pengelasan
Jakarta: Djambatan Logam. Jakarta : Pradnya Paramita
Zainuri, A. Muhib. 2008. Kekuatan bahan.
Yogyakarta. Penerbit Andi.

Вам также может понравиться